My Hottie Hubby (45. Hadiah)

2
0
Deskripsi

“Alun mau adek bayi Papa! Mana adek bayinya! Alun mau sekalang! Sekalang! Sekalang!” — Arun. 

“Nanti malem kita do** sampe lemes, Mas minta gaya apa aja aku turutin. Mau dimana aja aku siap, disodok sampe pagi juga gak masalah. Dibolak-balik kayak martabak juga gapapa. Pokoknya aku siap!” — Alesha. 

“Kamu ini ya, pikirannya disodok mulu. Dasar.” — Harshan.

45. Hadiah

.

 

.

"Engh, Masssh~" Alesha melenguh pelan merasakan tangan Harshan yang kini tengah meremas dadanya. Wanita itu menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh tubuhnya.

Harshan semakin merapatkan tubuh mereka hingga tidak ada jarak. Kulit polos mereka saling bergesekan menimbulkan sensasi geli juga panas. Setiap gesekan yang terjadi pada kulit polos mereka seperti menimbulkan sensasi sengatan listrik.

"Ah, punya Mas bangun ya? Jadi penuh banget rasanya.." tanya Alesha sambil memegang lengan Harshan. Wanita itu merasakan kewanitannya yang terasa semakin penuh dan panas.

Harshan mengangguk dan bergumam pelan, wajah pria itu berada di tengkuk Alesha. Semalaman dia melakukan cock warming dan kini di pagi hari miliknya itu malah bangun dan mengeras di dalam liang hangat Alesha.

Alesha melenguh merasakan miliknya yang mulai berkedut nikmat karena si cacing besar Alaska yang juga terasa membesar di dalamnya. Sensasi panas dan sesak di dalam sana malah membuatnya merasa semakin nikmat. Dia dapat merasakan permukaan berurat benda itu yang mulai menggesek dinding kewanitannya.

Sejak semalam Harshan memang melakukan cock warming, pria itu memasukkan miliknya dan tidak mengeluarkan miliknya sampai sekarang. Di pagi hari seperti ini tentu saja benda itu membesar dan membuat Alesha merasa keenakan.

"Sha.." Harshan mengerang pelan saat merasakan miliknya yang seperti diremas pelan. Dia dapat merasakan kedutan nikmat dinding kewanitaan Alesha yang membuat miliknya ikut berdenyut.

Alesha menggigit bibir bawahnya, wanita itu dengan refleks menggoyangkan pinggulnya pelan membuat sensasi itu kian terasa nikmat. Dia berusaha mencari kenikmatan dan menggoda Harshan agar pria itu melakukan morning seks.

Harshan menggeram, satu tangan pria itu menahan pinggang Alesha dan ganti dia yang bergerak. Memaju-mundurkan pinggulnya mencari kenikmatan dari penyatuan mereka di bawah sana. Rasanya nikmat sekali, remasan dan pijatan Alesha di bawah sana benar-benar luar biasa.

Satu tangannya mulai merambat turun dan mencari klit Alesha. Ibu jarinya mengusap dan menggesek benda itu gemas. Hal itu tentu membuat Alesha semakin mendesah nikmat.

Wajah Alesha kian memerah, bercinta di pagi hari memang luar biasa. Seluruh saraf di dalam tubuhnya ikut menegang merasakan gerakan pelan namun kuat yang Harshan lakukan. Belum lagi dengan tambahan ibu jari pria itu yang terus menggesek klitnya.  Harshan benar-benar tau setiap titik sensitif di seluruh tubuhnya.

Pria itu hanya bergerak pelan memasuki miliknya, tapi tiap kali dia memundurkan pinggul maka sentakan pria itu akan sangat kuat hingga mampu menyentuh ujung rahimnya. Benar-benar pelan tapi dalam. Dan hal itu sungguh membuat Alesha terus mengerang keenakan.

Harshan terus menggerakkan jarinya. Menekan dan menggesek klit Alesha. Lenguhan dan desahan terus keluar dari bibir wanitanya itu membuatnya ikut terbakar gairah.

"Mas! Ah! Ah! Dalem banget Mas, ugh!" desah Alesha. Tangan wanita itu memegang lengan Harshan kuat, kedua kakinya terus bergerak merasakan setiap sentuhan Harshan.

Harshan mengerang, pria itu tidak ingin berlama-lama bermain pagi ini. Mereka akan pergi ke suatu tempat sebelum pulang besok jadi satu ronde saja sudah cukup, mungkin nanti malam mereka akan melakukannya lagi sampai puas.

"Emh, ah jangan digituin Mas! Aku keluar! Ah, Mashh!" kata Alesha saat jari Harshan semakin kuat menggesek klitnya, begitu juga dengan pinggul pria itu yang semakin cepat bergerak maju mundur.

"Mas juga, ugh.." sahut Harshan. Satu tangan pria itu meremas dada Alesha dan satunya lagi tetap pada tugasnya memanjakan klit sang wanita.

Wajah Alesha mengetat, keringat mulai membasahi pelipis wanita itu. Nafasnya pun mulai tak beraturan. "Ah! Nghhh! Keluar Masssh!" desahnya dengan tubuh mengejang.

Harshan juga semakin mempercepat gerakannya. Pria itu menekan kuat miliknya yang sudah berdenyut hingga terbenam sepenuhnya pada milik Alesha.

"Ugh, mas juga keluar Shaa.." ucapnya sambil melenguh.

Alesha melenguh merasakan cairan hangat yang mulai memasuki miliknya. Nafas wanita itu tersengal, tangannya memegang erat lengan Harshan yang ada di perutnya.

Harshan menyembunyikan wajahnya pada tengkuk Alesha. Pria itu berusaha mengatur nafasnya yang masih memburu setelah mendapat pelepasannya barusan. Miliknya masih berdenyut menyemburkan cairan hangat yang dia yakini telah membanjiri rahim Alesha.

Harshan memeluk erat tubuh Alesha dan mengusap-usap perutnya pelan. "Semoga ada yang jadi.." kata pria itu.

Alesha tersenyum dan mengangguk. Dia menggenggam tangan Harshan yang ada di atas perutnya. "Iya Mas, semoga ya.." sahutnya.

Harshan menumpukan dagunya pada bahu Alesha. Mereka diam menikmati momen itu selama beberapa saat.

"Mas?" panggil Alesha.

"Hm?" sahut Harshan, sesekali pria itu memberikan kecupan-kecupan singkat pada bahu dan leher Alesha.

"Sering-sering aja cock warming.." kata Alesha sambil terkekeh.

Harshan mendengus. "Modus kamu, kalo mas sering cock warming yang ada paginya kamu pasti minta morning seks." kata pria itu menghisap gemas bahu Alesha. 

Alesha terkekeh pelan. "Ya kan mumpung udah masuk Mas, mending lanjut aja. Masa cuma cock warming doang." kata wanita itu.

"Dasar kamu ini Sha.."

Alesha masih terkekeh pelan. Wanita itu melirik Harshan dari sudut matanya. "Aku cinta sama Mas.."

"Iya.."

"Mas cinta nggak sama aku?" tanya Alesha.

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya Sha. Mas juga cinta sama kamu."

"Bener?"

"Iya."

"Serius?"

"Iya."

"Ma---.."

"Udah stop. Mending kita mandi terus berangkat. Tempatnya agak jauh." kata  Harshan mengakhiri perdebatan mereka.

Alesha mengerucutkan bibirnya namun mengangguk. "Yaudah."

Harshan kemudian menjauhkan tubuhnya membuat penyatuan mereka di bawah sana terlepas. Lelehan cairan hangat langsung keluar dari lipatan merah muda Alesha hingga menetes ke atas sprei mereka.

Alesha langsung duduk dan menunduk melihat ke bawah. Wanita itu mendengus melihat banyaknya cairan yang kini sudah membasahi seprei.

"Ish, selama di sini tiap hari kita ganti seprei mulu Mas. Sehari bisa sampe dua kali malah.." kata Alesha sambil menatap Harshan.

Selama mereka berada di villa, memang setiap hari Alesha harus mengganti sprei. Bahkan kadang wanita itu harus mengganti sprei dua kali sehari.

Selama di sana keduanya benar-benar aktif bercinta. Ranjang dan kamar sudah menjadi tempat peraduan tak terelakan. Setiap percintaan yang mereka lakukan selalu membuat seprei di ranjang kotor.

Mereka benar-benar seperti pengantin baru yang tak pernah puas bercinta. Mereka seperti pasangan yang  baru pertama kali merasakan nikmatnya bercinta, selalu ingin melakukannya kapan pun dan dimanapun setiap ada kesempatan.

Tidak ada hari yang mereka lewati tanpa bercinta selama di sana.

Harshan turun dari atas ranjang dan menoleh pada Alesha, menatap wanita itu. "Gara-gara kamu kan? Yang sering squirt sampe sepreinya basah siapa?"

Bibir Alesha langsung mengerucut. "Ya aku, abisnya gak tahan sih. Mas bikin banjir mulu.." sahut wanita itu masih menatap Harshan.

"Dasar, sini cepet." kata Harshan merentangkan tangannya pada Alesha.

Alesha mendekat dan langsung menyambut tangan Harshan. Wanita itu langsung nemplok seperti koala dan memeluk erat leher Harshan.

Harshan pun tanpa kesusahan mengangkat Aleshan dan membawa tubuh telanjang mereka berdua menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri.

.

.

"Kita mau kemana sih Mas?" tanya Alesha setelah selesai berganti baju. Wanita itu masih duduk di depan meja rias karena ingin sedikit berdandan.

Harshan yang sedang memakai kemeja pendek menoleh dan menghampiri Alesha. "Ada lah, kamu ikut aja." jawab pria itu.

Alesha yang mendengar jawaban Harshan mendengus. Wanita itu tidak tau mereka akan kemana karena Harshan tidak memberitahunya. Pria itu hanya bilang kalau mereka akan pergi ke suatu tempat.

"Kamu pasti suka tempatnya. Cepetan siap-siap." kata Harshan.

Alesha menghela nafas, wanita itu kembali menghadap cermin dan mulai menyisir rambutnya.

Drtt! Drttt!

Alesha menoleh ke arah ponselnya, wanita itu tersenyum melihat adanya panggilan video call dari Mama Rita. Dengan begitu bersemangat Alesha meraih ponselnya dan menjawab panggilan video itu.

"Halo.."

'Mamaaaaa! Mana adek bayinya! Alun mau sekalang adek bayinya!'

Alesha tersentak kaget saat tiba-tiba wajah Arun muncul dan berteriak padanya.

"Arun, astaga kamu ini. Mama kaget.." kata Alesha.

Bibir Arun mengerucut, pipi bocah itu juga langsung menggembung menatap Alesha.

"Kenapa sih? Kok manyun gitu? Kemaren abis main sama Om Aldan ke sungai kan? Kalian mancing terus dapet ikan, kok sekarang manyun gini?" tanya Alesha sambil menatap putranya itu.

Bibir Arun masih mengerucut. Anak itu melengos.

'Alun mau adek Maaaa! Mana adeknya? Mana bayinya? Alun mau sekalang. Sekalang Mah! Bawain!' kata Arun dengan kaki menghentak kesal.

Harshan yang mendengarnya langsung mendekat dan memunculkan wajahnya, pria itu menatap sang putra yang masih merajuk dengan bibir mengerucut.

"Arun, gak boleh gitu. Udah, jangan ngambek gitu. Gak boleh.." kata Harshan.

Arun berhenti mengentakkan kakinya dan menatap Harshan masih dengan wajah kesal.

'Alun mau adek bayi Papa! Mana adek bayinya! Alun mau sekalang! Sekalang! Sekalang!' teriak anak itu.

Harshan menghela nafas pelan, pria itu menatap Arun. "Run, dengerin papa. Adek bayi itu gak bisa langsung ada. Harus nunggu dulu."

'Alun maunya sekalang! Alun ga mau nunggu! Mau adek bayi!' teriak Arun lagi.

Alesha yang melihat Arun mulai tantrum mengusap pelan keningnya. Wanita itu berfikir sebentar untuk mencari cara supaya bisa menenangkan putranya itu.

"Arun, dengerin mama. Hey, liat mama dulu. Arun, liat mama dulu.." kata Alesha.

Arun yang awalnya melengos langsung menatap Alesha. Anak itu masih terlihat kesal.

Alesha menipiskan bibir bawahnya. Wanita itu menatap Arun yang nampak masih merajuk.

"Arun, coba kamu tanya Kakak Eli. Kakak Eli juga nungguin dulu sebelum kamu lahir, adek bayi itu gak bisa langsung jadi. Harus ditunggu. Kamu nanti coba tanya ke Kakak Eli, pasti dijawab sama Kakak Eli. Kamu harus sabar, gak boleh kayak gitu.." kata Alesha.

'Tapi Alun mau adek bayi sekalang Mama!' kata Arun yang masih kekeuh.

"Gak bisa Sayang.."

'Pokoknya Alun mau adek bayi! Mama halus bawa adek bayi! Kalo Mama ga bawa adek bayi Alun ngambek! Alun malah sama Mama! Alun malah sama Papa!' teriak Arun dan langsung berlari pergi meninggalkan panggilan itu.

'Kamu mau kemana Run? Katanya mau ngomong sama Mama? Hey, Aruuun! Mau kemana? Astaga...' 

Alesha dan Harshan saling berpandangan mendengar suara Mama Rita. Tak lama wajah wanita itu terlihat di layar.

"Mah, Arun rewel banget ya?" tanya Alesha sambil menatap mertuanya itu.

'Enggak kok Sha, dia gak rewel. Cuma ya sekarang dia minta adek bayi terus.' jawab Mama Rita.

Alesha menghela nafas pelan. "Aduh, terus gimana dong Mah? Aku tadi udah jelasin ke dia kalo bayi tuh gak bisa langsung ada, harus nunggu dulu. Aku gak tau dia ngerti apa enggak. Dia malah kabur gitu sambil marah-marah.." ucapnya sambil mengusap-usap pelipisnya.

'Iya Sha, dia ngomongin adek bayi terus. Tapi mama udah bilang sih ke Eli supaya dia ngasih penjelasan ke Arun. Siapa tau kalo Eli yang jelasin Arun bisa lebih ngerti.'

Alesha mengangguk. "Iya Mah, tadi aku juga bilang gitu ke Arun. Tuh anak emang bener-bener kalo udah kayak gitu susah.."

'Ya namanya juga anak-anak Sha, kalo pengen sesuatu pasti gitu kan? Ngebet terus.'

"Iya sih Ma, tapi kan aku sama Mas Harshan lagi jauh gini. Jadi gak enak aja soalnya ini malah Mama yang repot ngurusin sama nenangin Arun. Maaf ya Mah, besok aku sama Mas Harshan pulang kok.." kata Alesha merasa menyesal sekaligus tak enak pada Mama Rita.

Harshan menampilkan wajahnya ke kamera. "Iya Mah, besok aku sama Alesha pulang kok." kata pria itu.

Mama Rita nampak terkejut. Wanita itu menegakkan badannya.

'Loh, udah mau pulang? Emang udah puas honeymoonnya? Puas-puasin dulu lah, anak-anak biar mama yang urus. Kalian nikmatin aja waktu berdua di sana.' kata Mama Rita sambil menatap Alesha.

Harshan menghela nafas pelan. "Udah cukup kok Mah, aku sama Alesha juga udah kangen sama anak-anak."

'Emang udah puas honeymoonnya? Santai aja lah Shan, lagi liburan tuh nikmatin aja. Mesra-mesraan dulu sama Alesha mumpung berduaan di sana.' kata Mama Rita sambil terkekeh.

"Udah cukup Mah. Nanti kalo emang ada waktu bisa liburan lagi." kata Harshan.

'Ah, kamu ini Shan.'

Alesha yang sedang memakai bedak menoleh. "Aku udah beli oleh-oleh buat anak-anak, mereka pasti seneng deh." kata wanita itu sambil terkekeh.

'Eh, leher kamu Sha. Merah semua gitu, duh diserang Harshan terus pasti ya? Mentang-mentang berduaan di sana pasti Harshan nempelin kamu terus ya?' tanya Mama Rita.

Alesha meraba lehernya dan langsung nyengir. "Namanya juga honeymoon Mah, apalagi kan  lagi proses ngasih Arun adik. Jadi ya gitu hehe.." kata wanita itu.

Harshan mendengus pelan mendengar ucapan Alesha. "Alesha ngajakin mulu Mah. Doain aja supaya Arun bener-bener cepet punya adek bayi.." kata pria itu.

Mama Rita terkekeh.

'Gapapa ya Sha, kan namanya honeymoon emang gitu. Anggep aja kalian pengantin baru, lagi anget-angetnya. Mama pasti doain yang terbaik, mama juga gak sabar pengen punya cucu lagi. Semoga aja usaha kalian berhasil ya, kamu bisa hamil lagi Sha.' kata Mama Rita sambil tersenyum pada Alesha.

Alesha mengangguk. "Iya Mah, makasih ya doanya.."

Mama Rita mengacungkan jempolnya.

'Iya, kalian gaspol aja. Kamu pasti hamil, Harshan kan tokcer banget, yakan Sha? Asal gas terus pasti jadi.'  kata Mama Rita.

Alesha tersenyum malu dan mengangguk. "Iya Mah, tokcer banget. Gak perlu diragukan.." sahut wanita itu sambil tersenyum.

'Gak usah malu-malu Sha. Ajakin terus aja, mama dukung. Manfaatin aja Harshan, pake terus sampe kamu hamil.' kata Mama Rita.

Alesha mengangguk. "Pasti Mah. Punya suami kayak Mas Harshan masa gak dimanfaatin. Gak mungkin lah, pasti aku pake terus.." sahut wanita itu sambil tertawa.

Harshan yang mendengar obrolan kedua wanita itu menggelengkan kepala pelan. Dia merasa menjadi sebuah objek di dalam obrolan mereka. Pakai? Memang dia ini apa? Bisa-bisanya.

"Udah ah Mah, aku sama Alesha mau pergi. Udah ya, bye!" kata Harshan mengakhiri panggilan itu.

Alesha langsung menoleh pada Harshan dan menatap pria itu. Padahal dia masih ingin mengobrol dengan Mama Rita, tapi Harshan malah mematikannya.

"Ih Mas, aku masi---hmpp!"

Alesha melebarkan mata saat Harshan tiba-tiba mencium bibirnya.

"Cepetan. Mas tunggu di depan. Tutupin tuh leher kamu. Jangan lama." kata Harshan mengakhiri ciuman itu dan langsung pergi meninggalkan Alesha di dalam kamar.

Alesha langsung menggigit bibir bawahnya. Pipi wanita itu sedikit memerah karena kejadian tadi.

"Anjir! Cuma dicium gitu aja langsung deg-degan gue. Lemah banget sih jantung, aaaarghhh! Ya gimana enggak! Yang nyium ganteng gitu, untung udah jadi suami gue! Awas aja ntar malem gue serang lagi!" kata Alesha yang berbicara sendiri.

Wanita itu benar-benar gemas. Ahhhh, Harshan itu ya, argh! Rasanya Alesha ingin mencium balik pria itu sampai mereka kehabisan nafas.

Shit! Nanti malam akan dia lakukan saat mereka sedang bercinta. Awas saja!

"Awas aja ya Mas! Ntar malem aku bales! Aku cipok sampe ngos-ngosan!"

.
 

.

"Ini tempat apa Mas? Gede banget." tanya Alesha saat mereka memasuki sebuah gedung yang lumayan besar dengan beberapa hiasan patung di depannya.

"Nanti juga kamu tau. Masuk dulu aja." jawab Harshan. Pria itu berjalan duluan meninggalkan Alesha yang ada di belakang.

Alesha mendengus dan berjalan cepat menyusul Harshan. Wanita itu langsung memeluk lengan sang suami agar tidak ditinggalkan lagi.

Harshan melirik sekilas pada Alesha dan membiarkan wanita itu memeluk lehernya. Tanpa mengatakan apapun Harshan menuju ke salah satu sudut ruangan dan menghampiri seseorang.

"Selamat siang, saya Harshan. Kemarin saya sudah chat via DM." kata Harshan pada seorang wanita yang ada di sana.

"Ah iya, Pak Harshan. Baik Pak, mari ikut saya.." kata wanita itu mempersilahkan Harshan untuk mengikutinya.

Harshan mengangguk dan mengikuti wanita itu. Alesha yang tidak tau apapun hanya bisa menurut dan mengikuti saja. Bahkan saat mereka menaiki lift untuk menuju ke lantai 4 gedung itu Alesha hanya bisa menatap Harshan bingung.

Harshan yang mengerti arti tatapan Alesha menyentil kening wanitanya itu pelan. "Ikut aja." ucapnya.

Alesha mengerucutkan bibirnya dan mendengus pelan. Dia kan penasaran mereka akan kemana, tapi Harshan malah tidak memberitahunya. Ish!

Saat pintu lift terbuka wanita tadi keluar dan berjalan menuju sebuah ruangan lain. Harshan pun masih terus mengikutinya.

Saat memasuki sebuah ruangan wanita tadi mempersilahkan Alesha dan Harshan untuk duduk terlebih  dahulu. Alesha menatap kagum ruangan tersebut.

Di sana terlihat begitu mewah. Ada banyak barang bermerk dan nampak mewah. Bahkam ada banyak patung-patung bagus yang pastinya sangat mahal.

"Baik Pak, sesuai yang Bapak bilang kemarin.  Kami sudah menyiapkan beberapa model sesuai yang Pak Harshan inginkan. Kalau misal ingin melihat-lihat yang lain nanti  Bapak bilang saja ke saya. Ini catalognya. Dan ini beberapa barang yang ready dan sudah kami siapkan. Semuanya limited edition, setiap model hanya ada satu jadi eksklusif." kata wanita tadi.

Beberapa orang perempuan mulai datang dan membuka kotak-kotak yang mereka bawa dan meletakkannya ke atas meja.

Mulut Alesha langsung terbuka lebar melihat isi dari kotak-kotak tersebut. Perhiasan yang nampak begitu berkilau dengan desain-desain menarik dan batu-batu mulia di atasnya.

Harshan yang melihat perhiasan-perhiasan itu tersenyum dan menatap si wanita. "Terima kasih Mbak, biar istri saya milih dulu. Nanti saya panggil lagi." kata pria itu.

Wanita tadi tersenyum dan mengangguk. "Baik Pak,  kalau begitu saya pergi dulu. Semua penjelasan tentang perhiasan-perhiasannya sudah ada di catalog masing-masing. Kalau ingin bertanya  dan memanggil saya nanti Bapak pencet saja tombol yang ini." kata wanita itu menunjuk tombol kecil di samping meja.

Harshan mengangguk mengerti. "Iya."

"Kalau begitu kami permisi, silahkan memilih." kata wanita itu langsung berlalu pergi bersama dengan perempuan-perempuan yang tadi mengantar perhiasan.

Harshan mengangguk mempersilahkan wanita itu pergi. Setelahnya dia menoleh pada Alesha yang ada di sampingnya.

Pria itu menggelengkan kepala pelan melihat ekspresi Alesha. Mulut wanita itu masih terbuka lebar dengan mata melotot.

"Mingkem Sha." ucapnya.

Alesha menoleh pada Harshan dan langsung mengatupkan mulutnya. Wanita itu meneguk ludahnya dengan susah payah. "Mas?"

"Kamu pilih tuh, terserah mau yang mana." kata Harshan sambil menunjuk perhiasan-perhiasan itu menggunakan isyarat dagu.

Alesha semakin tercengang. "Pi---pilih? Mas mau beliin aku ini?" tanyanya menunjuk ke arah perhiasan-perhiasan itu.

Harshan meraih catalog dan mengangguk. "Iya, pilih aja yang kamu mau." kata pria itu.

"Hah? Beneran Mas? Serius? Ini pasti mahal banget Mas, aku jual ginjal juga pasti masih belum cukup duitnya buat beli. Mas beneran mau beliin aku?" tanya Alesha.

Harshan yang mendengar pertanyaan Alesha menghela nafas, pria itu menatap sang istri dan mengangguk. "Iya Sha. Pilih aja."

"Tapi--tapi ini mahal pasti mahal banget Mas.." kata Alesha.

"Ya terus kenapa? Mas masih mampu kok beliin kamu. Cepetan pilih." kata Harshan. Heran sekali dia dengan Alesha ini, tinggal milih aja kok repot.

Alesha meneguk ludahnya. Harshan memang sering memberinya hadiah berupa perhiasan-perhiasan juga tapi kalau perhiasan yang semacam ini jujur saja belum pernah. Melihat kilauan dari berlian-berlian yang ada di hadapannya saja sudah membuat Alesha sedikit pusing. Apalagi nanti saat tau harganya, bisa-bisa Alesha langsung pingsan.

"Pilih Sha. Anggep aja hadiah buat kamu. Mas masih bisa beliin itu buat kamu, gak usah banyak mikir. Tinggal pilih aja kamu tuh." kata Harshan yang menyadari kalau Alesha hanya diam saja dengan wajah cengo menatap ke arah perhiasan-perhiasan itu.

"I--iya Mas.." sahut Alesha.

Wanita itu meneguk ludahnya melihat set perhiasan yang dihiasi berbagai macam batu permata itu. Alesha menatap satu persatu perhiasan itu. Dia benar-benar bingung ingin memilih yang mana. Semuanya bagus dan cantik.

Beberapa kali Alesha melihat dan memperhatikan perhiasan-perhiasan itu. Dia ingin memilih yang terbaik, meski semuanya pasti terbaik setidaknya Alesha benar-benar ingin memilih yang sesuai dengan keinginan hatinya.

"Udah?" tanya Harshan, pria itu sedikit jengah karena Alesha yang lama sekali memilih.

"Bentar Mas, masih bingung." jawab Alesha. Wanita itu tengah bingung diantara tiga perhiasan. Satu set yang memiliki hiasan berlian, satu lagi safir dan satunya amethyst. Alesha bingung memilih diantara ketiganya.

Harshan ikut mendekat dan menyandarkan kepalanya pada bahu Alesha. "Yang mana?"

Alesha menggigit bibir bawahnya. Wanita itu memejamkan mata sesaat dan akhirnya dengan yakin menunjuk satu perhiasan dengan hiasan batu safir biru. Cincin, kalung, anting-anting dan gelang itu semua memiliki hiasan batu safir biru yang nampak begitu jernih dan cantik.

Alesha merasa kalau warna itu sangat cantik dan elegan. Desain dari perhiasannya sendiri pun nampak elegan dan tidak terlalu mencolok malah terkesan sangat simple tapi berkelas dengan tambahan batu safir biru itu.

"Ini Mas.." jawabnya masih menunjuk set perhiasan berhiaskan batu safir pilihannya.

Melihat pilihan Alesha, Harshan tersenyum. "Kenapa milih itu?"

Alesha mengangkat bahu. "Gatau, pengen aja. Warnanya bagus terus kayak hati aku maunya itu, kayak emang pengen milih itu.."

"Kamu gak tau artinya?" tanya Harshan.

Alesha mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Harshan. "Arti? Arti apa?" tanya wanita itu bingung.

Harshan menghela nafas, sudah dia duga Alesha tidak akan paham. Pria itu meraih catalog khusus untuk set perhiasan yang Alesha pilih.

"Setiap batu permata itu punya arti masing-masing Sha, mereka melambangkam sesuatu. Termasuk yang kamu pilih. Nih baca.." kata Harshan memberikan catalog yang sudah dia ambil pada Alesha.

Alesha pun mengambil catalog yang Harshan berikan. "Safir biru melambangkan keagungan, kejujuran, ketulusan, dan kesetiaan." ucapnya membaca sebaris kalimat yang ada di catalog itu.

Harshan mengangguk. "Nah itu, safir biru artinya itu Sha..."

Alesha menggigit bibir bawahnya, dia tadi hanya memilih saja tidak tau kalau ternyata safir biru memiliki arti yang sangat bagus. Keagungan, kejujuran, ketulusan dan kesetiaan, hah. Bagus sekali artinya.

Alesha menoleh, wanita itu langsung menatap Harshan dan menangkup wajah suaminya itu. Memberikan kecupan-kecupan singkat pada bibir kissable pria itu.

"Makasih ya Mas. Aku cintaaaaaaa banget sama Mas.."

"Iya."

"Nanti malem kita doggy sampe lemes, Mas minta gaya apa aja aku turutin. Mau dimana aja aku siap, disodok sampe pagi juga gak masalah. Dibolak-balik kayak martabak juga gapapa. Pokoknya aku siap!" kata Alesha.

Harshan mendengus dan mencomot bibir Alesha gemas. "Kamu ini ya, pikirannya disodok mulu. Dasar."

Alesha nyengir dan kembali menciumi bibir Harshan. Ah, rasanya dia sangat bahagia sekali. Dia benar-benar mencintai Harshan. 
 

              To Be Continue

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
My Hottie Hubby
Selanjutnya My Hottie Hubby (46. Deeptalk)
2
0
“Kamu makin seksi aja Sha..” — Harshan.“Oh ya?” — Alesha. “Nikmatin Mas! Kalo di rumah kita gak bisa---engh! Kita gak bisa ngese** di luar gini! Ah, Mashh!” — Alesha. “Kamu bikin mas jadi mes** gini Sha! Kamu bener-bener harus dikasih pelajaran. Mesum banget memew kamu minta dimasukin mulu!” — Harshan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan