I Don't Wanna Love You Anymore

360
35
Deskripsi

Chloe Amara menggunakan kekuasaan keluarganya agar Alister bersedia menikah dengannya.
Chloe mengira kalau setelah menikah, walau awalnya terpaksa, lambat laun Alister akan mencintainya.
Dalam 7 tahun pernikahan, bukan hanya keluarga Chloe jatuh bangkrut, kekayaan keluarganya diakuisi Alister namun Chloe masih sangat angkuh dan membuat marah semua orang di sekitarnya.
Suatu hari, Chloe lalai menjaga putrinya. Putrinya mengalami kecelakaan dan terbunuh, sehingga Alister akhirnya kehilangan kesabaran...

Chapter 1 - Penyesalan Terbesar

Air matanya mengalir bercucuran. Wajahnya pucat pasi dengan rambut yang berantakan. Wanita itu tampak kuyu dan lemah. Menatap sosok jangkung yang berdiri 3 meter di depannya, memberinya tatapan dingin dan jijik, seolah wanita tidak berdaya itu adalah sampah.

“Mati.” Suara pria itu dingin dan serak. Wajahnya sendiri sangat pucat, lebam kehitaman di kelopak matanya menunjukkan seberapa terpukulnya pria itu saat ini. Rasa sakit dan kesedihan di hatinya tidak terbendung. Penyesalan karena dia datang terlambat.

Karena dia mempercayai wanita yang tidak pernah layak mendapatkan kepercayaannya untuk menjaga putrinya.

Tangannya gemetar, terkepal erat. Bibirnya gemetar, seolah mengucapkan beberapa kalimat saja sudah cukup untuk mengoyak tenggorokannya. Dia menatap wanita yang duduk bersimpuh di depannya, dengan kedua kaki dirantai. “Anak aku ... Maeve bener-bener mati.”

Chloe tampak linglung. Dia mengambil beberapa foto di depannya yang berserakan. Itu adalah foto putrinya yang sudah meninggal. Usianya bahkan belum genap 3 tahun.

Diculik.

Terbunuh.

Karena kelalaiannya.

Tangisan Chloe semakin lirih. Dia memeluk foto-foto itu. 

“Aaaaaargggh!” 

Chloe selalu tahu, dia bukan ibu yang baik. Tapi di masa lalu, dia tidak begitu peduli. Alister -suaminya- kaya. Latar belakang Chloe juga luar biasa. Dulu dia dimanjakan dan apa pun yang dia inginkan pasti diberikan. Dia bisa melakukan apa saja dan bersenang-senang.

Bahkan, walau dia tahu Alister tidak menyukainya, dia masih menggunakan beberapa trik agar pria itu mau menikahinya.

Sejak mereka menikah, dalam satu tahun Alister hanya akan beberapa kali menginap di kamarnya. Ini membuat Chloe tidak puas, jadi dia sering meninggalkan rumah dan bersenang-senang dengan temannya. Walau Chloe tidak pernah berpikir berselingkuh, dia hanya ingin melampiaskan rasa frustrasinya bersama teman-temannya.

Putra pertama lahir, Chloe tidak berubah.

Putrinya lahir, karakter Chloe masih sama saja. Bahkan walau orang tuanya bangkrut, Chloe berpikir suaminya masih sangat kaya dan bisa mendukungnya.

Chloe tahu ada banyak wanita yang mencoba merayu Alister. Namun dia selalu melabrak dan memarahi mereka. Mempermalukan di depan umum agar para jalang itu berhenti bermimpi naik ke ranjang Alister.

Hidupnya sangat memuaskan. Sampai akhirnya Alister mengundang seorang pengasuh untuk merawat putra dan putrinya yang lebih profesional. Walau bagaimanapun, Chloe adalah wanita manja yang tidak tahu cara merawat anak. Justru sering mengabaikannya.

Chloe melihat ambiguitas antara suaminya dan pengasuh itu. Dia marah dan ingin memecat. Tapi putranya membela pengasuh, jadi Chloe yang ngambek membawa putrinya pergi dari rumah, menginap di rumah temannya.

Siapa yang tahu kalau teman itu ternyata memiliki niat buruk?

Bukan hanya Chloe dilecehkan dengan kejam, dipermalukan, tapi karena Chloe melawan terlalu keras, teman-temannya itu murka dan melemparkan putrinya yang belum genap 3 tahun dari lantai 2. Jatuh ke kolam renang dan tenggelam.

Tidak bisa diselamatkan.

Chloe menangis lirih. Dia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah.

Putrinya benar-benar terbunuh.

“Apa yang membuat kamu menangis?” Alister berkata dengan nada dingin. “Kamu sejak awal enggak pernah peduli sama anak-anak.”

Chloe ingin menyangkalnya. Dia peduli. Dia tentu saja peduli. Mereka adalah anak-anaknya. Chloe mempertaruhkan hidupnya untuk melahirkan mereka. Daging dan darah itu seolah dipotong dari perutnya sendiri. Walau dia bukan ibu penyayang, tapi dia juga mencintai mereka.

Dia tidak pernah berpikir kalau anak-anaknya akan pergi mendahuluinya. Chloe tahu … dia tidak akan tahan.

“Chloe Amara Bagaskara.” Satu sudut bibir Alister terangkat, “karena kamu sudah membunuh anak kamu sendiri, aku nggak membutuhkan kamu lagi.”

Chloe hanya menatap hampa.

“Kamu bisa tinggal di gudang ini selamanya.” Alister tampak acuh tak acuh. “Akan ada seseorang yang memberi kamu makan dua hari sekali. Jangan bilang aku kejam, seenggaknya ... aku nggak akan pernah membunuh darah daging aku sendiri.”

“Batas toleransi aku terhadap kamu, hanya bisa sejauh ini.”

Setelah mengatakannya, Alister berbalik dan melangkah pergi.

Bahkan putra Chloe yang sudah berusia 6 tahun sama sekali tidak peduli pada ibunya. Hanya menatap Chloe dengan sorot kosong, seolah jijik karena dilahirkan oleh sosok ibu yang tidak layak.

Pengasuhnya memeluk anak itu penuh kasih sayang. Jelas jauh lebih bisa diandalkan dibanding ibu tidak berguna semacam Chloe.

Tidak ada perlawanan.

Chloe tahu, dia memang pantas diperlakukan seperti ini.

Hatinya sakit, seperti ada ribuan jarum yang menikamnya. Meninggalkan banyak lubang yang tidak bisa tertutup lagi. Berdarah dan mengering pada akhirnya.

Chloe tidak tahu berapa lama dia berada di gudang itu?

Dia tidak menyentuh makanan yang dikirim sama sekali. Sorot matanya kosong seolah dia sudah kehilangan jiwa sepenuhnya.

Dia masih bisa mendengar tangisan dan jeritan putrinya yang putus asa. Memanggilnya, memohon untuk diselamatkan.

Lalu Chloe mendengar suara ledakan.

Chloe mengangkat wajah, menatap langit-langit dengan sorot hampa.

Ya ... gudang yang dia tinggali saat ini terbakar.

Kedua kaki Chloe dirantai, dia tidak bisa melarikan diri sama sekali.

“Lagian ... aku nggak ada pikiran buat pergi.” Chloe tersenyum menyedihkan. “Aku pantes dikurung di sini.”

Sangat pantas.

Orang yang sudah membunuh darah dagingnya sendiri, tidak memiliki hak untuk meminta diselamatkan, atau pun sekadar belas kasihan.

Chloe hanya mengumpulkan foto-foto Maeve yang berserakan, memeluknya erat seolah itu merupakan sedotan penyelamat terakhir. Tangisannya lirih. Tapi bukan lagi rasa sakit dan kepedihan.

Ini adalah tangisan lega setelah berbulan-bulan.

“Maeve, Maeve. Maafin Mama, oke? Walau Mama tahu Mama nggak layak dapet maaf kamu, tolong maafin Mama.”

Satu potong jatuh menimpa kakinya. Chloe tidak menghindar, membiarkan dirinya sendiri mulai terbakar.

“Mama bakalan segera nyusul Maeve.” Chloe tertawa bahagia. Seolah tidak bisa merasakan panas yang membakar dirinya sendiri. “Mama janji …kalo kita bisa ketemu lagi, Mama bakalan jadi Mama yang terbaik buat Maeve.”

***

“Nyonya, kalau mau tidur, sebaiknya di kamar. Jangan sampai masuk angin.”

Perlahan, matanya terbuka.

Chloe berkedip. Dia perlahan menoleh, menatap sosok wanita paruh baya yang berjongkok di sampingnya. Tampak agak takut saat membangunkannya.

Melihat tatapan hampa itu, Suri sedikit takut. Nyonya rumah ini sangat temperamental. Dia galak dan pemarah. Jika orang-orang yang bekerja padanya membuatnya tidak puas, dia bahkan tidak akan segan melempar barang.

“Nyonya?” Suri memanggil agak ragu.

Chloe berkedip. Dia masih kebingungan. Tidak tahu apa yang terjadi?

Bukankah seharusnya dia sudah mati?

Chloe masih bisa merasakan sensasi api yang membakar sekujur tubuhnya. Dia yakin ... seharusnya dia memang sudah mati.

“Nyonya?” Suri sekali lagi memanggil. Chloe hari ini tampak aneh, dia begitu linglung, seolah kehilangan akal sehatnya sepenuhnya. Kalau sampai setelah ini Chloe mengamuk, Suri pasti akan menjadi sasaran ketidakpuasannya bukan?

Suri membenci Nyonya ini. Tapi gaji yang diberikan oleh Tuan sangat murah hati. Jadi, dia hanya bisa menggertakkan gigi dan bekerja dengan baik.

“Ini ... di rumah?” suara Chloe serak. Dia tampak masih sangat bingung.

“Ya, ini di rumah.” Suri menjelaskan. “Nyonya ketiduran di taman.”

Bagaimana mungkin?

Tapi Chloe memang sedang tidur, bersandar ke batang pohon rimbun. Dia menunduk, melihat pakaiannya masih gaun putih bersih favoritnya. Bukan lagi pakaian terkoyak yang masih memiliki beberapa jejak darah putrinya. 

Pupil Chloe menyusut.

Ini tidak benar.

Chloe perlahan berdiri. Tanpa mengatakan apa-apa, dengan langkah gontai dia memasuki rumah. Bibirnya terkatup rapat. 

Suri mengawasi gerakan aneh Chloe, kakinya terseok-seok, seolah sudah lama diikat jadi tidak bisa bergerak bebas lagi. Terseok-seok, tampak akan jatuh kapan saja.

Apa yang terjadi?

Chloe mendengar obrolan hangat dari ruang tamu. Suara dewasa dan husky seorang pria dengan suara susu yang ceria. Jadi dia membawa kedua kakinya berjalan mendekat. Semakin cepat, seolah memiliki harapan yang tersemat. 

Chloe tertegun.

Dia melihat Alister yang duduk di sofa, dengan putra mereka yang duduk di pangkuannya.

Alister masih terlihat sama seperti yang Chloe ingat di pertemuan terakhir mereka.

Tapi Arslan.

Kenapa dia lebih kecil?

Seperti baru berusia dua atau tiga tahun.

Merasa diawasi, Alister menoleh. Begitu juga dengan Arslan.

Kedua wajah yang seperti replika itu terarah padanya. Alister hanya memberi tatapan tidak peduli. Arslan sedikit meringkuk di pelukan ayahnya, seolah takut.

“Jadi kamu di rumah.” Alister berkata dengan nada  cuek. Itu hanya basa-basi. 

Akhir pekan, biasanya Chloe sudah berkeliaran. Tidak, lebih tepatnya Chloe memang tidak memiliki kegunaan selain menjadi mesin penghambur uang. 

Air mata Chloe mengalir bercucuran. Dia memikirkan satu hal yang paling mustahil.

Arslan mengecil. Chloe seharusnya sudah mati. Tapi sekarang dia tiba-tiba saja kembali hidup?

Apakah ... dia kembali ke masa lalu?

Kalau begitu ... bukankah Maeve juga seharusnya masih hidup?

“A-Alister.” Chloe memanggil ragu. Pertemuan terakhir mereka masih meninggalkan jejak trauma yang begitu besar. Suaminya sejak awal tidak mencintainya, namun masih merawatnya dengan baik karena Chloe sudah melahirkan dua anak untuknya.

Sekarang, Chloe juga memahaminya. Betapa kejam dan dinginnya Alister di depannya. Tidak pernah peduli pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Satu nyawa Maeve digantikan oleh hidupnya sendiri. Walau Chloe tahu dia layak, tapi pria yang berstatus sebagai suaminya ini memang benar-benar berdarah dingin. 

7 tahun pernikahan mereka tidak ada artinya.

Entah di kehidupan lalu … atau mungkin juga di kehidupan ini.

Api harapan Chloe sudah begitu kecil dan kecil. Sebelum akhirnya padam sepenuhnya, berbanding terbalik dengan tubuhnya yang dilalap api saat itu.

Alister hanya mengangkat satu alisnya. 

“Itu ... Maeve, di mana Maeve?” Chloe menekan rasa takutnya. Sangat gembira, berharap bisa melihat Maeve lagi. Jika ini memang kesempatan kedua, dia berjanji kali ini akan memperlakukan Maeve dengan baik.

Menjaganya dengan hati-hati.

Bukan hanya Maeve. Arslan. Chloe juga ingin berdamai dengan putranya.

Alister tampak tidak puas. Dia menjawab dengan nada mengejek, “Siapa itu Maeve? Salah satu kenalan kamu yang pemborosan lagi?”

Ah?

Chloe tampak bingung.

Bagaimana mungkin?

Bagaimana bisa Alister tidak mengingat putri mereka sama sekali?

***


 

Chapter 2 - Kembali ke Masa Lalu

Chloe tampak linglung. Dia mundur selangkah, berusaha memahami apa yang terjadi?

Bagaimana bisa? Maeve tidak ada? Atau … dia memang belum lahir?

Chloe berusaha menyelami ingatannya, dia bertanya ragu, “Ini … tahun berapa?”

“2022.” Alister jelas mulai jengkel. Walau tidak dia tunjukan di ekspresinya, Chloe bisa merasakan nada tidak sabar dari setiap suku katanya. “Kamu itu apa-apaan, sih? Permainan apa lagi yang sekarang kamu mainkan?”

2022.

Chloe tercengang.

Itu artinya … dia mundur 4 tahun?

Chloe ingat, kalau baik dia dan Maeve, terbunuh di tahun 2026.

Maeve dilahirkan tahun depan.

Jadi … bayinya itu belum ada di perutnya sama sekali.

Maeve belum lahir. Artinya … bukankah Chloe memiliki kesempatan untuk mengandungnya lagi? Dia benar-benar diberi kesempatan kedua untuk merawat dan menjaga putrinya.

Air mata Chloe mengalir bercucuran semakin banyak. Rasa sakit dan lega itu hampir membuat dadanya meledak. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis terisak. Meraung, membuat Alister yang awalnya juga kesal terlihat sedikit bingung.

Chloe tertawa. Tawanya sangat gila.

Arslan memeluk ayahnya lebih erat. Seolah sosok di depannya itu bukan ibunya, tapi musuh yang akan menyakitinya.

“Chloe, kamu bikin Arslan takut.” Alister menegurnya.

Ada apa dengan wanita ini?

Bukankah dia sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya? Jangan bilang kalau Chloe kali ini sudah sepenuhnya gila!

Alister diam-diam memfitnah di dalam hati. Namun dia hanya melihat, tidak banyak bereaksi.

Tawa Chloe terhenti. Dia menyusut air matanya susah payah. Dia mencoba mengatur napasnya yang tersengal. Kedua mata bengkaknya terlihat redup dan menatap Arslan hati-hati. Seolah ingin mengatakan ; Arslan … jangan takut lagi. Mama nggak akan pernah nyakitin kamu lagi.

Arslan perlahan mengintipnya, melihat tatapan Chloe tidak lagi bosan dan jengkel padanya, dia perlahan rileks.

Namun Arslan juga tampak bingung, dia melihat sang Papa, lalu memeluknya lebih erat. Tampak tertekan dan masih ketakutan.

Chloe agak kecewa. Tapi dia mencoba menghibur dirinya sendiri. Aku masih punya waktu buat nunjukin aku berubah. Nggak bakalan marahin Arslan lagi.

“Apa yang membuat kamu menangis seperti ini?” Alister kembali sadar karena tarikan putranya di kemejanya. “Jangan terus menakuti Arslan, berhenti melakukan hal-hal yang nggak masuk akal, Chloe. Seenggaknya, jadi ibu yang lebih bertanggung jawab dan masuk akal!”

Chloe mengusap pipinya yang basah dengan kedua tangannya lagi. 

Dia menurunkan tangannya. Wajahnya masih sangat cantik, air mata terus bergulir membasahi pipinya yang putih.

Tidak bisa berhenti.

Chloe menarik napas dalam-dalam.

Dia benar-benar tidak bisa berhenti menangis. 

Matanya sembap dan ujung matanya memerah. Dia melihat Arslan dengan sorot dalam, sebelum akhirnya tatapannya beralih pada suaminya.

Chloe mundur selangkah. “Maaf.”

Chloe meminta maaf!

Alister hampir dibuat tersedak air ludahnya sendiri.

Chloe adalah Wanita egois yang tidak masuk akal. Dia sangat kejam, berisik, kurang ajar, dan semaunya. Tidak terhitung sudah berapa kali dia mempermalukannya. Pernikahan mereka juga dipaksakan, Wanita itu menggunakan cara yang keras dan kejam hanya untuk memenuhi ambisinya.

Kesan awal Alister tentang Chloe awalnya cukup baik. Tidak peduli selurus apa pun kepribadiannya, Alister masih akan menunjukkan perhatian lebih pada wanita yang sangat cantik. 

Tapi setelah mengenalnya berkali-kali, rasa sukanya perlahan memudar, digantikan oleh rasa ketidaknyamanan dan jijik. 

Alister adalah seorang pria yang menjaga kebersihan diri. Dia bertanggung jawab terhadap keluarganya.

Walau hanya beberapa kali dalam satu tahun, dia masih menafkahi istrinya secara batin. Secara finansial, tidak perlu diragukan … Chloe hidup dengan baik. Dia tidak pernah kekurangan apa pun.

Bahkan … setelah orang tua Chloe menyatakan pailit, hidup Chloe masih baik-baik saja dan bahagia. 

“Maaf, aku nggak maksud bikin Arslan takut.” Chloe meringis. Dia mundur dua langkah lagi. “Arslan, Arslan, Mama minta maaf. Maaf.”

Arslan hanya diam memeluk sang Papa. 

Di kehidupan lalu … hubungan Chloe dan Arslan tidak begitu dekat. Chloe tidak tahu cara merawat anak. Dia menikah di usia yang sangat muda. Sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara, dia dimanjakan semua orang. Dia hampir tidak pernah mengalami kesulitan hidup.

Putranya membencinya. Di masa lalu, Chloe tidak peduli.

Tapi saat ini …,

“Arslan, maaf.” 

Bukan hanya pada putrinya, tapi Chloe juga bersalah pada putranya. Bagaimana bisa seorang anak yang baru berusia 6 tahun menatap dingin dan tidak peduli saat melihat ibunya yang dibelenggu dalam kondisi berantakan? Seolah sosok yang dikurung saat itu bukan ibu kandungnya, tapi orang selewat.

Tidak, pada orang selewat saja anak-anak pasti merasakan sedikit empati.

Tapi Arslan tidak.

Tatapan benci itu begitu dalam. Seolah ada dendam dan rasa muak yang sudah dipendam bertahun-tahun di dada kecilnya.

Chloe tidak tahu seberapa besar kekecewaan yang Arslan rasakan?

Dia berdosa pada anak-anaknya. Pada suaminya. Pada semua orang yang sudah dia sakiti di kehidupan sebelumnya.

Chloe tidak berani menyentuh apa-apa. Diberi tatapan bingung dan tidak mengerti, Chloe hanya bisa berbalik dan pergi ke kamarnya. Duduk sendiri di tepi kasur. Melihat pemandangan di sekelilingnya.

Dia sepenuhnya kembali.

Chloe terkekeh bahagia. Tidak bisa menahan tawa.

Air matanya mengucur semakin banyak. Tapi ini adalah air mata bahagia. Penuh syukur karena Tuhan memberinya kesempatan kedua.

“Aku nggak akan serakah lagi.” Chloe terisak-isak dalam tangisnya. Dia tidak bisa berhenti menangis. “Tuhan, aku janji nggak akan serakah lagi.”

Hati Alister sejak awal tidak pernah menjadi miliknya. Ada begitu banyak wanita cantik yang berkeliaran di sekitarnya. wanita yang jauh lebih baik dan pantas untuk Alister dibanding Chloe yang tidak punya kemampuan apa-apa.

Kali ini … Chloe sudah sepenuhnya menyerah.

Menyerah untuk menjadi nyonya.

Menyerah menjadi penghalang Alister untuk bisa menikah dengan wanita yang pria itu cintai pada akhirnya.

Dia akan berhenti mencintainya. Walau sulit, walau Chloe tahu bahkan saat tubuhnya dibakar api … dia masih mengharapkan Alister untuk kembali, Chloe tidak akan pernah egois lagi.

Saat itu, Chloe bertanya-tanya, apa ini cara Alister untuk membalas dendam? Apa itu cara suaminya untuk melampiaskan kemarahan karena Chloe sudah menyebabkan kematian putri mereka?

Gudang tempat di mana Chloe dipenjara terbakar, itu ada di wilayah terpencil. Milik Alister, jadi … siapa pun bisa menebak, kalau kemungkinan … Alister kehilangan semua kesabarannya, memutuskan untuk membunuh Chloe pada akhirnya.

Chloe tidak menyimpan dendam.

“Walau bagaimana pun, aku yang awalnya udah bikin Alister nggak bahagia,” gumam Chloe pada dirinya sendiri. bibirnya tidak berhenti mengukir senyuman ironi. “Alister selalu sabar dalam beberapa tahun terakhir, itu bener-bener layak.”

Chloe perlahan memejamkan matanya. Sekarang setelah dia membenahi diri dan mengetahui setiap langkahnya yang salah, Chloe jauh lebih tenang. 

Tidak, sebenarnya … selama beberapa minggu dia dikurung di gudang sepi, Chloe sudah terperangkap dalam ingatannya. Setiap perbuatan buruk dan kejinya.

Keluarganya sudah pailit tahun lalu. Chloe juga akhirnya tahu, kalau di balik keruntuhan Grup Bagaskara, itu merupakan campur tangan suaminya.

Alister masih sangat membencinya bukan? Saat itu, Chloe memaksa mereka untuk menikah. Ibunya Alister mengalami gagal ginjal. Seharusnya, dia segera melakukan operasi dalam waktu dekat, pihak donor juga sudah ditemukan.

Tapi saat itu Chloe terlalu marah. Dia menyatakan cinta pada Alister tapi ditolak. Sisi egonya tidak mau. Dia mengadu pada ayahnya, jadi mereka menggunakan kekuatan keluarga mereka untuk menekan Alister. Bahkan pihak pendonor yang sudah bersedia mengurungkan niat. Tidak mau menyinggung keluarga Bagaskara.

Saat itu, Alister belum sekuat saat ini. Finansialnya masih sangat terbatas. Dia kewalahan, jadi setelah beberapa hari dan tidak menemukan jalan, akhirnya Alister menemui keluarga Chloe, bersedia menikahinya.

Chloe masih merajuk. Dia takut kalau Alister akan menyesali niatnya kalau operasi terlanjur dilakukan.

Alister hanya bisa menggertakkan giginya, dia menikahi Chloe lebih dulu. Sehari setelahnya, jadwal operasi ibunya ditentukan.

Sayangnya …,

Mata Chloe menggelap saat mengingat ingatan itu.

Di kehidupan lalu, Chloe tidak merasa bersalah sama sekali. Walau dia memiliki ketidaknyamanan, tapi setelah ayahnya mengatakan kalau hidup dan mati seseorang itu sudah takdir, manusia tidak berhak ikut campur sama sekali, ketidaknyamanan itu lenyap seolah tersapu angin.

Ya, operasi transplantasi terlambat. 

Kondisi ibunya Alister sudah terlanjur kritis. Operasinya gagal.

Wanita sakit-sakitan itu meninggal.

Semua keluarga Alister membenci Chloe. Termasuk kedua adiknya.

Tapi Chloe tidak sadar diri. Dia masih berperilaku nakal dan sesukanya.

Alister juga tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memberi Chloe pandangan dingin, tapi dia masih memperlakukan Chloe sebagai istri nominalnya.

Namun hutang masih harus dibayar.

Perkembangan Alister terlalu cepat. Satu demi satu perusahaan yang di bawah nama Bagaskara mulai menyatakan pailit. Masalah demi masalah itu tidak teratasi. 

Pada akhirnya … Bagaskara dihancurkan sepenuhnya. Kakak laki-laki Chloe tidak berdaya, kekuatan Alister terlalu mengerikan. 

Ayah Chloe mengalami stroke dan harus dirawat di rumah sakit sepanjang tahun.

Ibunya depresi karena perubahan yang terlalu cepat, dia mulai sakit-sakitan dan meninggal tahun 2023. Tahun depan.

Chloe tidak pernah tahu kalau Alister sangat kejam, dia memotong setiap jalan pelarian keluarganya. Bahkan kakaknya Chloe yang kuliah di luar negeri kesulitan mendapatkan pekerjaan yang baik. 

Keluarga Bagaskara yang di masa lalu dihormati dan dikagumi kali ini diperlakukan seperti lelucon.

Karena masih harus membayar biaya perawatan ibu dan ayahnya, kakaknya tidak punya pilihan. Pada akhirnya dia hanya bisa mengandalkan wajah untuk mencari uang, seorang gigolo di klub elit.

Chloe tidak pernah tahu betapa kesulitannya setiap anggota keluarganya sampai hari-hari terakhir kematiannya.

Alister sendiri yang menceritakan semuanya. Seolah ingin menikam Chloe sampai hancur.

Seolah ingin memberitahu Chloe … kalau keegoisannya sendiri yang sudah membuat seluruh anggota keluarganya lebur.

“Masih … masih ada waktu.” Chloe mencoba menegarkan dirinya sendiri. keluarganya masih lengkap. Walau Chloe tahu dia tidak bisa melakukan apa-apa, setidaknya … selama dia berubah, dia mulai bisa membantu kesulitan setiap anggota keluarganya.

“Aku bener-bener ingin berubah.” Chloe mengusapi air mata di wajahnya. “Aku harap walau semuanya terlanjur terjadi, aku bisa berubah.”

Sangat disayangkan memang, Chloe tidak kembali ke kehidupan di mana sebelum dia menikah dengan Alister. Andai saja hal itu terjadi, Chloe tidak akan lagi bersikeras untuk menikah dengannya.

Menghindari setiap tragedi yang terjadi.

Tapi kembali ke masa ini juga masih menjadi berkah yang tidak ternilai.

Chloe tersenyum simpul.

Dia benar-benar beruntung.

*** 

Halo ….

Ini adalah karya perdana Queen Nakey di KaryaKarsa. Cerita ini pasti agak panjang. Untuk 20 chapter pertama akan free, yess.

Minggu ini saya akan posting setiap hari.

Minggu depan saya akan post setiap hari selasa, kamis, dan sabtu.

Makasih. ^^

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya IDWLYA - Chapter 3-5
345
46
“Tuan, Tuan Arslan …” Suri yang menyambut Alister di teras tampak agak kesulitan menjawabnya, “Tuan Arslan sekarang sedang bersama Nyonya.”Mendengar itu, ekspresi bosan di wajah Alister berubah. Alisnya bertaut, “Kenapa kamu mengizinkan mereka?!”Alister sangat marah. Seolah yang sedang bersama putranya saat ini bukan istrinya, bukan ibu kandung Arslan, tapi penyihir jahat yang bisa menculik dan menyakiti putranya kapan saja.“Butuh satu tahun sampai akhirnya Arslan tumbuh lebih normal, Suri. Kamu mengizinkan mereka bersama, apa bedanya dengan kamu mendorong Arslan menjadi sakit jiwa?!”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan