
“Udah ya sayang, jangan nangis lagi…" — Harshan.
“Mas sih jahat..” — Alesha.
60. Nangis
.
.
"Mas ayo dong, masa gak mau sih? Maaas.."
"Gak ya Le, mas gak mau."
"Ya ampun Shan, kamu kenapa sih gak mau? Cuma gitu doang loh. Masa gak mau?"
"Gak mau ma."
"Maaas ih, manggil sayang doang ih. Ayo dong mas. Anak mas loh ini yang mau, dia mau papanya manggil mamanya 'sayang'. Ayo dong masss.." kata Alesha sambil memegang tangan Harshan.
Mama Rita mengangguk. "Iya Shan, masa kamu gak mau nurutin anak kamu? Kasian dia di dalem perut sedih, bentar lagi dia lahir loh. Kamu mau dia benci sama kamu gara-gara keinginannya gak diturutin?"
Harshan berdecak. "Aku tuh geli ma."
"Kenapa sih mas? Debayi cuma pengen mas manggil aku sayang. Itu aja, mas geli kenapa? Mas gak suka sama aku? Gak suka sama Debayi?" tanya Alesha dengan bibir yang sudah ditekuk.
"Debayi cedih ance?" tanya Eli mendekati Alesha dan memegang perut gadis itu yang sudah sangat membuncit.
Alesha mengangguk. "Iya El, debayi sedih soalnya papanya gak mau nurutin maunya dia. Bilangin tuh om kamu, sedih debayi karena gak diturutin." jawabnya.
Eli langsung menoleh pada Harshan. "Oooom, om jahat! Debayi cedih om, om halus nulut. Debayi cedih kalo om ga nulut. Om jangan jahat.." kata gadis kecil itu melotot pada Harshan.
Harshan berdecak. "Tapi Le---.."
"Sayang! Panggil sayang mas! Maaaa, Mas Harshan jahat maa! Hwaaaa!" Alesha langsung menangis.
Mama Rita mendekati Alesha dan memeluk menantunya itu. Dia mengusap-usap punggung Alesha. "Cup! Cup! Cup! Jangan nangis dong, mantu mama yang cantik jangan nangis dong sayang.." kata wanita itu.
"Hwaa! Mas Harshan jahaaaat!" kata Alesha dengan pipi yang sudah basah oleh air mata.
Eli kembali menoleh pada Harshan. "Ooom, om jahaaat! Om bikin ance cedih!" kata gadis kecil itu sambil mengusap perut buncit Alesha.
"Shan, ya ampun kenapa sih kamu? Cuma manggil Alesha sayang aja loh.." kata Mama Rita sambil menatap Harshan. Wanita itu terus mengusap-usap kepala Alesha yang masih menangis.
Harshan berdecak. "Aku--aku gak nyaman ma. Kayak aneh aja.." kata pria itu.
"Hwaaaa! Mama, Mas Harshan jahat banget ma. Jahaaaat maa..." kata Alesha dengan air mata yang mengali deras.
Mama Rita berdecak. Wanita itu mendekati Harshan dan langsung menjitak kepala Harshan. "Harshan!"
"Aww! Mama!" Harshan menoleh menatap Mama Rita yang sudah melotot galak padanya.
"Turutin istri kamu! Kalo kamu gak nurut mama jitak lagi! Mama jewer kuping kamu!" kata wanita itu sambil berkacak pinggang.
"Astaga, ini ada apasih?" tanya Papa Arya yang baru saja datang.
Mama Rita menoleh. "Ini loh pa, Alesha pengen Harshan manggil dia sayang tapi Harshan nggak mau.." jelas wanita itu.
Papa Arya langsung menatap Harshan. Pria itu menghela nafas. "Kenapa sih Shan? Istri kamu yang pengen loh."
Harshan mengusap wajahnya. Pria itu menoleh pada Alresha yang masih menangis kejer. "Gak tau pa, gak nyaman aja manggilnya." kata pria itu.
Papa Arya berdecak. Pria itu menghela nafas. "Shan, cuma manggil sayang aja loh. Kasian istri sama anak kamu kalo Alesha nangis terus. Kamu tau kan kalo anak tuh bisa ngerasain apa yang ibunya rasain? Sedih anak kamu Shan kalo Alesha nangis terus gini." kata Papa Arya menasehati Harshan.
Mama Rita mengangguk. "Bener Shan, kasian anak kamu loh.."
"Kacian debayi om, ance cedih.." kata Eli ikut menatap Harshan. Gadis kecil itu kembali mengusap-usap perut Alesha.
Harshan menoleh pada Alesha yang masih menangis sesenggukkan. Wajah gadis itu benar-benar sudah banjir dengan air mata.
"Shan! Nurut!" kata Mama Rita.
Harshan berdecak. Dia menatap Alesha. "Le--sayang, jangan nangis ya.." kata pria itu.
Alesha langsung menoleh. Gadis itu mengusap ingusnya yang sudah meler.
Harshan mendekati Alesha dan memeluk gadis itu. "Udah ya sayang, jangan nangis lagi.." kata pria itu.
Alesha mengusapkan hidungnya pada baju Harshan. Gadis itu memeluk erat tubuh Harshan dengan tangisan yang mulai mereda.
Mama Rita dan Papa Arya yang melihatnya menghela nafas. "Ayo El, kita makan puding.." kata wanita itu menggandeng tangan Eli.
Eli mendekat dan mencium perut Alesha. "Dadah debayi, jangan cedih ya. Eyi mau makan puding dulu.." kata gadis kecil itu.
Alesha tersenyum haru. Gadis itu mengangguk. "Iya kakak Eli.."
Eli pun tersenyum dan langsung menghampiri Mama Rita dan menggandeng tangan wanita itu. "Ayo omaa.." ucapnya semangat.
Papa Arya kemudian menatap Harshan. "Udah kan? Jangan egois kamu Shan, istri lagi hamil tuh diturutin." kata pria itu.
Harshan menoleh pada papanya itu dan mengangguk.
Papa Arya kemudian menatap Alesha. "Udah ya Sha, jangan nangis lagi." kata pria itu.
Alesha mengangguk pelan. "Iya pa.." jawabnya.
Papa Arya mengangguk dan pergi meningggalkan Alesha dan Harshan yang masih duduk di teras samping. Pria itu memilih masuk ke dalam rumah dan ikut bergabung bersama Eli dan juga Mama Rita yang ada di ruang tengah memakan puding.
"Udah jangan nangis lagi dong.." kata Harshan sambil mengusap kepala Alesha. Gadis itu masih menangis.
"Pokoknya harus--hiks..harus dipanggil sayang terus...hiks.." kata Alesha.
Harshan menghela nafas dan mengangguk "Iya." sahutnya.
"Beneran ya? Harus gitu terus.." kata Alesha.
Harshan menunduk, pria itu menaikkan dagu Alesha dan mengusap air mata gadis itu. "Udah meler gini idungnya, jangan nangis lagi." kata pria itu.
"Mas sih jahat." kata Alesha.
Harshan menghela nafas dan mengambil tisu, membersihkan hidung Alesha yang meler. "Meler kamu, udah jangan nangis.." kata pria itu.
Alesha mengangguk. "Ayo jalan-jalan mas, pengen beli gado-gado." kata gadis itu.
Harshan menangkup wajah Alesha. "Kamu di rumah aja ya? Mas yang beliin." kata pria itu.
Alesha menggeleng. "Gak mau, aku pengen makan gado-gado di tempat mas." kata gadis itu.
Harshan kemudian menatap perut Alesha yang sudah sangat membuncit karena usia kehamilannya memang sudah memasuki trimester ketiga. Sudah hampir 9 bulan.
"Nanti kamu kecapekan.." kata pria itu sambil mengusap perut Alesha.
Alesha mempoutkan bibirnya. "Layanin mas semaleman aja aku sanggup masa cuma jalan ke tempat Buning aku gak bisa? Deket mas, lagian emang harus sering jalan kaki gini kan bentar lagi lahiran." kata gadis itu.
Harshan berdecak. "Yaudah, ayo sayang. Cuci muka dulu ya, bersihin ingus kamu." kata pria itu sambil tersenyum.
Alesha langsung menutupi wajah Harshan menggunakan kedua tangannya. "Hwaaaa mas jangan senyum! Mas ganteng banget, gak kuat aku!" kata gadis itu.
Harshan mendengus. "Aneh kamu, senyum gak boleh."
Alesha menyingkirkan tangannya dai wajah Harshan. "Mas ganteng banget kalo lagi senyum. Aku gak kuat mas, takut kontraksi gara-gara liat mas hehe.." kata gadis itu.
Harshan menggelengkan kepala pelan. Pria itu benar-benar tidak habis fikir dengan pemikiran Alesha. Kontraksi karena melihatnya? Yang benar saja.
"Ayo berdiri, cuci muka." kata Harshan membantu Alesha untuk berdiri.
Dengan susah payah Alesha berdiri. Perutnya yang sudah sangat bucit membuatnya selalu kesusahan untuk berdiri. Beruntung Harshan selalu membantunya.
Mereka berdua masuk ke kamar mandi. Harshan membantu Alesha untuk mencuci muka. Pria itu dengan telaten mengusap wajah Alesha yang basah.
Setelah mencuci muka Harshan langsung membawa Alesha menuju ke walk in closet di kamar mereka. Pria itu mengambilkan dress hamil berwarna putih yang sangat cantik saat dipakai oleh Alesha. Perut buncit gadis itu sangat terlihat.
"Ayo." kata Harshan mengulurkan tangannya.
Alesha menggenggam tangan Harshan dan mereka keluar dari kamar.
Mama Rita yang sedang menonton tv bersama Eli dan Papa Arya menoleh pada Alesha dan Harshan. "Kalian mau ke mana?" tanyanya.
Harshan menoleh pada Mama Rita. "Alesha mau makan gado-gado ma. Ini ngajakin ke tempat Buning." jawabnya.
"Oalah ke tempat Buning, nanti bungkusin buat mama sama papa ya. Eli mau gado-gado gak?" tanya Mama Rita menoleh pada Eli.
Eli mengangguk. "Eli mau cayulnya yang bamyaaak.." jawabnya.
Alesha kemudian tersenyum. "Oke, nanti aku bungkusin deh." kata gadis itu.
"Makasih ya Sha."
"Sama-sama ma.."
"Kalian hati-hati, Shan jangan bikin istri kamu nangis lagi." kata Papa Arya.
Harshan menganguk. "Iya pa." sahutnya.
Mereka berdua pun keluar dari rumah. Alesha duduk di atas kursi sedangkan Harshan mengambilkan sendal milik gadis itu dan berlutut untuk memakaikannya di kaki Alesha.
Alesha tersenyum. "Makasih mas.."
"Iya sama-sama." sahut Harshan.
Pria itu kemudian berdiri dan kembali menggenggam tangan Alesha. Mereka berdua pun mulai berjalan meninggalkan rumah untuk menuju ke warung gado-gado Buning.
.
.
"Eeeh bumi cantik, mau gado-gado, ketoprak, lothek, atau pecel nih cantik?" tanya Buning yang langsung menyapa mereka dengan begitu ramah. Wanita paruh baya itu tersenyum pada Alesha.
Alesha tentu balas tersenyum. "Mau gado-gado, tapi mau mendoan juga." jawabnya.
Buning mengangguk. "Siap, mas ganteng mau gado-gado juga? Atau yang lain?" tanya wanita itu menoleh pada Harshan.
"Saya pecel aja." jawabnya.
Buning mengangguk. Wanita itu mengacungkan jempolnya. "Oke siap. Sedeng semua kan?"
Alesha duduk di kursi kosong dan mengangguk. "Iya Buning.." jawabnya.
"Oke cantik, duduk dulu ya. Mau minum apa nih? Biar diambilin sama bapak dulu."
Alesha kemudian menoleh pada Pak Tono, suami Buning yang sedang menggoreng mendoan. "Teh anget manis aja 2." jawabnya.
Pak Tono menoleh dan tersenyum. "Oke, bentar ya neng." kata pria itu.
"Oke pak."
Pak Tono adalah driver ojol, kadang juga menjadi kuli bangunan atau kalau memang sedang tidak orderan pria itu membantu Buning untuk jualan di warung. Pria itu sangat rajin, beberapa kali Harshan menggunakan jasa Pak Tono untuk memperbaiki bagian belakang taman.
"Bumil bentar lagi lahiran ya?" tanya Buning yang sedang mengulek sambel kacang.
Alesha yang memakan bakwan jagung mengangguk. "Iya, gak sabar banget.." jawabnya.
Buning tertawa. "Saya doain semoga lancar ya lahirannya.."
"Amiin, makasih ya Buning doanya." kata Alesha sambil tersenyum.
"Iya neng.." kata wanita itu.
Alesha menyandarkan kepalanya di bahu Harshan. Gadis itu menarik tangan Harshan agar mengusap-usap perutnya.
"Aduh, nendang dia mas.." kata Alesha merasakan tendangan di perutnya.
Harshan yang juga merasakan itu mengangguk. "Iya.."
Alesha tersenyum. "Seneng ya kamu diajak jalan-jalan, mau makan gado-gado?"
Satu tendangan kembali Alesha rasakan pada permukaan perutnya.
"Ini teh angetnya.." kata Pak Tono menaruh dua gelas teh manis anget ke atas meja.
Alesha menoleh. "Makasih pak.."
"Sama-sama neng, bapak lanjut goreng mendoan dulu." sahut Pak Tono.
Alesha mengangguk. "Jangan kering-kering ya pak.." kata gadis itu.
"Siap neng," sahut Pak Tono.
Buning yang sudah selesai langsung menghampiri Alesha dan meletakkan sepiring gado-gado di depan wanita itu. "Ini ya cantik, gado-gado spesial." kata wanita itu.
"Makasih Buning.." kata Alesha sambil tersenyum lebar.
"Sama-sama, bentar ya saya bikinin pecel buat Mas Harshan dulu." kata Buning kembali ke depan untuk membuatkan Harshan pecel.
Alesha mengangguk. Gadis itu menoleh pada Harshan dan memberikan sendok pada pria itu.
Harshan yang tidak paham mengerutkan kening bingung. "Apa?"
Alesha mempoutkan bibirnya. "Suapin mas."
"Makan sendiri Le--- sayang." kata Harshan.
Alesha berdecak. "Suapin, aku mau disuapin mas. Mas jahat ih, mas gak mau nyuapin aku. Mas jaha---..."
"Sttt! Iya, mas suapin." kata Harshan meletakkan jarinya ke depan bibir Alesha. Menahan agar gadis itu tidak berbicara lagi.
Mata berkaca-kaca Alesha sudah menjelaskan kalau gadis itu pasti akan menangis jika keinginannya tidak tercapai.
Harshan mengambil sendok yang Alesha pegang dan mulai menyuapi gadis itu. "Jangan nangis lagi, mas pusing kalo kamu nangis terus.." kata pria itu sambil menyelipkan rambut Alesha ke belakang telinga.
"Mas abisnya jahat terus sih, gak mau nurutin apa yang aku mau." kata Alesha sambil mengunyah sayuran yang ada di dalam mulutnya.
"Tapi gak boleh gampang nangis gini sayang, gak baik loh." kata Harshan sambil mengusap pipi Alesha yang memerah.
"Neng, ini mendoannya." kata Pak Tono menaruh piring berisi 3 mendoan ke depan Alesha.
"Waah makasih pak.."
"Sama-sama neng, ini sambel mendoannya ya." kata Pak Tono meletakkan tempat sambel kecil berisi kecap dengan irisan-irisan cabe kecil.
"Oke pak.."
Pak Tono kemudian kembali menggoreng mendoan pesanan orang lain. Tak lama kemudian Buning kembali dan menaruh sepiring pecel di depan Harshan.
Harshan membersihkan minyak berlebih diatas mendoan menggunakan tisu khusus penyerap minyak. Setelahnya dia memotong-motong mendoan itu menjadi beberapa bagian.
"Mau kerupuk?" tanya Harshan menatap Alesha.
Alesha mengangguk. Gadis itu menunjuk toples berisi kerupuk yang ada di samping mereka.
Harshan pun langsung mengambilnya. Dia membuka toples itu dan mengambil kerupuk di dalamnya. Meletakkannya di atas piring Alesha.
"Aaaak mas.." kata Alesha kembali membuka mulutnya minta disuapi.
Harshan dengan telaten menyuapi Alesha sambil sesekali memakan pecelnya juga. Pria itu mengambil satu mendoan dan menaruhnya ke atas piringnya.
Selesai makan di tempat Buning dan juga membungkus gado-gado untuk Mama Rita dan yang lain Alesha langsung mengajak Harshan untuk kembali berjalan di sekitaran komplek perumahan mereka.
"Eeh lagi pada ngapain nih?" tanya Alesha menghampiri beberapa anak kecil yang sedang berkumpul.
Anak-anak itu menoleh pada Alesha. "Tante Alesha, waah perutnya gede banget!" kata salah satu dari mereka.
Alesha terkekeh dan mengusap perutnya. "Iya nih. Kalian lagi apa?"
Salah satu anak menunjuk ke atas. "Mau metik rambutan, itu Farhan di atas."
Alesha menyipitkan mata, di atas pohon memang ada seorang anak laki-laki yang melambaikan tangan padanya. "Eeh hati-hati Han, jangan sampe jatoh!"
"Iya tante!" sahut Farhan.
Alesha kemudian menoleh pada Harshan. Gadis itu tersenyum. "Maaas.."
Harshan memejamkan mata sesaat. Pria itu menoleh pada Alesha. "Apa? Kamu mau apa?"
Alesha memainkan jari-jarinya. "Eem mau rambutan, mas naik ya. Aku mau makan rambutan tapi harus mas yang metik. Harus mas yang naik ke pohonnya." jawabnya.
Harshan melotot, menatap Alesha. "Kamu mau mas manjat pohon ini?" tanyanya sambil menunjuk pohon rambutan yang lumayan tinggi itu.
Alesha mengangguk. "Iya, aku mau mas manjat. Maaas manjat dong, aku pengen rambutan yang mas petik sendiri." jawab gadis itu sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tapi Le--sayang. Masa mas manjat?"
Alesha mengangguk. "Iya, mas harus manjat. Maaaaas~" gadis itu sudah memajukan bibirnya. Dengan mata berkaca-kaca Alesha menatap Harshan.
"Please papa.." ucapnya sambil memegang tangan Harshan.
Harshan berdecak dan menghela nafas pasrah. "Oke-oke. Pegang nih." ucapnya memberikan kantong plastik berisi gado-gado pada Alesha.
Alesha langsung tersenyum senang. "Yeyy, tiati mas. Semangat ya. Petik yang banyak."
"Ini om kantong kreseknya yang gede hehe.." kata seorang anak memberikan kantong kresek dengan ukuran besar pada Harshan.
Harshan menghela nafas lagi dan menerima kantong kresek itu.
"Yang banyak ya om petik rambutannya hehe.." kata salah seorang dari mereka.
"Ya." sahut Harshan dan langsung menuju ke arah pohon rambutan besar itu.
"Tante sini tante, duduk sini. Tante jangan berdiri, pasti capek.." kata seorang gadis kecil menujuk bangku yang ada di dekatnya.
Alesha tersenyum dan mengangguk. Gadis itu duduk di bangku yang ada di sana sambil mengusap-usap perutnya.
"Tante, adek bayinya kapan keluar?" tanya seorang anak perempuan bernama Tina.
Alesha menoleh. "Sebentar lagi dia lahir. Kalian nanti mau gak main sama dia?" tanyanya.
Semua anak itu mengangguk. "Mau tante, main sama Eli juga. Nanti kita main di taman." jawab mereka.
Alesha terkekeh pelan. "Main ayunan sama trampolin ya?" tanya gadis itu.
"Sama seluncuran juga!" sahut Reni.
Alesha tertawa. "Iya sama seluncuran juga, pasti dia sama Eli seneng banget deh nanti main sama kalian semua."
"Boleh pegang perut tante nggak?" tany Syifa.
Alesha mengangguk. "Boleh dong, kalian ajak ngobrol aja. Nanti dia pasti nendang."
Ketiga gadis kecil itu melebarkan mata. "Beneran tan?" tanya ketiganya.
Alesha mengangguk. "Iya, sini deh cobain. Pegang perut tante..." kata gadis itu.
Syifa, Reni dan Tina langsung mendekat. Dengan antusias mereka memegang perut Alesha.
"Halo adek bayi, aku Syifa..."
"Aku Reni.."
"Aku Tina.."
Dug!
"Wahhhh adeknya nendang. Adek bayi lagi ngapain?" tanya Syifa.
"Lagi rebahan kak Syifa..." jawab Alesha sambil terkekeh.
Mereka ikut tertawa. "Perut tante kok muat sih diisi bayi? Kan bayi gede tan?" tanya Reni.
"Gimana ya, kan di perut tante ada tempat khusus buat bayinya. Makanya muat.." jawab Alesha.
Ketiga gadis itu mengangguk. "Oooh gitu."
"OM AWAS OM!!!"
BRUKHH!
"MAAAAAAS!" Alesha langsung berdiri dan berjalan menghampiri Harshan yang baru saja terjatuh dari atas pohon.
Harshan meringis pelan memegangi pinggangnya yang terasa sakit. Lengannya juga terasa perih karena terluka.
"Mas kok bisa jatuh sih?" tanya Alesha sambil melihat lengan pria itu yang mengeluarkan darah.
Harshan meringis pelan. "Tadi kayu yang mas injek patah." jawabnya.
Alesha menghela nafas. Gadis itu mengambil tisu dari dalam tas kecilnya dan mengelap sekitaran luka Harshan.
"Mas gimana sih, hati-hati dong." kata Alesha yang sangat khawatir.
"Gapapa, ini rambutannya. Mas petik banyak buat kamu." kata Harshan memberikan kantong kresek berisi rambutan yang sudah dia petik.
Alesha menatap kantong kresek itu. Gadis itu menghela nafas dan mengambil kresek yang Harshan berikan. "Makasih mas, lain kali tiati ah. Jangan sampe jatoh kayak gini."
Harshan hanya mengangguk pelan.
Alesha kemudian menoleh pada anak-anak di sampingnya. "Nih kalian ambil rambutannya." kata gadis itu.
Anak-anak itu menggeleng. "Buat tante sama adek bayi aja, oh iya sama buat Eli. Kita nungguin Edo aja yang di atas." kata Reni menunjuk Edo dan anak laki-laki yang masih ada di atas pohon.
"Beneran?"
Ketiga gadis itu mengangguk. "Iya tante, bawa pulang aja. Kan itu om yang metik." kata Tina.
Alesha menghela nafas. Gadis itu tersenyum. "Yaudah kalo gitu. Tante pulang dulu ya, mau ngobatin luka om dulu."
"Iya tantee.."
.
.
"Eeeh lho kenapa kamu Shan? Kok pincang gitu?" tanya Mama Rita yang ada di teras bersama Papa Arya dan juga Eli yang sedang bermain sepeda.
Harshan dengan agak kesusahan menaiki tangga teras dan langsung duduk di lantai.
"Jatoh dari pohon rambutan ma.." kata Alesha yang sudah duduk di samping Harshan.
Mama Rita mendekat, Eli juga turun dari sepedanya dan menghampiri Harshan. "Kok bisa sih Sha?"
Alesha menaruh kresek berisi rambutan yang tadi Harshan petik ke depan Mama Rita. "Tadi pas mau pulang aku sama Mas Harshan ketemu sama anak-anak yang lag metik rambutan. Terus aku pengen ma, jadi aku minta Mas Harshan manjat pohon juga. Terus pas di atas, kayu yang Mas Harshan injek patah. Makanya jatoh gini."
Mama Rita mengambil kresek berisi rambutan itu. "Waah banyak juga, pa sini pa. Merah-merah banget rambutannya." kata wanita itu.
Papa Arya langsung menghampiri Mama Rita. Mereka malah duduk mengemper di sana sambil makan rambutan.
Harshan menoleh pada kedua orangtuanya itu. "Ma, mama kok malah ngurus rambutan sih? Aku baru jatoh dari pohon ma."
Mama Rita yang sedang mengupas rambutan menoleh pada Harshan. "Halah, kamu kan udah gede. Lagian cuma lecet dikit doang. Gak usah lebay lah." kata wanita itu.
Harshan mendengus pelan. Pria itu melihat beberapa luka lecet yang ada di tubuhnya.
"Biii! Ambilin kotak obat! Bawa ke teras!" teriak Mama Rita.
Wanita itu kemudian memberikan buah rambutan yang sudah dia kupas pada Alesha. "Ini Sha.."
Alesha tersenyum. "Makasih ma.."
"Iya. Eli nih makan juga, manis loh." kata Mama Rita ganti memberikan rambutan pada Eli.
Eli langsung menerima rambutan itu dan tersenyum. "Maacih oma.."
Tak lama kemudian Bi Jum keluar dengan membawa kotak obat. "Yang luka siapa Nyah?" tanyanya.
"Kasih aja ke Harshan, abis jatoh dari pohon dia." sahut Mama Rita yang asik memakan rambutan.
"Oh iya Nyah." sahut Bi Jum dan memberikan kotak obat yang dia pegang pada Harshan.
Mama Rita menatap Harshan. "Obatin sendiri, jangan manja kamu. Udah tua." kata wanita itu.
"Bi, ambil rambutannya bi. Enak loh.." kata Alesha menatap Bi Jum.
Bi Jum menggeleng. "Nggak usah neng, di depan rumah bibi juga ada pohon rambutan kok. Neng makan aja." kata wanita itu.
"Oh gitu.."
Bi Jum mengangguk. "Iya neng, bibi permisi dulu ya neng. Lagi ngelipet baju tadi belum selesai." kata wanita itu.
"Oh iya bi.."
Bi Jum pun meninggalkan mereka semua untuk kembali ke dalam rumah dan melanjutkan pekerjaannya.
"Enak ya pa rambutannya?"
"Iya ma, manis."
"Oma mau lagiii~.."
"Seger banget, masih kuning aja udah manis ya ma.."
Harshan mendengus melihat kelakuan orang-orang di sampingnya itu. Mereka semua bahkan hanya fokus pada rambutan. Tidak peduli pada dirinya yang sampai jatuh dari pohon untuk mendapatkan rambutan itu.
Bahkan Alesha tidak peduli dan seolah melupakannya. Heey, dia sampai terluka karena jatuh dari pohon. Benar-benar tidak ada yang mau mengobatinya?
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
