
“Maafin aku om, om jangan ceraiin aku ya? Aku gak mau jadi janda..” — Sasa.
“Kamu nih ngomong apa sih Sa? Saya gak akan ceraiin kamu..” ---- Hansa.
43. Masih Sakit
.
.
"Sasa..."
"Sa.." Hansa menggoyangkan lengan Sasa, berusaha membangunkan gadis itu yang masih tertidurr lelap di atas ranjang mereka.
Hansa sudah mandi dan membersihkan diri tapi Sasa masih belum beranjak dari ranjang mereka sejak semalam. Gadis itu terlihat sangat kelelahan, padahal semalam mereka hanya melakukannya sekali tapi Sasa sudah lemas.
Semalam Hansa harus menahan diri karena Sasa yang masih kesakitan, bahkan setelah beberapa saat Sasa masih saja terus menangis. Hansa sampai bingung, dia ingin berhenti tapi Sasa menahannya. Dan ya mereka pada akhirnya hanya melakukannya sekali karena Sasa yang terus menangis.
"Sasa, bangun Sa. Subuhan dulu." kata Hansa mengusap pipi Sasa pelan.
Sasa bergerak tak nyaman, gadis itu membuka matanya yang masih enggan untuk terbuka. Helaan nafas berat keluar dari mulutnya.
"Ayo bangun dulu, subuhan. Abis subuhan kamu boleh tiduran lagi.." kata Hansa sambil memegang tangan Sasa yang ada di atas ranjang.
Sasa mengubah posisinya menjadi duduk. Gadis itu meringis pelan rasa ngilu dan perih pada bagian bawahnya. Matannya kembali berkaca-kaca.
Hansa yang melihat itu langsung duduk di pinggiran ranjang mereka dan menatap gadis itu khawatir. Melihat ekspresi Sasa dia tau betul kalau gadis itu pasti masih merasa sakit.
"Sakit ya?" tanya Hansa.
Sasa mengangkat kepala dan mengangguk. "Iya hiks..hiks..sakit banget. Perih om.." jawabnya disertai isakan kecil.
Hansa langsung mengusap air mata Sasa. "Maaf ya.." kata pria itu merasa bersalah---ya meski bukan sepenuhnya salahnya juga sih.
Sasa mengusap hidungnya yang mulai berair, bagaimana ini? Dia bahkan sulit bergerak, saat kakinya bergeser saja rasanya sangat perih.
"Mandi dulu ya biar segeran?" kata Hansa sambil mengusap pipi Sasa.
Sasa menatap Hansa dengan air mata yang berlinang. "Gak bisa jalan, kalo gerak sakit banget." kata gadis itu.
Hansa menghela nafas pelan, dia sudah menduga kalau ini pasti akan terjadi. "Yaudah, ayo saya bantu ke kamar mandi." kata pria itu.
Sasa mengangguk pelan, gadis itu meremas kuat selimut yang menutupi tubuhnya. Hansa dengan lembut mengangkat tubuh Sasa dan membawanya ke kamar mandi.
Sasa masih sedikit terisak, gadis itu benar-benar kesakitan. Entah bagaimana nanti dia akan berjalan.
"Bisa mandi sendiri nggak?" tanya Hansa menurunkan Sasa dengan perlahan.
Sasa mengangguk pelan. "Auh! Ssshh~" gadis itu meringis pelan. Saat kakinya menyentuh lantai kamar mandi rasanya seperti ada sengatan listrik yang mengenainya. Miliknya kembali terasa ngilu. Kakinya bahkan sampai gemetar karena menahan rasa sakit itu.
Sasa meremas kuat lengan Hansa, gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan rasa perih yang menderanya. Matanya kembali berkaca-kaca.
Hansa semakin khawatir, melihat Sasa yang terus saja meringis kesakitan dia menjadi bingung dan khawatir. "Sa--sakit banget Sa?" tanya pria itu.
Sasa menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Gadis itu sekuat tenaga menahan rasa sakit dan perih dan masih menyerangnya. "Gapapa om, aku tahan kok." jawab gadis itu berusaha meyakinkan Hansa.
Hansa masih memegang lengan Sasa. "Mau berendem di bathup dulu? Masih ada waktu kok, sekarang masih jam 4.." tanya pria itu.
Sasa menatap Hansa dan mengangguk. "Iya om, pake air anget ya." kata gadis itu.
Hansa mengangguk. Pria itu menuntun Sasa untuk duduk di kloset lebih dulu sembari menunggu air di bathup penuh.
"Maaf kalo sakit banget, lain kali saya bakal lebih lembut lagi.." kata Hansa sambil mengisi bathup.
Sasa yang awalnya sedang menunduk sambil meringis sakit langsung mengangkat kepala. Gadis itu meremas selimut yang masih menutupi tubuhnya. "Gapapa om, emang baru pertama pasti gini. Om udah lembut banget kok semalem. Aku aja yang belum biasa." kata gadis itu.
Hansa menoleh dan menatap Sasa. Pria itu mendekat dan berlutut di depan gadis itu. "Saya gak akan nyentuh kamu lagi sampe kamu ngerasa baikan. Kalo kamu masih kesakitan gini saya gak tega, kamu sampe nangis gini.." kata pria itu mengusap pipi Sasa yang masih basah bekas air matanya.
Sasa menggenggam tangan Hansa. Gadis itu tersenyum pada Hansa. "Maaf ya om, aku kayaknya emang belum bisa jadi istri yang baik. Urusan masak sama urusan ranjang aja aku gak bisa bikin om bahagia.." kata Sasa merasa bersalah.
Hansa berdecak. "Apasih Sa? Udahlah jangan mikir gitu, kamu mau usaha mau nyoba aja udah bagus banget. Udah cukup buat saya." kata pria itu mengusap tangan Sasa yag tengah menggenggamnya.
Sasa tersenyum tipis "Makasih ya om, aku janji deh nanti kita bakal sama-sama nikmatin kok. Aku cuma butuh waktu aja supaya terbiasa. Tapi janji gak bakal lama kok, nanti kalo aku udah biasa kita naena lagi ya om?" kata gadis itu sambil tersenyum lebar.
Hansa mendengus pelan, pria itu langsung menyentil kening Sasa. "Kamu tuh sekarang udah susah jalan gini, udah kesakitan masih aja mikir mau ngajakin saya naena Sa.." kata pria itu heran.
Sasa menggembungkan pipinya. "Yakan aku mau bikin om seneng gitu, om pasti menderita banget ya soalnya gak bisa nyalurin semuanya? Om semalem pasti masih nahan diri kan? Iya kan?" tanya gadis itu.
Hansa menghela nafas, pria itu menatap wajah Sasa. Mengusap pipi gadis itu pelan. "Gimana gak nahan diri, saya gerak dikit aja kamu udah langsung nangis. Ya seenggaknya semalem kita udah malem pertama kan?" kata pria itu menggoda Sasa.
Wajah Sasa langsung memerah, ah iya semalam dia sudah benar-benar melakukan malam pertama. Dia dan Hansa sudah melakukan ritual malam pertama yang sangat dia tunggu-tunggu karena rasa penasarannya.
Ya meskipun tidak seenak yang dia bayangkan tapi gadis itu setidaknya sudah melewati fase rasa sakit saat pertama kali melakukan seks. Dan ya katanya setelah melewati fase sakit ini nanti ke depannya sudah tidak akan sakit lagi. Malah akan membuat ketagihan.
"Airnya udah penuh, ayo saya bantu.." kata Hansa melirik ke arah bathup yang sudah terisi air.
Sasa menoleh, gadis itu mengangguk. Hansa menahan tangan Sasa dan membantu gadis itu berdiri. Hansa mengambil selimut yang menutupi tubuh Sasa dan menaruhnya ke dalam keranjang baju kotor.
"Saya tinggal ya? Nanti kalo kamu udah selesai panggil saya aja.." kata Hansa
Sasa mengangguk pelan. Gadis itu dibantu oleh Hansa masuk ke dalam bathup. Setelah menyiapkan semua yang Sasa butuhkan Hansa keluar dari kamar mandi. Pria itu mengambil baju Sasa yang berserakan di lantai dan merapikannya.
Hansa juga menuju ke arah ranjang, senyumanya sedikit mengembang melihat noda darah yang ada di atas sprei. Ah semalam dia sudah mengambil kegadisan Sasa.
Hansa menggigit bibir bawahnya. Pria itu langsung menarik sprei yang kotor itu dan meggantinya dengan sprei baru. Dia juga menyemprotkan pengharum ruangan di kamar mereka agar aroma bekas percintaan mereka semalam tidak terlalu tercium.
Selesai membereskan kamar dan juga mengganti sprei Hansa duduk di bangku yang ada di depan ranjang, pria itu tidak dapat menahan senyuman di bibirnya.
Akhirnya, setelah 30 tahun dia hidup semalam dia bisa merasakan bagaimana rasanya bercinta. Ya biarpun belum sepenuhnya menikmati tapi setidaknya dia sudah merasakannya. Merasakan sesuatu yang sering orang sebut sebagai surga dunia.
Hansa tidak munafik, memang semalam rasanya sangat luar biasa. Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana ketat dan sempitnya milik Sasa. Dia dapat mengingat bagaimana miliknya dijepit dengan sangat kencang oleh otot-otot dalam gadis itu.
"Jadi gitu ya rasanya, pantes orang-orang suka. Ternyata emang enak.." gumam pria itu pelan.
.
.
"Masih sakit juga?" tanya Hansa menatap Sasa yang sedang menidurkan kepalanya di meja makan. Pria itu sedang membuat sarapan untuk mereka.
Sasa benar-benar susah bergerak, untuk berdiri saja susah. Saat sholat subuh tadi gadis itu menahan rasa sakitnya sampai matanya berair.
Sasa menatap Hansa dan mengangguk. "Masih.." jawab gadis itu jujur.
Sasa tidak bohong, bagian bawahnya memang masih terasa sakit dan juga ngilu. Bahkan saat dipakai berjalan saja kakinya sedikit gemetar. Dia tadi digendong oleh Hansa saat turun dari kamar.
Hansa menghela nafas. Pria itu menuang nasi goreng buatannya ke atas piring. "Apa ada yang lecet ya Sa? Mau ke Dokter aja? Kita periksa?" tanya pria itu.
Sasa melebarkan matanya gadis itu langsung menggeleng. "Enggak om, kayaknya emang gini deh reaksi biasanya. Nanti lama-lama juga biasa kok.." sahut gadis itu cepat.
Hansa berbalik dan membawa dua piring nasi goreng buatannya. "Tapi kamu kesakitan gitu, takut ada yang lecet Sa.." kata pria itu khawatir.
Sasa menggeleng. "Enggak om, om tenang aja deh. Ya namanya abis diperawanin ya pasti ada yang lecet lah. Semalem aja berdarah kan? Tapi kan emang gini reaksinya. Gapapa om, om tenang aja.." kata gadis itu meyakinkan Hansa.
Hansa hanya menghela nafas pelan. "Yaudah, tapi kalo sakitnya gak ilang-ilang bilang ya. Kita ke Dokter pokoknya." kata pria itu.
Sasa mengangguk mengerti. Gadis itu menegakkan tubuhnya. Yakali ke Dokter, yang ada dia jadi malu sendiri. Harus jawab apa dia nanti saat Dokternya bertanya? Sakit karena malam pertama, ahhh malu dia nanti.
Lagi pula menurut artikel yang dia baca rasa sakit setelah seks pertama kali itu memang wajar kok, yang tidak wajar kalau rasa sakitnya tidak hilang setelah lebih dari 3 hari waktu mereka berhubungan. Jadi untuk reaksi yang dia alami saat ini masih wajar-wajar saja.
"Yaudah makan dulu kalo gitu, kamu lemes gitu. Nih makan yang banyak, kalo kurang saya masakin lagi." kata Hansa menaruh sepiring nasi goreng di depan Sasa.
Sasa mengangguk dan menarik piring berisi nasi goreng itu mendekat. Dia langsung bisa mencium aroma yang sangat enak. "Heeem baunya enak banget om.." kata gadis itu.
Hansa duduk di samping Sasa dan memberikan sendok pada gadis itu. "Resep mama, sejak saya tinggal sendiri di sini saya juga belajar masak dikit-dikit.." kata pria itu.
Sasa mengambil sendok itu. "Ini beda dari yang waktu itu om buat ya?" tanyanya.
Hansa mengangguk. "Iya beda, yang itu yang biasa. Ini resep dari mama, baunya lebih enak kan?"
Sasa dengan mata berbinar mengangguk. Gadis itu mulai menyendok nasi gorengnya. Matanya langsung melebar saat merasakan nasi goreng yang masuk ke dalam mulutnya.
Hansa menoleh. "Gimana? Enak nggak?" tanya pria itu.
Kepala Sasa langsung mengangguk beberapa kali. "Enak banget om, lebih enak dari buatan aku sih. Kalah aku sama om.." jawab gadis itu.
Hansa tersenyum. "Kamu kalo terus belajar pasti lebih enak lagi. Masakan kamu yang sekarang juga udah enak kok.." kata pria itu.
Sasa menghela nafas. "Pokoknya aku bakal berusaha biar masakan aku makin enak. Biar bisa masakin om apapun yang om mau, biar bikin om bahagia.." kata gadis itu dengan senyuman lebar di bibirnya.
Hansa terkekeh pelan. "Iya, saya percaya kok. Kamu pasti bisa masak lebih enak lagi.." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Iya om.."
"Yaudah makan gih, setelah ini kamu ngapain? Balik ke kamar tiduran apa mau yang lain?" tanya Hansa.
Sasa memiringkan kepalanya. "Eem mau nonton tv aja, temenin ya om. Om ada kerjaan nggak?" sahutnya sambil menatap Hansa.
Hansa diam sebentar, pria itu tengah berfikir sebelum akhirnya mengangguk. "Iya deh, nanti saya temenin." ucapnya.
"Yey! Makasih om.."
"Iya, abisin nasi gorengnya biar gak lemes lagi." kata Hansa sambil mengacak rambut Sasa pelan.
"Iya om.." sahut Sasa dan memakan nasi gorengnya dengan lahap.
Hansa yang melihatnya hanya bisa terkekeh pelan. Sasa benar-benar lucu. Dia sangat bersyukur karena sekarang Sasa menjadi lebih baik. Gadis itu tidak sekeras kepala sebelumnya. Sekarang Sasa juga lebih gampang diatur, dan mau mendengarkan nasehatnya.
.
.
"Om beneran belum pernah naena sama cewek sebelumnya?" tanya Sasa sambil menyandarkan kepalanya di dada Hansa.
Mereka ada di ruang tamu, di atas sofa. Bukan duduk menikmati film tapi malah berpelukan di atas sofa yang sempit. Sasa yang tiba-tiba mengajak berganti posisi menjadi seperti itu. Awalnya tadi mereka duduk biasa.
Hansa yang tengah memainkan rambut Sasa mengerutkan keningnya. "Kenapa sih Sa? Gak percaya kalo kamu yang pertama?" tanya pria itu heran.
Sasa memajukan bibirnya. "Yakan umur om udah 30 tahun. Kan kalo setau aku cowok-cowok tuh dari umur belasan aja udah banyak yang main cewek celup sana-sini. Apalagi kan om udah dewasa, udah sukses, udah cukup umur lah. Apalagi kita tinggal di kota besar, kan aku gak yakin gitu.." jawab gadis itu.
Pertanyaan Sasa ini bukannya tidak berdasar. Tapi sebagai orang yang tinggal di kota besar tentu Sasa tau betapa liarnya kehidupan. Dia sudah tidak heran dengan maraknya pergaulan bebas di sana-sini. Apalagi dia sering melihat berita ataupun thread di Twitter mengenai kehidupan bebas para warga kota besar.
Dan lagi Hansa adalah seorang pria dewasa yang sukses dan mapan. Bukannya akan sangat mudah bagi pria itu untuk mendapatkan perempuan yang mau menghangatkan ranjangnya?
Jadi tidak salah kan, Sasa bertanya mengenai pengalaman seks pria itu? Dia hanya penasaran saja.
Helaan nafas pelan terdengar dari bibir Hansa. "Tinggal dimanapun kalau orangnya emang suka main cewek sama aja Sa. Tapi kalo emang bisa jaga diri ya pastinya bakal bisa bertahan. Keluarga saya keluarga yang lumayan religius, mama sama papa sejak kecil udah ngajarin soal hal-hal kayak gini. Pas saya mulai SMP saya udah diajarin soal bahayanya seks bebas sama narkoba, jadi saya paham kalo itu gak baik.." Hansa menjeda penjelasannya sebentar. Pria itu kembali mengusap punggung Sasa.
"...apalagi mama saya, dia selalu nasehatin saya jangan sekali-kali mainin cewek. Kalo emang saya gak ada niat buat serius sama cewek mama selalu bilang jangan pernah main-main apalagi sampe ke hubungan seks. Selain karena resiko kena penyakit tapi juga dosanya besar. Kamu tau kan zina itu dosa yang besar?" tanya Hansa sambil menunduk menatap Sasa.
Sasa mengangguk. "Iya om. Bunda juga selalu nasehatin aku kok. Kalo seks sebelum nikah itu zina, dosanya besar. Aku sebagai cewek harus bisa jaga diri." jawab gadis itu.
Hansa mengangguk dan mengusap kepala Sasa. "Nah itu kamu tau, saya juga sebagai cowok harus bisa jaga diri. Makanya saya tuh gak mau deket sama cewek kalo saya gak ada niat buat serius, kecuali kalo emang niatnya temenan itu baru saya biasa aja. Tapi kalo udah menyangkut ke hubungan lain saya gak mau, soalnya saya belum siap aja.." kata pria itu sambil menarik ujung hidung Sasa gemas.
Sasa menunduk, gadis itu kembali menyembunyikan wajahnya di dada Hansa. "Maaf ya om.."
"Hm? Apa?" tanya Hansa sambil mengernyitkan keningnya.
Sasa memeluk Hansa. "Maaf udah maksa om nikahin aku padahal om belum siap nikah. Maaf soalnya gara-gara aku om bikin mama kecewa. Maaf udah bikin om menderita selama ini.." kata gadis itu.
Sasa menyembunyikan wajahnya di dada Hansa. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, semakin ke sini dia semakin sadar dengan perbuatannya. Apalagi setelah mengalami beberapa hal setelah pernikahan mereka. Dia benar-benar sadar kalau pernikahan mereka ini diawali dengan sesuatu yang sangat tidak baik.
Setelah mengalami beberapa hal Sasa sadar betapa pentingnya persiapan sebelum menikah. Dia jadi tahu kalau nasehat Nino selama ini benar. Dia belum siap untuk sebuah pernikahan, dia belum siap menjadi seorang istri.
Dalam pikirannya dulu dia selalu yakin kalau setelah menikah dengan Hansa semua akan menjadi lebih baik. Tapi nyatanya setelah dia jalani pernikahan ini, dia merasa kalau dia memang tidak punya bekal apa-apa dalam pernikahan ini.
Dia tidak bisa memasak, tidak bisa bangun pagi sendiri, tidak bisa rapi, tidak bisa menyetrika sendiri. Semua bekal itu tidak ada yang dia bisa. Sasa jadi sadar kalau tanggung jawab seorang istri memang besar. Dia sangat merasa bersalah pada Bunda karena selama ini selalu menyepelekan nasehat wanita itu.
Dia selalu membangkang setiap Bunda ingin mengajarinya hal-hal basic. Padahal Bunda melakukan itu pasti untuk menyiapkannya agar nantinya bisa menjadi istri yang baik.
Dan pada akhirnya karena selalu membangkang sekarang setelah menikah dia lebih banyak merepotkan Hansa. Kalau saja bukan Hansa yang dia nikahi mungkin dia sudah diusir dan diceraikan karena kelakuannya selama ini.
"Hiks..hiks..maafin aku om.." kata Sasa dengan isakan yang kian terdengar.
Hansa mengusap punggung Sasa pelan. "Kok malah nangis sih? Jangan nangis Sa.." kata pria itu.
Sasa menggeleng pelan. "Hiks..gara-gara aku Om Han bikin mama kecewa. Padahal mama pengen banget kan liat om nikah? Nemenin om di pelaminan, tapi--hiks gara-gara aku impian mama hancur. Mama pasti sakit hati banget, dia pasti kecewa banget. Maafin aku om.." kata gadis itu.
Hansa dapat merasakan bagian depan bajunya mulai basah karena air mata Sasa yang semakin banyak.
"Sasa.."
"Aku tau semua udah terlambat, aku bener-bener minta maaf sama om. Kalo aja aku gak nekat, kalo aja aku gak egois pasti om lebih bahagia jalanin pernikahan om nantinya. Nikah sama orang yang om mau.." kata Sasa meremas kaos Hansa kuat.
Hansa menghela nafas. Pria itu menjauhkan wajah Sasa dari dadanya. Dia dapat melihat lelehan air mata yang kembali mengalir di pipi gadis itu.
"Hey, Sasa jangan nangis gini.." kata Hansa.
Sasa mengusap hidungnya yang mulai berair. "Maafin aku om, aku mohon jangan ceraiin aku ya? Aku gak mau jadi janda.." kata gadis itu. Pipi dan hidungnya sudah memerah.
Hansa yang mendengar ucapan Sasa terkekeh pelan. "Kamu nih ngomong apa sih Sa? Saya gak akan ceraiin kamu.." kata pria itu.
"Aku cuma takut om bakal ninggalin aku karena om muak sama sifat dan kelakuan aku.." kata Sasa pelan.
Hansa menghela nafas. Dia memeluk kepala Sasa dan menyandarkan dagunya pada puncak kepala gadis itu. "Sa, sifat sama kelakuan kamu bisa diubah. Asal kamu emang punya kemauan buat berubah pasti bisa. Lagian makin ke sini kamu juga jadi makin baik kok, banyak kemajuan positif pokoknya.."
"Om beneran gak akan ceraiin aku kan?" tanya Sasa yang masih takut. Gadis itu masih sesenggukkan.
Hansa menggeleng. "Enggak. Mungkin emang udah takdir saya nikahin kamu. Ya emang awalnya gak baik, tapi ya kita berusaha aja biar jadi lebih baik. Urusan mama kamu tenang aja. Kita kan baru nikah di KUA kalo emang mama mau nemenin saya nikah, liat saya nikah nanti kita bisa adain resepsi biar dia liat kan? Jadi kamu tenang aja, jangan mikir aneh-aneh lagi.." kata pria itu sambil menepuk-nepuk punggung Sasa pelan.
Sasa mengusap hidungnya lagi. "Maaf ya om, om harus nikah sama abg labil kayak aku. Yang masih suka emosian gak jelas, om pasti overthinking terus gara-gara aku.."
Hansa terkekeh pelan. "Sadar kamu? Kamu emang masih labil, masih emosian, ngamuk gak jelas. Jujur aja saya emang suka overthinking gara-gara kamu.."
"Ooom maaaaaf..." kata Sasa yang kembali terisak. Gadis itu benar-benar melow sekarang. Emosinya tidak stabil.
Hansa menunduk dan menghela nafas pelan. "Jangan nangis lagi, asal kamu janji buat berubah jadi lebih baik saya gak masalah. Yang penting kamu jangan ulangin kesalahan-kesalahan yang dulu. Kalo kamu mau berubah saya juga bakal berusaha supaya bisa terus jadi suami yang bisa bimbing kamu..." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Iya om, aku janji aku bakal berubah. Aku bakal berusaha jadi istri yang baik, aku bakal berusaha ubah sifat jelek aku. Pokoknya aku bakal berusaha bikin om bahagia.." kata gadis itu.
Hansa tersenyum. "Saya juga, saya juga bakal berusaha jadi lebih baik lagi supaya bisa bimbing kamu. Supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu.." kata pria itu.
Sasa mengangguk. "Makasih ya om.." ucapnya pelan.
"Iya, udah jangan nangis lagi ya?" kata pria itu.
Sasa mengusap matanya dan mengangguk pelan.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
