Live On Radiosiul - Bab 01: Lowongan Pekerjaan #UnlockNow

2
0
Deskripsi

TENTANG BAB 01

Saat makan siang di kantin, Jessie mendapatkan selebaran dan setelah dibacanya diketahui isinya sebuah pengumuman perihal lowongan pekerjaan.

Menanggapi hal itu, Rahmi, teman Jessie yang juga sedang membersamai di meja makan memberi saran agar Jessie melamar. Alasannya tak lain karena wanita di depannya itu demen cuap-cuap dan juga nge-gosip.

Selengkapnya karya-cerita Desi Puspitasari ini bisa dibaca di laman bawah, yaa!


▶▶ Perihal Cerita ‘Live On Radiosiul’ ◀◀

Jessie membaca selebaran yang baru saja disodorkan Rahmi, temannya. Mereka sedang makan siang di kantin karyawan. Men sederhana macam nasi dengan sayur bobordaun keteladan ikan asin menjadi pilihan mereka sehari-hari. Gaji kecil sebagai kasir dan karyawan di sebuah supermarket membuat mereka harus pengiri 

"Daftar out," saran Rahmi. "Kamu kan demen cap-cap, seneng bergosip, cocok, deh?"

"Sejak kan orang dayan bergosip bisa jadi penyiar?" tanya Jessie dengan menjengin wajahnya. Mereka memang senang membicarakan bos-bos dan karyawan senior di tempat kerja. Ada saja kelakuan ajaib orang-orang yang menarik untuk dibahas 

"Doyan bicaranya itu, lhoh," jelas Rahrni. “Menjadi penyiar nad kan malahnya dituntut cerewet. Sudah, coba ajas Dabar, ikuti tesnya, tanya gajinya berapa. Kalau gede kan Jumayan. Kamu bisa tinggalin kerjaan jadi kasir di sini." 

Jessie pura-pura mememblekan bibimya. “Kalau aku pindah kerja, nggak kotemna karna lagi.

"Halah, gayama!" Rahmi tertawa. "Padahal setiap hari mengeluh gajinya setikk. Lagian, ya, Jess,kamu masih muda. Pindah-pindah tempat kerja enggak apa-apa. Ngumpalin pengalaman. Cari yang gajinya gede."

Jessie kembali membaca selebasan berisi lowongan pekerjaan. 

Menjadi penyiar radio? Memangnya ia bisa?

Memang, sih, ia pernah punya cita-cita menjadi penyiar radia. Berbicara di belakang mikrofon, menyapa para pendengar, memilihkan lagu-lagu enak untuk didengarkan la cerewet tapi dengan ng yang pas. Pertanyaannya apakah ia bisa cost di temput kerja baru yang bemama radio-kalau la diterima kerja di sana.

"Bisa. Bisa" Rahmi masih terus berusaha meyakinkan. “Minimal kamu mencoba dulu. Kala gagal, ya nggak masalah. Kalau berhasil, dadah pekerjaan kasir yang membosankan tapi penuh risiko.”

Jessie membaca persyaratan melamar pekerjaan menjadi penyiar radio. Simpel sekali. Tidak ada syarat yang memberatkan. Besok pun ia bisa tinggal datang dengan membawa berkas yang dibutuhkan.

“Lagian, tinggal ngoceh ini. Kamu bisa aja membahas cuaca, membahas kisah asmaramu yang selalu kandas--”

"Ih!" protes Jessie dengan menonjok lengan temannya.

Rahmi malah tertawa-tawa "Lho, benar, kan? Hal-hal kayak gitu yang bikin pendengar tertarik dan sudi mendengar lebih lama. Sudah, coba aja daftar! Kerjanya oke kayaknya."

"Oke, ya?" gumam Jessie. "Besok aku mencoba daftar, deh. Besok aku masuk sif sore. Jadi pagi sampai siang harinya masih bisa mampir ke sana untuk tes.

"Nah gitu dong! Kudu semangat begitu! Kamu masih muda, punya banyak kesempatan untuk berkembang!" pekik Rahmi senang. “Kalau berhasil diterima, kabar-kabarin, ya!”

"Ish, daftar saja belum sudah minta dikabarin," gerutu Jessie berpura-pura.

"Kalau sudah ketrima kerja, gajian pertama kamu traktir aku makan-makan."

“Mau ditraktir, apa?” tanya Jessie

Rahmi nyengir. "Pizza mau, doong..."

"Ya," anggak Jessie. "Kalau gajinya gede. Yaaa, minimal 70 kali lipat gajiku jadi kasir di sini.

"Huuuu..!" protes Rahmi. Jelas-jelas tidak mungkin gaji penyiar radio, terlebih yang masih 'hijau' seperti Jessie akan mendaparkan bayaran lebih banyak --yang jauh lebih banyak dari gajinya menjadi kasi di minimarket.

Seusai istirahat makan siang, Jessie memikirkan kembali nasihat Rahmi. Ia masih muda, bebaskan saja kalau mau melamar pekerjaan di mana saja, kumpulin banyak pengalaman, mumpung masih muda masih punya banyak kesempatan berkembang.

Thitt..!

Mesin pemindai harga barang kembali berbunyi. Anak magang yang berdiri di belakang Jessie sigap memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam kantung plastik.

Jessi menyebutkan total uang yang harus dibayarkan pembeli. Ia menerima uang, menghitungnya, memberi kembalian sembari menyodorkan nota belanjaannya, tersenyum dengan mengacapan terima kasih.

Sampai kapan mau terus jadi kayak begini? Sampai tua bertahan di balik meja kasir? Padahal banyak kesempatan yang barangkali seru untuk dicoba.

Di dalam hati Jei akhiya memutuskan. la akan mencoba kesempatan melarar pekerjan sebagai penyiar radio itu. Hitung-hitung mencari pengalaman. Syukur-syukur kalau gajinya juga besar.

Sebelum palang ia kembali memperhatikan selebaran yang digenggannya. Sekali lagi ia membaca nama radionya: Radio Siul. 

Radio Siul?

Hmmm...dari namanya saja sudah aneh. Yah semoga tak bakal ada kejadian aneh-aneh selama ia melamar kerja di sana dan juga saat ia diterima kerja nantinya.

 

***

Berbekal alamat yang tercantum di selebaran, Jessie berhasil menemukan radio yang dimaksud. 

“Astaga…,” gumam Jessie tidak percaya.

Radiosiul.

Sebuah plang berkarat dan tampak lusuh bertuliskan nama radionya. 

“Nama radionya aneh, tampilannya tua banget. Apa jangan-jangan kalau malam hari sering terdengar suara siulan?” gumam Jessie.

Tiba-tiba sekujur tubuhnya merinding sendiri. la masih belum mempercayai apa yang sedang dilihatya. Sebuah bangunan terbengkalai dengan plang bertuliskan Radio Siul. Tua dan terbengkelai.

Semalam ia sudah mencari informasi tentang radio yang akan ditujunya untuk melamar pekerjaan. Radio Silu --dulunya bemama Swaramuda- sudah berdiri sejak lama, sekitar tahun 90-an. Memiliki banyak penggemar. Sayangnya, ia tak cukup program-program yang menarik. Penyiar pun berjiwa old-soul. Jadul habis! Lama kelamaan pendengarnya berkurang. Iklan yang masuk pun semakin jarang. Kini radio itu hanya bertahan dengan memutar lagu-lagu lawas, lagu-lagu campursari, lagu-lagu dangdut, dan sangat jarang terdengar lagu-lagu manca.

Jessie membuka pintu bangunan radio tua tersebut. Kepalanya celingakan. Ternyata bangunan tersebut memiliki bagian dalam yang disetel minimalis dan modern. Sepertinya telah dirombak habis-habisan.

Sebelum masuk, Jessi sudah terbayang akan ruangan pengap, lembab, dengan dinding berbercak jamur dan noda bekas rembesan hujan. Di sudut-sudut langit-langit terdapat sarang laba-laba. Ternyata kecurigaan itu tak ditemui sama sekali.

Bagian dalam bangunan Radiosiul memiliki tembok yang bersih seperti baru dicat. Foto- foto terpajang dalam pigura simpel dan minimalis. Tembok sepanjang lorong yang putih bersih tersebut tampak segar dengan penempatan beberapa pot tanaman hijau 

"Pemisi..." panggil Jessie. Kepalanya celingukan. Tak tampak satu orang pun di dalam rangan. Padahal speaker di ruangan terdengar sedang memutar satu lagu lawas tahun 90-an. Seharusnya ada satu orang yang berada di ruangan. Minimal si penyiar-lah. Atau jangan- jangan sedang ke toilet?

Jessie memutuskan untuk mencari. la melongok di balik meja resepsionis. Benar-benar kosong, la berjalan menyusuri koridor menuju ke halaman belakang gedung 

"Wah, kosong dan kurang terawat," gumannya. Ia bisa membayangkan saat sore hari halaman belakang ini pasti terlihat ngeri-ngeri sedap. Rerimbunan semak yang belum sempat dipangkuas, beberapa pohon pisang yang tumbuh berjajar, toilet tua yang tampak usang di bagian ujung.

Ssssssiiiuuttt…

Tengkak Jessie meremang. Barusan seolah ia mendengar siulan seseorang. Ah, pasti embusan angin dari bagian atas tembok. Atau siulan angin yang melewati jajanan pohon pisang.

"Sebaiknya aku segera ke depan saja. Kebun ini kosong nggak ada orang," putus Jessie. 

Begitu ia membalikkan badan, sesosok laki-laki tua, bungkuk, berkeriput, berdiri di belakang.

"Cari siapa, Mbakk...?" [dps]


▶▶ Cerita 'Live On Radiosiul Bagian Selanjutnya Sila Klik Di Sini ◀◀

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Live On Radiosiul - Bab 02: Mendaftar #UnlockNow
2
0
TENTANG BAB 02↴Jessie masukin berkas. Ketemu Sisil, ponakan pak Burhan, yang teledor. Langsung dapat kepastian diterima.Karya-cerita Desi Puspitasari bagian ini bisa dibaca di laman bawah, yaa! ▶▶ ‘Live On Radiosiul' Bagian Sebelumnya Sila Baca Di Sini! ◀◀
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan