
PERSIB BUKANLAH RUNNER UP KEJUARAAN PSSI 1934
Apabila kita menggunakan tahun 1934 sebagai tahun kelahiran Persib, maka segala pertandingan yang terjadi sebelum peristiwa itu bukanlah pertandingan Persib. Sementara itu di berbagai pencatatan sejarah Persib ditulis bahwa Persib merupakan runner-up Kejuaraan PSSI tahun 1933 dan 1934.
Tahun 1933 jelaslah bukan Persib melainkan PSIB, lalu bagaimana dengan 1934?
Pada saat peristiwa terjadinya fusi antara PSIB dengan NVB, kejuaraan PSSI 1934 tingkat...
BOEKOE POETIH, PELURUSAN SEJARAH PERSIB BANDUNG
3
1
22
Berlanjut
Banyak hal yang harus diluruskan mengenai sejarah tim kebanggan kita ini. Buku ini mengulas awal mula menjadi Persib hingga kebangkitannya kembali di tahun 1949-1950.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi π₯°
Kategori
Sejarah
Selanjutnya
BAB 10 - PERSIB KELOLA LANGSUNG STADION TEGALLEGA
0
0
PERSIB KELOLA LANGSUNG STADION TEGALLEGA Jika pembaca disini sudah menyaksikan Persb sejak zaman Stadion Siliwangi, pasti tidak akan lupa ketika suara penonton bergemuruh meminta kepada walikota saat itu untuk membuatkan stadion baru dikarenakan kapasitas stadion Siliwangi sudah tidak memadai. Lalu ketika berpindah ke Stadion Si Jalak Harupat, bobotoh pun tetap menuntut stadion dikarenakan homebase baru itu bukan berada di Kota Bandung. Ketika dibuatkan Stadion GBLA, masih juga banyak yang tidak puas. Bahkan hak pengelolaan Stadion GBLA ke tangan Persib pun berjalan berlarut-larut.Rupanya masalah stadion ini sudah mendarah daging bagi Persib, bahkan sejak kelahirannya.Seperti yang sudah dibahas di awal bahwa sejak tahun 1930, kaum pribumi yang menggemari sepakbola sudah menuntut adanya stadion, namun baru terealisasi pada tahun 1933. Nah, setelah dibuatkan stadion apakah permasalahan selesai? Ternyata tidak. Persib yang baru lahir di tahun 1934 sudah merasa keberatan dengan tingginya tarif sewa stadion di Tegallega. Apalagi jika harus menggelar kompetisi intern disitu, penonton yang datang hanya kisaran puluhan orang saja. Mana cukup untuk menutupi biaya sewa?Akhirnya pada tanggal 17 April 1934, Persib yang diwakili Ketua Umum, Anwar Pamuntjak menghadap ke Komite Pengelola Stadion Tegallega untuk secara resmi mengajukan diri mengelola lapangan Tegallega secara mandiri. Permohonan itu secara tidak langsung ditolak oleh Komite. Meskipun secara bahasa, Komite menyatakan perasaan senang atas tujuan Persib tersebut, namun mereka memberikan beberapa persyaratan antara lain Persib harus membayarkan uang garansi selama setahun, sebesar f 240. Yang paling berat adalah syarat Persib harus menanggung hutang pembangunan Lapangan Tegallega tersebut. Apabila Persib tidak bisa memenuhi syarat diatas, maka Komite masih mengelola Tegallega. Bahkan, jangankan diserahkan hak pengelolaannya, tarif sewa yang selama ini dirasa berat pun sama sekali tidak bisa diturunkan.Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Komite sepertinya begitu ngotot untuk mempertahankan hak pengelolannya? Seperti yang kita ketahui, Lapangan Tegallega itu dibangun atas dana pinjaman, pihak pemerintah tentunya akan merasa lebih aman menyerahkan tanggungan hutang tersebut kepada Komite yang berada di bawah langsung Pemerintah, dibandingkan kepada pihak swasta (baca Persib). Dari masalah utang piutang tersebut, maka Komite sebenarnya sudah memiliki kontrak dengan pemerintah kota terkait waktu pelunasan serta pembayaran bulanan yang sudah disepakati jumlahnya (f 20/bulan). Apabila uang pinjaman f 3500, bunga 6% per tahun maka dengan pembayaran f 20/bulan berarti akan memakan waktu 36 tahun atau dengan kata lain, Sportpark Tegallega baru akan lunas di tahun 1970!Yang paling penting dan menjadi catatan adalah karakter klub / federasi sepakbola Pribumi saat itu yang seringkali seumur jagung dan kerap ada perpecahan diantara mereka. Komite akan merasa sangat senang jika akhirnya βtanggungannyaβ tersebut beralih pada klub (jika memang benar-benar sudah mapan), karena sebenarnya sejak awal Komite hanya membantu atau sebagai pihak perantara saja. Namun Komite berpikir jika Persib yang langsung diserahi tanggung jawab tersebut kemudian bubar, lalu hutang tersebut yang bayar siapa? Maka dari itu, baik Komite maupun Pemerintah Kota, sebenarnya saat itu masih menilai dan terus memonitor, seberapa gigihnya Persib mempertahankan eksistensinya di persepakbolaan kota Bandung.Setelah menunggu hampir 1 tahun dari awal pengajuan, akhirnya pada pertengahan bulan Februari 1935, Komite menyerahkan hak pengurusan lapangan Tegallega (dan satu lagi lapangan Kebon Kalapa) langsung kepada Persib. Rupanya Komite dan Pemerintah telah menguji kelayakan Persib selama satu tahun terakhir. Yang pasti, Persib menyanggupi segala tanggungan yang dibebankan sebagai pengelola lapangan.Kabar gembira ini kemudian diberitahukan kepada seluruh klub anggota Persib. Bahkan dengan dikelolanya secara mandiri, Persib menurunkan biaya sewa dari yang biasanya. Beginilah biaya sewa lapangan Tegallega di tangan Persib:Pertandingan antar kota:Sabtu-Minggu turun menjadi f 25 dari awalnya f 40Pertandingan antara klub intern Persib: Sabtu f 5, Minggu f 7.50Keputusan ini disambut gembira oleh seluruh anggota.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan