
“Ya terus? Desah mah refleks Bi, gabisa ditahan.” —Chacha.
“Lo itu tepos Cha, tete lo aja kek onde-onde. Aneh pake bikini.” — Hanan.
2. Ruang Kesehatan
.
.
Suasana di pinggir lapangan basket hari ini terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Terlihat lebih ramai dan ya, lebih banyak gadis-gadis disana.
Tidak heran semua itu terjadi. Tadi di lapangan baru saja ada pertandingan kecil antara Hanan dan teman-temannya. Jadi ya, jelas saja gadis-gadis banyak berkumpul disana. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan untuk menonton pertandingan itu.
"Eh lusa liburan yuk," usul Raehan mengelap keringat yang ada di dahinya. Pemuda itu menoleh kearah Hanan dan yang lainnya.
"Boleh tuh, lumayan kan kita libur 2 minggu. Bisa buat refreshing, sumpek idup gue. Skripsi suruh revisi mulu.." sahut Rio.
Yohan tertawa. "Ye lo mah emang kagak serius Yo bikin skripsinya. Jelas lah ditolak terus, suruh revisi.." kata pemuda itu.
"Jadi gimana, liburan beneran nih kita?" tanya Juan.
"Ya kalo gue mah ya hayuk meluncur aja," jawab Deo.
"Nan gimana? Liburan nih kita?" tanya Rio menoleh pada Hanan.
Hanan yang sedang bermain game meletakkan ponselnya dan menoleh.
"Ya kalo gue mah ayo aja, asal tempatnya udah jelas.." jawab Hanan.
Juan langsung menoleh pada Rio. "Ke pantai aja, terus nginep di villa punya bapaknya si Rio.." usulnya.
Rio mendengus. "Gue lagi-gue lagi, emang ya lo pada.."
"Gapapa kali Yo. Kita bayar kok, setengah harga tapi. Sama temen lah. Lagian kan bapak lo pernah ngomong kalo kita boleh kesana kapan aja," sahut Raehan.
"Ye sorry gue kan gak sebaek bapak gue. Ya diskon 30% lah. Enak aja cuma bayar setengah harga. Bangkrut yang ada bapak gue entar," kata pemuda itu sewot.
Deo berdecak. "Elah Yo, villa bapak lo banyak. Gak bakal bangkrut lah.."
Rio menggeleng. "Diskon 30% atau gak sama sekali."
"Pelit dasar lo. Sama temen sendiri juga," kata Yohan.
"Bodo amat."
"Udah deh jangan kayak orang miskin. Tinggal bayar juga," sahut Juan.
Rio mengangguk. "Bener tuh,"
"Yaudah-yaudah. Kapan nih berangkat?" tanya Yohan.
"Lusa aja. Eh iya, ajak cewek-cewek juga biar makin rame.." usul Juan.
Raehan dan Rio langsung menoleh pada Hanan.
"Ajak Chacha juga Nan, biar dia ngajak temen-temennya..." kata Rio.
Hanan menoleh dan mengangguk.
Juan tiba-tiba berdiri. "Yaudah deh, ayang udah WA minta dianterin pulang. Gue duluan ya gaes," kata pemuda itu mengambil tasnya.
"Bucin dasar!" kata Yohan.
Juan menoleh sebentar. "JONES GAK LAKU DASAR!" balasnya dan kembali berjalan.
Rio dan yang lain langsung tertawa, sedangkan Yohan mendengus kesal.
"Eh Nan, itu kan Chacha. Sama Irvan tuh.." kata Rio menyenggol lengan Hanan. Menunjuk kearah koridor dimana Chacha tengah berjalan bersama Irvan.
Hanan menoleh kearah yang Rio tunjuk. "Biarin aja," sahutnya.
Pemuda itu kembali fokus pada ponselnya dan melanjutkan gamenya. Rio, Yohan dan Raehan hanya mengangkat bahu melihatnya.
"Kak Hanan?"
Hanan menghela nafas dan kembali meletakkan ponselnya. Menahan rasa kesalnya karena terus saja ada yang mengganggunya.
"Apa?" sahutnya mendongak menatap seorang gadis yang berdiri di hadapannya.
Ah, Hanan ingat. Gadis ini juniornya di eskul musik. Anya namanya.
Gadis itu- Anya mengeluarkan botol air mineral dari dalam tasnya. "Nih buat kak Hanan, pasti lagi haus..." kata gadis itu memberikan botol yang dia pegang.
Hanan tersenyum dan menerimanya. "Thanks.." ucapnya.
Anya tersenyum senang dan mengangguk. "Iya kak, diminum ya.."
"Iya,"
"Yaudah kalo gitu, eum aku pergi dulu.." kata Anya.
Hanan mengangguk. "Iya,"
Anya pun berbalik dan berjalan kearah teman-temannya yang sudah menunggu di dekat koridor. Gadis itu terlihat begitu senang saat menghampiri teman-temannya.
Hanan langsung membuka air mineral pemberian Anya dan hendak meminumnya.
"Eh jangan," kata Rio menahan tangan Hanan.
Hanan menoleh dan menaikkan sebelah alisnya. "Ngapa sih? Gue haus," kata Hanan.
Rio berdecak. "Bisa jadi ini ada peletnya, lo entar jadi suka sama dia. Inget lo udah punya istri,"
Hanan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Heh, lo tuh kebanyakan nonton sinetron deh. Udah gak bener otak lo." kata Hanan dan melanjutkan meminum air mineralnya.
"Ye dibilangin lo mah. Kan ya siapa tau aja..." kata Rio.
Hanan menggelengkan kepalanya dan langsung berdiri. Pemuda itu mengambil tasnya.
"Mau kemana lo?" tanya Raehan.
"Kemana aja lah, yang penting bisa ngadem sama tidur.." sahut Hanan.
Pemuda itu berjalan pergi dari lapangan dan meninggalkan teman-temannya yang masih disana. Hanan mau ngadem. Gerah cuy abis maen basket.
.
.
Dan disinilah Hanan sekarang. Tidur bermalas-malasan di ruang kesehatan. Jarang ada yang ke tempat itu jika tidak sedang sakit.
Sudah beberapa kali Hanan tidur di tempat itu. Selain tempatnya yang nyaman juga karena sepi.
Hanan selalu memilih tempat tidur paling pojok dan menutup tirai pembatas jika sedang tidur disana. Dibanding perpustakaan dan ruang musik, jujur saja Hanan lebih menyukai ruang kesehatan.
"Bi! Miyabi! Hanan Abian! Bi!"
Hanan yang memejamkan matanya berdecak kesal. Pasti Chacha yang manggil dia. Kenapa lagi sih itu manusia?
"Bi!!"
Hanan membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Bi!"
"Apasih Cha! Berisik mulu! Ganggu orang lagi tidur aja!" teriak Hanan.
Pemuda itu langsung mendengar langkah kaki menuju kearahnya. Dan benar saja tak lama tirai di sampingnya terbuka.
Hanan menoleh dan mendapati Chacha yang sudah berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Tck, apasih?" tanya Hanan.
Chacha mendengus dan berjalan mendekati Hanan. "Bi minta duit, gue lupa gak bawa dompet." kata Chacha mengulurkan tangannya pada Hanan.
Hanan mendengus dan kembali memejamkan matanya.
"Gue gak ada duit. Ngamen aja lo. Lumayan," sahut Hanan.
Chacha mengerucutkan bibirnya kesal. Gadis itu ikut naik keatas ranjang dan langsung duduk diatas perut Hanan.
"Akh! Berat Cha!" kata Hanan membuka matanya dan melotot kearah Chacha.
Chacha menyilangkan tangan di depan dada. "Minta duit! Minta duit! Minta duit Bi!"
Hanan berdecak. "Enggak."
"Biiiii~ minta duit!" kata Chacha menarik-narik baju Hanan.
Hanan menahan tangan Chacha dan menatap gadis itu. "E-N-G-G-A-K. Enggak."
Chacha mengerucutkan bibirnya. "Hwaaa~ Biiii~ minta duit~ duit Bi duit~"
Hanan menutupi telinganya mendengar suara Chacha yang terlalu berisik.
"Cha diem!"
"Duit~ duit~ duit~ duit~ mau duit~" kata Chacha.
"Buat apaan sih Cha? Perasaan tadi gue liat lo udah dari kantin sama Irvan, lo minta duit buat apalagi sih?" tanya Hanan.
Chacha menegakkan badannya. "Ih tadi kan dibayarin sama Irvan, gue sekarang pengen beli cilok kuah di depan, ih kasih gue duit!"
Hanan menggelengkan kepalanya. Emang ya si Chacha bakat terpendamnya ngerepotin orang.
"Enggak, lo minta aja sama Irvan. Pasti dibeliin deh. Gue gak ada duit," kata Hanan. "Awas, gue mau tidur. Jangan gangguin.."
Chacha menggeleng. "Ih enggak, malu lah masa minta sama Irvan lagi. Ya lo lah, menafkahi gue."
Hanan berdecih. "Giliran itu aja lo paham banget ya,"
"Ih ya kan emang bener. Udah mana, kasih gue duit." kata Chacha kembali mengulurkan tangannya pada Hanan.
Hanan menepis tangan Chacha. "Gue gak ada duit Cha, tck. Awas ah lo berat. Pergi sana."
Chacha menggeleng. "Enggak. Kasih gue duit dulu."
"Gak ada."
"Ih boong."
“Enggak.”
"Lo boong. Lo pasti punya duit."
"Enggak."
“Boong.”
"Yaudah kalo gak percaya, yang pasti gue gak punya duit."
"Gue gak percaya, gue liat sendiri." kata Chacha dan langsung meraba kantong celana Hanan.
"Eh anjir, lo ngapain Cha!"
Chacha memasukkan tangannya kedalam kantong celana Hanan. Berusaha mencari uang di dalam sana. Siapa tau aja ada.
"Eh anjir, lo ngapain sih. Eh lo megang apaan ege!" teriak Hanan.
"Eh, sorry gak sengaja." kata Chacha.
"Gak sengaja apaan, lo nyari apaan sih. Gue gak ada duit Cha," kata Hanan.
Chacha merengut kesal. Gadis itu kembali memasukkan tangannya kedalam kantong celana Hanan.
"Ish, Chacha!"
"Akh, sakit!" teriak Chacha saat Hanan menarik tubuhnya hingga terjatuh. Hidungnya membentur dada Hanan. Sakit ih.
"Lo dibilangin gak percayaan banget sih, gue gak ada duit." kata Hanan.
Chacha mendongak dan menatap Hanan. "Gue tau lo tadi pagi bawa duit 200 ribu, gausah boong ke gue." kata Chacha.
Hanan membulatkan matanya. Anjir, si Chacha tau aja sih.
"Tck, entar gue beliin ciloknya. Entar tapi, gue mau tidur sekarang," kata Hanan.
Chacha mengembungkan pipinya. "Ih gue maunya sekarang, tadi udah di PAP Ghea. Udah pengen," kata Chacha.
Jadi tadi tuh dia dikirimin PAP sama Ghea, tuh anak lagi nongkrong di depan. Makan cilok kuah. Lha dia kan pengen. Yaudah pas liat Rio langsung deh dia nanya Hanan dimana. Kan mau minta duit.
Biarpun Rio gak tau Hanan dimana dan cuma ngasih tau kalo Hanan mau tidur ama ngadem, untung aja Chacha pinter jadi kepikiran deh sama ruang kesehatan.
"Entar Cha," kata Hanan.
"Ih maunya sekarang, Bi sekarang~" kata Chacha menarik-narik baju Hanan lagi.
"Tck, ngomong lagi tuh bibir gue cipok." kata Hanan menatap tajam Chacha.
“Ih duit. Duit. Duit. Dui-hmp..”
Ucapan Chacha langsung terhenti saat Hanan menekan tengkuknya dan langsung mencium bibirnya.
"Hmmp..."
Hanan dengan perlahan mengubah posisi mereka dan membuat tubuh Chacha berada di bawahnya. Pemuda itu terus memperdalam ciumannya.
Chacha ingin berontak, tapi tangan dan kakinya sudah ditahan oleh Hanan.
"Karena lo daritadi berisik, gangguin gue terus. Jadi lo harus dihukum." kata Hanan dan menyeringai kearah Chacha.
Chacha melotot. Gila kali ya, ini mereka di kampus njir!
"Lo jangan gil-ah.."
Chacha dengan cepat menggigit bibir bawahnya. Gadis itu melotot pada Hanan yang dengan seenaknya menaikkan baju yang dia pakai.
"Bi!"
Hanan mendongak. "Kalo gak mau ketauan jangan berisik." kata pemuda itu.
"Lepasin tangan gue njir!"
Hanan berdecak dan melepas tangan Chacha. "Kalo lo kabur, awas aja gue lemburin entar malem." ancam Hanan.
"Ih! Hanan mesum, cabul, nyebelin!"
"Bodo amat." sahut Hanan. "Lo diem, nikmatin aja." kata pemuda itu lagi.
Hanan menurunkan kepalanya dan mulai menciumi leher Chacha. Menghisap dan juga menggigitnya pelan.
"Ah, jangan digigit ege! Gue cuma pake kaos, entar keliatan." kata Chacha.
Hanan melihat leher Chacha yang sudah terlanjur dia gigit.
"Telat Cha, udah kegigit." ucapnya.
Chacha mendengus. "Ih tuh kan, nyebelin ah. Gak mau ih. Awas gue mau pergi aja," kata gadis itu.
Hanan berdecak. "Entar gue beliin cilok kuah 10 ribu deh."
Chacha menggeleng. "Enggak mau,"
"11 ribu deh,"
"Ih 15 ribu." kata Chacha menatap Hanan.
"Yaudah, 15 ribu. Tapi lo diem aja, awas coba-coba kabur."
"Tapi kita lagi di kampus Bi, entar ada yang kesini."
"Enggak, jarang ada yang kesini. Lo diem aja." kata Hanan.
"Jangan dimasukin tapi, takut ada yang kesini tiba-tiba.."
Hanan menggeleng. "Enggak, gue cuma mau maen aja sama onde-onde lo," kata pemuda itu.
"Jangan diuyel-uyel tapi, ngilu."
"Dikit lah Cha," kata Hanan.
"Enggak ih, ngilu." tolak Chacha.
Hanan berdecak. "Gue uyel-uyel, besok gue beliin cilok lagi." tawar pemuda itu.
Chacha nampak berfikir.
"Besok gue beliin cilok lagi Cha," kata Hanan menaik turunkan alisnya.
"Emm iya deh, tapi pelan-pelan aja ya. Biar gak ngilu.." kata Chacha.
Hanan tersenyum senang dan mengangguk.
Enaknya sih ya gini, Chacha mah disogok pake makanan juga mau-mau aja dia uyel-uyel.
Dan ya Chacha juga, murah amat astaga. Disogok cilok 15 rebu langsung mau diuyel-uyel dong onde-ondenya.
Hanan pun kembali menarik kaos Chacha, menaikkannya hingga bra yang dipakai gadis itu terlihat.
"Tumben bh lo gak ada motif kartunnya Cha?" tanya Hanan begitu melihat bra yang Chacha kenakan. Cuma warna item polos.
Jadi keliatan sexy deh. Duh..
"Lagi gak pengen make yang ada motifnya," jawab Chacha.
"Bagus sih, gak keliatan kek bocah lo.." sahut Hanan.
"Ih lo mah ngatain mulu, males ah. Gue pergi aja deh," kata Chacha.
Hanan mendongak dan menatap Chacha. "Astaga, ngambekan banget sih. Cilok loh, 15 ribu.."
Chacha mendengus sebal.
"Gue buka ya?"
Chacha menggeleng. "Jangan, entar ada yang kesini ribet makenya, gausah dibuka.." tolak Chacha.
Hanan berdecak kesal. Pemuda itu menurut dan hanya menaikkan bra yang Chacha kenakan. Tangannya mulai menjelajahi dua aset milik Chacha tersebut.
"Ahh~"
"Jangan keras-keras desahnya Cha, entar ada yang lewat curiga," kata Hanan.
Chacha mendengus. Ya gimana gak mau desah coba, tetenya kan dipegang-pegang sama diuyel-uyel. Ya kan dia refleks.
"Ih kan refleks Bi," kata Chacha.
"Tapi kalo lo berisik entar ketahuan Cha," kata Hanan.
"Ya terus? Desah mah refleks Bi, gabisa ditahan,"
Hanan berdecak, pemuda itu menaikkan posisinya dan langsung mencium bibir Chacha. Tangannya kembali bermain-main di dada gadis itu. Desahan Chacha tertahan ciuman Hanan.
“Emmh~”
Hanan terus memainkan tangannya. Meremas dan sesekali dengan jahil menarik nipple Chacha, membuat gadis itu terus mengeliat tak nyaman dibawah tubuhnya.
Chacha menggigit bibir bawahnya saat Hanan melepas ciuman mereka. Apalagi saat pemuda itu mulai mencium sudut bibirnya hingga semakin turun menuju lehernya.
"Bih~"
"Sttt~ jangan berisik Cha,"
Chacha sebisa mungkin menahan desahannya. Apalagi saat bibir Hanan mulai memberikan ciuman-ciuman pendek diatas dadanya.
Tangan Chacha menarik-narik rambut Hanan. Sesekali dia gunakan untuk menutupi mulutnya.
"Emh-hmp." Chacha menggunakan tangannya untuk menutupi mulutnya.
Hanan semakin liar bermain di dadanya.
"Jangan ah, pelan-pelan.." kata Chacha.
Hanan menciumi dada Chacha, sesekali membuat kissmark diatasnya. Pemuda itu berusaha menahan diri, tapi pada akhirnya sebelah tangannya mulai turun.
Mengusap perut Chacha dan bermain-main di pinggiran celana yang gadis itu pakai.
Chacha yang menyadari itu menatap Hanan. Gadis itu menggeleng.
"Sorry Cha, gue janji cuma tangan aja kok.." kata Hanan.
Dan benar saja tangan Hanan langsung masuk kedalam celana yang Chacha kenakan dan mulai bermain-main di dalam sana.
Hanan yang menyadari Chacha sedang berusaha untuk menahan desahannya kembali menaikkan badannya dan mencium bibir gadis itu.
Mengulum dan melumat bibir Chacha yang terlapisi lipbalm rasa jeruk. Hanan terus saja bermain-main dengan bibir Chacha, menjilat dan juga menghisapnya.
Chacha sebisa mungkin mengimbangi permainan Hanan. Gadis itu tidak pernah mau kalah. Tangannya mengusap dada Hanan dan bibirnya mengikuti alur yang Hanan buat.
Ruangan itu mulai dipenuhi suara decakan akibat ciuman Hanan dan Chacha. Chacha melepas ciumannya dan mulai menciumi leher Hanan.
"Emh Bih~" desah Chacha saat Hanan mempercepat permainan tangannya.
"Shhh, nikmatin aja Cha," kata Hanan.
Chacha menggigit bibir bawahnya. Gadis itu memejamkan mata menikmati setiap sentuhan Hanan. Hanan mengeluarkan tangannya dan menatap Chacha yang terengah-engah dibawahnya.
Chacha membuka matanya dan menatap Hanan. Gadis itu menyeringai. "Giliran gue Bi, gue juga bisa kok bikin lo desah.."
Belum sempat Hanan bertanya Chacha sudah mendorongnya dan mengubah posisi mereka. Kini Chacha berada diatas Hanan.
Tangan Chacha menelusup masuk kedalam kaos Hanan. Meraba perut dan dada pemuda itu. Mengusap dan membuat pola-pola aneh disana. Membuat Hanan memejamkan mata.
"Lo bikin kissmark di leher gue? Gue juga bisa bikin di leher lo," kata Chacha mendekatkan bibirnya pada leher Hanan.
Mencium leher pemuda itu, menggigitnya dan memberikan kissmark disana.
Bibirnya mulai turun, tangan Chacha menaikkan kaos Hanan. Membuat tubuh bagian atas pemuda itu terekpose.
"Lo suka main-main sama tete gue? Gue juga bisa mainin punya lo," kata Chacha.
Chacha mulai menciumi dada Hanan. Memainkan tangannya diatas tatoo pemuda itu. Semakin turun hingga sampai pada puting pemuda itu.
Chacha menariknya pelan. Sesekali memainkannya, menggoda Hanan yang terlihat sedang menahan diri untuk tidak mendesah.
"Gue juga bisa kok Bi, ngelakuin ini.." kata Chacha menggigit puting Hanan.
"Cha~ ghh.."
"Ini juga bisa," kata Chacha membuka resleting celana Hanan dan mengusap milik Hanan yang terlihat sudah tegang.
Chacha tersenyum miring. "Ah, udah bangun Bi. Gimana? Mau gue tidurin gak?"
Hanan hanya mengangguk mendengar pertanyaan Chacha. Chacha tersenyum dan mulai memainkan milik Hanan yang sudah menegang itu.
Gapapa, entar dia minta Hanan beliin cilok seminggu full.
"Cha, lagi~"
"Oke-oke.." kata Chacha.
Kriet~
'Kamu jangan sampe telat makan lagi, maag kamu udah akut'
'Iya bu maaf, tadi saya lupa gak makan siang'
'Jangan sampe lupa, bahaya banget'
Hanan dan Chacha langsung diam mendengar ada yang membuka pintu dan sedang berbicara di dalam ruangan itu.
Chacha meneguk ludah dengan susah payah. No, jangan sampe mereka ketahuan.
"Bi?" gadis itu mendongak menatap Hanan. Posisi mereka masih sama seperti tadi.
"Stt, jangan gerak. Bayangan kita keliatan dari tirai, kalo lo gerak bisa ketahuan.." bisik Hanan pelan.
Chacha hanya mengangguk.
‘Ini obatnya, jangan sampe kayak gini lagi. Inget makan tepat waktu’
'Iya bu maaf, tadi saya ngerjain tugas sampe lupa makan'
'Lain kali jangan sampe gitu,'
‘Iya bu,’
'Yaudah ayo ibu anter kamu pulang, kamu udah pucet banget.'
Hanan memeluk lengan Chacha, menahan gadis itu supaya tidak bergerak hingga terdengar suara pintu yang kembali ditutup.
"Hah~" mereka berdua langsung menghela nafas lega.
Chacha langsung mendorong Hanan dan duduk, gadis itu dengan cepat membenarkan bajunya yang tadi sudah berantakan karena ulah Hanan.
Hanan juga ikut duduk. "Kok ditutup sih Cha?"
Chacha mendengus dan menoleh pada Hanan. "Gue gak mau ya, untung tadi gak ketahuan."
"Ya tapi kan sekarang udah pergi Cha orangnya," kata Hanan.
"Ya kan bisa balik lagi, lagian enggak ah. Males gue."
“Tck, kok gitu sih...”
"Ih bodo, gue mau pulang. Ayo beliin gue cilok. Seminggu full lo harus beliin gue cilok." kata Chacha.
Hanan mengerutkan keningnya. "Lha kok seminggu, kan tadi gue bilangnya cuma hari ini sama besok."
"Ya tadi kan gue udah pegang burung lo, udah gue elus-elus. Ya nambah dong,"
"Lha gue kan gak minta, lo yang nawarin diri."
"Ya bodo, pokoknya cilok seminggu full." kata Chacha dan turun dari ranjang.
Hanan mengambil tasnya dan ikut turun. "Enggak ya,"
Chacha menoleh dan menatap Hanan. "Harus."
"Enggak."
"Tck, celana benerin dulu. Burungnya mau terbang tuh," kata Chacha menunjuk resleting celana Hanan yang masih terbuka.
Hanan menunduk dan berdecak, pemuda itu langsung membenarkan resletingnya.
"Ayo beliin cilok." kata Chacha menarik tangan Hanan keluar dari ruang kesehatan.
Chacha terus menarik tangan Hanan, dengan semangat gadis itu membuka pintu ruang kesehatan.
"Anjing! Kaget gue!" teriak Rio saat tiba-tiba pintu di ruang kesehatan terbuka.
Rio dan Raehan akan pergi ke perpustakaan. Enggak bukan mau belajar, tapi mau nebeng Wi-Fi.
Maklum aja, biarpun anak orang kaya tapi kan muka-muka Rio muka kere.
"Heh lo berdua selow dong kalo buka pintu," kata Raehan.
Hanan dan Chacha menoleh. "Kagetan dasar," kata Chacha.
Rio mendengus. Pemuda itu menatap Hanan dan Chacha bergantian. Menyipitkan matanya, ya biarpun udah sipit sih aslinya.
"Weh lo berdua dari ruang kesehatan, hmmm pasti abis tutuy yakan?" tanyanya dengan sebelah tangan mengusap dagu.
"Tutuy apaan?" tanya Chacha tak mengerti.
"Tutuy itu sama aja kayak wikwik, skidipapap, ngeue. Iya kan, lo berdua abis tutuy kan? Ngaku lo berdua." kata Rio menunjuk Hanan dan Chacha.
Raehan, Hanan, dan Chacha langsung menepuk jidat mereka. Plis lah makin hari bahasa Rio makin aneh aja.
"Tuh kah, leher lo berdua aja ada merah-merahnya. Wah beneran abis tutuy lo berdua, gak bener banget tutuy di kampus.." kata Rio menggelengkan kepalanya menunjuk leher Hanan dan Chacha.
Hanan dan Chacha refleks memegang leher mereka. Njir, lupa lagi.
"Enggak. Lo jangan fitnah ya," kata Chacha.
"Halah, gausah boong. Tau gue mah lo berdua emang sama-sama gabisa nahan nafsu," kata Rio.
"Enggak, enggak sampe wikwik. Diem aja deh lo, gausah bacot." kata Hanan.
"Halah boong.
Hanan mendengus. Ngomong ama Rio mah bikin kesel.
"Terserah lo deh, ayo Bi." kata Chacha dan kembali menarik tangan Hanan.
"Heh lo berdua mau kemana?" tanya Raehan.
"Beli cilok." jawab Chacha.
"Beli cilok apa mau ke hotel lo berdua?"
"Ke hotel juga gak masalah, bebaaaas!" sahut Hanan.
Rio berdecih pelan.
"Udah ayo lanjut, mabar aja kita.." kata Raehan.
Rio mengangguk. "Ayo,"
Kedua pemuda itupun melanjutkan perjalanan mereka menuju perpustakaan.
Mau mabar, kan lancar wifinya.
Kalo Hanan sama Chacha mah, ya jelas dong mau beli cilok hehe...
3. Dada
Chacha langsung melempar tas selempangnya dan menjatuhkan dirinya keatas sofa. Gadis itu menyandarkan punggungnya dan menutup matanya.
Melatih anak-anak yang akan mengikuti lomba dance membuat tubuhnya terasa sangat capek.
"Baru balik lo?"
Chacha menoleh, mendapati Hanan yang berdiri disampingnya dengan memegang gelas berisi jus.
Chacha langsung menegakkan badannya dan merebut gelas yang dipegang Hanan. Meminum jus yang ada didalamnya.
"Heh! Bukan buat lo ege!" teriak Hanan.
Chacha tidak peduli dan terus meminum jus itu hingga hanya menyisakan setengah saja.
"Ah~ seger.." kata Chacha mengusap mulutnya dan meletakkan gelas yang kini isinya hanya tinggal setengah itu keatas meja.
Hanan berdecak kesal dan duduk diatas sofa kosong yang ada di samping Chacha. Pemuda itu langsung mengambil gelas jusnya dan mengahabiskan isinya. Daripada diabisin Chacha mending dia aja yang ngabisin.
Setelah menghabiskan jusnya Hanan menoleh pada Chacha.
"Lo kalo mau jus bikin sendiri. Jadi cewek jangan males mulu yang digedein," kata pemuda itu.
Chacha menoleh. "Gue capek, lo jadi laki gak pengertian banget."
"Bodo amat. Lo aja jadi istri juga kagak bener, lha kenapa gue harus jadi suami yang pengertian? Harus sama lah," kata Hanan.
Pemuda itu mengambil remote dan menghidupkan tv.
"Emang ya lo itu bisanya cuma ngajakin wikwik aja. Dasar sangaean, mesum, cabul!" teriak Chacha. Gadis itu langsung mengambil tasnya dan berjalan ke kamar.
"Bodo amat. Mandi sana. Bau keringet lo!" sahut Hanan.
Chacha mendengus kesal dan menutup pintu kamar dengan keras. Hanan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Chacha.
"Punya istri bar-bar amat sih kek kucing oren," kata Hanan.
Pemuda itu kembali fokus pada tayangan di televisi. Sesekali Hanan tertawa melihat adegan lucu yang muncul.
Sekitar 10 menit kemudian pemuda itu kembali terkaget karena suara pintu yang tertutup keras.
"Cha! Selow ngapa sih, tuh pintu kalo rusak lo sendiri yang harus benerin." kata Hanan.
Chacha mendengus dan terus berjalan menuju kearah dapur.
"Gue udah bikin sandwich, masih satu. Makan aja. Gausah bikin mie, persediaan mie gue makin menipis sejak lo disini." kata Hanan.
Chacha yang sudah berada di dapur lagi-lagi mendengus kesal. Gadis itu langsung berjalan menuju kearah meja dan mengambil sandwich yang ada disana.
Dia langsung berjalan keluar dari dapur dan menuju ke sofa. Duduk berlawanan dengan Hanan. Chacha menaikkan sebelah kakinya keatas sofa dan mulai memakan sandwichnya.
"Lo bisa gak sih kalo pake baju yang bener dikit, celana kek gitu. Tuh sempak lo keliatan. Pake baju tapi kek telanjang," kata Hanan menatap Chacha.
Chacha yang memang hanya memakai hotpants dan sportbra tetap cuek dan melanjutkan makannya. Ngapa sih, pas dirumah dia juga gitu kok.
"Cha!"
"Tck! Apasih Bi, gue kalo dirumah juga gini. Gausah nyinyir deh. Kek emak-emak lo." kata Chacha sewot.
"Ya tapi kan lo sekarang gak lagi dirumah, ini apartemen gue jadi lo harus nurutin kata gue." kata Hanan.
Chacha menarik nafas dan menghembuskannya. Gadis itu berdiri dan dengan tiba-tiba melepas hotpantsnya, menyisakan celana dalam berwarna peach.
"Puas lo! Lo maunya gue gini kan? Apa sekalian aja gue telanjang depan lo?!" kata Chacha melempar celananya kearah Hanan.
Hanan berdiri dan mendekat kearah Chacha. "Gue nyuruh lo pake baju yang bener bukan buka baju Cha."
Pemuda itu melepas kaosnya dan memakaikannya pada Chacha.
Chacha berdecak dan kembali duduk untuk menghabiskan sandwichnya yang masih tersisa. Hanan juga ikut duduk di samping gadis itu.
Chacha sesekali membenarkan kaos Hanan yang melorot pada bagian bahunya. Ya kaos Hanan kan kegedean dia pake. Bikin gak nyaman aja.
"Besok lo masih ngelatih dance?" tanya Hanan. Tatapan pemuda itu masih fokus pada tv.
"Gak." jawab Chacha setelah menelan sandwich terakhirnya. Gadis itu meluruskan kakinya keatas meja.
"Beresin barang-barang lo, temen-temen lo kasih tau juga.." kata Hanan.
Chacha menoleh bingung kearah Hanan.
"Hah?"
Hanan menoleh pada Chacha. "Besok kita liburan. Ke pantai, nginep di villanya Rio. Ajakin temen-temen lo."
Chacha mengedipkan matanya beberapa kali. "Liburan? Ke pantai?"
"Iya."
"Serius?" tanya Chacha menatap Hanan dengan ekspresi sumringah.
Hanan berdecak dan menyentil dahi Chacha. "Iya. Udah sana kasih tau temen-temen lo. Beresin barang-barang lo. Jangan banyak-banyak. Kita mau liburan bukan pindah rumah," kata pemuda itu.
Chacha langsung mengangguk dan berlari ke kamar. Gadis itu langsung mengeluarkan kopernya.
"Eh, liburannya berapa hari ya?"
Gadis itu menoleh kearah pintu. "Bi! Sini deh. Cepetan!" teriak Chacha.
Tak lama Hanan masuk kedalam kamar dan duduk dikursi yang ada disana.
"Apalagi?" tanyanya.
Pemuda itu mengambil remote dan menghidupkan tv yang ada di kamar mereka. Tadi masih asik nonton malah dipanggil sama Chacha. Kan nanggung kalo gak lanjut nonton.
"Liburannya berapa hari?" tanya Chacha.
"Paling 4 hari, tapi gak tau deh. Lagian gak masalah, kita libur kan 2 minggu.." jawab pemuda itu.
"Iya sih, yaudah gue kasih tau temen-temen dulu..." kata Chacha langsung mengambil ponselnya dan memberi tau teman-temannya.
"Bi, ajakin Devan juga ya?" tanya Chacha.
"Terserah lo aja mau ngajakin siapa," jawab Hanan.
Chacha mengangguk dan kembali fokus pada ponselnya. Begitu selesai mengabari teman-temannya gadis itu meletakkan ponselnya.
Chacha membuka kopernya dan berjalan kearah lemari.
"Cha, jangan bawa barang yang gak penting." kata Hanan.
"Iya," sahut Chacha.
"Lo cuma boleh bawa 1 koper. Gue gak mau kerepotan bawa koper lo." kata Hanan.
Chacha mendengus. "Ih tapi mana cukup Bi," kata gadis itu.
"Harus cukup."
Chacha berdecak kesal dan mulai mengeluarkan baju yang akan dibawanya.
"Kita ke pantai kan?" tanya gadis itu.
"Iya," sahut Hanan tanpa menoleh.
"Gue pake ini bagus gak?" tanya Chacha.
Hanan yang awalnya fokus pada tayangan televisi menoleh. "Heh, lo mau telanjang pake gituan?"
Chacha mendengus. "Ih kan ke pantai, ya pake bikini dong," ucapnya.
Iya tadi Chacha ngeluarin bikininya. Ya sekalian aja dia cobain, terus nanya deh ke Hanan.
"Gak, lo tepos depan belakang. Gak cocok pake bikini kek gitu," kata Hanan.
Chacha mengembungkan pipinya kesal. Gadis itu berjalan mendekati Hanan dan berdiri tepat di depannya.
"Ih enggak kok, nih gue gak tepos kok. Tuh bokong gue sexy," kata Chacha membelakangi Hanan dan memegang bokongnya.
"Awas ah, gue mau nonton tv.." kata Hanan.
"Ih Bi, gue gak tepos. Nih bokong gue sexy..." kata Chacha malah semakin mundur kearah Hanan.
"Ish, awas ah. Lagi seru juga," kata Hanan menepuk bokong Chacha.
"Ih sakit, jahat banget sih." kata Chacha mengusap bokongnya yang terasa panas karena ulah Hanan barusan.
"Ya lo sih, orang lagi asik nonton malah nutupin. Pamer bokong lagi," kata Hanan melirik kearah Chacha.
Chacha merengut kesal. Gadis itu kembali membelakangi Hanan. "Ih Bi, tapi gue beneran gak tepos. Bokong gue sexy kok. Nih liat sexy kan kalo gue goyangin," kata Chacha sambil melakukan twerking di depan Hanan.
Hanan berdecak. "Kalo bokong lo kayak Kylie baru boleh bangga, cuma segitu aja udah pamer lo," kata Hanan.
Chacha menegakkan badannya. Gadis itu meraba bokongnya. "Ih tapi sexy Bi. Punya Kylie kegedean, gasuka. Bagusan bokong gue. Nih liat dong," kata Chacha meremas bokongnya.
Hanan menoleh. Tangannya bergerak dan langsung meremas bokong Chacha dengan kencang. "Bokong lo nutupin tv, awas ah.."
"Ih sakit, tadi ditabok, sekarang diremes. Sakit tau. Ih jahat ah.." kata Chacha mengusap bokongnya.
Beneran loh sakit.
Hanan berdecak. "Makanya gausah gitu, orang lagi fokus nonton tv malah ditutupin pake bokong," kata Hanan sambil ikut mengusap bokong Chacha.
Chacha mengerucutkan bibirnya. "Ih kan mau nunjukkin kalo bokong gue sexy,"
Hanan memutar bola mata bosan. Pemuda itu menarik tangan Chacha, membuat Chacha terduduk diatas pangkuannya.
"Udah diem, daripada lo pamer bokong mending liat tv. Biar bener otak lo," kata Hanan.
Chacha berdecak. Gadis itu meraih toples berisi permen-permen kecil yang ada di dekat mereka dan mulai memakannya.
"Bi, kok tumben sih Rio ngajakin liburan?" tanya Chacha.
"Raehan yang ngajak. Rio cuma nyediain villa aja. Itupun bayar. Pelit emang tuh orang," jawab Hanan.
Chacha menoleh pada Hanan. "Ya bener dong, bisnis tetep bisnis. Kalo gue jadi Rio gue juga bakal nyuruh bayar kok. Bodo amat mau temen apa bukan. Bisnis ya bisnis.."
Hanan melirik Chacha sebentar dan memutar bola mata bosan. "Sama aja lo berdua, pelit."
"Ih namanya pinter Bi. Kan harus tetep dapet duit," kata Chacha.
"Terserah deh, terserah lo aja.." kata Hanan masih fokus pada tayangan tv yang menampilkan adegan gulat dua orang petarung.
Chacha mendengus dan kembali menghadap kedepan. Gadis itu ikut melihat tayangan di tv.
"Bi gak dingin apa lo? Cuma koloran gitu?" tanya Chacha sambil memakan permennya.
Hanan menggeleng. "Gak. Lo yang telanjang aja gak dingin, gue kan masih pake celana,"
Chacha berdecak sebal dan kembali menghadap Hanan. "Ih gue pake bikini gak telanjang," protesnya.
Hanan mengalihkan pandangannya pada Chacha. "Cuma sempak sama bh doang, hampir telanjang kan?"
"Ya kan emang gini modelnya, namanya juga bikini.." dengus Chacha.
"Lo itu tepos Cha, tete lo aja kek onde-onde. Aneh pake bikini," kata Hanan.
Chacha meletakan toples yang dia pegang dan langsung mengubah posisinya menjadi menghadap Hanan. Melingkarkan kedua kakinya pada pinggang Hanan.
"Nih liat nih, gak kecil-kecil banget kok. Kan tiap hari lo uyel-uyel. Tuh kan udah gede kok.." kata Chacha memegang dadanya.
"Ya tapi aneh kalo pake bikini, yang ada pas di pantai entar melorot tuh bikini. Gak ada isinya," kata Hanan.
"Ya gue sumpel lah biar keliatan gede. Biar gak melorot.." sahut Chacha.
"Ye modal sumpelan. Jelek elah,"
"Ih gapapa, biar gak melorot."
"Kecil mah kecil aja, gausah dibikin aneh-aneh." kata Hanan.
"Yaudah kalo gitu remesin biar gede. Biar gak melorot kalo pake bikini," kata Chacha mengalungkan tangannya pada leher Hanan.
Hanan menaikkan sebelah alisnya. Menatap Chacha. "Lo pikir kalo gue remes sekarang besok bisa langsung segede semangka? Yakali Cha,"
Chacha berdecak, gadis itu menurunkan tangannya dan menarik tangan Hanan. Meletakkan tangan pemuda itu keatas dadanya.
"Ih ya siapa tau aja, udah remesin sekarang. Biar gede," kata Chacha.
"Kemaren aja lo gak mau, sekarang maksa-maksa minta diremesin," cibir Hanan.
"Ya jangan kenceng-kenceng. Pelan-pelan aja. Biar besok gak sakit. Cepetan, besok udah harus nambah gede.." kata Chacha.
"Ini buka aja ya, biar enak.." kata Hanan menarik tali bikini yang Chacha pakai. Membuat benda itu terjatuh ke lantai.
Chacha mengangguk. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu Hanan.
"Bi, gue pasang implan aja kali ya, biar cepet ged—ah~"
"Gausah aneh-aneh, yang ada entar pas gue remes meledak tete lo kalo pake implan," kata Hanan dengan tangan yang terus meremas dan memijat dada Chacha.
"Iya sih, gue juga sering liat kasus-kasus kek gitu..." kata Chacha sambil memainkan tangannya di dada Hanan.
"Yaudah makanya jangan aneh-aneh," kata Hanan.
Tangan Chacha masih berada di dada Hanan, gadis itu dengan jahil menarik puting Hanan.
"Heh sakit!" kata Hanan.
"Hehe sorry..." kata Chacha sambil nyengir kearah Hanan.
"Tck,"
"Bi gue penasaran deh," kata Chacha.
"Apaan?"
Chacha sedikit menjauhkan kepalanya dan menatap Hanan.
"Kenapa cowok tetenya kecil?"
Hanan menunduk dan balas menatap Chacha. Pemuda itu memutar bola mata malas.
"Ya kalo sama-sama gede entar pas wikwik jadinya malah adu susu Cha, repot. Susah." jawab Hanan.
"Masa gitu sih?"
Hanan berdecak, pemuda itu melepaskan tangannya dari dada Chacha. Hanan langsung mengubah posisi mereka. Menidurkan Chacha keatas sofa dan menindih gadis itu.
"Lo bayangin kalo tete gue gede. Terus gue gini, pasti susah kan?" kata Hanan menindih Chacha dan menaik-turunkan tubuhnya.
Chacha mengedipkan matanya beberapa kali.
"Nih kalo rata kan bisa nempel gini, gak susah. Coba kalo tete gue gede. Ya ganjel Cha, susah geraknya. Pasti tete kita tabrakan.." kata Hanan menempelkan dadanya dengan dada Chacha.
"Iya juga sih,"
"Makanya, lagian cowok kan gak harus nenenin anaknya. Kalo cewek kan harus nenenin anaknya," kata Hanan.
Pemuda itu kembali mengubah posisinya. Kali ini duduk bersandar pada ujung sofa.
"Lo kenapa dah nanya begituan?" tanya Hanan menatap Chacha yang juga sudah duduk di hadapannya.
"Penasaran aja." jawab Chacha.
Hanan menggelengkan kepalanya dan kembali menoleh kearah tv yang masih menyala. Pemuda itu melanjutkan kegiatannya menonton tv.
"Bi?" panggil Chacha.
"Hmm.." sahut Hanan.
"Wikwik yuk.."
Hanan langsung menoleh kearah Chacha yang dengan tampang watadosnya duduk bersila menghadap dirinya dan tersenyum lebar.
"Gak." sahut Hanan dan kembali menoleh pada tv.
Punya istri modelan Chacha ya begitu. Absurd. Gajelas maunya apa. Suka tiba-tiba gitu.
Chacha mengembungkan pipinya kesal dan merangkak menaiki tubuh Hanan. Gadis itu langsung menjatuhkan diri dan menindih Hanan.
"Bi ayo wikwik~" kata Chacha memainkan telunjuknya diatas dada Hanan.
"Enggak Cha,"
"Ih biasanya juga lo yang ngajakin. Gausah sok jual mahal deh. Ayo wikwik..." kata Chacha.
"Lagi gak mood wikwik," kata Hanan masih tetap cuek dan fokus melihat kearah tv.
"Ih Bi, ayo~" kata Chacha. Tangannya dengan jahil turun dan mengusap milik Hanan yang masih tertutup celana.
"Awas ah tangannya," kata Hanan menyingkirkan tangan Chacha dari celananya.
Chacha merengut lagi. Kali ini gadis iti menarik tangan Hanan dan meletakkannya diatas dadanya. "Ayo Bi. Remesin lagi.."
"Enggak Cha, udah." kata Hanan menarik tangannya.
Chacha berdecak kesal. Gadis itu mendongak menatap Hanan. "Ih sok banget sih nolak-nolak. Biasanya juga minta terus.."
Hanan menunduk menatap Chacha. "Lagi gak pengen," sahutnya.
"Boong. Lo kan engasan. Gak mungkin gak pengen," kata Chacha.
Hanan menghela nafas. Menatap Chacha tajam.
"Lo pikir gue gak tau, lo ngajakin gue wikwik supaya besok lo ada alesan buat nyuruh-nyuruh gue kan. Lo bakal ngomong kalo lo susah jalan terus pasti minta gue bawain inilah, itulah. Sorry Cha, udah paham gue mah pikiran lo," kata Hanan.
Chacha mendengus kesal. Gadis itu memukul dada Hanan. "Ih lo mah gak seru."
Tck, gagal deh rencana dia. Padahal kan rencananya dia besok mau nyuruh-nyuruh Hanan. Kalo mereka wikwik kan besok dia bisa bilang ke Hanan kalo anunya sakit terus dia susah jalan. Terus dia bisa nyuruh Hanan bawain barang-barang dia. Eh malah udah ketahuan duluan. Ih gak asik. Gagal.
"Sorry Cha, udah kebaca rencana lo itu.." kata Hanan menyentil kepala Chacha.
Chacha mendengus. Gadis itu langsung menjatuhkan dagunya keatas dada Hanan dan menghela nafas.
"Gausah mikir aneh-aneh makanya. Barang lo ya lo bawa sendiri. Gausah cari nyari alesan supaya gue yang bawain.." kata Hanan sambil menepuk-nepuk bokong Chacha.
"Ih kan berat Bi," protes Chacha.
"Ya gausah bawa barang banyak-banyak makanya." kata Hanan.
"Tapi kan cewek kebutuhannya banyak," sahut Chacha.
"Ya dikurangin lah. Gausah bawa baju yang gak perlu. Gausah bawa sepatu yang gak perlu. Alat make up gausah semua dibawa. Seperlunya aja. Ya lo kira-kira lah kalo ke pantai yang diperluin apa aja," kata Hanan.
Chacha menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Gadis itu mengubah posisinya menjadi benar-benar tengkurap diatas badan Hanan.
"Berat Cha," kata Hanan.
"Gue gak sampe 45 beratnya, lemah banget sih jadi cowok." kata Chacha.
"Tck,"
"Gue aja kalo lo tibanin abis wikwik gak protes. Mana kadang lo sampe pagi masih uyel-uyel tete gue lagi. Ini baru bentar udah ngeluh aja lo," kata Chacha.
Hanan berdecak. Mau protes gak bisa. Ya iya emang bener sih. Tck yaudah deh.
"Emang gak ganjel apa tete lo? Kalo gue kan tetenya rata jadi enak-enak aja kalo nindihin lo. Kalo lo kan ya biarpun sekecil onde-onde kan ada, gak sakit apa kegenjet gitu?" tanya Hanan.
Chacha menggeleng. "Enggak, b aja sih.." jawab Chacha.
Gadis itu sedikit menurunkan posisinya. "Lo kalo tidur suka gini, emang enak ya?" tanya Chacha mempraktekkan gaya tidur Hanan.
Gadis itu meletakkan kepalanya tepat diantara dada Hanan.
"Ye beda Cha, kalo lo kan ada tetenya. Ada sensasi-sensasi kenyel gitu. Sekalian bisa gue mainin, kalo lo yang gini ke gue ya gak enak lah. Keras. Dada gue gak ada...." kata Hanan.
"Masa sih?" tanya Chacha. Tangan gadis itu lansung memegang dadanya sendiri. "Iya sih. Gue aja kalo megang sendiri juga ngerasa gitu," lanjutnya.
Hanan hanya mengangguk pelan mendengarnya.
Mereka terdiam dan fokus menonton tv. Tangan Hanan sesekali mengusap bokong dan punggung Chacha. Kadang juga menepuk-nepuk bokong gadis itu pelan.
"Eh! Ih gue belum beres-beres. Malah mau tidur!" kata Chacha langsung bangun dari posisinya. Gadis itu berdiri dan membuka lemari, mengambil beberapa baju dan memasukkannya kedalam koper.
Hanan menghela nafas dan mematikan tv. Pemuda itu berjalan mendekati Chacha dan bersandar pada lemari.
"Pake baju ngapa Cha, tete lo kemana-mana tuh," kata Hanan.
"Gausah, entar juga kalo mau tidur lo nyuruh buka. Males gue buka-pake baju.." sahut Chacha.
Hanan hanya menggelengkan kepalanya. Bener-bener deh, ini si Chacha ambigu banget hidupnya.
"Bi, ambilin daleman gue," kata Chacha.
Hanan berbalik dan menarik salah satu laci pada lemarinya. Laci yang sekarang digunakan oleh Chacha untuk menyimpan dalaman.
"Berapa?" tanya Hanan.
"Emm 8 deh," jawab Chacha.
"Yang mana?"
"Terserah lo aja," jawab Chacha.
Hanan pun mengambil 8 pasang dalaman dan memberikannya pada Chacha. Chacha langsung memasukkannya kedalam koper.
"Lo gak bawa ini?" tanya Hanan menunjukkan pembalut yang dia ambil dari dalam laci.
Chacha menggeleng. "Enggak lah, gue kan baru selesai mens minggu kemaren. Gak mungkin gue mens lagi besok.." jawab Chacha.
"Oh.."
Hanan pun mengembalikan pembalut yang dia pegang kedalam laci. Dia ikut duduk di depan Chacha.
"Lo gak bawa koper?" tanya Chacha menatap Hanan.
"Enggak lah, gue cuma bawa ransel aja. Lagian buat apaan koper. Gue paling cuma bawa baju ama celana pendek aja.." jawab Hanan.
"Ih jorok sempaknya gak ganti." kata Chacha, gadis itu berdiri dan membuka laci lain di lemari itu.
"Nih ya kolor sama sempak lo gue bawa. Gue gak mau punya laki yang jorok. Yang jarang ganti sempak, kalo mau ganti minta ke gue," kata Chacha memasukkan beberapa kolor dan juga celana dalam Hanan kedalam kopernya.
"Elah Cha, gue bawa kok. Gausah ah," kata Hanan.
"Bawa berapa 1? Oh 2 sama yang lo pake? Terus abis itu lo gantian gitu sama Juan sama Rio? Lo bertiga mau tukeran sempak gitu?"
Hanan berdecak. "Ya gak gitu Cha,"
"Yaudah diem aja. Gausah protes." kata Chacha.
Gadis itu berdiri dan mengambil pouch kecil, menaruh beberapa alat make up yang dibutuhkannya. Setelahnya dia memasukkan pouch tersebut kedalam koper.
"Inget kalo mau ganti sempak ngomong gue," kata Chacha.
"Tck iya," sahut Hanan.
Chacha hendak menutup kopernya.
"Eh iya bikininya lupa," kata Chacha.
"Gausah, gak cocok lo pake." kata Hanan.
"Ih tapi Bi, gue kan peng—..."
"Shut, udah mending kita tidur. Besok biar gak telat bangun," kata Hanan dan menutup koper Chacha.
"Ih Bi, biki—ih turunin!" kata Chacha begitu Hanan dengan tiba-tiba mengangkat tubuhnya dan menjatuhkannya keatas kasur.
"Udah jam setengah 12. Tidur." kata Hanan menarik selimut menutupi tubuh mereka.
Chacha mengerucutkan bibir sebal. Gadis itu langsung membelakangi Hanan. Sebel.
Hanan berdecak. "Gausah ngambek, sini tetenya gue remesin biar besok gede.." kata Hanan memeluk Chacha dari belakang dan langsung memegang dada gadis itu.
"Au ah sebel,"
"Utututu jangan ngambek dong, hadep sini biar enak remesnya."
"Gak."
"Katanya biar besok gede."
"Gak."
"Besok gede loh Cha, jadi bakpao."
"Bodo."
"Yaudah besok gajadi ikut Rio."
"Ihh!"
Chacha langsung membalikkan badannya menghadap Hanan.
"Makanya gausah ngambekan. Kek bocah banget sih,"
"Ih lo nyebelin," kata Chacha.
"Diem aja, sini gue remesin. Mau gede gak tetenya?"
Chacha mendengus dan memalingkan wajahnya. Bete sama Hanan.
Hanan menghela nafas dan menarik Chacha mendekat. Menaruh sebelah kakinya keatas pinggang gadis itu dan mulai meremas dada Chacha.
Chacha cuma diem aja. Ya kadang desah-desah dikit lah.
Ya pokoknya malem itu Hanan dengan sukarela membantu Chacha membuat onde-ondenya supaya rada gedean dikit.
Ekhem, Chacha sendiri loh ya yang minta bukan Hanan yang maksa.
To Be Continue
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
