Retak, Tumbuh dan Mekar - IV -

1
0
Deskripsi

“Jahitan yang sudah hampir selesai, harus diputus karena tak sesuai.”

Lanjut.....

“aaakuuu.” Ulum berbicara, semua sorot mata memandang dirinya cemas.

“kamu kenapa.” Timpal hendro dihadapan ulum.

Ibunya hani pun berjalan masuk kedalam kamarnya.

Kali ini hani yang memeluk ulum erat, “tenang lum, kamu gak sendiri.”

Ulum memandang hani dan hendro. Hani memasang muka tegang sedangkan hendro memasang muka tersenyum.

Datanglah ibu hani membawa air jeruk hangat. Diserahkan ke hendro untuk diminumkan ke ulum. Hendro minumkan ke ulum secara perlahan. Terlihat ulum mulai sedikit lebih tenang.

“maafin aku sayanggggg.” Pungkas ulum langsung memeluk hendro.

Wajahnya tepat di dada bidang hendro.

Hendro bingung kenapa tibatiba ulum meminta maaf.

“apa yang perlu dimaafkan sayang?” tutur hendro mengelus punggung ulum.

Hani tak tinggal diam, ia juga memegang tangan sahabatnya. Genggaman tulus seorang sahabat.

“nanda.” Ucap ulum yang masih berada di dada hendro.

“kenapa nanda?” ujar hendro.

Ulum menarik wajahnya dari dada hendro, duduk berhadapan sejajar dengan hendro. “tapi kamu jangan marah?”

“takakan aku marah.” Senyum lebar selalu ditampilkan oleh hendro.

Ulum : “janji?”

Hendro : “yap.”

Dengan muka sedih ulum siap bercerita, yang didengar serius oleh seisi rumah hani. “tadi pagi papa nyuruh aku pake kebaya, aku ga mikir aneh tentang itu. Aku menuruti papa. Terus ketika aku turun kamar ke ruang tamu. Disana.” Ulum menghentikan pembicaraannya menggigit bibir bawah.

“kenapa sayang?” celetuk hendro memegang pipi kanan ulum.

Hani dan ibunya tak berucap apapun hanya memandang ulum di sofa satunya.

Ulum membuka mulutnya melanjutkan cerita. “disana, ada nanda sama keluarganya. Aku dijebak papa yang.” Ulum kembali memeluk hendro erat.

“aku paham yang mau kamu ceritakan.” Pungkas hendro

Hani dan ibunya saling bertatapan, ibunya terlihat heran tapi hani justru sebaliknya. Ia seakan tau apa yang terjadi pada sahabatnya.

“apakah kamu menerima dia?” hendro mengangkat wajah ulum dan memegang kedua pipinya dengan lembut.

Ulum tak menjawab.

“tak apa sayang, aku gak marah.” Tegas hendro kembali.

“aku hanya diam tapi mama dan papa menerima dia. Aku langsung masuk kamar setelah itu.” Ujar ulum cerita

Hendro : “apa nanda masih disana?”

Ulum : mengangkat bahunya pertanda tak tahu.

Hendro : “terus kamu gak pulang?”

Ulum : “aku males.”

Hani pun memajukan dirinya duduk ke samping ulum.

“kamu nginep sini aja lum.” Ujar hani.

Ulum hanya menganggukan kepala.

Berbeda dengan isi hati hendro, ia mengajak ulum pulang bersamanya.

“aku antar kamu pulang. Kita omongin sama keluarga kamu.”

Hendro berdiri didepan ulum sambil memegang tangannya.

Ulum menatap hendro. Dan ia pun bangkit.

Hendro dan ulum berjalan keluar rumah hani.

“makasih ya hani udah jagain ulum.” Sahut hendro tersenyum didepan pintu rumah hani.

“iya ndro tetap semangat y.” Balas hani.

Hendro tersenyum dan menyalakan motornya, ulum pun segera naik dibelakang. Dan mereka berjalan kerumah ulum.

Saat perjalanan, hati hendro hancur dan banyak hal di benaknya kala itu.

“aku harus apa? Aku butuh dekapanmu tuhan.”

“apa aku harus relakan dia.”

“tuhan, tolong satukan kami.”

“bantu aku tuhan sekali ini aja.”

“aku sayang sekali dengan dia.”

Begitulah yang hendro ingat dibenaknya kala itu, tangan kiri hendro memegang tangan ulum dimana ulum sedang memeluk dirinya.

Seketika, mereka sampai depan rumah ulum.

Didepan teras, terlihat ibu dan bapak ulum seperti menunggu ulum.

Baru saja hendro standarkan motornya. Ayahnya ulum berjalan ke arahnya dan “plakkkk.”

Suara tamparan terdengar nyaring dikuping hendro.

Ulum pun memeluk ayahnya dan berujar, “hendro gak salah pah. Ulum yang kabur kerumah hani.”

“maaf pak. Jika bapak ingin menampar saya, lakukan sepuasnya.” Hendro berbicara dengan wajah menunduk.

“bapaakkkk.” Teriak ibu ulum

Sang ayah pun melihat ke arah istrinya.

“sudah cukup pak kasian hendro dan ulum.” Ibunya ulum berbicara didepan teras dengan nada yang agak lantang.

“kamu cinta ulum?” bapak ulum bertolak pinggang bertanya.

“saya cinta dan sayang sama ulum pak.” Ucap hendro mengangkat wajahnya memandang ayah ulum.

“apa kamu ikhlas ulum menikah dengan orang lain?” sahut ayah ulum kembali.

Hendro tak menjawab, hatinya bimbang. Lututnya sedikit gemetar, sepintas teringat kenangan indah yang ia lalui bersama ulum.

“kenapa diam?” sang ayah berujar.

Lamunan hendro buyar.

“saya tak sanggup pak.” Dengan nada getar hendro menjawab.

Ibu ulum pun menangis dengan suara tersedu pelan.

“saya harap kamu bisa mengerti. Bapak sama ibu ulum hanya ingin yang terbaik untuk ulum.” Ucap bapak ulum.

Ulum yang berada disamping sang ayah pun berpindah memeluk ibunya yang menangis sambil berujar, “buuuu, ulum mau nikah sama hendro. Tolonggg bu. Ulum udah dewasa.”

Sang ibu hanya membalas pelukan ulum sambil menangis tak menjawab.

“bisakah kamu pulang sekarang nak hendro?” sang ayah bersuara dengan wajah murung.

Hendro pun mengambil tangan ayah ulum dan menciumnya.

“saya pamit pak dan saya cinta sekali dengan anak bapak.” Setelah itu hendro menyalakan motornya dan berjalan pulang.

Kalian tahu apa yang dirasakan hendro.

Sekuat apapun lakilaki akan bersedih bila disakiti, kalian setuju dengan saya?

Hendro pun mengeluarkan air mata diperjalanan pulang.

“tuhan, mengapaaaa?”

“apa aku melakukan dosa besar, sehingga kau menimpa aku dengan ujian ini?”

“jika iyaaa, tolong maafkan aku.”

“akuuu sayang sekali dia. Aku cintaaa ulum.”

“Kenapa ayahnya ulum tibatiba berubah?”

Hati hendro berbicara.

Ia bingung padahal ayah ulum sebelumnya setuju, kenapa sekarang justru berbanding terbalik.

Tangis hendro pecah, ketika ia mengingat perjalanan cintanya yang sudah terjalin dengan ulum dengan ratusan kenangan.

Hendro menancapkan gas motornya dengan kencang.

Setibanya dirumah, hendro membuka pintu dan berjalan ke kamar dan “brakkkk.” Suara pintu kamar hendro yang ditutup kencang olehnya.

Ibu dan ayah hendro ada diruang tengah mungkin kaget.

Hendro mengunci pintu kamar, tiduran dikasur dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Ia menangis, ia hancur, ia retak, ia runtuh.

**

Beberapa menit kemudian, “tokkkk..tok. tokkk.”

Pintu kamar hendro ada yang mengetuk, “bangggg dipanggil ayah.” Itu adalah suara adik lakilaki hendro yang masih sma.

Hendro enggan menjawab, pikirannya kalud.

Ia tumpahkan seluruh air matanya di kamarnya.

Tibatiba.

“ndro, kamu kenapa?” kali ini suara sang ibu nya bertanya.

Hendro diam membisu. “lelah.”  Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hati hendro.

Hapenya bergetar, hendro coba mengecek. Rupanya ulum yang menelfon tapi hendro diamkan saja.

Beberapa menit kemudian, ada whatsapp masuk.

Ulum : “sayangg, akuu cinta sama kamu. Pokonya aku mau kamu. Atau kita kawin lari saja sayang.”

Hendro tak membalas pesan itu, benaknya masih tergiang wajah bapak nya ulum, ibunya ulum, keadaan dirumah ulum. Campur aduk.

Hanya menangis yang hendro bisa rasakan.

Tak terasa hendro tertidur dengan sendiri.

Pagi nya ia bangun, ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab. Semua itu adalah ulum yang coba menghubunginya.

Hendro mencoba baca pesan.

“aku harus apa yang?”

“apapun aku lakukan demi cinta kita.”

“jemput aku sayang, kita kawin lari saja.”

“aku gamau menikah dengan lakilaki yang aku tidak cinta.”

“jangan menghilang hendro, aku sayang kamu. Aku gamau jauh dari kamu.”

Begitulah pesan pesan dari ulum.

Hendro pun membalasnya.

“papa mama kamu pasti mau yang terbaik buat kamu, mungkin memang saatnya aku mengikhlaskan mu. Kamu gaboleh durhaka sama kedua orang tua kamu lum.”

Ia beranjak dari kasur melihat ke arah samping, bantal pemberian ulum ada dikasur.

Hendro pun keluar dari kamar, papa mamah dan adiknya sedang makan dimeja makan.

“kamu kenapa ndro?” ujar sang ayah yang melihat anaknya berjalan lesu.

“ulum lamaran dengan lakilaki lain pah.” Ucap hendro terlihat matanya sembab menahan air mata turun.

Ibunya pun berdiri dan menggandeng hendro kemeja makan.

Disendokkan nasi dan lauk di piring yang sudah disediakan untuk hendro.

“makan dulu nak.” Ucap sang ibu.

“hendro gak nafsu makan bu.” Hendro berdiri kembali menonton tv, ia bahkan malas untuk masuk kerja.

Baru saja 2 menit ia menonton tv, ia matikan dan masuk kamar.

“bang.” Anton adik hendro berbicara.

Hendro pun menoleh kebelakang, “ape.”

“lemah lo bang.” Teriak anton dengan wajah serius.

Tak digubris ucapan si adik, hendro langsung masuk kamar dan menguncinya.

Hati hendro gelisah, ia melihat barang barang pemberian ulum. Dan memasukkan ke keranjang pakaian kotor.

Kemudian ia mengecek hapenya.

“aku cintanya sama kamu. Aku maunya sama kamu.” Pesan dari ulum.

Hendro lempar hapenya ke meja samping kasurnya.

Ia keluar kamar membawa keranjang pakaian kotor. Dan berjalan ke depan rumah, di buang seluruh isi keranjang ditong sampah. Kemudian ia masuk kembali ke dalam rumah.

“sini ndro.” Kata sang ayah yang sudah berada di ruang tamu.

Hendro melewati sang ayah.

“ndroo.” Ucap sang ayah sedikit keras.

Hendro pun berbalik dan duduk dihadapan sang ayah.

“jangan sekarang yah.” Ucap hendro memalingkan wajahnya kekanan.

Sang ayah tersenyum sambil menghisap rokonya.

“kamu anak lakilaki.” Ucap sang ayah.

Hendro melihat sinis ke ayahnya.

“lakilaki itu memilih, mungkin ini sudah jalan tuhan.”

Hendro diam dan berdiri lalu berjalan ke kamarnya.

Saat dia melihat hapenya, atasan di tempat kerja nya mencoba menghubungi tapi tak terjawab oleh hendro.

Bahkan si atasan pun memberi pesan.

“lo lupa hari ini ada event. Goblok.”

Hendro memilih tak membalas dan tibatiba ulum menelfon, namun hendro tak jua ingin mengangkatnya. Setelah ulum berhenti menelfon, hendro pun memblokir whatsapp ulum berikut beberapa media sosial ulum.

Hendro melihat isi galerinya, foto tentang ulum ia hapusi. Namun pikiran dan hatinya tak bisa melupakannya.

3 hari hendro tak masuk kerja, dan akhirnya atasannya pun memberitahu hendro kalo ia memecat hendro. Tapi disisi lain ada pesan masuk dari hani.

“ndro, lagi dimana?”

Hendro tak menjawab.

Hari itu malamnya rumah hendro kedatangan tamu, rupanya ulum dan hani.

“udah gaada lagi yang perlu ditangisin.” Ucap hendro ketika ulum menangis didepan rumahnya.

Ibu dan ayah hendro melihat dari dalam rumah.

“aku sayang kamu ndro, aku gamau nikah sama dia.”

Hani hanya diam mematung meratapi keadaan sedih itu.

“aku juga sayang sama kamu. Tapi tuhan berkata lain.” Ucap hendro dan menutup pintu rumahnya lalu dikunci.

Diluar ulum sedikit teriak tapi kemudian suara itu menghilang.

Hendro dipanggil oleh ibunya.

“kamu yang kuat ya nak.” Ucap sang ibu disamping suaminya.

Hendro hanya berjalan lurus masuk kekamar.

Bayangbayang masalalu dengan ulum selalu hinggap dikepala hendro.

Hendro bergerak kekiri dan kekanan sambil memejamkan mata dikasur gelisah.

“fuckkk.” Dengus hendro pelan.

Ia keluar kamar dan coba menonton tv. Tapi rasa gelisah menimpa dirinya kembali.

“gue gabisa gini terus.” Bisik hati hendro.

Ia begadang semalaman memikirkan ulum.

Paginya ia keluar kamar, ia mencoba mandi karena ia lupa sudah berapa hari ia tak mandi.

Baru saja hendro keluar kamar membawa handuk, ibunya memberi sepucuk surat.

“dari ulum.”

Hendro menerima tapi ia taruh di meja makan, lalu ia meminum air putih. Tapi rasa penasaran akan isi surat semakin terasa. Akhirnya ia membaca pesan tersebut.

“aku gatau cara nya untuk minta maaf kekamu. Jika kamu memang ingin berakhir seperti ini, aku gatau apa aku sanggup menjalani hidup tanpa kamu. Yang jelas, makasih ya ndro untuk 4 tahunnya. Makasih juga udah pernah sayang sama aku. Makasih banget udah ada dihati aku. Aku gabakal bisa melupakan semua hal yang udah kita lakuin bersama.”

Hati hendro kembali goyang, ia pun tak sanggup. Akhirnya ia masuk kedalam kamar dan menangis.

Didalam hati hendro ia masih sayang dengan ulum. Tapi ia tak bisa memaksakan hal yang bukan miliknya.

Gusar rasanya hati hendro pagi itu.

Ia coba menenangkan hati dan pikirannya.

Setelah itu, tanpa mandi ia segera berpakaian dan memacu motornya.

.....

Bersambung.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Retak, Tumbuh dan Mekar - V -
1
0
Hati yang kecewa pun sedikit sembuh. Yang layu akan tumbuh.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan