
Bagaimana rasanya meninggalkan dan ditinggalkan? Dua hari lagi aku harus memutuskan benar-benar siap pergi dan tidak lagi menetap. Meninggalkan rumah ayah dan segala kenangan dengannya maupun seisi rumah. Juga makanan favorit yang ayah sediakan untuk ku.
Aku belum pernah sebelumnya. Kamu?
#CeritadanRasaIndomie
Dua hari lagi aku harus memutuskan benar-benar siap pergi dan tidak lagi menetap. Meninggalkan rumah ayah dan segala kenangan dengannya maupun seisi rumah. Kamar kesayangan dengan selimut dan bantal paling buluk. Suara percikan air dari kolam ikan ayah. Dan juga makanan-makanan yang ayah sediakan untuk ku.
Sore ini, di temani rintik hujan yang sedari tadi membasahi, ayah membuatkanku semangkuk Indomie rebus spesial dibumbui telur setengah matang dan sawi hijau; makanan kesukaanku. Ayah selalu tahu meskipun aku tidak pernah bilang. Ayah selalu peka meskipun anaknya tidak berkata. Begitulah orang tua, batinku. Seolah sudah tahu persis apa yang sedang dirasakan anaknya.
Aku; gadis yang sedari kecil hingga bukan lagi disebut remaja ini selalu dekat dengan ayah. Ia adalah sosok favorit dalam cerita hidupku. Selalu ada dia dalam lembar-lembar kehidupan yang aku rangkai setiap hari. Ayah adalah sosok penenang ketika anak gadisnya sedang tidak baik-baik saja. Ayah juga yang pasang badan paling depan ketika ada temanku yang mengejek khas anak kecil selepas pulang saat sekolah dasar. Dia adalah cinta pertamaku yang sekarang cintanya harus ku bagi dengan seseorang yang akan selalu menemani; sosok lelaki baru yang kusebut cinta terakhirku.
Aku tahu ketika seorang laki-laki mengucap "saya terima nikahnya.." lalu menyebut namaku, dan nama ayah setelahku, ayah terlihat bahagia dan sedih dalam satu pandangan. Bahagia, melihat anak gadisnya bahagia dengan sosok pilihannya. Sekaligus sedih, karena segala tanggung jawabnya akan berpindah tangan. Aku tak bisa menahan sedih melihat ayah. Meskipun saat gadis dulu aku sering pulang malam, sering menginap di rumah teman, sering berkegiatan beberapa hari di luar. Tapi setelah ijab qobul ayah merasa berat melepas anak perempuannya keluar.
"Yah… kalau libur aku bakal nginep rumah ayah. Bakal kangen-kangenan sama ayah beberapa hari", kataku sebelum diajak berumah tangga oleh lelaki yang aku panggil suami. Ayah hanya mengangguk sambil pandangannya ke arah koran yang sedang dipegangnya. Ku kira ayah tidak benar-benar membaca. Ia hanya sedang menutupi kesedihannya. Meskipun aku tak benar-benar pergi dari rumah ayah. Tapi aku tahu, ayah merasa sangat kehilangan.
***
Sejauh-jauhnya aku pergi, ayah tetap akan menjadi rumah tempat aku pulang. Pada akhirnya, ayah tidak benar-benar kehilangan. Bahkan sebenarnya ayah mendapat bonus dua cinta kasih; dariku dan pasanganku. Anak gadis ayah yang dulu tidak pergi, ia hanya dipisahkan jarak dan berganti status menjadi seorang istri.
Ayah; sosok yang sudah tidak muda lagi, yang badannya sudah tidak sebugar dulu lagi. Dan aku; anak ayah yang tidak kecil lagi. Kali ini aku benar-benar menepati janji. Setelah setengah purnama, aku pulang kerumah ayah. Ia memeluk dan menciumiku persis seperti saat aku kecil dulu. Kali ini bukan lagi ayah, giliran aku yang membuat indomie kuah spesial dengan telur setengah matang dan sawi hijau. Tak lagi dimakan berdua, tapi bertiga dengan ayah dan pasanganku; kedua laki-laki kesayanganku.
Benar kata orang, dalam hidup, kita akan menjumpai fase meninggalkan dan ditinggalkan. Jadi, kau harus siap, ya!
#CeritadanRasaIndomie
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
