
Part 4 (Catch the Look)
"Apa setelah ini aku tidak bisa bertemu lagi denganmu, sunbaenim?" Suaranya menggantung saat melihatku hampir mencapai pintu.
Part 5 : After Party
Setelahnya kami sudah berada di mobil yang berbeda menuju tempat dimana after party diselenggarakan. Awalanya aku menolak untuk mengikuti, namun ada rumor yang mengatakan bahwa Kim Jaejoong akan datang untuk menemui salah satu idol yang ada disana. Seharusnya karena tambahkan alasan itu, aku segera meminta untuk diantarkan ke dorm....
Part 4 (Catch the Look)
"Apa setelah ini aku tidak bisa bertemu lagi, sunbaenim?" Suaranya menggantung saat melihatku hampir mencapai pintu.
Tidak langsung menjawabnya, takut dia pikir aku merendahkannya atau takut kalimat yang aku keluarkan tidak terlalu baik jadi hanya berdiri disana memutar tubuhku untuk menghadapnya lagi. Kepala anak muda ini bagaimana? Bukannya dia harusnya fokus pada karirnya? Oh iya aku juga begitu dengan sialan yang memutuskanku tanpa alasan jelas.
"Kau tahu kita berdua akan terlalu sibuk mengurus karir masing-masing. Lagipula, tidak bisa aku berdekatan denganmu selain karena kau masih di bawah umur, aku tidak ingin terlibat rumor dengan siapapun." Kataku pada akhirnya sebelum benar-benar keluar dari ruangan.
---
Hal yang paling tidak menyenangkan adalah bagaimana aku harus berujar pada orang-orang yang sekarang duduk menanyakan perihal Jungkook padaku. Yurin tidak percaya bahwa aku sudah mengirimkan food truck pada laki-laki di bawah umur dan baru saja debut. Ai menganggapku suka bermain dengan api, Nara tertawa cekikikan karena mendengar aku menyebut bocah baru debut brengsek. Fai dan Jess menganggapku gila karena mengubah tipe dari Kim Jaejoong yang sexy dengan Jungkook yang manis.
Entah aku harus bagaimana lagi untuk menjelaskan. Mengadahkan kepala menatap langit-langit dorm dikelilingi perempuan-perempuan jago gosip melelahkan sekali. Apalagi mendengarkan Yurin dan Ai yang terus menerus mengomel seakan-akan mengirim food truck adalah hal paling gila yang kulakukan. Seharusnya mengencani senior besar seperti Kim Jaejoong disaat debut masih seumur jagung adalah hal paling abnormal yang mereka bisa katakan. Namun bayangan Yurin dan Ai, rumor yang akan terjadi akan jauh lebih besar jika aku bermain-main dengan junior seperti Jungkook, mungkin karena anggapan aku bermain dengan anak di bawah umur. Tidak, aku tidak sedang bermain dengan siapapun. Apakah mereka tidak mendengar bahwa manager Jo membantuku?
"Aku mau ramyeon." Kata Nara masih cekikikan dan beranjak ke dapur. "Jelaskan saja, unnie kalau kau memang tidak terlibat apapun dengan rookie itu. Dengan kau diam, Yurin unnie akan lebih mencercamu."
Nara adalah maknae, anggota paling muda kami. Umurnya dan Jungkook sama. Walaupun begitu, Nara tidak banyak menimbulkan masalah malah aku yang sering menimbulkan masalah. Nara dan aku tidak terlalu akur dan memilih tidak berinteraksi sering. Walaupun kami jarang terlibat konflik, dengan Nara aku memilih banyak diam. Tidak akur bukan karena kami sering bertengkar, tapi aku yang diam seperti tidak cocok dengan Nara yang banyak bicara dan banyak teman.
"Aku benar-benar tidak terlibat apapun dengan Jungkook. Aku hanya mengiriminya food truck dan permintaan maaf, lagipula masalah ini sudah selesai kemarin atas bantuan Manager Jo. Aku tidak sendirian, unnie" kataku jengkel pada Yurin entah untuk berapa kalinya aku menjelaskan.
Yurin leader kami. Dia memang lebih banyak memiliki sifat cerewet daripada anggota lainnya. Jika leader grup lain lebih pendiam dan melihat orang lain, Yurin tidak. Dia lebih banyak berbicara. Yurin sebenarnya memiliki bakat akting, bahkan dulu dia pernah masuk ke akademi akting. Namun suaranya jauh lebih bagus daripada aktingnya. Sehingga dia ditunjuk untuk menjadi idol daripada menjadi aktris. Yurin dan Jess memiliki banyak kesamaan karena mereka tinggal dan hidup di Paris lebih lama. Satu-satunya orang yang bisa mengajak Yurin berbicara lebih dalam adalah Jess.
"Yurin-ah, kalau memang Anna bilang tidak ada perasaan lebih, yasudah biarkan saja. Toh sampai sekarang tidak ada masalah. Bahkan manager Jo membantunya." Jess akhirnya angkat bicara dan menepuk bahuku beberapa kali.
Kali ini tinggal Ai yang belum mendapatkan penjelasan lebih memuaskan. Ai dan aku adalah roomate. Seharusnya aku bisa membujuknya untuk diam sama seperti bagaimana Jess bekerja bersama Yurin. Tapi tidak. Aku adalah orang yang malas mengulang-ulang penjelasan, sedangkan Aimee adalah orang yang ingin diperjelas berkali-kali sampai dia percaya. Masalahnya, kenapa aku harus susah-susah menjelaskan hal yang sudah jelas selesai? Toh dia bukan leader juga.
"Ramyeoooon!" Nara dengan santai kembali ke ruang tengah dan menyantap ramyeon di tengah-tengah keributan para member-khususnya Ai, yang sedang mencercaku.
"Fai tengah di dekati Kwon Jiyong sunbaenim, tapi kalian tidak terlalu menghiraukan itu?" kataku protes akhirnya.
Fai, si pemilik nama yang tadinya fokus pada acara musik di televisi menolehkan kepalanya kepadaku. Galak dan protes kenapa namanya dibawa padahal sedari tadi dia tidak mengikuti cercaan-cercaan.
"Karena Kwon Jiyong ada di perusahaan yang sama dengan kita. Perusahaan kan bilang kalau mau dating ya cari yang se perusahaan biar mudah." Aimee memperjelas bahwa aku memiliki dua kesalahan. Pertama adalah berkencan dengan Kim Jaejoong, walaupun bisa dibilang aku tidak berkencan karena kami berdua memiliki hubungan tanpa status. Kedua, aku memiliki rumor dengan Jungkook, apalagi dia hanya artis dari perusahaan kecil. Garis bawahi bahwa rumor yang ada di pikiran mereka belum terjadi sampai sekarang yang aku berdoa semoga memang tidak ada yang terjadi.
"Hei hei. Dia yang bernama Jungkook." Fai menunjuk seseorang yang memakai make up tebal, sedang tampil di televisi.
Aku tersenyum ringan sekali, tadinya ingin melanjutkan perdebatan tapi rasanya tubuhku sudah jauh lebih berat sekarang ini. Biarkan semuanya berkomentar tentang Jungkook dan proporsi tubuhnya yang kecil. Tidak percaya bahkan aku malah memilih Jungkook daripada seorang Kim Jaejoong.
Sama sekali aku tak memilih Jungkook, Kim Jaejoong pun tak memilihku. Rasanya aku menyedihkan sekali.
---
Setelahnya, aku tak mendengar kabar apapun dan memiliki banyak waktu untuk bermain-main. Kurangnya waktu untuk istirahat membuat member merasa jika berat badan mereka jauh terjun bebas. Satu hal yang kulihat dari buruknya idol adalah, apapun alasan di balik berat badan turun, itu jauh lebih baik daripada berat badan naik. Kami meributkan diet yang selalu diwajibkan saat akan comeback atau acara besar seperti malam ini.
Salah satu single kami berjudul Red House. Menceritakan bagaimana sebuah amarah tidak harus terlalu dipusingkan. Amarah bukan hal yang buruk jika tahu harus seperti apa untuk menyalurkannya dengan tepat. Sebuah ironi karena penulis liriknya adalah aku sendiri dan aku juga memiliki anger issue. Penulis biasanya menuliskan hal yang paling dekat dengannya.
Itulah kenapa kami diberikan set fashion style berwarna merah burgundy. Si paling tinggi alias Fai diberikan set mini dress burgundy dengan aksen fake diamond dan sepatu boots tinggi. Rambutnya dibiarkan terkucir tinggi di belakang menampakkan wajahnya yang oval dan proporsional. Belt Gucci rantai yang kabarnya langsung ludes setelah terlihat dipakai olehnya.
Leader kami, Yurin yang terlihat mempesona menggunakan terusan panjang berwarna merah namun agak lebih terang daripada Fai. Lengan panjangnya menutup seluruh tangan dan kaki putih milih Yurin. Saat pertama kali comeback dan fans melihat Yurin memilih rambut pendek berwarna oranye, dia bahkan menempati urutan pertama jajaran twitter. Heels pendek dipilih karena tidak ingin untuk saling bertubrukan dengan gaunnya.
Visual kami, Jess dan Nara masing-masing memiliki fashion yang paling baik dari kami berenam. Jess membuat rambutnya berwarna pirang. Warna itu dengan tegas membuat matanya yang coklat gelap terasa kontras dan apik. Dia memakai mini dress dengan warna senada dan kalung yang menjuntai sepanjang dada. Tambahan jaket bulu yang bisa dilepas pasang karena dressnya adalah yang paling terbuka. Sedangkan Nara memakai baju panjang dan celana panjang dengan gold belt yang juga dari gucci.
Bedanya, stylist kami memilih untuk memasngkan ankle boots tidak seperti Yurin karena vibe boyish yang ingin ditampilkan Nara jauh terlihat menawan dengan sepasang boots. Rambutnya simple sekali hanya diikat santai dan dibiarkan bersantai di bahu kanannya.
Sedangkan aku dan Ai memiliki fashion yang lumayan mirip. Sepasang mini dress, bedanya aku diberikan baju dalaman berwarna hitam karena belahan semi coat pendek yang kugunakan terlalu rendah hingga tak ingin terlibat kontroversi mengenai dress yang terbuka. Sepasang heels hitam juga sama-sama diberikan padaku dan Ai.
Aku benar-benar lega karena fashion set yang dipilihkan untukku tak akan banyak membuatku kesulitan berjalan. Walaupun saat duduk nanti pastinya akan kerepotan untuk mencari selimut.
Saat kami berjalan di red carpet, beberapa kamera yang tadinya sibuk untuk memotret satu idol yang sedang berpose di panggung segera beranjak untuk memotret kami. Terang-terangan mereka berlari ke arah kami dan meninggalkan mereka yang masih berdiri di panggung. Aku mengenal salah satunya. Jungkook yang hanya diam mengikuti arahan staff dan diminta untuk segera turun dari panggung. BTS memang terbilang baru, namun semua yang dilakukan staff wartawan sama sekali tidak mencerminkan orang yang waras dengan mengusir mereka hanya karena kami datang.
"Wah gila. Aku tidak tahu ada masalah apa mereka pada Bangtan. Tapi rasanya agak rude." Kataku saat sudah sampai di ruang tunggu untuk artist.
"Kau tahu, banyak yang mengatakan mereka akan segera bubar padahal tahun kemarin mereka menyabet rookie of the year kan?" jawab Yurin memberikan komentar. "Bahkan mereka harus bekerja menjadi pengiring fashion show dan tidak disorot sama sekali."
Mataku membuka lebar tidak percaya. Baru tahun kemarin mereka merayakan keberhasilan mereka untuk memenangkan rookie of the year, tapi itu juga tidak membuat mereka cukup populer. Kudengarkan lagu mereka juga tidak terlalu buruk. Bahkan beberapa dari mereka menulis lirik, membuat koreografi juga. Tidakkah industri ini semakin lama disadari semakin buruk?
"Anna-ya. Tentang rencanamu untuk hiatus apakah sudah dipikirkan matang-matang?" kata Ai membisikiku.
Menolehkan kepala dengan tersenyum mengangguk sepertinya jawaban yang cukup baik. Tidak ingin banyak orang yang tahu soal ini terlebih dahulu sebelum aku menjelaskan semuanya pada pimpinan dan jajaran staff. Inginnya menyelesaikan semua pekerjaan sebelum aku benar-benar hiatus.
"Kau pikirkan lagi ya, rasanya kau akan makin dihujat karena pergi meninggalkan team" kata Ai lagi mengingatkan.
---
Kami berenam duduk di pojok namun diberikan tempat paling depan. Bahkan tempat duduk saja kami diurutkan berdasarkan kepopuleran. Rasanya agak menyebalkan dan tidak enak pada beberapa grup yang lebih senior karena tidak diberikan sorotan kamera lebih banyak. Bukan sombong, tapi sorotan kamera itu akan lebih berguna jika diarahkan pada grup-grup yang membutuhkannya daripada kami. XXVOICE populer dan hampir semua tahu kami ada di puncak kesuksesan.
"Jungkook daritadi melirik ke arahmu." bisik Nara yang ada di sebelahku dengan menutup bagian bibirnya agar fancam yang mungkin sedang merekam kami berdua tidak bisa untuk membaca gerakan mulutnya juga.
Bibirku terangkat kecil mendengar pemberitahuan itu. Karena sebenarnya aku sudah tahu sejak di red carpet tadi. Beberapa kali mata kita bertemu namun dengan cepat juga dia melepaskan. Tapi kepura-puraan itu tidak lantas membuatnya jera. Bagaimana mungkin dia membiarkan diri terekspos kamera fans dan melihatku. Semoga saja dia melakukannya karena sadar bahwa dia tak terlalu tersorot kamera di belakang.
"XXVOICE!"
Saat nama itu disebut, kami tersenyum lebar sekali, bahkan Nara tidak segan-segan untuk melompat dari kursinya. Tentu saja kemenangan kami atas Song of the Year adalah sebuah bayaran dari seluruh kerja keras.
"VOICES~ Terima kasih atas dukungannya dan selalu memberikan yang terbaik untuk kami! Aku ingin memberikan kemenangan ini juga untuk para staff yang membantu kami tampil paling baik malam ini." Yurin adalah orang pertama yang memberikan pernyataan atas kemenangan kami.
Saat aku beberapa kali melirik ke kursi jajaran artis, kembali aku lihat Jungkook tersenyum ke arah monitor yang menyorot pada kami. Beberapa kali bahkan aku bisa melihat gigi putihnya yang terlihat karena bentuknya seperti kelinci.
"Voices! karena speech kami tidak dibatasi waktu, aku ingin memberikan kalimat agak panjang semoga dimengerti." Kataku melihat pada piala yang kupegang dan memberikan anggunkan bangga pada diri sendiri.
"Walaupun ini adalah sebuah berkah luar biasa yang diberikan lewat kami, dan seluruh ucapan terima kasih telah diwakilkan oleh leader kami, aku ingin menambahkan bahwa lagu kami ada karena ingin membantu kalian. Semoga kalian tidak lagi terganggu dengan emosi-emosi yang menumpuk di dalam tubuh dan menyalurkan pada tempat yang baik. Kalau boleh, aku juga ingin mempersembahkan hadiah ini pada artis-artis yang lain. Mungkin kalian sudah berusaha sekuat yang kalian bisa. Tidak masalah jika tersandung, tidak masalah untuk sekarang sorotan tidak ada pada kalian." Menghembuskan nafas sebentar di tengah-tengah pidato membuat member melihatku cepat. Mungkin mengira aku akan menangis.
Tapi tentu saja mereka tahu, aku tidak menangis di depan orang lain.
"Memberikan yang terbaik adalah kalimat lain dari keberhasilan. Aku berdoa semoga sorotan dengan cepat akan datang pada kalian. Sampai saatnya tiba, lakukan yang bisa kalian lakukan dan fokus pada jalan itu. Terima kasih dan selamat malam."
Tentu saja setelahnya member memberikan pujian padaku. Katanya aku selalu memiliki kalimat yang bagus untuk diucapkan. Tapi yang tidak mereka tahu, aku hanya menargetkan pada satu grup. Satu grup yang sudah memberikan yang terbaik, namun tidak juga dunia ini memberikan apresiasi. Semoga BTS dapat segera mendapatkan sorotan dari dunia.
Part 5 : After Party
Setelahnya kami sudah berada di mobil yang berbeda menuju tempat dimana after party diselenggarakan. Awalanya aku menolak untuk mengikuti, namun ada rumor yang mengatakan bahwa Kim Jaejoong akan datang untuk menemui salah satu idol yang ada disana. Seharusnya karena tambahkan alasan itu, aku segera meminta untuk diantarkan ke dorm. Bodohnya, aku malah diam saja dan meminta untuk diantarkan ke tempat pesta.
Rasa-rasanya aku memang bodoh jika berurusan dengan cinta. Buruknya, cinta untuk Kim Jaejoong masih tersisa.
Baru membuka pintu sedikit saja hingar bingar lampu sorot seperti berjejalan terarah pada kami berenam. Nara dan Fai berlari ke arah beberapa member grup yang menjadi teman mereka. Jess, Ai dan Yurin dengan senang hati dipanggil oleh para tetua trainee. Mereka bertiga memiliki teman dengan anggota grup lain yang memiliki masa trainee paling panjang. Disini, tidak ada sekat antara perempuan dan laki-laki. Tidak seperti panggung tadi kami seperti tidak mengenal satu sama lainnya.
Memilih untuk duduk di meja pojok, dengan santai aku menyandar pada sofa lantai. Kurasa mereka memesan beberapa tequila dan alkohol lainnya. Sedikit menyesap minuman itu, ada rasa pahit sedikit sekali dengan pengar yang datang setelah cairan itu masuk ke dalam mulut. Ada suara menjerit karena dipaksa lebih banyak menegak alkohol karena kalah permainan, ada yang sendirian sama sepertiku di meja bar dan memainkan gelas slokinya. Bahkan ada yang sudah saling menaut bibir di tengah ruangan.
Munafik sekali bahkan fans mereka mengira tidak mungkin idol-idol ini tidur seranjang dengan lawan jenis.
"Nyanyikan lebih keras rapmu!" Teriakan itu sedikit mengusikku karena mereka seperti sedang protes pada pilihan musiknya.
Berjalan menuju sumber suara, disana sedang berdiri grup yang tidak asing sama sekali. Meminta untuk turun dari panggung namun orang-orang tidak mengizinkannya. Beberapa protes karena rookie of the year dimenangkan oleh mereka, bahkan kemenangan itu adalah kemenangan satu tahun yang lalu.
"Ada apa ini?" Kataku bertanya pada seseorang yang kupikir dari grup laki-laki yang sedang naik daun.
"Mereka sedang diminta pertanggung jawaban karena dituduh plagiasi Big Bang."
"Ha? omong kosong apa itu?"
Rasanya aku tidak pernah mendengar ada masalah di Big Bang selain Jiyong oppa yang terus merengek meminta bertemu dengan Fai. Tidak ada laporan plagiasi yang dibuat. Aku menggelengkan kepala dan berjalan ke arah sumber musik untuk meminta mematikan musik latar mereka.
Musik yang mati membuat semua kepala menoleh padaku yang berjalan lagi ke tengah panggung. Mengambil mic dari salah satu tangan yang bergetar dari member Bangtan dan dengan lantang berbicara.
"Apakah pesta ini bertema Humiliation?"
Beberapa memintaku turun dari panggung. Kulihat dari mata memberku tidak ada yang mendekat dan tersenyum. Sudah pasti mereka membiarkan aku dan semua ketidakinginanku melihat orang lain tertindas. Aku yang keras kepala dan tidak takut akan apapun. Masalahku dengan impulsif ternyata belum sembuh.
"Turun kalian semua" kataku menoleh ke belakang, meminta member BTS untuk turun dari panggung walaupun banyak yang menentangnya. "Turun atau aku tidak akan bertindak seperti ini lagi."
"Tapi sunbaenim tidak harus membantu kami. Tidak masalah untuk ini."
"Lepas kacamatamu. Siapa namamu?"
Tangannya segera menarik kacamatanya untuk lepas dan membungkuk kecil,
"Rap Monster, Kim Namjoon." Suaranya kecil, kepercayaan dirinya seakan tidak ada disana untuk membantunya.
Suara tertawa mulai terdengar dari sudut manapun saat mendengar Namjoon menjawab pertanyaanku. Beberapa dari mereka mengatakan "boo" dan "nama jelek untuk orang jelek" padanya. Memang benar, manusia sudah semakin kecil hatinya.
"Baiklah kalian boleh tetap disini tapi aku ingin tetap disini dan meminta orang yang menyuruh anak-anak ini melakukan hal ini untuk naik ke atas panggung." Memang memanggil member BTS anak-anak menggelikan seakan aku tidak jauh berbeda dengan usia mereka sekarang.
Beberapa mulai menolehkan kepala pada satu laki-laki cukup besar yang kupikir adalah rapper yang pernah datang ke kantor Jiyong oppa. Sepertinya karena desakan beberapa orang, dia akhirnya berjalan menuju tengah panggung. Berdiri dekat sekali dengan wajahku, dan aku baru sadar bahwa aku perempuan satu-satunya di atas panggung.
"Kenapa jalang ini berani sekali menghentikan pesta?" Katanya menggertak dengan gigi terkatup rapat. Memberikan raut wajah menyeramkan, dimana aku tidak banyak terganggu akan itu. "Lebih baik kau ganti pakaianmu dengan lebih seksi dan goyang saja di lantai dansa. Memang perempuan harusnya tidak ada di panggung!"
Satu orang member hampir maju namun seseorang menghalanginya. Jungkook hampir melangkah maju hanya karena seseorang mengataiku jalang.
"Lalu babi sepertimu berpikir terlalu hebat untuk diundang di pesta ini?" Memang membalas perdebatan dengan merendahkan fisik adalah hal paling bodoh yang bisa dilakukan. Namun aku tidak ingin setuju jika orang yang terlebih dulu menyerang fisik, mengataiku jalang harus merasakan digertak menggunakan kalimat yang merendahkannya.
Tawa dari penonton sepertinya mereda dan suasana yang awalnya mereka pikir sebuah guyonan menjadi begitu serius. Member kulihat mendekat ke arah panggung hanya berdiri cukup dekat dan akan bersiap naik jika nanti ada hal yang buruk menimpaku.
"Jalang sepertiku saja menyabet satu piala daesang malam ini. Jika memang aku jalang seperti yang kau katakan, sebutkan apakah pernah aku tidur denganmu? Jalang harusnya mudah untuk dipakai benar?" Tak ada raut yang berarti padaku sekarang. Entah kenapa aku melakukan ini dimana aku bahkan ingin segera hiatus dari industri. Mungkin tequila yang hanya satu sloki masuk di tenggorokanku tadi menjadi salah satu alasan dari beribu alasan yang coba kucari.
"Aku tahu kau dipakai berkali-kali oleh Jaejoong. Sekarang sudah puas ditinggalkan. Bagaimana mungkin aku tidak menyebutmu jalang?"
Member sudah melepas sepatu mereka satu persatu untuk segera naik ke atas panggung. Namun tatapanku pada mereka membuat mereka menghentikannya. Walaupun komentar itu terdengar begitu menusuk bagiku, ada satu suara kecil di kepala yang meraung membenarkannya.
Susah payah aku tetap menjaga ekspresiku menatapnya dengan meredam seluruh emosi yang terbakar dan memilih untuk memberikan senyum miring.
"Tiba-tiba menyebutkan Kim Jaejoong? Kau baru saja menempatkan dirimu sendiri di level yang sama dengan Kim Jaejoong? Seseorang yang masih dengan reputasinya setelah didepak dari SM, setelah semua skandal dan menempatkan diri sebagai idol paling kaya di korea selatan. Kau baru saja menghina Kim Jaejoong. Ah... aku tahu masalahnya, katakan padaku kau ingin menjadi jalangnya, bukan begitu? Ingin kukenalkan padanya?" Kepalaku mendekat ke telinganya membisikkan kalimat yang sekarang membuatnya makin memerah, "Jaejoong bermain dengan nikmat, setidaknya aku menikmatinya. Apakah ada wanita yang mengatakan kau bermain nikmat dengan mereka? Kau mau bermain dengan Jaejoong?"
Jika kau memeluk erat apa yang menjadi titik terlemahmu, musuhmu tak akan bisa lagi menyerangmu dengan titik itu. Kim Jaejoong benar adalah titik terlemahku, menganggap diriku sendiri mainannya dan tetap mencintainya sampai akhir. Namun dengan meremas perasaan itu percaya diri, aku yakin tidak ada orang yang bisa menyerangku dengan alasan Jaejoong lagi.
"Sekarang kau yang berubah bermain-main dengan idol baru? Idol yang bahkan tidak memiliki jadwal dan seenaknya datang ke acara ini? Idol yang memenangkan rookie tahun lalu tapi masih tetap miskin. Kau membiayai salah satunya, Anna? Jalang!" si babi tadi menampar keras pipiku hingga aku hampir terpental ke belakang.
Dan di waktu itu, semua orang mulai memberikan suara keras karena terkejut. Tidak ada yang menyangka akan ada perlakuan fisik di depan mereka. Aku tidak percaya seseorang baru saja menyentuhku dan menamparku hingga sekarang bagian dalam bibirku rasanya amis. Tentu saja pipiku tergigit oleh gigi dan sekarang berdarah.
Seseorang menarikku untuk tidak ikut campur lagi dengan kalimatnya yang tidak lagi memiliki makna. Jungkook yang menarikku ke belakang. Melihatku dengan tatapan khawatir dan membiarkan Namjoon maju meminta maaf pada babi tadi. Bagaimana mungkin dia malah meminta maaf?
"Kau tidak harus merendahkan dirimu untuk menolong kami, noonim. Menerima tamparan yang harusnya kami terima." Kata Jungkook menatapku sambil berbisik dengan suara bergetar.
"Kami akan pergi dari sini jika memang kami dianggap tidak memiliki hak. Kami meminta maaf jika membuat masalah." Namjoon berujar dan beberapa kali membungkukkan badan kecil pada rapper bernama BFree tadi.
Rasanya tubuhku bergejolak dari dalam. Ingin lebih menjerit seakan seluruh darahku mendidih dalam emosi. Kulitku memerah karena menahan tumpahan emosi itu hingga mengakibatkan lambungku membuatku mual. Tanganku otomatis menutup mulut dan berlari keluar dari gedung.
Menyandarkan tangan pada dinding gedung dan membuang cairan dari alkohol yang kukonsumsi. Kemarahanku atas tindakan yang baru saja kulihat membuat seluruh organ tubuh bergejolak dalam mual hingga sekarang aku memuntahkan semuanya meski aku hanya mengonsumsi satu apel dan selada. Sungguh memuakkan melihat seseorang meminta maaf atas hinaan yang dialaminya. Straight out of Bullying!
"Sunbaenim." Seseorang mendekat dan menahan rambutku yang terjulur, takut terkena apapun yang keluar dari mulutku.
"Tidak apa-apa. Anna tidak apa-apa." Ai menggantikan seseorang yang memegang rambutku dan mengelus punggungku.
"Memuakkan. Bagaimana mungkin kalian malah meminta maaf padanya." Kata-kataku masih tidak terlalu jelas namun sepertinya mereka mengerti itu.
"Sunbaenim sampai ditampar dan mulutmu berdarah. Bagaimana mungkin aku tidak segera maju." kata Namjoon melihatku khawatir.
"Jangan khawatir seperti itu. Anna akan melakukan gugatan. Kami cukup tahu perempuan gila ini. Dia juga tahu nilai dirinya sendiri. Kalian harusnya contoh itu." Nara berujar sambil mengelus pipiku yang memerah dengan jempolnya.
Aku tersenyum kecil, member memang tahu apapun yang menjadi rencanaku bahkan sebelum kalimat kujelaskan secara terbuka pada mereka.
"Menyakitkan memang dikatakan jalang, dan dituduh seluruh kalimat itu. Tapi aku yang tahu bagaimana nilaiku di mata diriku sendiri. Jadi tolong jangan merendah lagi hanya untuk membereskan masalah. Aku akan menuntutnya karena bukti fisik ini."
Seseorang dari mereka tersenyum menunduk memainkan jarinya. Sepertinya kalimatku sedikit berefek untuk mereka.
"Jika kau tahu nilaimu sendiri, tidak ada yang bisa memberikan nilai yang rendah padamu. Aku mau pulang. Sepertinya semua minuman tequila tadi sudah kumuntahkan?" kataku sudah kembali liar.
"Kau gila memang. Dasar wanita gila." kata Ai yang merangkulku dari samping dan berbalik untuk berjalan pergi sambil kami tertawa-tawa kecil.
"kami pergi dulu, Bangtan. Semoga sukses." Jess berpamitan pada mereka sebelum dijawab member BTS dengan membungkuk dalam memberikan hormat pada kami.
"Mereka keren sekali." kata salah satu member Bangtan berbisik melihat punggung kami berjalan pergi yang aku yakin tak ada memberku yang tak mendengarnya.
Part 6 : First Crumbling
Pengurusan berkas untuk pelaporan sudah selesai. Menilik pada perkara yang sudah-sudah, aku meminta untuk tidak banyak melibatkan wartawan, bahkan aku ingin perkara ini tertutup rapat. Menghukum orang yang tak tahu diri dan merendahkan orang lain memang perlu dijadikan contoh agar tidak terjadi hal yang sama, namun untuk publik figure perempuan, hal ini akan dikaitkan dengan berbagai macam hal. Hal ini bahkan bisa menjadi boomerang.
Idol perempuan akan sangat sulit sekali jika telah satu kali melakukan kesalahan. Ini yang banyak senior katakan padaku. Youngbae oppa bahkan mengatakan untuk tak mendekati laki-laki di luar dari agensi, bahkan untuk tidak mendekati laki-laki manapun sebelum aku memiliki fanbase yang kuat.
"Ini keterlaluan. Kau bahkan memar." kata Ai melihat luka di pipi kananku lebih dekat. Aku mengangguk menjawabnya dan tak banyak mengatakan jawaban karena rahangku terasa sakit. "Aku tidak akan berkomentar dan bertanya tentang kenapa kau melakukannya. Jika tidak ada yang menunjukkan pada mereka bahwa mereka harus menghormati diri sendiri, maka mereka tidak akan tahu."
"Right kerja bagus, unnie. Sayang sekali kau harus kena tamparan pria jelek itu." Fai berkomentar dari kursinya yang di belakang bersama Nara.
Tangan besarnya benar-benar menamparku kuat bahkan sampai aku hampir terjungkal ke belakang. Kalau kemarin aku terlibat perkelahian fisik, mungkin aku bisa berakhir parah di rumah sakit. Tidak memungkiri sedikit menyesal karena kemarin semua kalimatku tidak lengkap untuk menjegalnya.
"Sepertinya aku harus hiatus lebih cepat?" Kataku sedikit bercanda.
"Kalau memang harus, kami tidak masalah, Anna. Dia laki-laki dewasa, laki-laki besar dan kuat. Kau ditampar begitu kasar dan dia sama sekali tak meminta maaf. Shibal." Yurin menggelengkan kepala sambil mengecap lidahnya beberapa kali karena kesal.
Tapi yang membuatku sedikit kepikiran adalah bagaimana mungkin seseorang diam saja jika diperlakukan seperti itu. Aku masih tidak terima dengan perlakuannya pada Bangtan. Bahkan seseorang mengatakan mereka telah lama cekcok karena beberapa member bangtan memilih untuk meninggalkan underground rapper untuk menjadi anggota bangtan. Apakah orang-orang itu tidak memiliki kesibukan hingga memilih untuk tidak setuju atas keputusan orang lain? Benar-benar memuakkan manusia-manusia pembully ini.
"Bangtan tidak masalah untuk menjadi saksi saat ini. Aku pikir BFree ini akan segera kehilangan banyak relasi. Namamu cukup dikenal, Anna. Bahkan Jiyong memutus hubungan dengannya." Manager Jo menjelaskan dengan tangan masih memegang pada kendali mobil. beberapa kali melirikku lewat cermin. "Jungkook meminta nomor pribadimu padaku. Tidak kuberikan. Kulihat dia benar-benar terlihat tertarik padamu. Sudah kubilang, dia akan menyukaimu."
Yurin dan Aimee menolehkan kepala ke wajahku secara bersamaan. Tentu saja, aku malah bermain-main dengan rookie yang tidak memiliki nama setelah kabar dengan Kim Jaejoong saja belum reda.
"Jujur? Jungkook-Jungkook itu jika tidak jatuh hati sama, unnie sih malah aneh." Nara ikut berkomentar.
"Kau benar-benar wanita nakal, Anna." Ai mengatakannya dengan menggelengkan kepala. Ingin protes bahwa aku tidak pernah bermain-main dengan siapapun. Bahwa Kim Jaejoong ada karena kami saling menyukai sedangkan Jungkook tidak pernah berada di pikiranku. Bagaimana mungkin definisi main-main disematkan padaku? Namun protes itu hanya sampai di hati, tidak pernah tersampaikan di mulut seperti biasa.
"Kim Jaejoong dan Jungkook saja memiliki aura yang berbeda. Benar katamu ternyata. Laki-laki yang kau inginkan begitu random." Yurin memberikan sedikit tepukan pada bahuku.
Tidak ingin menambahkan komentar apapun, aku hanya memasang headset pada kedua telingaku. Memblokade seluruh suara selain musik dan membiarkan mereka terus tertawa karena mendengar aku dekat dengan Jungkook.
Aku tak pernah memberikan pernyataan pada siapapun mengenai kisah cintaku yang penuh drama. Rasanya otakku digerakkan karena mobil bergerak cukup cepat. Menggerakkan memori yang ada di dalam safe box dengan cukup banyak hingga berceceran ke dalam syaraf dan memintaku untuk memutarnya sekarang.
Sudah kukatakan pada Jungkook untuk jangan bertemu denganku, jangan meminta untuk bertemu, bahkan jangan mendekatiku, melirik saja tidak boleh. Aku tidak menginginkan kisah cinta yang lain setelah milikku diguncang begitu hebatnya.
Bahkan aku tak mengenalnya. Tak mengerti mengenai grupnya dan tidak hafal satu persatu member yang ada di dalamnya. Rasanya tidak mungkin untuk berdekatan dengannya.
Tapi mengingatnya yang menarikku, bahkan dengan wajah merahnya yang ketakutan. Tangannya yang gemetaran saat meremas lenganku, seharusnya aku berterima kasih lagi padanya karena telah mengkhawatirkanku. Banyak yang mengatakan aku menarik perhatiannya, tapi yang mereka tak tahu Jungkook memintaku untuk memikirkannya dengan segala hal kecil yang dialkukannya.
Unknown number
Noonim. kami bersedia memberikan keterangan di kantor polisi. Kupikir akan bertemu denganmu disana. Tapi tidak bertemu.
Jeon Jungkook.
Aku hanya melihat pesan itu sekilas. Memberikan perasaan kosong pada layar yang sekarang telah meredupkan cahaya. Menampilkan wajahku yang datar dan tidak memikirkan apapun. Entah darimana dia mendapatkan nomorku setelah ditolak oleh Manager Jo.
Tak memberikan balasan apapun, meletakkan lagi ponselku ke dalam tas dan menikmati suasana sore Seoul dengan memori Kim Jaejoong yang malah memenuhi seluruh sudut kepalaku.
---
Untuk pertama kalinya, aku memasuki apartment yang telah kubeli beberapa bulan yang lalu. Dengan izin yang sudah kukantongi dan memberikan penjelasan pada member, aku memutuskan pindah ke unitku sendiri. Memang harus merogoh kantong dalam apalagi membeli seluruh perabotannya. Namun aku memiliki waktu yang menyenangkan dengan kesendirian. Lebih banyak sendiri membuatku lebih rileks dalam melakukan apapun dan tentu saja lebih banyak akan kuhabiskan membuat lagu baru.
Dan ini lah aku. Terduduk di sofa coklat gelap saat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Setelah melakukan beberapa latihan di kantor, memberikan ide pada lagu yang rencananya akan dimasukkan ke dalam album berikutnya, baru aku memiliki waktu untuk beristirahat sebelum jadwal menumpuk lagi saat matahari sudah datang.
Membuka ponsel, mengecek beberapa aktivitas dari Jaejoong yang tak pernah bisa terendus oleh media. Beberapa kali dia upload selca yang memperlihatkan betapa mengagumkannya wajah yang sudah tertangkap kamera. Aku mengenali seluruh sudut yang ada di apartmentnya. Tahu beberapa barang yang masih ada di sana, tahu bahwa dia sedang ada di apartmentnya.
Lelehan air mata turun perlahan dari sudut mata ke pipiku. Menghapus make up yang terlewatinya dengan mudah tanpa bersuara. Mulutku sama sekali tak mengeluarkan sesenggukan, suara pun bahkan tak mampu kuucapkan. Aku merindukannya. Kami berdua memiliki begitu banyak memori indah, namun kenapa dia membuangku tanpa penjelasan. Mengirim pesan seakan dia begitu ingin aku bahagia tanpanya.
Lalu mengeluarkan lagu yang meledak mengenaiku, memberikan anggapan bahwa aku yang menyakitinya. Melihat lagu yang kupikir tidak akan dia rilis, sekarang sudah menapak pada tangga lagu paling populer. Memberikan penjelasan tidak perlu bahwa akulah penyebab hidupnya berantakan. Dia seharusnya tahu, sampai sekarang pun aku belum pernah mendapatkan kalimat cinta darinya.
Aku bodoh tentang percintaan. Tapi jika memang cinta tulus sebegini menyakitkan, aku tak ingin lagi merasakannya sama sekali.
From : unknown
Noonim, aku berharap kau baik-baik saja. Entah kenapa jariku mengetik ini. Bahkan kau tak membalasku. Tapi semoga kau baik-baik saja.
Jeon Jungkook.
Laki-laki ini selalu melihatku menangis, meski tak secara langsung.
NEWS
XXVOICE ROXANNE DAN KIM JAEJOONG TERLIHAT MENIKMATI KENCAN BERDUA DI JEPANG
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
