
“Gimana Sha rasanya tiap hari ditindihin gapura provinsi selebar dan segede itu?” — Windy.
“Ah, mantap pokoknya.” — Alesha.
“Dih, lo mah ketagihan pasti ditindihin Bos. Keenakan malahan, yakan Sha?” — Yuni.
“Iya, tau aja lo Yun. Mantap pokoknya, nagih.” — Alesha.
49. Kantor 2
.
.
"Makasih Mas, nanti aku nyusul. Gak lama kok, cuma mau ngasih ini aja." kata Alesha pada Harshan setelah pria itu menaruh beberapa paperbag berisi oleh-oleh yang ingin dia berikan pada teman-temannya.
Harshan mengangguk. "Iya, mas ke dalem dulu." kata pria itu.
"Iya." sahut Alesha sambil tersenyum.
Harshan pun berjalan menuju ke ruangannya dan langsung masuk ke dalam sana meninggalkan Alesha yang masih ingin menemui teman-temannya.
"Sha! Ih ya ampun, lama banget lo cutinya anjir!" kata Windy yang langsung menghampiri Alesha saat Harshan masuk ke dalam ruangannya.
Dia tidak berani mendekati Alesha saat masih ada Harshan di sana.
Alesha menoleh, dia tersenyum dan langsung berpelukan dengan Windy. "Aaa, kangen Win.."
Windy menabok pelan lengan Alesha begitu pelukan mereka terlepas. "Ya lo lama banget cutinya." kata wanita itu sewot.
Alesha hanya nyengir mendengar ucapan Windy.
"Ohhh ini yang baru pulang dari honeymoon.."
Alesha dan Windy langsung menoleh. Mata Alesha langsung melebar melihat keberadaan Yuni di sana.
"Loh! Yuni?! Kok lo udah masuk? Emang udah selesai ya cutinya?" tanya Alesha kaget.
Yuni mendengus dan mendekati kedua temannya itu. "Udah lah, udah 3 hari gue masuk.."
Alesha langsung memeluk Yuni. "Aaaa kangen gue Yun! Lama banget kita gak ghibah bareng kalo pas istirahat. Akhirnya partner ghibah kita balik lagi ya Win.." kata wanita itu.
Windy tertawa sambil mengangguk. Memang sih tanpa kehadiran Yuni dunia perghibahan mereka tidak terasa lengkap. Seperti ada yang kurang.
Yuni menabok lengan Alesha. "Lo ngapain aja anjir? Gayaan banget sok honeymoon, anak udah gede juga masih aja honeymoon. Dasar.." tanya wanita itu.
Alesha nyengir. "Yakan gue sama Mas Harshan belum pernah honeymoon Yun, jadi ya mumpung ada kesempatan kita pergi aja.." kata wanita itu.
Windy mendengus, wanita itu menyenggol lengan Yuni. "Lo liat story dia di close friend gak Yun?" tanya wanita itu.
Yuni menoleh pada Windy, wanita itu menggeleng. "Enggak Win, mana sempet. Di rumah gue ngurusin anak terus. Gak sempet liat hp, paling kalo mau bales chat doang, kalo medsos udah gak sempet sekarang. Emang kenapa?"
Windy melirik Alesha sekilas. "Tuh story Alesha, tiap hari di kasur mulu. Anjir udah kek pengantin baru aja dia di Bali.." kata wanita itu.
"Masa sih? Lo ngapain aja di Bali, Sha?" tanya Yuni menoleh pada Alesha.
Alesha memainkan bibirnya, wanita itu tersenyum. "Bercocok tanam lah anjir, namanya juga honeymoon." jawab wanita itu.
"Orang dia tiap hari storynya bener-bener di kasur mulu, kalo gak gitu foto-foto dia sama si Bos yang lagi mesra. Anjir lah pokoknya, keknya di sana beneran ngewe mulu dia tiap hari." kata Windy sambil tertawa.
Alesha terkekeh dan menoel-noel lengan Windy. "Hehehe, kok tau sih Win?"
"Dih anjir, seriusan lo Sha? Tiap hari lo ngewe mulu di sana?" tanya Yuni penasaran.
Kepala Alesha mengangguk. "Kan honeymoon Yun, ya pasti gitu kan. Maklum lah, ada kesempatan berduaan terus jadi ya kalo pengen gas terus." kata wanita itu sambil tertawa.
Windy dan Yuni saling berpandangan. Kedua wanita itu menggelengkan kepala pelan.
"Anjir, susah emang kalo udah spek bintang bokep gini. Kasian si Bos, pasti tertekan punya bini kek Alesha gini.." kata Yuni.
Alesha berdecak pelan. "Dih mana ada, dia seneng-seneng aja. Malah di sana dia yang mau mulu, ngajak juga ya dia. Dikira gue aja yang suka ngajak, dia juga suka ngajakin bercocok tanam ya." kata wanita itu tak terima.
Padahal Harshan kan juga suka ngajak. Memang sih kalo di luar dan di depan orang lain tidak terlihat tapi kalau mereka sedang berdua saja kan ketahuan juga kalo Harshan sebenarnya juga suka bercocok tanam.
Malah pria itu suka minta nambah sampai-sampai Alesha lemas tidak berdaya.
Yuni dan Windy nampak terkejut. "Masa sih? Serius? Si Bos begitu?"
Alesha mengangguk. "Iya, ah dia mah kalo berdua sama gue manja aslinya. Gak keliatan aja kalo di luar, dia mode manja cuma pas sama gue doang pas berduaan." kata wanita itu.
"Gak nyangka gue, ternyata si Bos gitu ya. Gue kira dia ogah-ogahan sama lo Sha, ternyata mau-mau juga."
"Mau dia, sering minta nambah malah." sahut Alesha sambil tertawa.
"Anjir, beneran udah kek penganten baru ye lo sama si Bos. Padahal Arun aja udah gede gitu.." kata Yuni sambil ikut tertawa.
"Lo di sana foto-foto nggak Sha? Kok jarang lo upload sih? Tiap hari malah cuma upload foto sama video lo kalo pas di kasur doang sama si Bos, pas jalan-jalan gak ada Sha?" tanya Windy penasaran.
Pasalnya selama Alesha berada di Bali, wanita itu tidak pernah mengupload foto di feed. Malah sering mengupload foto atau video kebersamaannya bersama dengan Harshan melalui story, itupun hanya untuk close friend.
"Ada kok, banyak foto-foto gue. Tapi emang belum sempet aja mau upload di feed." jawab Alesha sambil mengeluarkan ponselnya.
"Lo ke pantai yang viral itu nggak Sha? Yang bagus banget sunsetnya?" tanya Yuni penasaran.
Alesha langsung mengangguk. Wanita itu dengan excited membuka galeri di ponselnya dan menunjukkan foto saat dia dan Harshan melihat sunset di pantai yang Yuni maksud.
"Nih, bagus banget di sana. Gue seneng banget bisa dapet momen sunset pas ke sana." kata wanita itu.
Yuni mengambil ponsel Alesha, dia dan Windy langsung melihat foto-foto Alesha di pantai itu.
"Aaaa, cantik banget sunsetnya. Jadi pengen ke sana juga.." kata Yuni melihat foto-foto di ponsel Alesha.
"Dih anjir, si Bos senyum Yun. Ganteng banget ya ternyata kalo senyum gini.." kata Windy menyenggol lengan Yuni, mereka kini melihat foto Harshan dan Alesha yang tengah tersenyum ke arah kamera.
Yuni mengangguk setuju. "Iya njir, ganteng banget kalo senyum gini.." kata wanita itu.
Alesha langsung melotot dan menabok lengan kedua sahabatnya itu. "Heh! Jangan liatin foto laki gue terus lo berdua." ucapnya.
Yuni dan Windy tertawa, mereka terus melihat foto-foto liburan Alesha.
"Anjir! Sha, lo beneran di sana ngewe mulu ya? Buset, cupangan semua gini badan lo?" kata Windy saat mendapati foto Alesha yang tengah melakukan mirror selfie bersama Harshan di kamar mandi.
Di foto itu Alesha hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya dan Harshan berdiri di belakang sambil memeluknya. Jelas terlihat di sana bercak-bercak kemerahan yang menghiasi tubuh Alesha, dari leher hingga permukaan dada wanita itu yang sedikit terlihat. Bahkan di paha Alesha pun ada bercak kemerahan juga.
Yuni menggeser foto lain dan mendapati foto dimana Alesha dan Harshan masih ada di tempat yang sama namun kini berbeda pose. Satu tanganHarshan menahan dagu Alesha dan tengah mencium bibir wanita itu sedangkan satunya lagi berada di atas dada Alesha, memegangnya.
"Bjir, di kokop lo Sha?!"
Alesha langsung merebut ponselnya. "Heh! Kenapa jadi kesana-sana lo berdua, foto-foto pribadi gue anjir. Sembarangan!" kata wanita itu sambil melotot kesal.
Bahaya sekali kedua temannya ini, kalau sampai mereka melihat foto lain dirinya bersama Harshan yang lebih hot bisa-bisa jadi bahan perghibahan dirinya.
"Anjir, ngeri banget. Beneran lo di sana ngewe mulu ya Sha? Sampe begitu loh.." tanya Yuni.
"Kan gue udah bilang anjir." kata Alesha sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku blazernya.
Windy mendekati Alesha dan memegang kedua lengan wanita itu, menggoyangkannya pelan.
"Badan sekecil ini harus berhadapan sama gapura kabupaten tiap hari?! Sha anjir! Kuat banget lo di kokop Bos tiap hari?!" kata wanita itu.
Yuni mendengus. "Si Bos mah bukan gapura kabupaten lagi Win, gapura provinsi dia mah. Alesha jadi mini kalo sama dia." sahut wanita itu.
Alesha mengerucutkan bibirnya. "Padahal gue tinggi ya, tapi kalo sama dia emang berasa jadi kecil banget." kata wanita itu.
Windy berdecak beberapa kali. "Gimana Sha rasanya tiap hari ditindihin gapura provinsi selebar dan segede itu?" tanya wanita itu.
Alesha menoleh pada Windy dan tersenyum. "Ah, mantap pokoknya." sahutnya sambil mengacungkan jempol.
"Dih, lo mah ketagihan pasti ditindihin Bos. Keenakan malahan, yakan Sha?" tanya Yuni.
Alesha terkekeh pelan. "Iya, tau aja lo Yun. Mantap pokoknya, nagih." sahut wanita itu.
"Dasar, otak mesum ya gini. Spek bintang bokep sih." kata Windy sambil menoyor kepala Alesha pelan.
Yuni menarik kursi dan duduk. Wanita itu mendongak menatap Alesha. "Btw, tinggi laki lo berapa sih Sha? Lo beneran keliatan mini kalo sama dia, padahal lo termasuk tinggi loh. Diantara kita semua lo yang paling tinggi malah." tanya wanita itu penasaran.
"Terakhir gue inget sih kayaknya 193 deh, iya segitu." jawab Alesha.
"Anjiiiir! Pantes aja lo keliatan kecil, hampir dua meter gitu laki lo. Bener-bener deh Sha, kuat banget lo ditindihin raksasa gitu." kata Windy kaget.
"Tinggi banget buset. Tapi emang sih, Bang Galih aja juga keliatan agak pendek kalo sama Bos, gak heran ternyata tinggi dia segitu.." kata Yuni sambil menopang dagu.
Alesha menghela nafas pelan, wanita itu mengangguk. "Dia emang tinggi, keluarganya juga tinggi-tinggi kok. Tapi emang sih dia yang paling tinggi, soalnya dia kan aktif ngegym ya. Kayaknya ngaruh juga sih olahraganya itu." kata wanita itu.
Yuni dan Windy saling berpandangan. Kedua wanita itu menatap Alesha lagi. "Sha, selama di Bali lo ngewe terus sama si Bos apa gak lecet meki lo? Tiap hari anjir.." tanya Yuni.
Alesha mengerucutkan bibirnya. "Lecet sih enggak, kebas iya. Gemeter kaki gue. Lemes badan gue, pernah tuh gue sama dia seharian di villa mulu gak ngapa-ngapain soalnya gue udah lemes duluan. Tapi ya diem sambil grepe-grepe hehe.." jawab wanita itu.
Yuni langsung menghela nafas jengah mendengar jawaban Alesha. "Ah inimah emang lo doyan aja Sha. Udah ngalahin pemain bokep lo, ngewe terus tiap hari."
"Biarin, sama laki sendiri ini. Lagian enak, bebas lagi. Gas ajalah kalo lagi pengen. Udah gak mikir apa-apa lagi selama di sana, cuma pengen mesra-mesraan doang." kata Alesha sambil tertawa.
"Parah-parah, si Bos diem-diem ternyata doyan juga. Pengaruh dari lo pasti ini Sha, dia jadi begitu.." kata Windy sambil menatap Alesha.
Alesha menepuk dadanya bangga. "Pastilah, gue bikin dia ketagihan ngewe terus sama gue. Biar aja, biar makin klepek-klepek dia." kata wanita itu sambil tersenyum.
"Dasar lo Sha.."
"Udah ah, gue ke dalem dulu. Btw, ini oleh-oleh buat kalian ya. Sekalian nanti kasihin ke Bila sama yang lain juga, buat Pak Galih juga udah di situ Yun. Nanti tolong kasih ke dia ya." kata Alesha.
"Iya, thanks ya Sha.." kata Yuni.
"Makasih ya Sha.." sahut Windy ikut menatap Alesha.
"Iya, gue masuk dulu kalo gitu."
"Iya.."
.
.
"Lama banget, ngapain aja kamu?" tanya Harshan saat Alesha menghampirinya. Pria itu sudah terlihat sibuk dengan komputernya.
Alesha terkekeh pelan. "Biasalah Mas, namanya juga udah lama gak ketemu. Terus tadi Yuni juga ada, jadi kita ngobrol-ngobrol dulu." jawab wanita itu.
Harshan mengangkat kepala dan menatap Alesha. "Yuni udah masuk?"
Alesha mengangguk. "Iya, katanya udah tiga hari masuk dia." jawab wanita itu.
Harshan hanya menganggukan kepala pelan, pria itu menatap Alesha yang kini sedang mengusap-usap perutnya. "Kamu bilang ke mereka kalo lagi hamil?" tanya pria itu.
Alesha menggeleng. "Enggak, belum sih. Nanti aja kalo aku udah mau resign sekalian bilang ke mereka." jawab wanita itu.
Harshan menipiskan bibirnya, pria itu menepuk meja di hadapannya. "Sini.."
Alesha mendekat dan duduk di atas meja itu. "Mas, pengen makan buah.." kata wanita itu.
Harshan mengusap perut Alesha dan langsung berdiri. "Bentar, mas ambil." kata pria itu menuju ke arah kulkas kecil di sudut ruangannya. Tempat dia menaruh kotak bekal berisi buah yang tadi mereka bawa.
Alesha tersenyum senang dan bertepuk tangan kecil. Wanita itu kemudian menuju ke sofa dan duduk di sana.
Harshan pun menyusul Alesha menuju ke sofa dan duduk di sana. Pria itu membuka kotak bekal mereka. "Mau apa?" tanyanya.
"Melooon!" jawab Alesha dengan semangat.
Harshan langsung menusuk potongan buah melon yang ada di dalam kotak bekal itu dan menyuapkannya pada Alesha.
"Manis?" tanya Harshan saat Alesha mulai mengunyah potongan buah melon itu.
Kepala Alesha mengangguk lucu. "Banget, Mama pinter milih buahnya." jawabnya.
Harshan tersenyum, pria itu ikut memakan potongan buah apel yang juga ada di dalam kotak bekal itu.
"Nanti kalo kamu capek atau pegel bilang aja ke mas. Biar kerjaan kamu mas yang kerjain." kata Harshan kembali menyuapkan sepotong buah melon untuk Alesha.
Alesha mengangguk. "Iya Mas." sahutnya.
Harshan mengusap perut Alesha, pria itu tersenyum mengingat kalau di dalam sana ada calon anak kedua mereka.
"Arun gak sabaran banget, tadi dia noel-noel perut aku manggilin adek bayi biar cepet keluar. Lucu banget dia Mas.." kata Alesha mengingat kelakuan Arun tadi pagi. Sebelum mereka berangkat bekerja, putranya itu menghampirinya dan menoel-noel perutnya memanggil adik bayinya.
"Waktu kamu bedrest itu aja dia tantrum, minta ketemu kamu terus. Mama sampe kerepotan. Untungnya ada Eli yang bisa hibur dia jadi dia lebih tenang. Dia bener-bener gak sabar mau punya adek bayi.." sahut Harshan.
Alesha menghela nafas, wanita itu menunduk dan mengusap perutnya. "Semoga aja setelah adeknya lahir Arun beneran sayang sama dia ya Mas. Mereka akur dan saling sayang.." kata wanita itu.
"Iya Sha semoga aja gitu.."
Alesha menoleh pada Harshan. "Tapi selama ada Eli aku tenang sih Mas, dia pasti ngajarin Arun yang baik-baik. Selama ini Eli selalu ngajarin Arun banyak hal, bersyukur banget rasanya ada Eli sama kita ya Mas. Dia bener-bener bawa banyak kebaikan buat keluarga kita.." kata wanita itu sambil tersenyum.
Harshan mengangguk. "Iya Sha. Jujur aja, mas ngerasa semenjak Eli hadir di kehidupan mas semua berubah. Mas ngerasa jadi pribadi baru. Tuhan selalu punya cara buat bikin manusia jadi lebih baik, dan mungkin Eli adalah jalan buat kita supaya jadi manusia yang lebih baik.." kata pria itu.
"Iya ya Mas. Aku juga ngerasa sejak ada Eli kehidupan aku jadi lebih baik, mulai dari jadi babysitter dia dan berakhir nikah sama Mas. Semua pasti emang udah ditakdirin dari awal, dan mungkin Eli perantara diantara kita.." kata Alesha.
Harshan mengangguk pelan. Pria itu mengusap lembut perut Alesha. Hah, semua pasti memang sudah ditakdirkan dari awal. Dan bagaimana pun jalannya pasti semua akan terjadi.
.
.
"Ya ampun, kalian kemana aja? Kok baru pulang? Arun tuh nyariin terus dari tadi." tanya Ibuk menghampiri Alesha dan Harshan yang baru saja pulang.
"Maaf Buk, tadi pas pulang Alesha pengen kue-kuean Jepang. Kita nyari dulu soalnya jarang ada yang jual." jawab Harshan.
Ibuk menghela nafas pelan dan menatap Alesha. "Ya ampun Sha, kamu ini ada aja. Udah ngidam kamu?" tanya wanita itu.
Alesha langsung nyengir. "Iya kayaknya Buk, tadi tiba-tiba aku pengen banget. Yaudah tadi muter-muter dulu nyari kuenya." jawabnya.
"Yaudah sana masuk, tuh Arun nyariin terus. Lagi main sama Bapak." kata Ibuk memberitahu.
Alesha mengangguk. "Iya Buk.."
Alesha dan Harshan pun berjalan menuju ke ruang tengah dimana ada Bapak, Eli dan Arun di sana. Terdengar suara dari ketiga orang itu yang nampaknya sedang bermain bersama.
"Mama pulang..." ucap Alesha.
Arun yang awalnya sedang bermain mobil-mobilan langsung menoleh. Anak itu berguling dan berdiri kemudian berlari menghampiri Alesha.
"Mamaaaa!" teriaknya.
Alesha tersenyum. "Aduh, pelan-pelan dong Run.." kata wanita itu saat Arun langsung memeluk kakinya dengan begitu erat.
Arun mendongak menatap Alesha. "Mama, adek mana? Adek belum kelual?" tanya anak itu.
Alesha menipiskan bibirnya dan menghela nafas. Tangannya mengusap-usap pelan rambut Arun. "Sabar sayang, adek masih lama di perut mama. Kamu harus sabar dulu ya.." kata wanita itu.
Bibir Arun langsung mengerucut. Anak itu melepaskan pelukannya dari kaki Alesha. "Lama! Alun mau cepet punya adek Mama! Alun mau cium-cium, Alun mau ajak maen baleng! Kenapa adek lama kelualnya Mama?"
Harshan yang ada di samping Alesha menghela nafas melihat putranya yang sangat tidak sabaran itu.
"Arun, gak boleh gitu. Kakak Eli aja dulu sabar loh nungguin kamu lahir. Kok kamu gak sabaran gini? Gak boleh gitu ya, gak baik. Nanti adek di dalem perut ngambek loh kalo kamu gini." kata Harshan.
Arun menggembungkan pipinya kesal. "Tapi kenapa lama Papa? Alun kan ga sabal mau sayang-sayang adek."
"Ya karena adek harus besar dulu di perut mama. Nanti kalo adek udah besar pasti keluar dari perut mama." kata Alesha.
"Tapi lamaaaaa, Alun ga suka!"
Harshan menghela nafas pelan. "Udah-udah, ini tadi Mama beliin kamu sama Kakak Eli kue loh. Daripada kamu ngambek gini mending kamu ajakin Kakak Eli makan kue dulu. Nih, bawa pelan-pelan ke sana." kata pria itu mengeluarkan dua kotak kue dari dalam paperbag yang dia pegang.
Salah satu cara untuk mengalihkan perhatian Arun dengan cepat adalah dengan makanan. Putranya ini tidak akan pernah menolak makanan dan pasti akan langsung lupa dengan semua setelah diberi makanan.
Mata Arun melebar, kedua tangan kecil bocah itu langsung memegangi kotak yang Harshan berikan. "Uwaaaah kue! Buat Alun sama Kakak Eli, Pah?" tanyanya.
Harshan mengangguk. "Iya, sana ajakin Kakak Eli maem kuenya."
"Yeeey maem kue! Makasih Mama! Makasih Papa!" kata Arun dengan begitu senang.
"Sama-sama, pelan-pelan bawanya. Awas jatoh. Pegang yang bener." kata Alesha saat Arun kembali berjalan menghampiri Eli dan juga Bapak.
"Kakak Eli! Ayo maem kueeee!" teriak Arun semangat.
Harshan dan Alesha yang melihatnya terkekeh pelan. Mereka menyusul Arun dan duduk di sofa.
Bapak yang duduk di bawah bersama anak-anak menatap ke arah Alesha. "Gimana Sha? Kamu gapapa kan? Gak capek kan? Pegel nggak? Kalo pegel nanti bapak pijitin." tanya pria itu.
Alesha menggelengkan kepala pelan. "Enggak kok Pak, aku gapapa. Gak pegel kok." jawab wanita itu.
Harshan kemudian mengeluarkan satu kotak kue berukuran sedang dan memberikannya pada Bapak. "Ini Pak, kue buat Bapak sama Ibuk. Enak kok kuenya, tadi Alesha yang milih." kata pria itu.
Bapak mendekat dan menerima kue itu. "Waduh kue apa nih Shan? Bapak baru pertama kali liat, bapak gak doyan kalo rasanya aneh. Gak biasa makan. Kalian ajalah yang makan." kata pria itu melihat kue yang ada di dalam kotak.
Baru pertama kali dia melihat kue berbentuk seperti ini.
Alesha menipiskan bibirnya. "Enak kok Pak, rasa coklat itu. Bapak cobain deh, tuh anak-anak aja suka kok." kata wanita itu menunjuk ke arah Eli dan Arun yang nampak begitu lahap memakan kue mereka.
Bapak melirik sekilas pada kedua anak itu. Iya sih, kedua anak itu memang sangat lahap memakan kuenya. Tapi kan itu karena mereka memang suka. Kalau dia kan belum pernah memakannya.
"Sha, ini minumnya." kata Ibuk yang baru saja datang dari dapur membawa nampan berisi dua gelas air dingin.
Alesha menoleh. "Buk, itu aku tadi beliin Bapak sama Ibuk kue. Cobain deh Buk, enak loh.." kata wanita itu.
"Kue apa Sha? Ah kalo kuenya aneh-aneh ibuk gak mau ah." sahut Ibuk.
"Ini loh Buk, kata Alesha enak. Tapi bentuknya kayak gini Buk. Ibuk duluan aja yang nyobain. Nanti kalo enak bapak minta. Nih Buk.." kata Bapak menyerahkan kotak kue yang dia pegang pada Ibu.
Ibu mengerutkan keningnya. "Loh, Bapak aja yang nyoba duluan.."
"Ibu aja.."
"Bapak aja.."
Alesha menggelengkan kepala pelan melihat kedua orangtuanya yang malah berdebat itu. "Ya ampun, enak kok kuenya. Bapak sama Ibuk nih disuruh makan kue aja susah banget sih. Beneran enak itu.." kata wanita itu meyakinkan.
Harshan yang melihat kedua mertuanya terkekeh pelan. "Iya kok Pak, Buk. Itu kuenya enak, cobain dikit aja dulu.." kata pria itu.
"Tuh, cobain dulu deh." kata Alesha.
Bapak dan Ibu berpandangan, mereka akhirnya membuka kotak kue itu dan mengambil dua sendok kecil yang ada di dalamnya.
"Bareng ya Pak.." kata Ibu.
"Iya.." sahut Bapak.
Mereka pun menyendok kue itu dan memakannya bersamaan.
"Enak kan?" tanya Alesha setelah kedua orangtuanya memakan kue itu.
Bapak menggelengkan kepalanya. "Ah enggak-enggak, aneh rasanya. Bapak gak suka, enakan kue dua ribuan yang isi parutan kelapa manis itu Sha. Yang biasa di jual di warung. Ini aneh rasanya, bapak gak suka. Ibuk aja yang makan.." jawab pria itu menaruh kembali sendoknya.
"Enggak-enggak, ibu juga gak suka. Gak cocok ini di lidah ibu, aneh. Kamu aja yang makan Sha. Enakan kue lapis yang tadi pagi.." kata Ibuk memberikan kembali kotak kue yang ada di hadapannya pada Alesha.
Alesha yang melihat kedua orangtuanya itu hanya bisa menghela nafas. "Haduh, susah emang kalo udah lidah desa disuruh makan yang kayak gini."
"Udah-udah, kamu makan aja. Ibuk mau masak, kamu mau dimasakin apa? Kamu juga Shan, mau dimasakin apa?" tanya Ibuk berdiri dari posisi duduknya. Wanita itu menatap Alesha dan Harshan bergantian.
"Mau ayam serundeng Buk. Udah lama gak makan itu.." jawab Alesha antusias.
"Yaudah, kamu Shan? Mau makan apa?"
"Samain aja Buk, ayam serundeng juga pasti enak." jawab Harshan.
"Yaudah kalo gitu ibuk masak dulu ya.."
"Iya, makasih ya Buk.." kata Harshan.
"Iyaa.."
"Mama! Kuenya masih ada? Alun mau nambah!" tanya Arun berlari menghampiri Alesha, wajah anak itu sudah belepotan krim kue.
"Astaga Run, duh muka kamu sampe belepotan gini." kata Alesha meraih tisu di atas meja dan mengusap wajah Arun.
"Kuenya masih ada? Alun mau nambah."
"Nambah terus, perut kamu udah nyut-nyut gini Run. Buncit loh.." kata Alesha sambil menoel-noel perut gembul sang putra.
"Alun kan endut! Gemes Mama!"
"Kamu ini ya, nih dikit aja tapi. Gak boleh kebanyakan." kata Alesha memotong kue Bapak tadi dan memberikannya pada Arun.
"Yeeey makasih Mama.."
"Iya.."
"Anak kamu tuh, makan mulu.." kata Harshan sambil terkekeh dan menoel lengan Alesha.
Alesha melirik pada Harshan. "Anak Mas juga lah.." sahutnya.
Mereka pun tertawa bersama melihat Arun yang kini wajahnya kembali belepotan. Aish, dasar anak itu.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
