BAB 14 - GOLD, GLORY, GOSPEL ADALAH LUMRAH

0
0
Deskripsi

Gold, Glory, Gospel adalah Lumrah

 

Meminjam istilah dari abad kolonialisme mengenai Gold, Glory, Gospel yang maknanya mencari kekayaan, kejayaan dan penyebaran agama. Sahabat saya yang beragama Protestan mati-matian menyangkal istilah tersebut, ia mengeluarkan bukti-bukti kerancuan secara makna mengenai Gospel. Jelas saja ia terusik, jika agama yang ia anut dianggap sebagai agama yang dibawa oleh penjajah. Tapi saya berkata pada teman saya itu bahwa Gold, Glory, dan Gospel adalah hal yang lumrah....

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya BAB 15 - PEMBANGUNAN CANDI DI BATUJAYA
0
0
Pembangunan Candi di Batujaya Ketika Tarumanagara runtuh, Kerajaan Sunda Sembawa (atau cukup disebut sebagai Kerajaan Sunda saja) mengambil alih peran di barat Jawa. Sokongan dari Kerajaan Kandari yang beragama Buddha membuat mereka akhirnya mendirikan candi bermotif Buddha di wilayah Batujaya, Karawang.Jauh sebelum mereka mendirikan candi, wilayah tersebut memang sudah dijadikan daerah suci terutama bagi masyarakat yang memiliki kepercayaan lokal. Karena bencana Krakatau, akhirnya tempat suci mereka sepertinya terbengkalai sampai akhirnya dialih fungsikan menjadi candi Buddha.Dalam penggambaran di amulet yang ditemukan, tampaknya bahwa Kerajaan Sunda di saat itu beraliran Buddha Mulasarvastivada, yang tergolong sebagai aliran Sravakayana. Berbicara mengenai kepercayaan lokal, apa sih kepercayaan lokal itu? Apa namanya? Bagaimana konsepnya? Pada saat itu agama apapun sebenarnya tidak memiliki nama resmi, konsepnya yang benar-benar asli sebenarnya sudah sulit untuk ditelusuri. Karena pada perkembangannya, kepercayaan tersebut sudah melebur bersama agama-agama baru yang datang seperti Hindu, Buddha, bahkan Islam. Akan tetapi kurang lebih konsep ketuhanan mereka yaitu percaya kepada zat yang Maha Gaib yang Maha menciptakan, yang disebut dengan Hyang. Hyang tersebut sebenarnya hanya 1 (monotheisme), akan tetapi mereka juga meyakini atau menghormati roh-roh para leluhur yang dianggap sudah menyatu dengan Hyang, sehingga arwah leluhur ditambahi embel-embel Hyang juga. Orang-orang suci yang masih hidup termasuk benda-benda keramat, dianggap memiliki “kedekatan” dengan Hyang, maka mereka juga diberi gelar Hyang, Rahyang atau Sanghyang. Tempat pemujaan biasanya di tempat-tempat tinggi (gunung) atau tempat yang sengaja ditinggikan atau yang kita kenal sekarang sebagai punden berundak. Di tempat pemujaan itulah  mereka anggap para Hyang bersemayam, sehingga disebut Pa-rahyang-an, yang berarti tempat Rahyang. Karena di barat Jawa sangat banyak yang menganut kepercayaan lokal ini, maka sangat banyak ditemui Parahyangan.Ketika agama Hindu masuk, tempat pemujaan mereka pun digunakan bersama-sama, biasanya ditambahi dengan mendirikan Lingga (penggambaran Siwa) atau arca-arca dewa lainnya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan