Mr. Everything!

Mr. Everything!

“Sudah Mas bilang jangan terus-terusan bikin masalah di sekolah.”

Maureen menatap sebal kakaknya. “Aku nggak bikin masalah.”

“Terus apa namanya kalau bukan bikin masalah? Kamu nampar teman sekelas kamu.”

“Dianya aja yang suka gangguin aku.” gerutu Maureen. 

“Dengar, Reen, Mas nggak bisa terus-terusan sembunyiin masalah ini dari Mom, kalau sampai Mom tahu kamu selalu bikin masalah di sekolah, kamu bakal dapat hukuman.”

“Mas, kalau dia nggak narik rambut aku duluan, aku juga nggak akan nampar dia.”

Nathan bersidekap menatap adiknya, sementara adiknya yang ia juluki bocah kematian itu hanya menampilkan wajah polos.

“Sudahlah, ayo pulang. Mas capek.”

Maureen mengikuti Nathan keluar dari gedung sekolah menuju pelataran parkir, saat ia melihat Nathan melangkah menuju mobil yang tak dikenalnya, Maureen menarik lengan kakaknya kuat-kuat hingga Nathan hampir saja terjungkal ke belakang.

“Reen!” Nathan memelotot marah.

“Itu mobil siapa?”

“Temennya Mas.”

Maureen memelotot. “Mas nggak bawa mobil?”

“Nggak.”

“Kenapa, nggak? Aku nggak mau naik mobil orang asing.”

“Banyak maunya kamu.” Nathan menarik kerah belakang seragam sekolah Maureen mendekati mobil itu, tak peduli meski Maureen meronta-ronta minta dilepaskan. “Masuk!” Nathan membuka pintu belakang mobil mewah itu dan menatap Maureen kesal.

“Aku naik taksi aja.” 

Gadis itu hendak melewati Nathan, tetapi Nathan kembali menarik kerah belakang seragamnya.

“Masuk atau Mas bakal telepon Mom sekarang juga.”

Ancaman itu berhasil membuat Maureen patuh. Ia menghentakkan kaki lalu menginjak sepatu kakaknya kuat-kuat sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk dengan wajah memberengut di kursi belakang.

Nathan meringis seraya menutup pintu, lalu membuka pintu depan dan masuk. Kakinya berdenyut sakit.

“Masalah apa kali ini?” sebuah suara terdengar.

Maureen hanya menatap ke depan dengan wajah sebal, sementara seorang pria yang duduk di kursi pengemudi meliriknya melalui spion tengah.

“Biasa, dia nampar teman sekelasnya.”

“Oh, great.” Pria itu tersenyum miring dan masih menatap Maureen dari spion tengah, sementara Maureen hanya menatap kesal tanpa membuka suara. “Kiddy?”

“Apa?!” Maureen menjawab ketus. Panggilan itu membuat telinganya gatal.

“Sabuk pengaman, please.”

Menahan umpatan, Maureen memasang sabuk pengaman sementara pria itu tersenyum kecil kemudian mulai melajukan kendaraannya meninggalkan sekolah.

Dialah Nicholas Wirgiawan, orang yang paling menyebalkan bagi Maureen. Maureen mengenal hampir semua teman kakaknya, namun baginya hanya Nick yang luar biasa menyebalkan. Pria dingin yang sombong itu benar-benar membuatnya muak. Sejak mereka pertama kali bertemu ketika Maureen masih SMP, pria itu selalu meledeknya dan memanggilnya dengan sebutan ‘Kiddy’ yang artinya anak-anak. Dan sampai saat ini meski ia berada di tahun terakhir SMA, pria itu masih memanggilnya Kiddy. Benar-benar menyebalkan!

Hope you like it. Sorry for typo 😘