
Riset ini berangkat dari satu pertanyaan sederhana: mengapa kopi hadir dalam sajen tradisional Jawa? Apakah ini hanya kebetulan modern, atau ada jejak budaya yang lebih dalam?
Lewat penelusuran terhadap sejarah, catatan etnografi, manuskrip tradisional, dan praktik lokal di Jawa, kami menemukan bahwa kopi bukan sekadar minuman pengganti tuak. Ia telah menjadi simbol penghormatan, penghubung antara generasi, dan alat komunikasi spiritual.
Riset ini mengurai bagaimana:
• Kopi menggantikan tuak dalam...
Riset ini berangkat dari satu pertanyaan sederhana: mengapa kopi hadir dalam sajen tradisional Jawa? Apakah ini hanya kebetulan modern, atau ada jejak budaya yang lebih dalam?
Lewat penelusuran terhadap sejarah, catatan etnografi, manuskrip tradisional, dan praktik lokal di Jawa, kami menemukan bahwa kopi bukan sekadar minuman pengganti tuak. Ia telah menjadi simbol penghormatan, penghubung antara generasi, dan alat komunikasi spiritual.
Riset ini mengurai bagaimana:
• Kopi menggantikan tuak dalam ritual, sebagai respon terhadap perubahan nilai keagamaan.
• Tradisi nyuguh kopi sudah mengakar kuat dalam adat Jawa dan Sunda sejak abad ke-17, bahkan sebelum kopi dibudidayakan secara masif oleh VOC.
• Kopi menjadi bagian penting dalam ritus nyadran, ruwatan, sedekah bumi, dan upacara spiritual lainnya.
• Sajen kopi tidak hanya ditujukan untuk roh leluhur, tapi juga sebagai medium untuk menyadarkan manusia akan keterhubungan mereka dengan masa lalu.
Dalam riset ini, kami mencoba menjawab:
Bagaimana sebuah minuman pahit bisa menjembatani dunia fisik dan metafisik?
Jawabannya terletak bukan hanya pada sejarah tanam kopi, tapi juga pada nilai rasa, memori, dan simbol yang hidup dalam budaya Jawa.
Melalui pendekatan rasional-mistik, riset ini memperkuat keyakinan bahwa mistisme bukan lawan dari logika, melainkan ekspresi mendalam dari kesadaran manusia akan hal-hal yang tak bisa dijelaskan sepenuhnya—tapi tetap nyata dirasakan.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
