Cast : HE Is My Husband
Jumlah Part : 80 Part
Sinopsis:
War Wanarat terbangun dan mendapati dirinya terlempar ke dunia novel bergenre Boys Love. War yang selalu percaya jika dia adalah pria lurus tiba-tiba memiliki suami. Suami dingin tak berperasaan yang nantinya akan
Seperti kebanyakan pemeran antagonis, War dalam novel memiliki akhir tragis. War sebagai pengganti War dalam novel menentang akhir novel itu. Dia bertekad untuk mengubah nasibnya. Dengan kapasitas dan sirkuit otaknya yang berbeda dengan...
Part 1 Where?!
Dinding beige?!
Lampu gantung?!
Gorden coklat?!
Dia melihat sekitar dengan bingung dan mata terasing. Berbagai ekspresi muncul silih berganti di wajahnya. Berbagai pertanyaan bersarang dibenaknya. Ruangan asing ini? Dimana dia? Kenapa dia bisa berada di tempat ini?
Seluruh ruangan didominasi dengan warna beige dan coklat. Matanya menjelajahi seluruh ruangan dengan penuh kehati-hatian. Mencoba mencari petunjuk atas keberadaannya.
Dia masih ingat dengan jelas kamar tidurnya didominasi warna putih dengan perabotan sederhana. Sedangkan saat ini, kemanapun dia memandang, semua yang ada disekitarnya terlihat mewah dan mahal dengan desain yang artistik dan elegan. Matanya dibutakan dengan kemewahan di sekitarnya. Hampir keseluruhan dinding berhias cermin bevel. Memantulkan bayangan samar dirinya.
Dimana dia saat ini? Jelas ini bukan kamarnya. Bagaimana dia bisa berada disini?! Kembali pertanyaan itu bersarang di benaknya.
Situasinya saat ini membuatnya kebingungan. Otaknya menjadi tumpul dan berkabut menghadapi situasi aneh ini. Karena baru bangun tidur, otaknya tidak bisa diajak berpikir dengan baik. Terbesit dalam pikirannya, apakah dia sekarang sedang bermimpi. Bermimpi menjadi orang kaya?
Dia menyeringai ketika memikirkan hal itu. Senyumnya semakin lebar lalu tertawa, tawa hambar karena sadar akan kebodohannya.
Jika ini mimpi, tidak mungkin bisa sejelas ini bukan? Bahkan dia bisa merasakan sentuhan lembut selimut di bawahnya. Meski tidak begitu jelas, dia juga bisa melihat pantulan dirinya di dinding berlapis kaca.
Bukankah dalam mimpi, kita tidak bisa melihat bayangan diri di cermin?! Lalu ini apa jika bukan mimpi? Bagaimana bisa dia terdampar di tempat inii?!
Untuk kembali memastikan situasinya. Dia menggunakan cara klise, mencubit pahanya dengan keras. War mengerutkan dahinya dengan desissan lembut keluar dari bibirnya. Dia bisa merasakan denyutan sakit bekas cubitannya.
Ini bukan mimpi?!!!
Meski tindakan pembuktian mengarah pada kebenaran, War masih tidak bisa percaya. "Heh!!" Dengus War mengejek dirinya sendiri. Baginya, situasinya saat ini hanya memiliki satu penjelasan yang masuk akal, yaitu mimpi. Mimpi gila di siang hari bolong.
War bersiap merangkak untuk turun dari ranjang. Dia perlu mengobservasi, menganalisis dan menarik kesimpulan tentang lingkungan sekitarnya. Tentang keberadaannya saat ini.
Tok. Tok. Tok.
War yang masih berkelana dalam pikirannya tersentak kaget. Dia yang sebelumnya merangkak ingin turun dari ranjang, segera dia menghentikan gerakannya dengan kaku. Tubuhnya menegang. Hanya tersisa 1 inci lagi kakinya menginjak karpet tebal berbulu.
Suara ketukan pintu memberikan ilusi padanya. Terdengar seperti ketukan palu seorang hakim yang akan memberikan hukuman mati padanya.
Suara ketukan pintu kembali terdengar, disusul dengan suara berat seorang pria. "Little Prince! Apakah Little Prince sudah bangun?" Tanya seseorang diluar setelah mengetuk pintu tiga kali.
Tanpa pikir panjang, secepat kilat War kembali ke tempat semula, melemparkan tubuhnya sendiri ke tengah ranjang. Lalu duduk bersila dengan postur tegak. Tindakannya saat ini tidak dapat dijelaskan. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan ini. Hatinya hanya mengatakan dia perlu melakukan ini jika masih ingin bertahan hidup. Itu saja!
"Little prince?" Suara di luar terdengar ragu karena tidak kunjung mendapatkan jawaban.
Sedangkan War tidak berani bersuara. Dia tidak tahu siapa orang dibalik pintu. Dia juga tidak tahu siapa yang pria itu cari. War memiliki keraguan dalam hatinya, bukan dia kan yang dimaksud pria di balik pintu itu?
Little Prince?! Panggilan norak apa itu?! Cibir War dalam hati. Little Prince. Panggilan konyol dan kekanakan! Mereka pikir ini abad berapa?! Siapa Little prince itu?! Jika itu dia, sampai mati pun dia tidak akan sudi dipanggil dengan nama norak itu! Menggelikan.
"Little Prince, saya akan masuk?!" Pria itu meminta izin dengan sopan disusul pintu kamar terbuka.
Mendengar suara handel pintu diputar, War menjadi gugup dan waspada. Dia mengepalkan tangannya erat di balik selimut. Menajamkan pandangannya untuk melihat siapa yang masuk.
Seorang pria tinggi dengan baju formal dan sepatu kulit berwarna hitam. Tampilannya sangat rapi dan sopan. Setidaknya pria didepannya ini berumur sekitar 30-an.
Dahi War berkerut dalam. Siapa pria ini? Dia belum pernah melihatnya?
War mencoba mengingat dan mencari-cari dalam memorinya tentang orang yang sedang berjalan ke arahnya. Tapi hasilnya nihil, War tidak mengenal orang ini. Dia tidak tahu siapa pria ini!
War yang masih berada dalam jurang kegelapan yang bernama ketidaktahuan hanya bisa duduk diam di tengah tempat tidur super besarnya. Dengan mata bulat jernihnya, dia mengikuti semua pergerakan pria itu. Kewaspadaannya meningkat seiring terkikisnya jarak diantara mereka.
Pria itu berdiri tepat didepan War. "Selamat pagi Little Prince!" Sapa pria itu dengan senyum hangat dan ramah. Postur sapaannya seperti pelayan kerajaan abad 20-an
"Saya akan menyiapkan keperluan anda. Little Prince bisa bersantai lebih dulu." Pria itu segera melangkah pergi setelah memberikan War ipad. Setiap gerakannya terlihat lihai dan profesional, jelas sudah terbiasa melakukannya.
Pria itu masuk ke salah satu ruangan dengan diikuti mata bulat War. Dia meletakkan ipad di tangannya begitu saja, tidak dalam mood untuk menggunakannya. Dia kembali merangkak turun dari ranjang. Hampir saja dia terjungkal karena terkejut melihat foto di depannya.
Mata bulatnya melebar sempurna dengan mulut terbuka. Dia sebelumnya tidak menyadarinya adanya sebuah foto besar tergantung indah di dinding. Lurus dengan garis tempat tidur.
War menunjuk foto di depannya dengan tangan gemetar dan wajah ngeri. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresinya saat ini. Tentu dia bisa mengenali dirinya sendiri. Mustahil dia tidak bisa mengenali dirinya sendiri. Apalagi foto sebesar itu.
Itu dia! Orang yang tersenyum lebar di foto itu adalah dia. Tersenyum bahagia dengan mengaitkan tangannya pada lengan orang di sampingnya. Kepalanya bersandar di bahu pihak lain. Hanya sekali pandang, semua orang bisa tahu jika itu adalah foto pernikahan. Dilihat dari tuxedo dan altar pernikahan sebagian backgroundnya.
Hal apalagi yang bisa lebih gila dari semua ini?! Bangun di tempat asing! Masih belum cukup, dia juga harus melihat dirinya berada dalam bingkai foto pernikahan.
Dia! War Wanarat, pria lajang sepanjang hidupnya kini sudah menikah. Lebih gilanya, orang yang berdiri tegak di sampingnya adalah seorang pria.
Ya seorang pria!!! Orang yang berjenis kelamin sama dengannya.
War duduk kembali di pinggir ranjang dengan linglung. Nyawanya seperti terbang meninggalkan tubuhnya. Otaknya seperti benang kusut. Semua yang terjadi terlalu mendadak, ekstrim dan tidak masuk akal.
Ketika War masih belum mampu mengumpulkan seluruh nyawa dan pikirannya, dia sudah disuguhi berbagai hal yang membuat kejutan besar pada otaknya.
War kembali melihat foto yang mirip foto pernikahan itu. Matanya menatap lekat-lekat foto itu. Melihat senyum lebar pria yang mirip dengannya, dia merasa silau hingga membuat matanya sakit.
Foto pernikahan ya?!
Begitu pemikiran itu kembali terlintas di benaknya, War memukul kepalanya karena berfikir aneh. Sepertinya otaknya benar-benar rusak.
"Sangat tidak mungkin! Mereka sama-sama pria. Bagaimana bisa menikah?! Bodoh! Bisa saja itu foto pernikahan kerabat atau teman bukan!" War mencoba menyangkalnya dengan tawa aneh.
"Bisa saja itu hanya orang yang mirip dengannya. Yah itu lebih masuk akal!" War mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Angannya tentang ketidakmungkinan hancur begitu dia mendengar suara disampingnya.
"Little Prince selalu tidak lupa memandang foto pernikahan anda dengan tuan muda." Pria sebelumnya muncul secara tiba-tiba disampingnya.
War menoleh begitu cepat saat mendengar kalimat menakutkan itu. Pria itu terkejut dengan reaksi War. Dia khawatir leher War bisa patah karena gerakan semberononya.
"Apa kau bilang?" Tanya War dengan suara aneh, dia ingin memastikan apa yang dia dengar salah. Dalam hati dia terus melafalkan jika orang di foto itu bukanlah dia, itu hanyalah orang yang mirip dengannya. Hanya mirip.
Angan tinggallah angan. Sekeras apapun hatinya menjerit pilu agar pria didepannya mengatakan jika pria di foto itu bukanlah dia, namun dia harus menerima kenyataan pahit. Jawaban pria aneh di depannya menghancurkan kewarasannya.
"Apa ada yang salah? Ini adalah foto pernikahan anda dan tuan muda." Suara itu tidak keras, justru sopan dan halus. Tetapi memiliki efek yang dahsyat bagi War. Telinganya berdengung hingga membuat kepalanya pusing. War pikir sebentar lagi dia akan menjadi gila. Dia akan menggila dengan situasi gila ini.
Seolah tidak cukup, pria itu kembali menegaskan pada War. "Ini adalah foto pernikahan anda dan tuan muda Yin." Penegasan yang semakin membuat War pusing bukan main.
War memejamkan matanya, menghirup nafas dalam. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia harus tenang. Tenang. Dan tenang. Lafalnya berulang kali. War menghembuskan nafas panjang, lalu kembali membuka matanya. Begitu kembali melihat pria itu, War tidak bisa lagi tenang.
"Little Prince, waktunya mandi. Kita tidak bisa berlama-lama karena satu jam lagi harus pergi ke rumah kakek Wong untuk merayakan ulang tahunnya. Tuan Yin sudah tiba di sana tadi siang." Pria itu tidak memperhatikan keanehan, dia hanya berpikir Little Prince -nyasedang membuat ulah seperti biasa.
Yin? Nama itu! War merasa tidak asing. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Tapi dia lupa dimana dan kapan mendengarnya. Dia juga baru menyadari panggilan Little Prince itu ditujukankan untuknya.
Jadi panggilan norak itu untuknya? Pria di depannya memanggilnya Little Prince?! War merasa seperti tertampar dan terjungkal.
“Little Prince harus segera mandi.” Ingat pria itu.
Renungannya terganggu begitu pria disampingnya menyuruh War untuk segera pergi ke kamar mandi.
War menurut seperti boneka begitu pria itu menuntunnya.
Melihat kamar mandi di depannya War reflek menghentikan langkahnya.
"Ada apa Little Prince?" Tanya pria itu setelah War berhenti berjalan.
"Aku. Aku sepertinya mengalami amnesia." Gumam War ragu-ragu. Ini adalah kesimpulan yang dia miliki untuk saat ini. Karena dia sama sekali tidak mengenali situasinya saat ini. Dia mulai meragukan dirinya sendiri.
"Ya?" Pria itu menatap War. Dia pikir dia salah dengar.
"Tidak. Tidak. Bukan apa-apa" Jawab War cepat. Dia menggeleng dengan kuat berkali-kali.
War tidak bisa berkata sembarangan. Dia belum tau dimana dia sekarang. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Dia juga tidak tahu orang ini jahat atau tidak. Jadi dia perlu hati-hati dan waspada pada apapun yang dia katakan dan lakukan.
"Kalau begitu mari mandi." Pria itu tidak mengambil pusing gelagat aneh War.
Acara mandi kembali terhenti, War melangkah mundur saat pria itu ingin membantunya melepaskan baju. Tentu saja dia terkejut. Seumur hidup selain ketika dia masih kecil, belum pernah ada yang ingin membantunya melepaskan bajunya dan memandikannya, terlebih lagi seorang pria. Apa dia gila?!!! Batin War.
"Apa ada yang salah?" Tanya pria itu heran dan bingung melihat tingkah War yang sangat aneh hari ini.
"Tidak. Hanya aku ingin mandi sendiri. Kamu bisa pergi." Kata War sedikit gelagapan.
"Tapi..."
"Aku bisa. Kamu boleh pergi. Aku ingin sendiri." War dengan cepat memotong perkataan pria itu dan menyakinkannya jika dia bisa sendiri. Kali ini tanpa menunggu jawaban pria itu, War mendorongnya dan menutup pintu kamar mandi dengan cepat.
War bisa melihat pria itu ingin membantah. Tetapi War sudah lebih dulu menutup pintu, pria itu hanya bisa pasrah.
Setelah lama terdiam, pria itu bersuara di balik pintu. "Jika perlu sesuatu panggil saya seperti biasa. Saya ada di depan pintu."
War menatap pintu dengan mata acuh. Jangan harap! Pikirnya.
Yakin sudah mengunci pintu, War langsung memandang sekeliling dengan panik. Dia berjalan mondar mandir. Dia tidak tau sekarang ada dimana dan apa yang sedang terjadi padanya.
Pria itu bilang dia sudah menikah. Kapan? Kenapa dia tidak ingat sama sekali. Dia mulai mempertanyakan apakah ini benar-benar dia atau bukan? Jika memang dia, kenapa dia sama sekali tidak mengenali keadaan ini.
Apakah seperti dugaannya sebelumnya?! Dia amnesia? Atau dia berhalusinasi?
War terdiam kaku dengan wajah ketakutan. Apakah ingatannya sengaja dihapus? Atau dia diculik dan di hipnotis? Sehingga dia memiliki ingatan kehidupan lain. Apa dia telah dicuci otak?!
Dugaan acak memenuhi pikirannya. War merinding membayangkan hal itu. Tidak! Tidak mungkin! Dia masih bisa mengenali kehiduapnnya sebelumnya.
War menarik rambutnya kasar. Sebenarnya ada apa dengan ingatan dan hidupnya?!!! Dia tidak tahu mana yang benar dan salah. Dia mulai meragukan ingatannya sendiri. Apakah dia mengalami pencucian otak?
Terlebih lagi dia sudah menikah. Menikah!!! Bukan dengan gadis cantik tapi dengan seorang pria yang sama-sama memiliki tongkat. Dia ingat betul jika dia masih normal. Dia masih menyukai wanita cantik berambut panjang. Dia juga masih suka menonton film dewasa dengan wanita berdada besar bukan bertongkat seperti itu.
Tapi sekarang apa?!!! Bagaimana bisa dia sudah menikah dengan seorang pria!!!
War berputar mengelilingi kamar mandi dengan berbagai macam pertanyaan yang dia gumamkan. Dia sudah lupa dengan acara mandinya.
War menghempaskan tubuhnya ke sofa besar dengan nafas panjang dan putus asa. Kepalanya berdenyut menyakitkan. War melihat sekeliling. Sekali lagi fokusnya teralihkan dengan kemewahan disekitarnya. Dia berdecak kagum melihat kemewahan di depannya. Dia tidak bisa membayangkan seberapa mahal semua ini. Bahkan dia tidak menyangka hanya sebuah kamar mandi bisa terlihat semewah ini. Ini bukan kamar mandi biasa. Jika dia disuruh tidur disini, dia tidak akan keberatan.
Sangat luas. Dua kali lebih besar dari kamar miliknya. Semuanya tertata rapi. Semuanya didominasi warna mocca. Ada bathtub, ada ruang shower dengan pembatas kaca. Wastafel besar dengan berbagai perlengkapan mandi. Ada kaca setinggi dirinya. Ditengah kamar mandi terdapat tempat santai, ada sofa yang saat ini dia duduki. Bahkan ada TV besar. Piringan untuk mendengarkan musik, dan rak anggur. Kamar mandi ini benar-benar paket lengkap.
"Little Prince?!" Panggil seseorang diluar dengan sedikit ragu karena sama sekali tidak mendengar pergerakan dari dalam kamar mandi.
War tersadar dari kebodohannya. Dia segera menyudahi mengagumi interior mewah kamar mandi dan bergegas mandi di bathtub yang sudah disiapkan, air hangat dengan aroma matsu.
War menyandarkan kepalanya di pinggiran bathtub sambil memejamkan mata. Dia perlu menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Dia harus bisa berfikir jernih untuk menilai situasi yang sedang terjadi padanya saat ini. Maka untuk saat ini biarkan dia bersantai lebih dulu. Menikmati kemewahan ini.
War memejamkan matanya, membiarkan hangatnya air menyentuh kulitnya dengan aromaterapi yang menyebar di udara. Aroma yang membuat tenang dan tubuhnya rileks.
"Yin?" War menyebut nama itu lagi dengan mata terpejam. Dia mengumumkan nama itu berkali-kali.
"Yin... Yin Anan Wong!" Tiba-tiba nama itu terlintas di pikirannya.
War membuka matanya secara tiba-tiba lalu duduk tegak, mengakibatkan gelombang air di bathtub. Membuat air meluap membasahi lantai karena pergerakannya.
Yin Anan Wong. Yin yang itu kah?
Foto pernikahan itu. Pria di foto itu. Apakah itu Yin?
Ciri fisik yang dia baca sesuai dengan foto itu. Badan tinggi dengan bahu lebar. Mata sipit dengan sudut tajam. Alis tebal seperti pedang, Memiliki kulit putih. Rambut setengah panjang belah tengah. Memiliki anting salib di salah satu telinganya.
Penggambaran itu sangat cocok. Dia tidak tahu kenapa dia tiba-tiba terpikirkan sosok Yin, karakter yang dia baca dalam novel.
Lalu apa?!
Dia berada dalam novel?!
Yang benar saja!
War memukul permukaan air karena pemikiran konyolnya.
Memang sebagai penggemar novel fiksi, dia pernah membaca novel bergenre transmigrasi, tapi itu hanyalah fiksi oke! Mustahil menjadi kenyataan. Itu sangat mustahil. Dia lebih percaya dia amnesia atau otaknya telah dicuci.
Dunia novel?!
Konyol!!!
.
.
To Be Continued
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰