
“Li, gak deg-degan lo pas pertama kali bikin anak sama Handra? Dia kan keliatan liar gitu?” — Bella.
“Enggak, ish pengen cium aja.” — Lili.
47. Photoshoot
.
.
"Morning baby paprika, siap pergi hari ini?" tanya Handra sambil mengusap perut Lili.
Lili mengangguk. "Siap dong!" jawab gadis itu semangat.
Handra menatap Lili dan mengusap pipi gadis itu. "Udah gak mual? Beneran mau pergi?"
Lili menggeleng. Tadi pagi dia sempat muntah-muntah. Di usia kehamilannya yang menginjak 18 minggu seharusnya dia sudah tidak mengalami morning sickness lagi, tapi entah kenapa pagi tadi dia masih saja muntah.
"Gapapa, udah gak mual kok." jawabnya.
Handra menatap Lili khawatir. "Beneran? Kalo masih mual gue bayar aja lah denda kontraknya, lo jangan maksain diri." kata pemuda itu.
Lili menggenggam tangan Handra dan tersenyum. "Gue gapapa, udah gak mual. Bisa kok, nanti kan cuma bentar aja. Lagian sama lo juga kan?"
Handra menipiskan bibir dan mengangguk. Hari ini Lili harus syuting dan juga photoshoot untuk salah satu brand kosmetik. Handra yang terlampau khawatir akan ikut dengan Lili ke lokasinya dan menemani istrinya itu.
"Yaudah ayo berangkat.." kata Lili.
Handra mengangguk. Mereka bergandengan tangan keluar dari dalam rumah dan menuju ke mobil Handra yang sudah terparkir di depan.
Handra membukakan pintu mobil untuk Lili dan membantu gadis itu masuk ke dalamnya. Handra juga langsung masuk ke dalam mobil, pemuda itu mendekati Lili dan memakaikan seatbelt untuknya.
"Jangan rewel ya nanti, jangan repotin mama. Kasian nanti kalo mama muntah lagi.." kata Handra sambil mengecup perut Lili.
"Iya papa.." sahut Lili sambil terkekeh.
Handra menatap Lili dan mengecup bibirnya singkat. Lili terkekeh pelan. Handra kembali ke kursinya dan langsung memakai seatbelt sebelum menjalankan mobilnya.
Butuh sekitar 45 menit untuk sampai di gedung tempat Lili akan melakukan photoshootnya.
Handra keluar dari dalam mobil dan membantu Lili turun. Beberapa wartawan langsung menghampiri mereka.
"Lili, kandungannya udah berapa bulan?"
"Li, udah tau belum jenis kelamin anak kalian?"
"Handra, bisa minta waktunya sebentar?"
"Li, gimana selama masa kehamilan?"
"Udah ngidam apa aja?"
Handra memeluk kepala Lili, melindungi gadis itu dari blitz kamera yang terus mengarah pada mereka. Tanpa menjawab satupun pertanyaan dari para wartawan yang terus membuntutinya Handra membawa Lili masuk ke dalam gedung.
Staff keamanan yang ada di luar menahan para wartawan yang mencoba untuk masuk.
Handra melepas pelukannya begitu mereka sudah aman. Pemuda itu mengusap-usap lengan Lili lembut. "Gapapa, jangan panik. Tarik nafas pelan.."
Lili menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Dia sudah gemetar tadi. Blitz kamera para wartawan itu sangat mengganggunya.
"Udah tenang, kan?" tanya Handra.
Lili mengangguk. "Makasih.." ucapnya.
"Iya, lantai 10 kan?" tanya Handra sambil menggandeng Lili masuk ke dalam lift.
Lili mengangguk. Dia merapatkan badannya pada Handra dan menarik tangan pemuda itu untuk mengusap-usap perutnya.
Saat lift mulai naik Handra mengusap perut Lili pelan. Bibirnya sesekali juga mengecup puncak kepala istrinya itu.
Sesampainya di lantai tujuan, Lili membawa Handra memasuki sebuah ruangan. Di sana sudah ada beberapa model lain yang juga diajak bekerja sama oleh brand kosmetik itu.
"Liliii~" Sandra datang menghampiri Lili dan memeluk gadis itu.
"Hai San.." kata Lili membalas pelukan Sandra.
"Gue kira lo gak dateng Li.." kata Sandra.
Lili melepas pelukannya dan tersenyum. "Dateng dong, lagian kan cuma photoshoot sama syuting sebentar."
Sandra mengangguk. Dia menoleh pada Handra. "Lo gak kerja Ndra? Gak ada jadwal?"
Handra menggeleng. "Enggak, nanti malem baru ada acara. Sekarang gue mau nemenin istri gue, lagi hamil gini gue takut dia kenapa-napa." jawabnya.
Sandra terkekeh pelan. "Aduh, protektif banget nih kayaknya."
"Harus lah." sahut Handra cepat.
"Yaudah, ayo ke sana. Kita make up biar cepet mulai." kata Sandra.
Lili dan Handra mengikuti Sandra menuju ke tempat make up. Beberapa model lain yang ada di sana memperhatikan Lili.
"Gila, ganteng banget ternyata Handra kalo di liat langsung gini."
"Iya, duh mana tinggi, keker gitu ya."
"Beruntung banget ya Lili bisa dapetin dia."
"Keliatan care banget gak sih? Tuh liatin, aduh idaman banget."
"Gue mau satu yang kayak Handra."
"Padahal kalo liat dia nampil tuh kayak liar bad boy gitu, tapi kalo pas gini kok keliatan soft boy banget."
"Calon hot daddy gak sih?"
"Duuh, apa gak panas dingin Lili pas mereka lagi bikin anak?"
"Bucin banget sih kayaknya si Handra ke Lili."
Mereka berbisik-bisik pelan melihat Handra yang begitu perhatian pada Lili. Mereka iri tentu saja.
"San, make upnya aman kan buat ibu hamil? Gapapa kan?" tanya Handra sambil menatap Sandra.
Sandra terkekeh pelan. Wanita itu mengangguk. "Aman kok Ndra, tenang aja."
Handra mengangguk. Dia menggenggam tangan Lili.
Lili melirik Handra melalui sudut matanya. "Kalo bosen lo pergi aja, keluar jalan-jalan atau mau maen game juga gapapa.." kata gadis itu.
Handra menggeleng. Pemuda itu malah menarik maju kursinya dan menidurkan kepalanya ke atas meja sambil menatap Lili.
"Mana bisa gue bosen kalo liatin lo secantik ini." kata pemuda itu menjadikan kedua tangannya sebagai bantal.
Sandra yang mendengar ucapan Handra tertawa pelan. "Uh bucinnya."
"Emang." sahut Handra. Dia terus menatap Lili yang tengah di make up.
Wajah Lili sedikit merona karena Handra begitu intens menatapnya. Ish, dia jadi gugup kan.
"Lo cantik banget sih Li? Manusia apa bidadari sebenernya?" tanya Handra dengan mata yang terus fokus pada Lili.
Lili menggigit bibir bawahnya. "A- apasih ih!"
Handra menghela nafas. Senyumnya langsung mengembang. "Beruntung banget gue, bisa dapetin perempuan secantik lo."
Sandra menggelengkan kepalanya pelan mendengar ucapan Handra. Wanita itu fokus memakaikan blush on pada pipi Lili.
Sepertinya tanpa blus on pun pipi Lili sudah merona. Astaga, lucu sekali sih pasangan di depannya ini. Dia jadi ikut gemas.
.
.
"Lili, fokus ke depan. Dagunya di angkat dikit. Yak bagus, pose! Pose! Pose!" Intan selaku fotografer hari ini mengarahkan Lili.
Lili mengikuti arahan Intan. Gadis itu dengan begitu lihai berpose di depan kamera.
"Pegang lipsticknya, deketin ke bibir. Yak gitu!" kata Intan.
Handra yang sedang duduk di dekat meja rias terus menatap ke arah Lili. Dia terpesona, selalu.
Lili sangat cantik, dari dulu sampai sekarang. Gadis itu begitu alami. Matanya, pipinya, hidungnya, bibirnya. Semua membuat Handra jatuh cinta semakin dalam. Setiap kali mereka terbangun di pagi hari, setiap kali dia melihat wajah Lili saat baru saja bangun tidur dia selalu terpesona.
"Emm Handra?"
Handra yang awalnya sedang fokus menatap Lili menoleh, di sampingnya sudah berdiri seorang gadis yang dia ketahui sebagai salah satu model yang juga ikut berpartisipasi dalam photoshoot ini.
"Ya?"
Gadis itu mengulurkan tangannya. "Hai, gue Megan.."
Handra menerima uluran tangan Megan. "Handra." sahutnya dan segera melepas tautan tangan mereka.
Megan tersenyum. "Gue boleh minta foto gak sama lo? Gue ngefans sama lo." tanya gadis itu.
Handra mengangguk. "Boleh." jawabnya.
Megan tersenyum senang. Gadis itu langsung mengeluarkan ponselnya. Handra berdiri dan berdiri di samping Megan untuk berfoto bersama gadis itu.
"Thanks ya Ndra.." kata Megan menatap Handra.
"Iya sama-sama."
Megan masih berdiri di sana. Gadis itu meremas ujung jarinya gugup. Dia benar-benar grogi berada di dekat Handra seperti ini.
"Em, lo perhatian banget ya sama Lili. Sampe nungguin gini.." kata Megan.
Handra tersenyum dan kembali menatap Lili yang kini tengah berpose bersama model lain. "Ya namanya juga suami, pasti pengen jagain istrinya. Apalagi lagi hamil gitu, ya harus gue jagain terus kan? Harus gue tungguin sampe selesai."
Megan menggigit bibir bawahnya. "Lili beruntung banget ya, punya suami kayak lo."
Handra menoleh pada Megan sebentar. "Gue yang beruntung punya istri kayak dia."
"Ooh.."
"Ndraaa~"
Handra langsung mendekati Lili yang berjalan ke arahnya. Dia membantu Lili untuk duduk di salah satu kursi.
"Capek? Duduk dulu, jangan kelamaan berdiri." kata Handra.
Lili mengangguk.
Handra menoleh pada Intan yang menatap ke arah mereka. "Istirahat bentar ya? Lili capek."
Intan mengangguk mengerti, dia mengisyaratkan timnya untuk istirahat juga. Wanita itu menghampiri Handra dan Lili.
"Capek banget Li? Masih kuat berdiri gak? Apa nanti lo sambil duduk aja?" tanya Intan menatap Lili.
Sebagai seorang perempuan, apalagi yang pernah hamil tentu dia memahami keadaan Lili saat ini. Hamil itu tidak gampang, tubuh jadi sering lelah, sering mual, muntah, bahkan kadang mood sering berubah.
"Bisa kok, gue cuma butuh istirahat bentar aja." kata Lili menoleh pada Intan.
Handra meraih kaki Lili dan memangkunya. Dia melepas sendal yang dipakai Lili dan mulai memijat kakinya.
Megan yang melihat itu menggigit bibirnya. Astaga, Handra benar-benar suami idaman. Pemuda itu sungguh sangat perhatian dan juga lembut pada Lili. Dia iri. Mulai sekarang standard pria yang dia inginkan harus seperti Handra.
"Udah berapa bulan sih Li?" tanya Intan menatap perut Lili.
Lili mengusap perutnya. "Empat lebih, udah makin berasa capeknya." jawab gadis itu sambil terkekeh.
Intan mengangguk. "Emang Li, dulu gue pas hamil Kino juga gitu. Mulai bulan ke empat tuh berasa banget capeknya. Mager mau ngapa-ngapain." sahut wanita itu.
"Beda dong sama Lili, dia malah aktif banget. Ngajakin ke sana ke sini. Masak ini masak itu. Gak bisa diem kalo di rumah, tapi ntar juga pasti abis itu kecapekan." kata Handra.
Intan terkekeh pelan. "Setiap kehamilan orang pasti beda-beda. Bagus malah kalo Lili aktif gitu, banyak aktifitas jadi badan juga gerak terus."
Lili mendengus. "Gue sih gitu, tapi Handra nih. Ngomel mulu, panikan banget. Gue di suruh diem aja, yakali gue diem aja ya? Dikira patung kali."
"Yakan gue gak mau lo kecapekan.." kata Handra sambil mengusap tangan Lili.
Intan mengangguk. "Sebagai suami pasti Handra khawatir lah Li. Wajar itu.."
"Betul!" sahut Handra. Pemuda itu memijat kaki Lili.
"Gue mau order makanan, lo berdua mau sesuatu gak?" tanya Intan.
Handra menggeleng. "Gak deh Tan, gue sama Lili udah bawa bekel sendiri kok."
Intan mengangguk mengerti. "Oke. Gue pergi dulu kalo gitu, mau nanyain yang lain." kata wanita itu berdiri dari kursinya dan menuju ke model lain untuk menanyai mereka.
"Ndra, laper.." kata Lili menatap Handra.
Handra tersenyum dan berdiri mengambil tas mereka. Pemuda itu kembali duduk sambil mengeluarkan kotak bekal mereka.
"Baby paprika laper? Iya?" tanya Handra.
Lili mengangguk. "Laper banget papa.."
Handra terkekeh pelan. Dia membuka kotak makan mereka. Hari ini dia yang memasak karena Lili merasa mual saat mencium aroma bumbu dapur. Dia membuat tumis kangkung dan telur balado.
"Aaaak.." kata Handra menyuapkan nasi pada Lili.
Lili langsung membuka mulutnya dan menerima suapan dari Handra. "Aaak.."
Handra terkekeh pelan melihat Lili yang nampak senang memakan masakannya. "Enak gak? Gue tadi liat tutorial di yutup sih pas masak.."
"Enyaaak!" jawab Lili.
Handra tersenyum lega. Ya syukurlah kalau enak.
"Lo makan juga dong.." kata Lili menatap Handra.
Handra mengangguk. "Iya, ini makan kok." ucapnya sambil menyendok nasi untuknya sendiri.
Handra mengusap pipi Lili yang menggembung lucu saat gadis itu mengunyah makanannya. "Gemees.."
"Nanti beli bakso ya?" tanya Lili.
Handra mengangguk. "Iya, kita beli apapun yang lo mau."
Lili tersenyum senang dan duduk mendekat pada Handra. Memeluk lengan suaminya itu erat. Handra mengusap-usap kepala Lili dan kembali menyuapkan nasi untuknya.
Beberapa model lain yang melihat itu hanya bisa menatap iri.
"Ihh so sweet banget sih Handra, jadi pengen.."
"Iya, duh nyari ke mana ya spek kayak Handra.."
"Lili gemoy banget lagi hamil gitu."
"Iri gue sumpah."
"Huhuhu beli dimana sih cowok kayak Handra? Mau nyari gue."
"Wisata masa depan, amiin."
Para model itu berganti baju setelah selesai istirahat. Mereka menuju ke ruang ganti yang ada di ujung ruangan. Lili juga masuk ke ruang ganti setelah selesai makan.
"Li, tips dong gimana cara dapetin cowok kayak Handra." kata Lena menghampiri Lili.
"Iya Li, duh spek kek Handra nyari kemana sih?"
Lili terkekeh pelan mendengar ucapan teman-teman modelnya ini.
"Kok ketawa sih Li? Gue serius loh, nyari modelan Handra tuh dimana?"
Lili menghela nafas dan menatap mereka berdua. "Gue gak nyari, dia yang dateng sendiri ke gue." jawabnya.
"Yaudah, kalo gitu tips gimana caranya biar di datengin cowok kayak Handra?" tanya Bella.
"Gue gatau, ya dia tiba-tiba aja datengin gue. Ngintilin gue mulu." jawab Lili.
Bella menghela nafas. "Iri banget gue Li, Handra kayaknya tuh perhatian banget, lembut, terus kayak sayaaaang banget ke lo."
Lili menipiskan bibirnya. "Iya, emang dia gitu. Gue bersyukur banget dapetin dia."
Lena mendekati Lili dan memegang perutnya. "Udah berapa bulan Li?"
"Empat, jalan lima."
"Handra kayaknya protektif banget ya ke lo. Sampe ikut ke lokasi gini, biasanya cuma dianter Gun aja kan?"
Lili terkekeh. "Dia agak alay, di rumah aja dia ngintilin gue terus. Gun malah di suruh libur, dia yang bakal nganterin gue kalo ada acara gitu."
"Duh, mau juga yang kayak gitu."
Lili menatap Lena. "Pasti nanti juga ketemu kok.."
"Amiin.."
"Li, gak deg-degan lo pas pertama kali bikin anak sama Handra? Dia kan keliatan liar gitu?" tanya Bella sambil menyenggol lengan Lili.
Wajah Lili langsung memerah. Ingatan saat pertama kali dia dan Handra melakukan itu jadi terbayang. Agak malu juga sih, karena dia sampai menangis waktu itu.
"Ihh merah mukanya, malu yaa.." goda Lena.
Lili menutupi wajahnya menggunakan tangan. "Bella ih, gausah bahas gituan."
Bella tertawa. "Kan penasaran Li, Handra keliatan gitu. Pas nampil aja huh liar banget. Kali aja dia pas di kasur juga liar kan?"
"Kasar gak Li?" tanya Lena ikut menyenggol.
"Enggak, dia gak kasar kok. Dia tuh cuma pas di panggung aja kayak gitu. Aslinya dia lembut banget." jawab Lili.
"Ohh lembut ya.."
"Ish, udah ah. Malah jadi bahas ini. Gue mau keluar." kata Lili berdiri dan keluar dari ruangan itu.
Handra yang menunggu di depan pintu ruang ganti langsung mendekati Lili. "Udah?"
Lili mengangguk. "Udah."
Handra pun merangkul Lili menuju ke tempat photoshoot. Di sana sudah ada Intan yang menunggu.
.
.
"Ndra, apasih ngeliatin mulu?"
Handra yang tengah menatap Lili tersenyum. Sedari tadi dia terus memperhatikan Lili yang tengah memakan stroberi.
"Lo cantik banget Li.."
Wajah Lili memerah. Gadis itu menunduk dan terus memakan stroberinya. Malu dia.
Handra malah menopang dagu menatap Lili.
Lili berusaha mengabaikan Handra. Tapi tetal saja dia gugup karena Handra terus menatapnya seperti itu.
Mata Lili jadi tidak fokus, bibir Handra yang tengah tersenyum benar-benar membuatnya gagal fokus.
'Ihhh bibirnya, duh gimana nih ah. Jadi pengen cium kan!'
Lili menggigit bibir bawahnya. Astaga, bibir Handra yang tengah tersenyum sangat menggodanya.
"Ndra?"
"Hm?"
Lili meneguk ludahnya. "Ci- cium dong."
"Hah? Apa?"
Lili menatap Handra. Dengan wajah memerah gadis itu memajukan wajahnya. "Cium."
"Kok tiba-tiba?"
"Pengen."
Handra menyipitkan matanya. "Lo gak bakal minta siomay lagi kan pas lagi enak? Gak mau nanggung gue."
Lili menggeleng. "Enggak, ish pengen cium aja."
Handra mengerutkan keningnya.
"Handra please.."
Handra tersenyum. Dia mengusap pipi Lili. "Iya, tapi bentar aja ya? Gue harus berangkat kerja."
Lili mengangguk dan memajukan bibirnya. Handra terkekeh gemas, dia langsung mendekat untuk memberi ciuman yang Lili inginkan.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
