Klandestin (57. Pillowtalk)

5
0
Deskripsi

“Kok gue tiba-tiba pengen lo ndusel ya?” — Athe.

“Jangan insecure lagi. Buat gue, lo cantik banget, paling cantik pokoknya. Dan lo juga harus mikir gitu, jangan pernah ngerasa rendah diri.” — Ale.

 

57. Pillowtalk

.

 

.

"Masih belajar?" tanya Ale memasuki kamar Athe, pemuda itu melihat Athe yang masih duduk di depan meja belajarnya sambil membaca sesuatu. Beberapa buku tebal dan juga jurnal ada di hadapan gadis itu.

Athe menaikkan kacamata bacanya. Gadis itu memutar kursi belajarnya dan menoleh pada Ale yang menghampirinya. "Iya, nanggung bentar lagi." jawab gadis itu.

Ale menarik kursi dan ikut duduk di samping Athe. Pemuda itu meletakkan mangkok berisi potongan buah yang sengaja dia bawa untuk Athe ke atas meja. "Ini gue bawain buah, biar lo makin semangat belajarnya.." kata pemuda itu.

Athe tersenyum, gadis itu langsung membuka mulutnya memberi Ale kode agar menyuapinya.

Ale terkekeh pelan melihat betapa manjanya Athe. Pemuda itu menusuk buah melon dan langsung menyuapkannya pada Athe. "Lagi belajar apa sih?" tanya pemuda itu ikut melihat ke arah buku yang Athe baca.

Athe mengunyah melon yang ada di mulutnya dan kembali menghadap ke arah bukunya. "Ini lagi belajar soal dessert-dessert khas Prancis.." jawabnya sambil membuka lembaran-lembaran buku itu.

Ale menopang dagu ikut melihat gambar berbagai macam dessert dan kue-kuean yang ada pada buku itu.

"Kak, pengen pangku.." pinta Athe sambil menoleh pada Ale.

"Oke.." sahut Ale langsung berdiri, pemuda itu kemudian langsung duduk di atas kursi belajar Athe dan menepuk-nepuk bahanya agar Athe yang berdiri segera duduk di sana.

"Sini.." ucapnya.

Athe tersenyum senang, gadis itu langsung naik ke atas pangkuan Ale dan kembali mempelajari cara pembuatan dessert-dessert itu.

Ale sesekali menyuapi Athe buah agar gadis itu semakin semangat untuk belajar. Pemuda itu menyandarkan dagunya pada pundak Athe dan ikut membaca buku yang Athe pelajari.

"Susah juga ya sekolah Pastry, banyak banget yang harus dipelajarin. Ngapalin banyak resep kue, roti, dessert, belum lagi soal cara manggangnya, cara bikin adonannya, cara ngehiasnya. Hah~ banyak banget.." kata Ale sambil menghela nafas pelan.

Athe terkekeh pelan dan mengecup pipi Ale yang ada di sampingnya. "Kalo gue sih ngerasa enjoy Kak, soalnya kan gue suka bidang ini. Malah kalo pas belajar bikin resep baru, bikin dessert baru, belajar teknik baru itu gue suka banget.." kata gadis itu.

Ale memeluk erat perut Athe dengan satu tangannya. Pemuda itu masih menatap ke arah lembaran buku yang Athe baca. "Gue dulu waktu ikut pelatihan buat jadi Barista udah pusing banget. Lha lo harus pelajarin soal kue-kuean sebanyak ini, emang hebat banget sih istri gue ini.." kata pemuda itu mengecup pipi Athe gemas.

Athe terkekeh dan mengusap pelan dagu Ale. "Ya ini supaya cita-cita gue buat punya Bakery sendiri terwujud Kak. Gue pengen bikin berbagai macam kue yang bisa dinikmati banyak orang.." kata gadis itu.

Ale mengangguk mengerti, pemuda itu tersenyum. "Iya, gue bakalan bantuin lo buat wujudin cita-cita lo itu semampu gue The.."

Athe menoleh pada Ale dan tersenyum. "Lo udah bantuin gue Kak, bantu banyak banget. Lo beliin ruko itu udah termasuk bantuan yang besar dan berarti banget buat gue. Makasih ya.." ucapnya.

Kepala Ale mengangguk beberapa kali. Pemuda itu tersenyum dan mengecup lagi pipi Athe. "Sama-sama Sayang, udah tugas gue sebagai suami buat bantuin lo wujudin semua mimpi lo.."

Athe masih tersenyum, dia merasa begitu bersyukur mendapat seseorang seperti Ale yang bahkan selalu ada untuknya sejak mereka masih sama-sama kecil.

Tok! Tok! Tok!

"Ale? Athe? Udah pada tidur?"

Ale menoleh ke arah pintu, sepertinya itu suara Mami Mona. "Belum Mih, masuk aja." sahut pemuda itu.

Pintu kamar Athe terbuka dan menampilkan Mami Mona yang datang membawa nampan berisi cangkir teh untuk kedua anaknya itu.

"Kenapa Mih?" tanya Athe menatap Mami Mona.

"Ini mami bawain kalian teh chamomile, biar tidur kalian nanti lebih nyenyak. Kamu katanya mau belajar The? Kok malah pangkuan-pangkuan gini?" tanya Mami Mona meletakkan kedua cangkir itu ke atas meja belajar Athe.

Athe menunjukkan bukunya. "Ini aku belajar Mih, lebih enak kalo dipangku hehe.." jawab gadis itu.

Mami Mona mendengus pelan. "Hem, kamu ini. Lama-lama nanti kamu malah gak jadi belajar kalo pangku-pangkuan gini, keenakan kamu di pangku sama Ale.."

Athe menggeleng. "Enggak kok Mih, aku beneran belajar kok. Kak Ale juga dari tadi juga ikut baca buku yang aku pelajarin. Kita gak ngapa-ngapain kok." kata gadis itu menjelaskan.

Ale mengangguk. "Iya kok Mih, aku tadi ikut baca bukunya Athe soalnya penasaran. Aku juga janji gak akan gangguin Athe kalo dia lagi belajar. Aku juga gak mau dia dapet nilai jelek, aku pengen dia dapet nilai bagus dan kalo bisa jadi yang terbaik nanti.." kata pemuda itu.

Mami Mona menghela nafas pelan. "Yaudah kalo emang gitu, nanti jangan lupa diminum tehnya biar tidur kalian nyenyak. Itu buahnya juga abisin. Mami turun dulu.." kata wanita itu.

Ale dan Athe mengangguk. "Makasih ya Mih.." kata Ale saat Mami Mona hendak berbalik dan turun ke lantai bawah.

"Iya sama-sama.." jawab Mami Mona meninggalkan kamar itu dan menutup pintunya lagi.

Ale meraih cangkir berisi teh chamomile itu dan menghirup baunya. "Baunya enak banget, seger The.." kata Ale sebelum meminum teh itu.

Athe yang memang sudah sering dibuatkan teh chamomile oleh Mami Mona mengangguk. "Emang, ini bisa bikin rileks sih  pas tidur. Kadang Mami juga bikin teh peppermint. Makanya gue suka sama teh, soalnya Mami dari dulu sering bikin teh-teh gini buat gue sama Abang.." kata gadis itu.

Ale mengangguk-anggukkan kepalanya, pemuda itu meminum teh chamomilenya.

Athe masih membaca bukunya, gadis itu sesekali mencatat beberapa hal penting dan menandainya juga.

Sambil belajar Ale tetap menyuapkan buah untuk Athe hingga semua buah yang ada di  dalam mangkok habis tak bersisa. Teh mereka pun sudah habis. Sekitar satu jam mereka ada dalam posisi itu.

"Minum air putih dulu.." kata Ale memberikan botol air minum pada Athe.

Athe langsung meminum air putih dan mengembalikkan botolnya pada Ale. Gadis itu kemudian membereskan semua buku dan juga melepas kacamata bacanya.

Ale berdiri dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena memangku Athe lumayan lama.

"Gue cuci muka dulu Kak. Cangkir sama mangkoknya besok aja dibalikin.." kata Athe sambil menatap Ale.

Ale mengangguk. "Iya.." sahutnya.

Athe kemudian mengambil baju tidurnya dari dalam lemari dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka sekalian berganti baju. Ale juga langsung mengunci pintu kamar dan berganti baju, pemuda itu lebih nyaman tidur menggunakan kaos tanpa lengan dan celana pendeknya.

Ale naik duluan ke atas ranjang sambil menunggu Athe yang masih ada di kamar mandi.

Tak lama Athe keluar dari kamar mandi. Gadis itu sudah memakai gaun tidur berwarna maroon berbahan satin yang terlihat cukup seksi dengan potongan dada rendah.

Sejak menikah Athe jadi rajin membeli gaun-gaun tidur model seperti itu. Padahal sebelumnya gadis itu selalu memakai piyama tidur dengan motif-motif kartun lucu seperti milik anak kecil.

Athe naik ke atas tempat tidurnya dan langsung berbaring di samping Ale. Ale langsung menopang kepala menggunakan tangannya dan menatap Athe.

"The?" panggilnya.

Athe menoleh dan menatap Ale. "Hm? Kenapa?" tanyanya.

Athe memainkan  bibirnya, pemuda itu menarik pelan bagian dada gaun tidur Athe yang melorot dan memperlihat hampir seluruh permukaan dada gadis itu.

"Kok gue liat-liat lo sekarang tiap malem pakenya gaun tidur begini sih? Perasaan dulu lo makenya piyama-piyama lucu yang motifnya kayak Hello Kitty, Spongebob, Doraermon, atau malah kadang kayak motif Princess gitu. Kok sekarang jadi berubah gini?" tanya Ale penasaran.

Pasalnya beberapa hari sejak mereka menikah Athe memang berubah. Gadis itu tak lagi memakai piyama-piyama gemas dengan motif lucu seperti dulu. Athe malah memakai gaun-gaun tidur seksi yang cukup membuat Ale selalu merasa tergoda dan gerah tiap kali melihatnya.

Athe memiringkan tubuhnya dan menatap Ale. "Lo lebih suka gue pake piyama apa gaun tidur kayak gini?" tanya gadis itu.

Ale kembali membenarkan gaun tidur Athe yang melorot dan kini benar-benar memperlihatkan seluruh permukaan dadanya. "Ya kalo boleh jujur sih gue lebih suka yang kayak gini.." jawab pemuda itu.

Ale menatap Athe, pemuda itu mengusap pelan pipi sang istri.

"...biarpun tiap liat lo gini gue jadi gerah tapi sebagai suami ya gue suka kalo lo make baju-baju kek gini di depan gue.." jawab pemuda itu jujur.

Athe tersenyum mendengar jawaban Ale. Gadis itu menggenggam tangan Ale yang ada di pipinya. "Ya itu emang tujuan gue. Bikin lo seneng. Gue waktu itu baca katanya suami tuh suka kalo istrinya pake baju yang seksi, gaun tidur yang seksi, pokoknya baju-baju kayak gini lah kalo pas mau tidur. Makanya gue sengaja beli banyak biar gue bisa make gaun tidur kayak gini kalo sama lo..." jawab gadis itu.

Setelah menikah Athe jadi sering membaca artikel tentang bagaimana cara agar hubungan suami istri tetap terjaga, bagaimana cara agar suami tetap betah di rumah, bagaimana cara agar kehidupan rumah tangga berjalan baik dan bagaimana cara agar suami terus bahagia. Dan ya di hampir semu artikel itu Athe menemukan tentang istri yang harus sering berpenampilan menarik di hadapan suami.

Dan contohnya adalah seperti saat ini, memakai baju atau gaun tidur seksi agar si suami semakin betah dan suka. Dan ternyata benar, Ale memang lebih suka kalau dia memakai gaun tidur seksi seperti ini.

Lagipula Athe merasa nyaman, ternyata gaun tidur model seperti terasa nyaman dipakai. Apalagi jika berbahan sutra atau satin, Athe sangat menyukainya karena sangat lembut dan nyaman sekali dipakai. Ya minusnya adalah bahan-bahan itu licin, dan sering melorot saat sedang dipakai.

Tapi Athe tidak masalah karena saat melorot dan memperlihatkan dadanya pun hanya Ale yang melihatnya. Dia yakin suaminya itu senang dengan pemandangan yang dilihatnya.

"Ya ampun The, lo tuh gak usah sampe kayak gini. Asalkan sama lo, gue gak peduli lo mau make baju apa, pake piyama sama kaos doang juga gak masalah. Asal gue tidur sama lo. Asal gue bisa meluk lo pas tidur, gue takutnya lo gak nyaman kalo harus maksain diri make baju kayak gini buat gue. Lo kan biasanya pake piyama The.." kata Ale sambil mengusap-usap bibir Athe.

Athe menggeleng. "Gue nyaman kok, makin kesini gue malah ngerasa nyaman banget pake baju kayak gini kalo mau tidur. Berasa lebih adem gitu. Gue rencana mau beli lagi malah.." kata gadis itu sambil terkekeh.

Ale yang mendengar ucapan Athe hanya menghela nafas pelan. "Yaudah kalo lo beli lagi, ajakin gue. Gue ikut milihin buat lo." kata pemuda itu.

Athe mengangguk. "Gimana kalo besok?" tanyanya.

"Boleh, besok ya kita ke mall."

Athe tersenyum dan mengangguk senang. "Okee.." sahutnya.

Ale terkekeh pelan, pemuda itu menoel-noel pipi Athe gemas. Kebiasaanya saat melihat pipi chubby istrinya itu. Dia tidak bisa menahan diri untuk menoel-noel pipi istrinya itu saat melihatnya. Pipi Athe sangat chubby dan menggemaskan sekali.

"Kaaaaak~ ih jangan gituin pipi gue ah!" protes Athe tak suka.

Ale tertawa. "Kenapa? Gemes tau The.." tanya pemuda itu.

"Ish, nanti makin gede. Gue ngerasa kayaknya pipi gue makin gede gitu. Gak pede gue Kak jadinya.." kata gadis itu sambil menghela nafas pelan.

Ale mengerutkan keningnya. "Gak pede? Lo tuh harus pede The. Pipi lo tuh gemes banget, gue aja suka banget liatnya. Lo tuh makin cantik kalo pipi lo chubby. Kalo dicium kek mochi, lembut terus kenyel-kenyel gitu.." kata pemuda itu.

"Yakan itu kata lo, kalo orang lain yang liat belum tentu mikirnya gitu. Bisa aja mereka mikirnya pipi gue kegedean. Gak bagus, jelek gitu.." kata Athe sambil menghela nafas dan menunduk.

Ale berdecak pelan, pemuda itu mengangkat dagu Athe menggunakan jarinya. Pemuda itu tersenyum sambil mengusap pipi Athe pelan. "Orang yang bilang gitu pasti iri sama lo. Mereka gak bisa secantik lo. Lo harus percaya sama gue, lo cantik banget The. Gak ada yang kurang dari penampilan fisik lo. Semua sempurna, dan buat gue lo cantik banget. Dan pipi lo ini adalah salah satu hal yang bikin lo keliatan jadi makin cantik. Jadi lo harus pede bukannya malah insecure gini.." kata Ale sambil tersenyum.

Athe menatap Ale, gadis itu menggigit bibir bawahnya dan langsung maju memeluk tubuh sang suami. Menyembunyikan wajahnya pada dada bidang pemuda itu.

Ale memang selalu tau bagaimana cara menghibur dan juga memberinya kepercayaan diri. Setiap kata-kata yang Ale ucapkan selalu memberi efek tenang untuknya. Athe benar-benar bersyukur memiliki suami seperti Ale yang selalu mau menghibur dan juga memuji dirinya.

Kapan lagi dia bisa mendapat seorang laki-laki yang memberinya semua love language. Ale benar-benar membuatnya merasa begitu spesial dan dicintai. Semua yang dilakukan pemuda itu selalu membuatnya bahagia.

"Jangan insecure lagi. Buat gue lo cantik banget, paling cantik pokoknya. Dan lo juga harus mikir gitu, jangan pernah ngerasa rendah diri." kata Ale sambil menyadarkan dagunya pada puncak kepala Athe.

Athe mengangguk. "Heem.." sahutnya.

Ale mengusap-usap punggung polos Athe yang terbuka karena model gaun tidur gadis itu adalah backless. "Besok mau makan apa? Biar gue masakin." tanya pemuda itu.

"Omelete sama mau pancake juga." jawab Athe.

Ale mengangguk mengerti. "Oke, besok gue bikinin omelete sama pancake.." kata pemuda itu.

Athe menganggukkan kepalanya, gadis itu meremas bagian depan kaos yang Ale kenakan. Dia dapat mendengar detak jantung suaminya itu.

"Kak?" panggil Athe.

"Hmm?" sahut Ale.

"Kok tiba-tiba gue pengen lo ndusel ya?" kata gadis itu tiba-tiba, rasanya sudah lama sekali Ale tidak ndusel padanya. Dia rindu seperti itu.

"Lo mau gue ndusel?" tanya Ale.

Athe mengangguk. "Iya, tiba-tiba kangen lo ndusel." jawab gadis itu.

Ale kemudian melepas pelukannya dan sedikit memberi jarak untuk mereka. Pemuda itu menurunkan tubuhnya dan menurunkan gaun tidur Athe hingga kedua dada gadis itu terlihat.

"Gue ndusel nih." ucapnya langsung menempelkan wajahnya pada belahan dada Athe.

Memang sudah lama dia tidak seperti ini. Rasanya nyaman sekali bisa tidur dan menghirup aroma sabun segar yang menguar 
dari tubuh Athe.

Athe terkekeh geli merasakan hembusan nafas Ale pada permukaan dadanya. Gadis itu mulai memainkan telinga sang suami. "Udah lama kita gak kayak gini.." ucapnya.

Ale mengangguk. Pemuda itu kini memiringkan kepalanya. Tangannya mulai terulur dan memainkan nipple Athe yang tepat berada di hadapannya. "Ini gemes banget sih, pengen gue gigit aja rasanya." kata pemuda itu.

"Sakit tau kalo lo gigit.." kata Athe.

"Yakan pelan-pelan gigitnya The.." kata Ale.

Athe mendengus pelan mendengar ucapan Ale. Gadis itu memainkan cuping telinga Ale dan sesekali menarik-narik rambut pemuda itu.

"Lo jangan sange ya The, kita libur dulu ngeseksnya. Lecet ntar punya lo kalo kita keseringan ngeseks.." kata Ale saat merasakan nipple Athe yang mulai mengeras, tanda kalau gadis itu mulai terangsang.

"Sange gapapa kali, yang penting gak ngeseks. Lagian mekiw gue lecet kan gara-gara burung lo itu. Coba kalo dia gak segede itu pasti gak akan lecet gini.." kata Athe sambil mendengus.

Ale berdecak pelan. "Ya emang dikira gue bisa request pas dikasih burung mau dia segede apa, sepanjang apa. Kan enggak The, dikasihnya segini ya gue terima-terima aja." kata pemuda itu sambil mendongak menatap Athe.

Athe terkekeh pelan mendengar ucapan Ale. "Tapi gapapa sih Kak. Burung lo oke banget, mana perkasa juga lagi, gue aja kalo udah lo sodok udah gak bisa mikir apa-apa lagi. Udah langsung blank keenakan. Gue harus bersyukur sih punya suami yang burungnya kek terong raksasa gini. Bikin puas terus, sampe banjir-banjir anjir tiap lo masukin.." kata gadis itu dengan begitu frontalnya.

"Nah kan, emang lo tuh harus bersyukur karena burung gue gede, panjang, perkasa lagi. Ini aset penting yang dijamin bisa bikin lo keenakan terus, puas pasti kalo udah maen." kata Ale percaya diri.

Athe mengangguk. "Iya Kak, puas banget. Sampe kaki gue gemeter saking terlalu menikmati dan puasnya." kata gadis itu.

Ale tersenyum miring, pemuda itu memilin nipple Athe gemas. "Gue suka banget liat muka lo yang keenakan tiap kali kita maen. Rasanya gue puas banget bisa bikin lo sampe keenakan gitu, merasa berhasil aja gue sebagai suami.." kata pemuda itu.

"Anjir, padahal gue kadang malu banget kalo pas kek gitu. Soalnya berasa kek binal banget muka gue, kek mesum banget gitu. Gak tahan gue Kak, mau jaga ekspresi gak bisa. Kalo udah keenakan udah gak bisa gue kontrol semua, pasti muka gue keliatan banget mesumnya." kata Athe.

Ale tertawa, pemuda itu mendongak menatap Athe. "Kalo menurut gue lo malah cantik banget pas kayak gitu. Soalnya lo keliatan banget nikmatin apa yang kita lakuin jadi gue bangga liatnya. Gue merasa berhasil aja karena bisa bikin lo kayak gitu. Kek ada kepuasan tersendiri sebagai suami yang bisa bikin istrinya keenakan gitu.." kata Ale jujur.

Athe menggigit bibir bawahnya pelan. "Terus kalo gue? Menurut lo gue berhasil gak sebagai istri? Jujur aja gue gak bisa nilai diri gue sendiri. Jawab jujur Kak, selama ini lo ngerasa puas gak tiap kali kita maen?" tanya gadis itu penasaran.

Ale yang mendengar pertanyaan Athe mendengus, dengan gemas pemuda itu menggigit pelan nipple Athe.

"KAK! Ih kok malah digigit sih!" kata Athe refleks menabok lengan Ale dan menunduk menatap suaminya itu.

"Ya pertanyaan lo aneh." kata Ale.

Athe menaikkan sebelah alisnya. Gadis itu bingung. "Aneh darimananya? Gue kan nanya pendapat lo Kak, gue pengen tau dari lo. Sebagai istri selama ini gue bisa gak bikin lo puas? Atau gue masih ada kurangnya? Kalo gue ada kurangnya lo bilang biar gue benerin.." kata gadis itu.

"Yaudah, gini dulu deh. Menurut lo gue bikin lo puas gak? Yang tadi kan pendapat gue sendiri yang ngerasa kalo lo puas sama apa yang gue lakuin, kalo menurut lo gimana? Puas apa enggak? Sebagai suami gue ada kurangnya gak soal masalah ranjang?" tanya Ale sambil menatap Athe.

"Kok lo jadi balik nanya ke gue sih Kak? Kan gue yang tadi nanya." kata Athe sambil berdecak.

Ale menghela nafas, pemuda itu kini menaikkan lagi kepalanya hingga wajah mereka sejajar. "Ya lo jawab dulu pertanyaan gue. Nanti baru gue jawab pertanyaan lo." kata pemuda itu.

Athe mengerucutkan bibirnya sebentar. Gadis itu kemudian menatap Ale dan menggeleng pelan.

"Lo gak ada kurangnya, malah lo kelebihan. Lo selalu bikin gue nyaman tiap kali kita ngeseks. Lo selalu ngutamain kenyamanan gue. Lo selalu bikin gue keluar berkali-kali sampe gue lemes keenakan, lo selalu nanyain keadaan gue tiap kali kita mau mulai. Dan kalo lo tanya gue puas apa enggak, ya udah jelas lah gue puas. Kalo gak puas gak mungkin gue sampe squirt kalo kita maen. Lo tuh tau Kak caranya bikin gue keenakan, nyaman, puas, pokoknya lo tuh tau lah gimana caranya bikin gue ngerasa seneng, ngerasa nikmatin semuanya.." kata Athe sambil menatap Ale.

"Beneran? Lo ngerasa gitu?" tanya Ale.

"Iya, beneran Kak. Lo gak ada kurangnya. Malah kelebihan kalo kata gue, soalnya gue udah ketagihan sama terong raksasa lo itu. Bener-bener enak banget Kak, gue gatau gimana gambarin rasanya, yang pasti tiap kali kita maen rasanya gue sampe gak bisa inget apa-apa, gak bisa mikir apa-apa. Cuma ada lo di otak gue, cuma ada lo yang ngasih gue kenikmatan itu.." kata Athe diakhiri dengan helaan nafas panjang.

Senyuman Ale tentu langsung merekah mendengar ucapan Athe. Dia semakin merasa bangga pada dirinya sendiri karena ternyata bisa membuat Athe sampai merasa begitu.

"So, gimana gue? Gue udah jawab pertanyaan lo, sekarang tolong jawab pertanyaan gue tadi." kata Athe sambil menatap Ale. Menunggu jawaban pemuda itu atas pertanyaannya tadi.

Athe menipiskan bibirnya dan memejamkan mata sesaat.

"...menurut lo gue berhasil gak sebagai istri soal urusan ranjang?"

Ale terkekeh pelan, pemuda itu mendekat dan memberikan satu kecupan singkat pada bibir Athe.

"Kak! Kok malah nyium sih, jawab dulu pertanyaan gue." kata Athe memukul pelan dada Ale.

"Menurut gue lo berhasil banget The. Gak ada kekurangan lo sebagai istri soal urusan ranjang. Lo selalu layanin gue, lo selalu bikin gue puas juga. Ya kalo gue gak puas gak mungkin kan gue muncrat sampe segitu banyaknya. Sampe luber-luber gitu? Emang itu belum cukup ngebuktiin kalo gue sepuas itu sama lo?" kata Ale sambil menatap Athe.

"Ya kali aja lo pura-pura ngerasa puas Kak, kan bisa aja.." kata Athe.

Ale berdecak. "Gak ada ya The kayak gitu. Kalo gue pura-pura puas gak mungkin peju gue keluar segitu banyak. Lagian belum cukup apa kaki lo sampe gemeter gitu buat ngebuktiin kalo gue selalu ngerasa puas dan keenakan sampe gak bisa berenti tiap kali kita maen? Mau bukti sampe kaki lo lemes gak bisa dipake jalan?" kata pemuda itu sambil menatap Athe dengan sebelah alis terangkat.

Mata Athe melebar mendengar ucapan Ale. "Ihhh! Gila lo! Mau bikin gue lumpuh? Hah? Cukup kaki gue sampe gemeter aja, jangan sampe makin parah. Ntar mekiw gue kenapa-napa kalo lo brutal gitu. Terong raksasa lo suka gak ada akhlak kalo udah nyodok."

"Ya makanya. Gue tuh ketagihan dijepit sama mekiw lo The. Jadi lo tuh gak usah mikir kalo lo gak bisa bikin gue puas atau gimana. Nyatanya gue puas, gue keenakan sampe pusing tiap kali burung gue lo jepit. Enak tapi ngilu The, gue ketagihan!" kata Ale sambil mendesah pelan. Dia jadi terbayang betapa nikmatnya saat sedang dijepit oleh Athe di bawah sana.

"Aaaaa! Stop! Udah stop! Lo kalo mikirin itu ntar jadi sange, tadi lo sendiri yang bilang kita libur dulu ngeseksnya. Jadi lo jangan sampe nyerang gue malem ini. Kasian mekiw gue syok mulu tiap lo sodok." kata Athe langsung menutupi wajah Ale menggunakan kedua tangannya.

Ale berdecak kesal. Pemuda itu kembali menurunkan kepalanya dan membenamkan wajahnya pada belahan dada Athe. "Diem, gue mau tidur!"

Athe memeluk kepala pemuda itu. "Kalo mau  nenen boleh kok, asal jangan bablas aja."

"Hmmm~" sahut Ale.

Athe terkekeh mendengar gumaman pemuda itu. Gadis itu tersenyum karena pertanyaannya tadi sudah dijawab Ale dan  dia sudah mendapat jawaban yang tentunya membuat dirinya senang dan tenang. 
 

              To Be Continue

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Klandestin
Selanjutnya Klandestin (58. Si Terong)
8
0
“Lo emang gak minta, tapi gue yang maksa pengen lakuin ini." — Athe.“Satu ronde sebelum mandi?” — Ale. “Besok-besok beli penga***n yang lebih gede lah Kak. Jangan beli merk ini, yang lain aja. Pasti ada yang pas deh. Ini kecil banget, gak bisa masuk semua punya lo.” — Athe.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan