Public Figure (23. Iri)

2
0
Deskripsi

“Gue iri Ndra..” — Lili.

“Li, udahlah. Lo ya lo, Lilian Safwana Eryandi. Istri gue. Jangan mikir buat jadi Yumna lah, Hanna lah, udah deh.” — Handra.

23. Iri

.

 

.


"Keseeel banget!" kata Lili menaruh ponselnya ke atas nakas dengan kesal.

Handra yang awalnya juga sedang membalas komentar teman-temannya langsung menoleh pada istrinya itu. "Kenapa hm?" tanyanya.

Lili mendengus dan tidur membelakangi Handra. Matanya menatap ke arah jendela.

Handra yang menyadari bahwa Lili sedang dalam mood yang tidak baik langsung menaruh ponselnya dan memeluk gadis itu.

"Kenapa?" tanya Handra sambil mengusap-usap tangan Lili. Pemuda itu mengecup kepala Lili beberapa kali.

Lili masih diam, gadis itu membiarkan Handra mengusap tangannya.

"Kenapa? Cerita ke gue, jangan diem gini.." kata Handra.

Lili memejamkan mata sebentar. Gadis itu menghela nafas dan menghembuskannya pelan. "Gue kesel, sedih, marah.."

Handra semakin erat memeluk Lili. "Kenapa?"

Lili menggigit bibir bawahnya. "Semua komen kalo lo cocok sama Hanna.." kata gadis itu pelan.

Handra yang mendengar ucapan Lili menghela nafas. Pemuda itu melepas pelukannya dan membalikkan tubuh Lili agar menghadapnya.

"Lii.."

Lili menatap Handra. "Gue sakit hati Ndra. Liat dan baca komen mereka kayak gitu. Gue gak terima suami gue dijodoh-jodohin sama cewek lain.."

Handra mengusap pipi Lili. "Jangan peduliin mereka. Mereka cuma komen karena mereka liat foto itu, mereka gatau apa-apa tentang kita. Kita jalanin aja apa yang udah kita mulai, jangan terlalu peduli sama mereka yang komen kayak gitu.." kata Handra.

Lili menghela nafas. Mata gadis itu berkaca-kaca. "Gue iri Ndra.." ucapnya.

"Iri? Iri sama siapa?" tanya Handra tidak mengerti.

Lili menatap Handra dan mengusap matanya. "Sama Hanna, sama Yumna, sama semua cewek yang bisa lo upload fotonya dan bebas upload foto sama lo. Gue iri Ndra sama mereka. Gue iri.." jawab Lili.

"Lili.." Handra menarik tubuh Lili mendekat dan memeluk gadis itu itu.

"Mereka bisa upload foto sama lo, bebas. Tapi gue— gue gak mungkin bisa upload foto lo se bebas itu di akun publik. Padahal gue istri lo, tapi rasanya buat upload foto kita berdua tuh susah banget Ndra.." kata Lili.

Lili sangat merasa iri pada semua gadis yang  bisa sesuka hati mengupload foto kebersamaannya dengan Handra di media sosial. Dia iri melihat mereka yang bebas berkomentar apapun di akun Handra. Belum lagi Handra yang bebas mengupload foto kebersamaannya dengan gadis-gadis itu. Hah~

Padahal jika dirinya, jangankan mengupload foto, untuk sekedar saling berbalas komen dengan Handra saja susah. Setiap mereka berinteraksi ada saja komen toxic yang muncul. Entah yang menyuruhnya untuk menjauhi Handra atau sebaliknya.

"Gue sedih Ndra, gue marah. Gue istri lo, tapi— tapi rasanya buat upload foto bareng aja susah banget..." kata Lili.

Handra mengusap kepala Lili dan mengecupnya beberapa kali. Dia dapat memahami perasaan Lili. Jujur saja dia juga sering merasakan hal itu.

Dia juga iri dan marah pada pemuda lain yang bisa mengupload foto Lili dengan bebas di media sosial. Belum lagi pada pemuda lain yang 'direstui' fans untuk bisa bersama Lili. Dia sangat iri. Sangat kesal saat Lili dan pemuda lain saling berbalas komen di media sosial dan mendapat dukungan dari fans.

"Lo bisa upload foto sama cewek lain, tapi gak bisa upload foto sama gue. Tiap gue liat sakit banget rasanya, belum lagi baca komen fans. Makin sakit hati gue Ndra.." kata Lili menahan sesak di dadanya.

Entah kenapa rasanya kali ini benar-benar sakit.

"Lili.." Handra menjauhkan badan Lili darinya. Pemuda itu mengusap pipi Lili yang basah karena air mata.

"Hey, Lili...sayang. Lo tau kan gue upload foto mereka cuma karena kerjaan. Dan Hanna tadi juga udah minta izin kan ke lo? Jadi please jangan gini, jangan nangis gini.." kata Handra.

Lili mengusap air matanya. "Itu cuma Hanna, cuma dia cewek yang tau kalo kita pacaran— dia aja taunya kita pacaran Ndra bukan nikah. Masih banyak cewek lain yang gak tau. Dan gue sakit hati, gue iri sama mereka semua.." kata Lili.

"Li, percaya sama gue. Gue sama mereka ya cuma sebatas kerjaan aja. Jangan negatif thinking ke gue please. Lo tau kan gue cuma cinta sama lo. Cuma lo." kata Handra.

Lili menunduk. Gadis itu hanya diam.

Handra mendekat dan langsung mendekap tubuh Lili. Memeluknya erat. "Apapun dan siapapun yang gue upload di media sosial itu cuma buat pekerjaan aja, gak lebih. Lo tau kalo semua atensi gue cuma buat lo, sampe kapan pun." bisik pemuda itu sambil mengecup puncak kepala Lili.

"Hmm.."

.

.                  

"Gue pengen bisa kayak pasangan lain, bebas upload foto. Rasanya gue pengen jadi orang biasa aja biar bebas kemana-mana, bebas sama siapa aja. Gak bakal dikomentarin inilah, itulah.." kata Lili.

Handra yang sedang duduk di sampingnya menoleh dan mengusap-usap bahu gadis itu. Mereka sedang duduk di halaman belakang rumah Handra.

Setelah kejadian di kamar tadi, mereka butuh untuk menyegarkan pikiran. Handra merasa pikiran Lili sedang kacau, jadi dia mengajak gadis itu untuk duduk di halaman sambil melihat pemandangan yang semoga saja bisa menyegarkan pikiran Lili.

"Nanti Li, nanti kalo udah waktunya kita bakal bebas ngelakuin ini itu, semua yang kita mau. Bebas kemana aja.." sahut Handra.

Lili memejamkan matanya. "Padahal gue udah tau resiko di dunia entertain tuh gini, resiko jadi public figure tuh gini, tapi tetep aja gue gue masih suka ngerasa gak sanggup.." kata gadis itu.

Handra menggenggam tangan Lili dan mengecupnya beberapa kali. "Apapun yang terjadi gue selalu sama lo, gue suami lo. Lo bebas berkeluh kesah ke gue. Gue siap dengerin semua hal yang pengen lo omongin.."

Lili mengangguk pelan. Gadis itu tetap memejamkan matanya menikmati angin yang mulai bertiup pelan. Handra memang benar-benar tau cara membuatnya tenang.

"Lo gak berangkat? Hari ini kan ada meeting sama artis lo?" tanya Lili.

Handra menggeleng. "Gue mau di rumah aja. Nemenin lo. Lo lebih butuh gue sekarang.." kata pemuda itu.

Lili membuka matanya dan tersenyum. "Makasih Ndra. Makasih.."

"Iya.." sahut Handra sambil tersenyum.

"Why can't you hold me in the street? Why can't I kiss you on the dance floor?.." Lili terkekeh pelan setelah menyanyikan sepenggal lagu milik Little Mix.

"Lagu itu pas banget ya buat kita.." kata gadis itu pelan.

Handra menoleh dan mengecup kening Lili. "Suatu saat nanti gue bakal buktiin ke semua orang kalo gue pantes sama lo. Gue bakal gandeng lo dengan bangga di depan mereka. Gue bakal bilang ke mereka semua kalo lo istri gue.."

Lili mengangguk dan langsung memeluk Handra. "Gue tunggu.." ucapnya.

"Ayo masuk, gue bikinin pancake." kata Handra.

Lili mendongak dan mengangguk. "Ayo.." sahutnya.

Mereka pun berjalan kembali masuk ke dalam rumah. Handra menyuruh Lili untuk duduk di sofa, tapi gadis itu memilih untuk ikut ke dapur dan menunggui Handra yang sedang memasak. Dia ingin membantu tapi Handra menolak.

"Orang-orang pasti iri kalo tau gue dibikinin pancake sama Handra Bintara.." kata Lili sambil menopang dagu menatap Handra.

Handra terkekeh pelan dan menoleh pada Lili sebentar. "Orang-orang bakalan lebih iri kalo tiap malem gue tidur dikelonin sama Lilian Safwana.." sahutnya.

Mereka berdua tertawa. Hah, indahnya jika setiap hari seperti itu.

Drtt! Drttt!

"Li ada telpon tuh.." kata Handra memberi kode lewat isyarat dagu. Ponsel Lili sedang bergetar dan menampilkan nama Brian.

"Dari Brian.." kata Lili melihat ponselnya.

"Angkat aja.." kata Handra.

Lili menatap Handr. "Gapapa?"

Handra tersenyum dan menggeleng. "Gapapa, angkat aja. Gue bakal pelan kok supaya suara gue gak kedengeran."

Lili menipiskan bibir dan mengangguk. "Oke. Gue angkat dulu.."

Lili kembali duduk di kursi, gadis itu mengangkat panggilan telpon Brian. Mengloudspeakernya supaya Handra juga bisa mendengarnya.

'Halo Li?'

"Iya, kenapa ya?"

'Emm, lo gapapa kan?'

Lili mengerutkan keningnya. "Enggak kok, gue gapapa."

'Gue khawatir liat postingan lo, gue kira lo lagi kenapa-napa.'

Lili tertawa pelan. "Enggak kok, gue gak kenapa-napa. Cuma kebawa suasana abis nonton film sama dengerin lagu tadi hehe.."

'Ya syukur deh kalo gapapa. Gue khawatir soalnya.'

"Aman kok aman.."

'Oh iya Li, lo lagi libur kan ya? Gaada jadwal kan?'

Lili melirik pada Handra yang masih sibuk berkutat dengan pancakenya. "Hmm iya.."

'Gimana kalo kita hangout? Ada tempat baru di deket apart gue, seru kayaknya.'

Lili kembali menoleh pada Handra. Gadis itu menipiskan bibir. "Mmm, sorry deh gue gak bisa. Mau istirahat hari ini. Kemaren capek banget banyak jadwal.."

'Oh gitu, yaudah deh. Lo istirahat aja.'

"Sorry ya.."

'Gapapa, maybe kapan-kapan aja kita hangoutnya.'

"Iya.."

'Yaudah Li, istirahat aja kalo capek. Jangan sampe sakit.'

"Iya.."

Lili meletakkan ponselnya saat Brian mengakhiri panggilan itu. Dia langsung menghela nafas.

"Brian perhatian banget, kayaknya suka sama lo." kata Handra membawa piring berisi pancake ke depan Lili.

"Gatau ah, mana pancakenya. Mau pake madu.." kata Lili menarik piring berisi pancake itu.

"Oke princess, bentar diambil dulu madunya." kata Handra mengambil madu yang ada di dalam lemari.

Setelah mengambil madu itu, dia langsung memberikannya pada Lili.

"Yumna tuh apasih, suka banget ngetag-ngetag lo." kata Lili sambil melihat beberapa postingan Yumna yang sering kali mengetag akun Handra.

Handra memotong pancake di depannya dan menyuapkannya pada Lili. "Dia kan emang gitu.."

Lili mengunyah pancake di dalam mulutnya. Gadis itu terus melihat akun media sosial Handra. "Tapi sering banget Ndra. Gue kesel banget waktu lo sama dia diundang ke podcast Zivan. Kek apasih ih!"

"Cemburu?"

"Iya!"

Handra tertawa. Pemuda itu menarik pelan pipi Lili gemas. "Lucu banget kalo lagi cemburu.."

Lili meletakkan ponselnya dan menatap Handra tajam. "Ih, lo juga suka ya sama dia?"

Handra langsung melotot mendengar pertanyaan Lili. "Apasih? Ngaco banget deh, gak lah."

Lili mendengus dan menyilangkan tangan di depan dada. "Gue inget banget, yang video klip lo yang sama dia tuh. Ish, banyak banget adegan romantisnya. Peluk-pelukan lah, cium-cium lah. Tck, lo pasti nikmatin banget ya bisa kek gitu.."

Handra mengacak rambutnya jengah. Kenapa jadi membahas hal itu juga sih? Hah?

"Astaga Liiii, itu arahan dari sutradara aja. Lagian gue gak cium dia beneran anjir, kan ada behind the scene juga. Jangan negatif thinking deh." kata Handra.

Dia heran dengan pikiran perempuan, pasti selalu saja mengarah ke hal negatif. Selalu saja berfikir bahwa pria itu suka bermain-main dengan perempuan lain.

Lili merebut sendok yang dipegang Handra. "Tetep aja lo peluk-peluk dia." ucapnya ketus.

Handra mengusap wajahnya. "Ya kan lagunya lagu romantis Li, masa adegannya gue berantem sama dia?"

"Tau ah! Bodo!"

Handra menatap Lili yang memakan pancakenya dengan lahap. Memang, serba salah dia di mata Lili.

.

.

"Ndra?" panggil Lili.

Handra yang sedang duduk di bawah mendongak menatap Lili yang tengah tiduran di sofa. "Apa?"

"Kalo dulu gue jadi kayak Yumna atau Hanna pasti sekarang kita gak bakal seribet ini ya? Gak bakal susah posting foto bareng, gak bakal susah buat ada project bareng. Terus fans juga bakal dukung. Ya kan Ndra?"

Handra menghela nafas. "Li, udahlah. Lo ya lo, Lilian Safwana Eryandi. Istri gue. Jangan mikir buat jadi Yumna lah, Hanna lah, udah deh." kata pemuda itu.

Lili mengerucutkan bibirnya. "Tapi kan bener Ndra, kalo misalnya gue kayak mereka pasti gampang hubungan kita.."

"Lo iri lagi sama mereka?"

Lili menatap Handra dan mengangguk.

Handra menghela nafas dan memegang tangan Lili. "Li, jangan gitu. Yang gue suka, yang gue cinta tuh Lilian. Bukan Yumna, bukan Hanna, bukan Ciara, bukan Keisya atau cewek lain. Stop mikir buat jadi kayak mereka. Gak bakal bisa Li."

Lili menarik tangannya yang di pegang oleh Handra. "Apa kita gopub aja?"

Handra kaget mendengar ucapan Lili. "Li?"

Lili menoleh pada Handra dan terkekeh pelan. "Bercanda. Gue belom siap banget. Masih banyak kontrak kerja, kasian lo nanti harus ganti rugi kalo tiba-tiba gue dipecat haha.."

Handra menyandarkan punggungnya pada sofa. "Gak masalah sih, tabungan gue cukup kok." kata pemuda itu.

Lili menabok pundak Handra. "Ish enggak! Tabungannya buat anak kita nanti aja, buat masa tua kita juga."

"Yaudah deh.."

"Nanti kalo gue udah gaada kontrak sama sekali, lo juga gaada kontrak mungkin kita bisa gopub.." kata Lili.

Handra menoleh dan mengangguk. "Iya..." sahutnya.

"Yaudah selesaiin kerjaan lo, Ardan nanti ngomel kayak emak-emak kalo gak cepet lo kerjain."

Handra terkekeh pelan dan mengangguk. "Iya deh.." sahutnya.

Lili yang sedang tengkurap di atas sofa menatap Handra yang sedang serius menghadap laptopnya. Gadis itu tersenyum.

"Ndra?"

Handra kembali menoleh. "Apa?"

"Sini deh. Deketan.." kata Lili.

Handra mengeryitkan keningnya namun tetap mendekat.

Lili menarik kerah baju Handra dan langsung mencium bibir pemuda itu. Memberikan lumatan dan hisapan pelan di sana selama beberapa saat.

Handra kaget, tapi tentu dia menikmati semua itu. Pemuda itu tersenyum dan membalas ciuman Lili.

Setelah beberapa saat Lili melepas ciumannya dan mengusap bibir Handra. "Hal yang gak bisa dilakuin Yumna atau cewek lain di luar dan cuma bisa dilakuin sama Lilian." ucapnya.

Handra terkekeh pelan. Pemuda itu menundukkan kepalanya dan memberi hisapan pelan pada leher Lili. "One and only Lilian haha.." sahutnya.

Tubuh Lili langsung merinding karena ulah Handra itu. Dia langsung mendorong Handra. "Sana ah selesaiin dulu."

"Oke, nanti pijitin ya?"

"Iyaaa. Sana ah!"

Handra terkekeh pelan dan kembali menghadap laptopnya. Sedangkan Lili tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah menatap Handra.
 

 

                            To Be Continue

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Public Figure
Selanjutnya Public Figure (24. Toilet)
2
0
“Foreplay? Please?” — Handra.“Gila ya lo? Kita di toilet Ndra!” — Lili.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan