3- Pembalasan Untuk Perselingkuhan Mu

1
0
Deskripsi

Bab 3 

Tuduhan mulai menyakitiku Mas! 

‘’Halah cuman di tawarin kerja jadi Customer Service aja udah langsung kepengen kerja’’

‘’Ya jelas pengen dong Mas, bagiku tidak masalah apapun pekerjaannya yang penting kan hasilnya halal’’

‘’Terus kalau kamu kerja siapa yang ngurus rumah?’’

‘’Ya bareng-bareng lah’’

‘’Kok bareng-bareng. Tugas istri tuh ngurus rumah, beres-beres rumah sama ngelayanin suami tau gak?!’’

‘’Emang suami juga gak boleh apa urus tugas rumah?’’

‘’Yaa enggak lah. Suami itu kerja!’’

‘Dasar Egois!’ Bantinku jengkel

‘’Yaudah intinya aku boleh kan melamar kerja ya?’’

‘’Tidak!’’

‘Egois , Keras kepala’ aku hanya bisa mengumpat di dalam hati, Hufhh.

‘’Aku janji Mas. Meski nanti kalau aku sudah bekerja aku tetap bisa mengurus rumah dan melayani suami’’

‘’Sekali tidak ya tidak Riss!’’

‘’Kenapa sih Mas?! Kenapa aku tidak boleh bekerja?’’ Kini mataku mulai berlinang air mata

Jujur saja, aku ingin bekerja. Aku juga ingin menikmati hidupku, sebelum aku punya anak rasanya tidak salah jika aku memilih untuk bekerja. Kecuali kalau aku sudah punya anak, nanti bisa di diskusikan lagi baiknya seperti apa.

‘’Kalau kamu bekerja kamu akan lalai dengan tugasmu menjadi istri’’

‘’Tapi kan belum di coba Mas?’’

‘’Kamu ngerti nggak sih Riss, apa yang barusan aku katakan? Apa Otakmu bodoh sampai tidak mampu mencerna ucapanku barusan? Kalau bodoh jangan berharap jadi wanita karir kamu! tidak akan ada perusahaan yang mau menampung orang bodoh!’’

DUAARR

Perkataan Mas Cakra membuat lidahku kelu. Sakit hatiku mas.

‘’Jadi istri itu jangan banyak membantah! Selain jadi suami, umurku juga lebih tua darimu! Makanya menurutlah dengan suami dan Jangan jadi istri yang durhaka kamu!’’ lanjut Mas Cakra sambil menunjuk wajah ku dengan telunjuknya.

Sakit.

Istri durhaka?? Lalu bagaimana dengan suami yang tidak memberikan kesenangan batin untuk istrinya? Apakah laki-laki boleh se-egois itu? apakah setiap istri yang lebih muda tidak boleh menentukan pilihannya? Kenapa hubungan kami tidak pernah ada diskusi untuk menempuh kesepakatan? Kenapa semua kesepakatan hanya bisa di ambil alih oleh Mas Cakra? Kenapa aku tidak boleh menyuarakan keinginanku?

Miris sekali nasibku yang bersuamikan Mas Cakra. Kadang aku iri melihat teman-temanku yang bahagia dalam dunia pernikahannya, di mana suami mereka pun begitu meyayangi istri dan bersikap lembut. Aku? Boro-boro di lembutin di manja aja jarang, itu juga kalau Mas Cakra lagi ada maunya.

Sudahlah, berdebat dengan Mas Cakra tidak akan menemukan hasil yang ku inginkan. Yang ada hanya akan membuatku stress, dan jika stress itu hanya akan membuat wajahku terlihat tua sebelum umurnya. Hufhh, lebih baik aku tidur, otak dan batinku butuh istirahat.

Kringg Kring Kringg

Anggaplah itu suara alarm, aku bangun tepat ketika alarm berbunyi, ku lihat sekarang sudah pukul 05.00 pagi hari, di mana matahari baru akan menampakan sinarnya.

Aku langsung bergegas menuju dapur, biasalah Back To Routinities, menyiapkan sarapan untuk Mas Cakra dan bersiap mencuci baju. Aku seringkali di buat heran oleh Mas Cakra, kenapa Mas Cakra gemar sekali mengoleksi celana di gantungan, itu kan hanya akan membuat sarang nyamuk saja. Lalu ketika aku Tanya apakah baju itu akan di turunkan ke mesin cuci, pasti jawabannya ‘itu masih bersih, sayang jangan di turunkan dulu’ padahal itu celana bisa berminggu-minggu di abaikan di gantungan yang berjejer. Apanya coba yang masih bersih? Sayang lagi? Celana aja di sayang-sayang tapi istri cantik kok di abaikan. Hufh.

Namun karena celana yang sudah berjejer tak karuan, lebih baik ku turunkan saja ke mesin cuci, biar rapih, bersih dan wangi.

Setelah menyelesaikan memasak menu sarapan. aku langsung pergi mandi, dan membangun kan Mas Cakra yang masih tidur. Kata Mas Cakra, aku harus sudah mandi ketika membangunkannya, agar wajahku terlihat fresh dan tidak bosan di pandang. Padahal kalau bercermin, mau mandi atau belum mandi aku cantik-cantik saja kok.

‘’Mass.. Bangun’’

‘’Mass..masss’’

Akibat bergadang jadi begini nih. Sulit untuk di bangunkan. Mending kalau bergadang yang menghasilkan uang, ini bergadang hanya menghabiskan kuota saja. Dasar suami, ingin mengumpat namun ku tahan, aku tidak ingin jadi istri yang durjana.

‘’Mass.. sudah jam tujuh nih’’

‘’Hahhh?? Telat dong aku Rissss’’ Mas Cakra langsung bangun dari tidurnya. Dia langsung pasang badan berdiri

‘’Hahahaha giliran di bilang jam tujuh aja langsung melek kamu mas, santai-santai mas, sekarang masih jam enam, kamu masih punya waktu untuk sarapan dan mandi’’ kataku sambil ketawa, lucu melihat tingkah mas Cakra yang panik dengan mata yang memerah khas orang baru bangun tidur

‘’Kamu becanda Ris?? Parah!’’ kan ngambek mulu tuh suami. Heran deh, disini yang lebih sering ambekan adalah Mas Cakra, bukan aku. padahal kan biasanya yang lebih banyak ngambek itu pihak istrinya, lalu si suami yang sering membujuk istri, kok ini terbalik ya? Huhu

‘’Masak apa Riss?’’

‘’Ini.. aku masak nasi goreng sama telur ceplok Mas’’

‘’Kok nasi goreng terus setiap pagi?’’

‘’Yah kan mode hemat mas. Uang belanja nya kan harus di cukup-cukupin hehe’’

‘’Tapi kan per minggu aku sudah kasih jatah kamu 60 rb, apa masih kurang uang segitu untuk belanja makanan yang lebih layak?’’

‘’Lebih layak? Ini nasi goreng masih baru kok mas, masih sangat layak untuk di makan’’

‘’Kamu tuh kalau di bilangin nyaut mulu ya Riss! Gak ada hormat-hormatnya sama suami!’’

‘’Aku hanya menjawab pertanyaan kamu mas’’

‘’Kan! Bener-bener susah banget di bilangin. Nyaut saja mulutnya, kaya tidak pernah di ajarkan sopan santun kamu!’’

Selorohnya tanpa memerdulikan perasaan ku yang terluka, aku memang sabar jika Mas Cakra mengataiku, hanya saja dia berkata “Tidak pernah di ajarkan sopan satun” itu seolah menuduh orang tuaku yang tidak becus mendidiku, sumpah orang tuaku menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik padaku, namun jika aku tidak sopan itu murni kesalahan ku, bukan orang tuaku yang tidak becus mendidiku.

‘’Besok pagi aku mau menu makanan soto ayam, bukan nasi kecap beginian aja’’

‘’Soto ayam? Tapi uang belanja mingguan sudah hampir habis mas, hanya sisa 15 rb, itupun harus beli bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih dan cabai’’ jawabku jujur

memangnya uang Mas Cakra cukup untuk makan enak? Tidak, aku saja kadang makan pakai nasi putih dan tempe goreng saja, demi melihat Mas Cakra yang lahap memakan semua masakanku bahkan sampai habis, hingga yang tersisa hanya tempe goreng dan nasi putih. Namun itu semua tetap aku syukuri, bersyukur karena masih bisa makan tanpa meminta dari orang tua.

‘’Alesan! Kamu fikir aku gak tau kemana uang itu habis? Kamu pasti sering jajan pakai uang belanja kan?’’

‘’Jajan apa Mas? Aku tidak pernah jajan mas’’

‘’Halah alesan kamu. aku tuh tau banget kamu paling doyan jajan, masa tiba-tba bisa berhenti jajan? Makanya jangan boros lah Rissa. Jadi istri harus pintar-pintar atur keuangan’’

Deghhh

Sakit.

Sakit ketika aku mendapat tuduhan itu. aku seperti di fitnah mencuri uang suami, padahal semua tidak pernah ku lakukan.

Harus pintar-pintar atur keuangan? Aku rasa, aku cukup bisa mengatur keuangan untuk jatah perminggu bermodalkan 60 ribu saja. Belum harus beli air galon, apalagi kalau gas habis. Dia fikir semua itu hanya seribu dua ribu gitu? Bahkan saking pintar nya aku mengatur keuangan kepalaku hampir pecah!

Terserahlah, dengan nasi goreng buatanku. Di makan syukur gak di makan yasudah! Aku sudah lelah memikirkan banyak hal yang terjadi di usiaku yang masih muda. Namun harus bersabar dengan ekstra.

Mas Cakra pergi. Dia meninggalkanku yang menangis di meja makan dengan nasi goreng yang tidak di sentuhnya.

Dia sama sekali tidak menghargai aku yang sudah berusaha melayaninya.

Sakit.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 4- Pembalasan Untuk Perselingkuhan Mu
1
0
Bab 4Istri Rasa Pembantu.  ‘’KAMU LANCANG RISSAA!’’‘’Maaf mas..’’ Sungguh aku merasa seperti pembantu yang di marahi oleh majikannya‘’INGAT! Jangan lagi kamu menuruntkan pakaian sebelum dapat ijin dariku! Mengerti!’’ Kata Mas Cakra sambil mencengkram erat daguku‘’Apa sih yang salah dengan ku mas?’’‘’Kamu masih bertanya apa yang salah Rissa? Jelas-jelas kamu telah lancang menurunkan celanaku tanpa seijinku!’’‘’Tapi kan aku istrimu mas, apa status istri masih di anggap lancang apabila menurunkan celana suaminya?’’
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan