RAFKA - My Possessive Bad Boy - Part 1

4
1
Deskripsi

"Aku pengen di SMA nanti, kita pura-pura saling nggak kenal!" pinta Kaia tegas.

"Why?" kernyit Raftel yang sangat tidak setuju dengan ide itu.

"Aku nggak mau jadi kurir dari fans-mu lagi, titik."

***

Kaia D. Roula dan Raftel D. Halbur adalah sepasang sahabat yang tumbuh bersama dari jaman masih dalam kandungan.

Saking kompaknya mereka berdua, Kaia dan Raftel dilahirkan oleh ibu mereka masing-masing di tahun, bulan, tanggal, jam, dan detik yang sama, di salah satu Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kota ini....

"Raf, kamu mau nggak ciuman sama aku?" tanya Kaia dengan raut wajah kusutnya yang menggambarkan bahwa banyak pikiran rumit di dalam isi kepala mungilnya itu.

Uhuk, uhuk, uhuk ....

Sontak saja pertanyaan aneh Kaia membuat Raftel langsung tersedak vanila mint yang sedang dia minum.

"Kalau minum pelan-pelan dong, Raf! Nggak bakalan ada yang minta minuman kamu kok," omel Kaia yang sangat khawatir dengan kondisi Raftel yang baru keselek air minumnya.

Belakang punggung Raftel pun diusap-usap dengan lembut oleh tangan Kaia untuk membantu menenangkan kondisi pemuda itu.

Di saat batuknya sudah mulai mereda, Raftel langsung menoyor kepala Kaia ke arah samping.

"Aku keselek itu gara-gara kamu, Kay," tekan Raftel dengan wajah cemberutnya.

"Lho ...." Kaia bingung saat dirinya malah disalahkan oleh sahabatnya itu. "Kok kamu malah nyalahin aku? Aku nggak buat salah apa-apa lho," ucapnya lugu.

"Kamu memang nggak buat salah apa-apa, tapi ucapan kamu yang ngajakin aku ciuman itu yang bikin aku keselek." kedua mata Raftel pun melotot tajam ke arah Kaia dengan senyum palsu lebar yang dipaksakan.

Bibir Kaia pun langsung manyun. "Masa cuma kalimat gitu doang kamu jadi keselek?"

"Ya gimana ga keselek. Pertanyaan kamu itu konyol banget."

"Ya abisnya kan aku penasaran," gerutu Kaia.

"Bisa-bisanya kamu penasaran sama hal nggak penting kayak gitu, hadeh." Raftel pun menepuk kening Kaia sambil geleng-geleng kecil. "Harusnya kamu tuh giatin belajar aja. Sebulan lagi kita UAN lho. Bukan malah ngurusin hal konyol semacem itu."

"Tapi kan temen-temen aku suka cerita hal begitu, jadinya aku penasaran. Lagian aku sebel suka diledekin sama mereka gara-gara sampai detik ini aku belum pernah ciuman ataupun punya pacar." gadis itu pun cemberut sambil menopang dagu dengan kedua tangan yang bertopang pada tekukan kedua kaki atasnya. "Kalau aku udah tahu rasanya, kan enak. Jadi pas mereka ngecengin aku, aku bisa bales."

"Kalau mau bales ya kamu bales aja. Nggak perlu sampai pengen nyoba juga hal-hal konyol kayak gitu."

"Jadi intinya kamu nggak mau bantuin aku kan?" simpul Kaia dengan raut wajah marahnya.

"Nggak lah. Ngapain," tolak Raftel tegas yang kini mulai fokus kembali menonton acara masak-masak di layar kaca televisi rumah Kaia.

"Ya udah kalau gitu," sahut Kaia yang masih tidak mau menyerah. "Aku mau minta bantuan Mas Raksan aja." gadis itu pun langsung berdiri dari duduknya.

Fokus Raftel pun langsung teralihkan kembali ke arah Kaia dengan raut wajah kagetnya.

"Jangan gila kamu!" tegur pemuda itu.

"Aku nggak gila. Aku yakin banget kalau Mas Raksan yang super baik itu, pasti mau bantuin aku."

Broom, broom, broom, terdengar suara deru mesin mobil yang memasuki garasi rumah sebelah.

Kedua bola mata Kaia pun langsung berbinar.

"Itu pasti Mas Raksan," ucapnya dengan senyuman yang lebar.

Kaia pun langsung berbalik badan dan berseru memanggil nama kakak sulung Raftel dengan riangnya sambil berlari kecil.

Raftel yang panik dengan rencana gila Kaia pun langsung bangkit dan mengejar langkah kaki sahabatnya itu.

Tangan panjang Raftel dengan mudah meraih tangan mungil Kaia dan membuat gadis itu terhenti dari jalannya dan langsung berbalik arah kembali ke arah pemuda itu dalam waktu yang singkat.

Saat tubuh Kaia berada dalam pelukan tubuh Raftel, tanpa pikir panjang, pemuda itu langsung mendaratkan bibirnya pada bibir gadis itu.

Kaia hanya bisa terbelalak kaget dengan tindakan Raftel yang tiba-tiba seperti itu. Namun karena hal ini memang sesuatu yang Kaia inginkan, gadis itu pun mencoba menuntup erat kedua kelopak matanya.

Kaia hanya bisa diam saja karena dia tidak berpengalaman dengan hal-hal seperti ini.

Otak di kepala mungil gadis itu sedang menilai dan merekam semua rasa yang sedang dia rasakan saat ini.

Beberapa saat kemudian Raftel pun menyudahi ciumannya di bibir Kaia.

"Gimana?"

Kelopak mata Kaia pun mulai terbuka dan menatap lekat sahabat yang masih memeluk tubuhnya.

Ekspresi wajah gadis itu seperti orang yang berpikir dengan keras agar bisa menjabarkan semua rasa yang sudah terekam rapi di sel-sel ingatan otaknya.

"Rasanya aneh," dua kata pertama yang keluar dari mulut Kaia. "Ada lembut-lembutnya, bikin merinding juga, sama ada rasa-rasa vanila mint yang kerasa di lidah aku." gadis itu terdiam sejenak. "Ternyata rasanya nggak se-istimewa yang dibicarakan oleh Fanny dan kawan-kawan, he he." cengir Kaia polos. "Makasih ya karena kamu udah mau penuhi permintaanku." senyumnya lagi. "Meski kamu suka ngeselin, tapi kamu tetep yang terbaik." dua jempol pun Kaia acungkan ke arah Raftel.

Kini Kaia mulai melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu.

"Aku pergi dulu ya," pamitnya. "Tadi pagi Mas Raksan janji mau beliin aku strawberry dari pegunungan Jepang. Bye bye." lambainya ceria. "Jaga rumah ibu aku baik-baik ya!"

Kaia pun langsung melesat pergi keluar dari dalam rumah.

Selepas gadis itu menghilang dari pandangan Raftel, pemuda itu langsung tertunduk lemas sembari memegang dadanya yang sedang berdebar kencang.

"Kok jantung aku berdebar nggak karuan gini ya?" pikirnya dalam hati.

Bersambung ….

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Duda Panas Suamiku - Bab 1
0
0
Aya sangat benci pada laki-laki tampan, namun dia malah menikah dengan Duda Panas yang tampan. Bisakah gadis itu hidup rukun dengan suami barunya itu?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan