Pak Kos Ganteng (MBH) 10. Ilfeel

1
0
Deskripsi

“Siapa, nih? Anak kos baru, Ren?” tanya Derry.

Reno mengangguk. “Iya, Bang. Risa ini Bang Derry, teman dekatnya Bang Yaksa. Suka sering main ke sini kalau lagi gabut katanya.” Reno tergelak diakhir kalimatnya.

“Tahu aja lo.” Derry ikut tertawa kecil. Lantas menaikkan satu alisnya begitu Risa menoleh padanya. “Bohong banget si Yaksa ini. Katanya nggak ada anak kos baru.” Derry berdecak. “Kayaknya sengaja sembunyiin satu ini dari gue,” lanjut Derry.

Risa kurang mengerti mendengar itu. “Halo, Bang.” Risa...

Bab 10. Ilfeel 

Happy reading guys.

***

Risa turun ke lantai bawah. Di sana ada ruangan khusus seperti dapur kecil yang disediakan. Di mana seluruh anak kos diperbolehkan memakai ruangan itu untuk memasak apa pun.

Di tangan Risa sekarang sebungkus mie instan serta mangkuk. Rencananya Risa mau makan di sana saja. Ada meja makannya juga di sana. Risa tersenyum karena di dapur itu tidak ada orang, jadi dia bebas memasak tanpa harus canggung-canggung menyapa penghuni kos lainnya.

“Wangi banget.” Perut Risa makin lapar. Di usapnya perutnya itu dengan pelan sambil menunggu mienya yang sebentar lagi matang.

Risa sempat melirik arah rumah Yaksa. Terdengar suara Yaksa bercakap-cakap entah dengan siapa. Ingin Risa sambangi rumah Yaksa, tapi dia terlanjur lapar sehingga memutuskan mengisi perutnya lebih dulu. Baru habis itu merecoki Yaksa lagi. Seringai tipis muncul di bibir Risa, mulai memikirkan rencana apa untuk mengganggu Bapak kos gantengnya itu.

Dari siang sampai malam begini mereka belum bertemu. Risa kangen melihat wajah Yaksa yang selalu datar-datar itu. Wajah datar saja dia kangeni, gimana kalau Yaksa tersenyum lebar padanya selalu? Pasti Risa makin kangen tiap detik.

“Yes, udah masak!” seru Risa. Kemudian memindahkan mienya ke dalam mangkuk. Risa lantas duduk di kursi meja makan. Saat menyuapkan mie ke dalam mulutnya, Risa mengangguk kecil menyapa seorang pria yang baru saja melewatinya.

“Lo orang baru itu, ya?” tanya pria tadi.

Risa mengangguk, matanya melirik bungkus mie instan di pegang pria itu. Ternyata punya niat sama mau makan mie seperti Risa sekarang.

“Iya, Bang.” Risa tersenyum kecil.

“Gue Reno.” 

Risa melihat tangan Reno terulur padanya. Tidak sopan kalau tidak dia sambut uluran tangan itu. “Risa, Bang.”

“Kuliah di mana?” tanya Reno sambil mulai memasak mienya.

Risa buru-buru mengunyah mienya. “Belum kuliah, Bang. Masih SMA.”

Reno tampak kaget. “Lho, gue pikir lo udah mahasiswi.”

“Belum, Bang.” Risa tersenyum tipis.

“Boleh makan di sini gue, kan?” tanya Reno mengambil tempat duduk di seberang Risa.

“Ya, boleh lah, Bang. Tempat ini kan memang buat anak-anak kos. Nggak mungkin aku ngelarang.” Risa geleng pelan. Menghabiskan mienya yang sisa sedikit lagi.

Sesekali ekor mata Risa melirik pintu rumah Yaksa lagi. Tidak ada suara orang berbincang terdengar dari dalam sana. Risa menunduk menatap rambutnya yang sudah pendek. Tadi sepulang sekolah Risa mampir ke salon untuk memperbaiki potongan rambutnya yang acak-acakan dibuat Tika and geng.

Sebenarnya tadi Risa diajak pulang ke rumah oleh ayahnya yang datang ke sekolah memenuhi panggilan kepala sekolah atas apa yang menimpa Risa. Sayangnya Risa ini keras kepala, dia masih berat pulang ke rumah. Jadi banyak cara ia menolak dan membuat janji akan pulang secepatnya. 

Hingga ayahnya pun mengalah dan tidak terus memaksa. Padahal bisa saja ayahnya terus memaksanya, tapi Ayah jarang menekan anak-anaknya. Itu sedikit yang Risa ketahui.

Pintu rumah Yaksa terbuka. Risa terduduk tegap, siap menyapa Yaksa yang akan keluar dari rumah. Namun, sapaannya tertahan diujung lidah, sebab yang keluar bukanlah Yaksa. Melainkan seorang pria yang belum pernah dia lihat.

Pikiran buruk langsung menghampiri kepala Risa. ‘Itu pacar Pak Yaksa atau temannya? Nggak mungkin lah Pak Yaksa gay, kan?’ Risa membatin kemudian menggeleng, tidak mungkin pujaan hatinya itu menyimpang.

“Eh, Bang Derr, kapan datang? Udah lama nggak kelihatan di sini.” Reno menyapa pria itu ramah.

Risa simpulkan kalau pria yang disapa Reno memang sering datang ke sini. Risa fokus menghabiskan sisa-sisa terakhir mienya.

“Iya, nih. Sibuk kemarin-kemarin.” Derry menarik kursi kosong di sebelah Risa.

Saat itu Risa agak menunduk sehingga Derry tidak bisa melihat jelas wajah Risa. Di mana Derry langsung tertarik keluar rumah Yaksa setelah melihat ada orang duduk di sini, terutama seorang perempuan yang asing di matanya.

“Siapa, nih? Anak kos baru, Ren?” tanya Derry.

Reno mengangguk. “Iya, Bang. Risa ini Bang Derry, teman dekatnya Bang Yaksa. Suka sering main ke sini kalau lagi gabut katanya.” Reno tergelak diakhir kalimatnya.

“Tahu aja lo.” Derry ikut tertawa kecil. Lantas menaikkan satu alisnya begitu Risa menoleh padanya. “Bohong banget si Yaksa ini. Katanya nggak ada anak kos baru.” Derry berdecak. “Kayaknya sengaja sembunyiin satu ini dari gue,” lanjut Derry.

Risa kurang mengerti mendengar itu. “Halo, Bang.” Risa menyapa duluan disertai senyumannya.

“Hai, dedek gemes. Manis banget senyuman lo.” Derry mengedipkan sebelah matanya. Jiwa playboy-nya langsung keluar karena melihat gadis cantik dan masih polos seperti Risa.

Bukannya senang mendapatkan kedipan mata. Risa malah ilfeel jadinya. Mendadak tidak nyaman di sana karena langsung dapat signal buruk kalau dia tidak boleh berdekatan lama dengan orang seperti Derry. Kecuali Yaksa.

“Aku udah selesai makan. Permisi dulu, ya.” Risa bangkit. Cepat-cepat pergi ke kamarnya.

Tanpa tahu setelah dia pergi, Yaksa datang menghampiri Derry. “Lo udah pesan pizza ya, Der? Udah laper gue.”

“Udah.” Derry memutar kepalanya menghadap Yaksa. Lantas memicingkan kedua matanya tajam. “Eh, Sa! Kenapa lo bohong sama gue, hah?” tukasnya mengeluarkan protes.

Yaksa mengernyit. “Bohong apa, sih?”

Derry berkacak pinggang. “Lo bilang nggak ada anak kos baru. Terus yang nama Risa itu siapa?”

Sejenak Yaksa melirik Reno yang memperhatikan argumennya dengan Derry. Siapa yang sudah memberitahu Derry tentang Risa? Apakah Reno?

“Reno yang ngasih tahu lo?” tukas Yaksa kemudian.

Derry menggeleng. “Enggak! Tadi gue ketemu langsung sama anaknya! Makan di sini dia tadi, tapi sayang udah masuk ke kamarnya. Gila! Emang manis itu anak! Manis-manis polos gitu.” Derry senyum-senyum sendiri.

Panas dingin Yaksa mendengar ucapan temannya itu. Lalu meraup wajah Derry kasar. “Jangan lo apa-apain itu anak orang yang masih polos! Cari cewek yang lain aja!”

“Dihhh, kok ngelarang lo?” Derry mendelik. “Biasanya juga nggak pernah lo se-ngatur ini sama gue.” Derry memandang curiga temannya itu. “Jangan bilang lo udah naksir sama anak kos lo itu, ya? Makanya larang gue dekatin dia?” tuding Derry. Reno langsung tersedak mienya mendengar itu.

Telinga Yaksa memerah. Dia memalingkan wajah. “Apaan, sih?” deliknya. “Gue cuma nggak mau korban lo selanjutnya anak se-polos kayak dia!”

Bertepatan saat itu pesanan pizza mereka datang. Yaksa bisa lari dari hadapan Derry dengan alasan mengambil pizza itu. Sedangkan Derry mengusap dagunya.

“Hmmm, mencurigakan.” Derry bergumam sembari memperhatikan gelagat temannya yang mendadak aneh.

***

Risa sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Sesekali menggaruk kepala karena ada soal yang tidak bisa dia mengerti. Risa sadar, otaknya tidak seencer saudara-saudaranya. Di mana Kak Safa, Bang Raihan serta Ira sangat pintar dibandingkan dirinya. Itulah kadang membuat Risa menggerutu, kenapa selalu dia yang berbeda diantara saudaranya yang lain?

Tangan Risa berhenti bergerak. Lamat-lamat dia mendengarkan suara ketukan. Awalnya dia pikir suara itu bukan berasal dari pintunya, tapi semakin didengar jelas. Pintu kamarnya yang memang diketuk.

Bulu kuduk Risa merinding. “Siapa yang ngetuk itu?” Risa melihat jam di ponselnya. Masih jam sepuluh malam. Tidak mungkin hantu mengganggunya secepat itu karena belum terlalu larut.

Risa hiraukan saja suara ketukan itu. Pasti hilang sendiri. 

“Tuh, kan, hilang.” Risa membuang napas lega. Dan kembali menyelesaikan tugas sekolahnya.

Namun, ponselnya yang berdering setelah itu. Risa melotot melihat nama ‘Bapak Kos Ganteng Sedunia’ tertera di layar ponselnya. Meski tidak tahu apa alasan Yaksa meneleponnya di jam begini, Risa langsung mengangkat telepon itu.

“Malam Pak Yaksa! Pasti kangen aku, ya, makanya nelepon? Atau mau sleep call-an sama aku?” tanya Risa dengan tingkat percaya dirinya yang segunung itu.

“Buka pintu kamu. Saya di depan ini.”

Risa langsung berdiri mendengar itu.

TBC.

See you di bab 11.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Pak Kos Ganteng (MBH) 11. Gadis Nakal
1
0
Yaksa tak habis pikir. “Nggak takut kamu saya apa-apain. Makanya ngajak saya masuk ke dalam?”Risa mengerjap polos. “Emang Pak Yaksa mau apa-apain saya?”Nyaris tersedak Yaksa mendengar itu. Gadis ini pintar sekali bertanya balik. Yaksa kesal sendiri. “Ngarep kamu saya apa-apain?” Yaksa meneliti Risa dengan saksama. “Lihat kamu aja saya nggak nafsu. Rata begitu semua,” lanjutnya dengan seringai.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan