
Hai kenalkan aku Firsa, aku adalah si Narator yang menampung cerita Ilham dan Andre secara terpisah tetapi ku gabung di satu cerita, mereka lelaki yang baik, pintar, mapan bagaikan Yin & Yang mereka adalah suatu keseimbangan, duo yang keren sekaligus bodoh di satu waktu yang sama di tempat yang berbeda.
Suatu cerita romansa lelaki yang sudah mapan di usia dan harta, tetapi lucunya mereka terjebak dengan cinta semu yang ada di balik apartemen dan hotel untuk menjajakan kenikmatan duniawi sementara,...
Awal Kekacauan [Part 1]
Pria itu berdiri tegak di tengah orang-orang bertepuk tangan riuh dalam balutan acara pernikahan yang sangat mewah, bagiku seorang akuntan alias juru taksir aku bisa menebak bahwasanya acara pernikahan ini sudah menghabiskan kurang lebih 300 juta rupiah, standar pernikahan orang kantoran di jakarta yang senang dengan sosialita urban kota.
Dengan ijab kabul serta ditandatanganinya surat nikah sudah sah suami istri itu hidup bersama… selamanya.
“Oi Ham, Woi…!” seorang dari jauh memanggil pria yang bengong di tengah acara, dan tampaknya dia semakin kesal menjadi.
“Ilham Heryadi Diningrat!” dan pria yang kerap disapa Ilham menengok ke seorang yang memanggilnya, dengan tampang yang masih gelagapan ia menghampiri pria dengan jas ungu mencolok yang tadi memanggilnya.
“Gila lu Ndre, lu nyebutin nama lengkap gua di tengah acara gini malu tahu!”
“Abisnya lu bengong terus dari, tadi takut kesambet tau, terus misal lanjut kesurupan di tengah acara gimana hayoo, beuh udah pecah dah!”
Aku selalu tertawa mendengar roasting joke dari Andre, dia spontan apa adanya dan bisa mengalir begitu saja.
“Ada apa sih manggil-manggil?!” tukas Ilham
“Ini kenalin temen gua, Firsa…” mungkin kalian saat ini bertanya apakah Firsa di sini adalah seorang perempuan cantik semampai, bak anggota k-pop masa kini, tentu bukan, itu namaku seorang Narator di cerita ini sekaligus pemain juga, dan aku cowok tulen yang kata orang cantik, karena tampangku melebihi wajah karakter utama di cerita ini, kata autor nya gitu, dan ya sekali lagi aku cowok.
“Eh ia Ilham”
“Firsa”
“Firsa Besari, bukan ya.”
“Itu Fiersa kak, aku Firsa Andrea Haritama”
“Well nama yang keren untuk cowok yang keren pula.”
“Makasih Kak.” Merasa janggal dengan percakapan mereka berdua Andre meluruskan persepsi Kakak sebenarnya di sini.
“Heh Mamang Firsa, umur lu berapa sekarang?” Aku menatap polos Andre, lalu menjawab santai. “28, bukannya kamu dah tau Ndre?”
“Ia gua tau itu, cuman dia yang nggak tau” Andre menunjuk Ilham di sampingnya, Ilham mengerutkan wajahnya menatapku, kemudian mengucek matanya seakan tak percaya aku berumur 28 tahun dan 2 tahun lagi menginjak umur 30.
“Gokil gua kira dia anak 20 tahunan loh!” Aha, memang semua orang yang melihatku pasti akan mengira aku umur 17 sampai 20 an sih ya mau gimana lagi ini anugerah sekaligus kutukan bagi seorang pria dewasa, berwajah bayi sepertiku.
“Yup dialah the true beauty boy of the year, Mr. Firsa” Andre tepuk tangan perlahan diikuti dengan Ilham di sampingnya yang tersenyum terhibur.
“Hahaha” jujur aku mulai canggung jika diperlakukan seperti itu.
***
Setelah acara selesai kami bertiga duduk di meja tak jauh dari tempat kami berdiri, gelas wine di depan kita menandakan bahwa kita sedang tenang saat ini, meski orang-orang masih ada yang bertahan, kami tidak menggubris hal itu. Kita tahu bahwasanya teman kita yang bernama Ilham ini sedang merasa terpukul, bukan karena habis olahraga atau penyakit kolesterol, akan tetapi saat ini dia merasa hampa karena percaya atau tidak pengantin yang saat ini atau tepatnya tadi menikah adalah satu-satunya mantan tercintanya, seseorang yang amat-amat dia kagumi, cintai, dan sayangi akan tetapi sayangnya ada beberapa hal bermasalah yang tidak bisa Ilham tindak dan selesaikan dengan cermat dan tepat sehingga sekali lagi sayang seribu sayang ia kehilangannya.
Apa perempuannya terdengar Egois, menurutku tidak karena. Simpelnya seorang perempuan akan selalu menunggu kepastian dari seorang lelaki yang ia cintai, karena tak kunjung didapatkan dari seorang Ilham maka ia memutuskan pergi, kemudian hidup sendiri secara mandiri, banyak orang yang mendekati, dapatlah seorang lelaki yang dicintai, tanpa pikir panjang karena memiliki keuangan mapan, personalia yang dewasa, dan sudah cukup umur untuk bisa saling bercinta maka tunggu apa lagi selain menikah, begitulah prinsip orang Indonesia, daripada menunda nunda hal hallal, kenapa tidak cepat dinikahkan saja, jadi seperti itu singkat ceritanya sekian dan terima kasih.
Eits tunggu
Ilham kalah atas semua itu, sikapnya acuh terhadap perempuan, berpikiran simple dan logis, jarang berpikir panjang, kekanakan, gamer akut dan uang serta tampang pas-pasan. Meski begitu aku mendengar banyak hal positif dari Andre, dia seorang peduli sesama, hormat orang tua, relawan sekali atas apapun yang terjadi di hadapannya, tapi meski dia rendah hati bukan berarti dia orang yang baik, dia sangat jahat dan keras terhadap sesuatu yang menyimpang di hadapannya… maka tidak heran ada hal yang sangat seru terjadi saat ini daaan saat ini Ilham tidak banyak bicara tidak berkutik hanya mengikuti acara seadanya, sampai kita masing-masing pulang, sampai ide gila datang dari Andre.
“Eh jajan yuk?!” Apa maksudnya kawan, dia seperti anak TK yang sedang mengajak temannya beli cilung.
“Maksud lu jajan?!” Aku bertanya.
“Jajan men biar gua traktir terkhusus untuk temanku tercinta Ilham!” horee asik nih kayaknya kita bakal makan-makan dulu.
“Gak, gua pulang dulu ya!”
“Wait!” Andre mengejar Ilham yang sudah membuka pintu mobilnya, *Brak, sekarang Andre menutup pintu mobil itu. Dan mungkin akan ada sedikit adu mulut di antara keduanya, karena Andre merasa kesal ia langsung mengutarakan maksudnya yang ini menghibur Ilham.
“Ham, gua traktir loh masa lu gak ngehargain pemberian orang.”
“Kasih gua duitnya dan gua bisa beli game baru, itu udah buat gue seneng Ndre!”
“Lu perjaka selama 24 tahun dan sekarang bentar lagi lu 25 mau gimana coba!”
“Itu urusan gua Ndre, lagian semua perjaka cowok udah pasti ilang kok pas pertama mereka coli, percayalah lebih baik gua gini, punya game, rig, nongkrong, dan kerja it’s good enough!”
“Pufh!” aku tau kondisi saat ini sedikit tegang tapi dengan jokes di tengah marah itu lucu sekali, sial aku menahannya dan aku baru tahu Ilham bisa memasukkannya dengan pas.
“Semua udah lu punya loh Ham, mobil, rumah, almost everything but your heart still lost, hatilu masih kosong melongpong, maka dari itu setidaknya cobalah pelukan dari mereka yang memang butuh pelukan!”
“Mereka kerja Ndre bukan mencari Cinta, coba deh lu bedain mana yang sedang beriktiar cari pasangan hidup sama mereka yang kerja di bawah tekanan!”
Uh kawan kalau kamu berada di posisiku saat ini mungkin sangat tepat aku bawa sofa dan popcorn di sini karena, drama mereka sangat seru bagaikan adegan di FTV, ya meski aku tidak tahu “Jajan” yang mereka maksud adalah apa.
“Ia gua tau itu tapi setidaknya ayolah coba-coba aja kalo lu merasa gugup kita temenin atau kalo nggak bareng aja sama gua kita threesome!”
“Anjing lebih parah kalau kayak gitu!” tunggu kawan threesome kayak judul katalog di film porno. Ah, daripada aku tidak mengerti dan diam saja lebih baik aku menengahi percakapan mereka.
“Eh kalian mau jajan kemana emang?” Mereka berdua menatapku tetapi, Ilham menatapku tajam, aku sedikit takut dengan sikapnya yang seakan mau menerjang.
“Kok lu tiba-tiba ngedukung si Andre sih?!”
“Loh aku gak dukung, kita mau makan-makan dulu kan atau mau ngopi dulu nongskuy gitu?!” Ku coba membela diri, tanpa alasan, Andre tersenyum melihatku.
“Ehhehe, tuh bener kata Firsa, nongkrong dulu aja santai, di Aeropolis…” Andre meraih pundakku dia berada di sampingku sekarang.
“Aeropolis…? dimana tuh?” tanyaku heran.
“Di deket soekarno hatta, yah lumayan lah deket dari sini paling setengah jam”
“Ndre please jangan bawa-bawa anak yang gak paham juga lah.”
Sepertinya tanggapanku salah dan aku sedikit geram jika terus merasa di bodohi.
“Bentar deh tanggapan gua salah tuh? Jadi maksud jajan disini apa sih?!” Ilham menghela nafas panjang menatapku sayu sekarang.
“Andre ngajak gua untuk ke tempat prostitusi, alias “jajan” open B.O.” Jelas Ilham kepadaku
“Oooohhh, nyewa jablay ini teh!”
“Iaaah booy, duh yah gimana ari kamu baru nyaut atuh!” Ilham benar-benar meledekku kala itu, sebenarnya aku tidak terlalu paham tentang dunia malam dan apa korelasi antara kita yang sudah selesai dari teman yang baru nikah dan nyewa kupu-kupu malam.
“Udahlah Ndre gua lagi gak mood, dan gua juga gak mau, malam ini gua ada petualangan yang sudah menunggu habis itu istirahat dan kembali kerja besok, dan denger misalkan kalo gua sekarang pergi, terus ketiduran sampe kesiangan lu mau nanggung ocehan bos gua?!”
Aku melihat tampang Andre yang hanya tersenyum santai melihat temannya ogah-ogahan di ajak, seakan ia bisa memprediksikan hal itu terjadi maka Andre akan mengeluarkan bujuk rayu yang terakhir dengan cara memberikan Ilham suatu cerita yang tidak ada di nalar logikanya.
“Coba lu duduk dulu deh sini!” Andre menepuk garis pembatas taman yang sekarang ia sedang jongkok duduk.
Ilham mengikuti arahan Andre, mereka duduk seperti para ngabers yang lagi nongkrong “Apalagi sih?!”
“Santai aja coba kita ngobrolnya sambil santai oke.”
“Fine, lu mau bujuk gua pake duit 1M juga gua gak bakal mau, dikasih artist cakep juga gak mau gua.”
“Sekelas Anya Geraldine gak mau lu?!”
Ilham berpikir lagi “Hm bolehlah kalo itu, cuman kan si anjing gak bakal ada dia di tempat gituan!”
“Ada anjing!”
“Anjing kalo malam ini lu sampe nemu cewek 11:12 sama kayak Anya Geraldine gua bayar lu sejuta”
“Oke dan kalo malam ini gua gak nemu cewek kayak Anya gua bayar lu sejuta.”
“Deal”
Aku baru tahu betapa akrabnya mereka sampai mereka taruhan mencari perempuan sekelas Anya Geraldine di tempat prostitusi yang mungkin akan kita kunjungi malam ini, dan mereka berdua kembali menatapku yang berada di tengah ini. Oh kawan apalagi sekarang.
“Firsa lu tau Anya kan?!” Tanya Andre.
Aku yang sedang berdiri menyilangkan tangan, mengangguk dan mengingat kembali yang mana Anya ini. “Ya tau gua, kenapa emang.”
“Lu yang jadi patokan tolak ukur kita berdua tolong jadi seorang juri seadil-adilnya oke!” Jelas Ilham.
“Hmm jadi nanti kalo misalkan si Andre nemu cewek yang agak mirip sama Anya gua nilai kalo mirip berarti dia menang dan kalo gak mirip Ilham menang?!” Mereka berdua sepakat mengangguk.
“Tunggu ini mau berapa cewek nih yang bakal gua nilai?!” kemudian mereka berdua kompak mengacungkan 3 jari bersama.
“tiga kali… ohh okhey, jadi gimana jadi sekarang ke Aeropolis?”
“Oh ia kembali lagi ke cerita tadi ya, jadi gini percaya gak di sana tuh banyak cewek yang udah bersuami tapi suaminya memperbolehkan istrinya melakukan jaringan prostitusi.”
“Mungkin ada tapi chancenya kecil pastinya.”
“Oh tidak kawan, hampir 50 % seperti itu.”
“Gua gak percaya.”
Andre masih riang gembira menceritakan hal-hal yang tadi aku sampaikan, yakni di luar nalar logika, dia terus membujuk Ilham seperti anak tk yang dibujuk untuk main ke wahana rumah hantu, terlihat menyeramkan tetapi menyenangkan intinya. “Oke oke fine, lanjut lagi ya, banyak cewek dari golongan beragama datang ke tempat seperti itu, cewek hyper, cewek agamis, cewek unik lainnya yang mungkin lu idamkan, kan lu nyari cewek yang hyper juga kan, biar bisa maen tiap hari, tiap jam!”
“Hmm masa ia sih?!” Oh dari gelagatnya sangat terlihat Ilham mulai antusias terhadap ajakan Andre, aku baru tau ternyata ada juga orang-orang yang seperti itu di sana, entah itu bualan atau betulan.
“Percayalah bro, anak di bawah umur, janda 2 anak, gadis SMA, sampai cewek perawan tuh semua ada di sana tinggal lu mau atau nggak!”
“Heh misalkan bayaran gua 3 juta lu mau bayarin nih?!”
“Ia it’s fine cuman lu harus fair loh jangan sampai lu embat sisanya bangke!” kerut Andre.
Ilham tertawa dan mulai tersenyum kembali atas bujuk rayu Andre yang menurutku absurd “Hahaha tau aja lu, gak kok kita udah sama-sama dewasa juga sekarang dan okelah berangkat kita.”
“Soo? Gimana nih let’s go?”
“Tarik jabrix”
Kita pakai mobil RX-8 milik Ilham, mobil sport yang terlihat mahal ini sebenarnya murah, meski murah tetap saja sparepart dan perawatannya mahal oh ia dan yang paling penting karena ini mobil sport maka konsumsi bahan bakar sangat boros terasa di mobil ini, akan tetapi kenaikan gengsi serta kepedean kita meningkat sebesar 250%
Perjalanan dari Tangsel ke Tangerang kota di malam hari tidak terasa karena jalanan tidak seburuk jakarta dan hari ini hari minggu malam, jadi orang-orang jarang ada yang keluar malam, mereka yang sudah berkeluarga akan lebih memilih untuk diam di rumah bersama keluarga menghabiskan malam yang nantinya akan kembali bekerja office hour 9-5 seperti khalayak orang indonesia pada umumnya yang terkhusus tinggal di Jakarta. Dan aku salah satu dari mereka, berbeda dengan Andre dan Ilham, mereka memiliki bisnis di bidangnya masing-masing, Ilham adalah seorang Designer Logo, Game, Grafis animasi ya semua yang bersangkutan di bidang industri kreatif Ilham paham sekali dengan dunia itu.
Berbeda dengan rivalnya Andre yang memiliki bidang usaha di Perikanan tambak di pangandaran, dan kepulauan seribu, pemilik saham kelapa sawit di riau dan tentunya bisnis real estate di Bandung lengkap sudah seorang miliarder kaya ini, dan aku adalah seorang akuntan dari perusahaannya dan mungkin sudah bisa dibilang tangan kanan baginya, meski begitu sebenarnya kita semua sama-sama memiliki penghasilan besar yang nilainya pun hampir ratusan juta, aku tidak akan membesarkan taksiran suatu uang sampai bermiliar-miliar karena sejatinya orang yang memiliki uang hingga bermiliaran adalah aset kekayaan seluruhnya dari mulai, properti, transportasi, sandang, dan pangan yang sudah di beli, sedangkan yang ada di saku ya ratusan juta saja, itupun masih dikeluarkan untuk pembayaran sana sini, gaji pegawai, internet, air, listrik, pajak, dan mungkin harusnya ada keluarga juga yang diberi akan tetapi ya kalian bisa menebaknya.
Kami semua masih jomblo. Kalo orang bilang kita masih single berprinsip, entahlah kenapa. Mungkin suatu saat kita akan membahas soal itu. Jika ada waktu dan jika memang sudah waktunya, karena perjalanan kami sudah sampai di tujuannya.
Aeropolis Apartemen Tangerang, Minggu 4/11/2018, 20.00 WIB
Kita keluar dari mobil masih menggunakan pakaian necis dari kondangan, tanpa diduga kami menjadi sorot perhatian beberapa orang yang nongkrong di sekitaran apartemen, jujur aku tidak bermuka tebal seperti kedua orang temanku ini, kita bisa bandingkan dengan mereka, outfitku mengenakan batik tulis original seharga dua setengah juta, celana formal tiga ratus ribuan dan sepatu bata berbeda dengan Andre mengenakan fullset dress ungunya yang aku yakin dia sangat merasa gerah saat ini sampai-sampai ia membuka jasnya dan hanya mengenakan rompinya saja sayang uang 15 juta dipakai untuk membuat dress itu tidak cocok di hawa Jakarta yang panas lalu Ilham mengenakan jas tuxedo fit berwarna hitam jet ala mafia dan loafers dari gucci seharga 10 juta uh, aku yakin jika kalian melihat kita mungkin seperti orang eropa yang memiliki jadwal padat dengan penghasilan keuangan bermiliaran atau sampai triliunan, tentu tidak, sekaya-kayanya kau di Jakarta tetap lebih kaya pak haji dan bu haji yang ada di daerah sana kita yang hidup di kota metropolitan cuman tampangnya aja sok kaya aslinya bokek sampai selain itu pasti ada satu masalah yang sama seperti kami, punya tampang, punya uang tetapi tak punya cinta dan asmara.
Kita duduk di Circle K, aku membeli soft drink kedalam, kemudian keluar duduk membagikan minuman, Ilham baru baru saja mengeluarkan rokok dan menyalakannya, entah kenapa Andre mengulik ngulik gadis yang sedikit jauh di sana ia duduk sendiri tanpa ada lelaki atau gadis lainnya, berani sekali tanpa pikir panjang Andre berdiri dari kursinya, ia pergi menghampiri gadis tersebut bahkan ia sama sekali belum menyentuh softdrinknya kala itu
“Si Andre mau kemana tuh?” tanyaku
Ilham sebari menghisap rokoknya, hanya menggerakkan bahunya tanda tak tahu, aku melihat mereka berbincang sebentar Dan tanpa diduga Andre membawa perempuan yang tidak kita kenal, ke arah kami berdua, aku melihat gadis itu dari bawah sampai atas, oh kawan mungkin dia adik Anya yang kebetulan sedang nongkrong disini, tetapi jelas itu tidak mungkin karena Anya Geraldine tidak punya adik perempuan.
Perempuan ini memiliki shape wajah yang mirip Anya, yaitu oval, hidung lebih mancung tetapi matanya lebih sipit karena sepertinya dia seorang chindo tidak seperti Nur Amalina Hayati alias Anya yang keturunan pribumi. tapi cukup mirip selain daripada tingginya yang sama jenjang, paras wajahnya juga cantik bahkan mirip, cukup mirip ah kawan susah sekali aku menjelaskannya.
“Sa gimana menurut lu mirip gak?!” Aku tidak menanggapi dengan jawaban aku tersenyum tertawa menutup muka dengan tanganku dan mengacungkan jempol perlahan.
“Lah kok bisa sih?!” Ilham kaget angkat bicara, Aku masih tetap memperhatikannya dari bawah sampai atas, masih tidak percaya, Andre memang pintar berbicara dan aku baru tau dia juga pintar memikat lawan jenis.
“Maaf temanku tiba-tiba ngajak kamu, kalau kamu santai dan mau silahkan duduk.” Ilham mempersilahkan duduk gadis tersebut, tunggu bingung sekali aku apakah dia memang masih gadis atau sudah di gerayangi lelaki hidung belang di tempat ini.
“Terima Kasih.” Aku ganti saja menjadi seorang wanita, dan wanita itu duduk di lingkaran meja kita, di barengi Andre yang duduk disampingku.
“Perkenalkan ini temen gue.” Aku menyodorkan tanganku.
“Firsa.” Dilanjut dengan Ilham mengikutiku. “Lina”
“Ilham.” Dengan santai Lina membuka pembicaraan yang tidak kita sangka.
“Jadi ada acara apa nih malem-malem pakaiannya necis gini?”
“Tadi habis kondangan temen. Ya kita main lah kesini.” Sambut Ilham.
“Oh, terus selain itu di sini ngapain? Gak dicariin sama istri?” Untuk seorang perempuan yang terlihat belia dia sangat frontal dalam ucapannya. Aku melirik Andre yang tiba-tiba mengeluarkan tatapan santainya tetapi serius dalam menanggapi hal ini, aku tahu jika dia mulai menatap seseorang dengan serius itu tandanya dia siap berperang, entah itu berdebat, bernegosiasi, merayu ataupun hal-hal yang membutuhkan kecerdasan verbal linguistik dia siap mengeluarkannya.
“Kita disini sedang mengajak nona manis ini untuk duduk dan bercakap santai sebenarnya, tetapi kenapa obrolannya kesana ya?” Andre menatap santai Lina
“Untuk saling menjaga.” Lina memalingkan arah dan menatap Andre secara langsung.
“Menjaga atau mencurigai kita cari simpenan di sini?!” Oke mulai sedikit menyerang. Lina tidak tinggal diam dia mengernyitkan senyuman ke arah Andre.
“Itu juga salah satunya, tidak jarang orang yang berpenampilan seperti kalian datang ke tempat seperti ini mencari gara-gara dan membuat drama baru di antara kita.” Tegas Lina, Ilham tidak tinggal diam dia pun angkat bicara.
“Apa kita terlihat seperti pemuda yang akan membuat onar atau keributan?!” Dan sekarang bagian Ilham yang di tatap langsung oleh Lina
“Sepertinya sekarang pembuat onar tidak harus berbaju hitam, compang-camping atau berbaju loreng oren, kadang dengan berbaju seperti kalian bisa jadi lebih parah dan lebih buruk.” Aku tidak tahu harus berkata apa di situasi seperti ini terasa santai tapi intens.
“Ok, memang banyak orang seperti kita yang biasa membuat onar tetapi sayangnya kita tidak seperti itu Nona” jawab Andre sambil menyeruput kopi kalengnya.
“Oh ya, mari kita tunggu sampai anak istri kalian menelpon mungkin.” Oke mungkin menurutku itu sedikit keterlaluan, Andre menatapku, Ilham menatapku aku bingung dan kaget
“Apa?!” aku bertanya, Ilham menjawab, “keluarkan KTP-mu dalam hitungan 5,4,3,2,1” mereka berdua kompak mengeluarkan KTPnya berbarengan seperti menghentakan kartu As, aku ketinggalan dan ikut saja menghentakan KTP kita masing-masing, data nama, alamat, agama, dan pekerjaan, kita semua berbeda tetapi hanya ada satu yang sama yakni status perkawinan yang tertera sama yakni BELUM KAWIN.
Aku melihat Andre dan Ilham menatap Lina secara bersama, Lina yang sedari tadi berada di tengah merasa janggal dengan tatapan mereka berdua. Aku yang membuka dompet mengeluarkan KTP juga dan ikut menyerang, dengan bangganya aku berbicara
“Well bisa di lihat kita bertiga perjaka tingting!” dan sekarang Andre, Lina, dan Ilham balik menatapku.
“Apalagi? ada yang salah? Kenapa? Apa?!” Lina menanggapi dengan nada rasa kecewa “Seranganya kurang” dan Andre-pun menanggapi “Emang sih di setiap 3 orang sekawan pasti aja ada anak yang satu kaya, satu pinter, satu bego, nah ini yang bego di depan kita sekarang.”
“Hahaha” mereka tertawa, aku tidak.
Apa aku harus menggunakan nada puitis atau dibuat lebih tajam lagi ya, harusnya, ah sial hal itu membuatku overthinking, dengan kami menyulut kembali rokok kami artinya obrolan akan kembali santai.
Andre kembali membuka obrolan tentang maksud dan tujuan kami datang ke tempat seperti ini, rasanya memang terlalu formal jika dandanan kami seperti ini, dan tentunya perempuan yang bernama Lina ini bukan seorang pramugari ataupun pegawai negeri, dia melakukan operasi prostitusi di tempat ini, jika operasi prostitusi terdengar elite maka ubah saja simpelnya dengan Open BO.
Meski kita berada di luar ruangan, kita duduk melingkar ngobrol soal basa basi kerjaan dan sampai di titik Andre menanyakan hal yang sedikit private.
“Jadi untuk cewek sekelas lo, lo sendiri masang tarif berapa Na?!”
“Hmm, serebu…” Andre melirik Ilham.
“Ambil aja, gua udah merasa kalah, dan mungkin lu beruntung juga sih kita baru nongol dia nongol so it’s your luck.” Dengan hati terasa bingung Lina bertanya kepada kita. “Gua jadi bahan taruhan ya?!”
Dengan santai Andre menjawab “Ya, kita sedang mencari cewek cantik sekelas Anya Geraldine dan salah satu kandidat terbaiknya ada di kamu.” Terkejut dengan fakta yang di balut dengan sanjungan kelas kakap ala Andre Lina bingung harus berkata apalagi
“Oke gua gak suka di jadikan bahan taruhan tapi lu sendiri bilang gua mirip Anya, well makasih, setidaknya nama gua sama kayak Amalina Hayati, jadi gimana check-in kita?!” Tanpa disangka jawaban dari Andre mengejutkan kami semua. “Gak makasih, gua lagi gak mood malem ini.” Ku perhatikan sekarang Lina cemberut semakin kesal dengan tingkah Andre yang seenaknya.
“Lo gimana sih, tadi nanya harga udah ngobrol lama tapi gak ada proses.” Tetapi sayang Andre bukan tipikal orang yang mudah meredam emosi “Lah emang kita kalau ngobrol sama lu harus bayar apa?! Sombong banget lu jadi manusia, kalo lo udah ngerasa males ya udah cabut aja dari tadi!”
Dengan nada sentakan tadi lantas Lina berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan kami bertiga, aku terlalu iba dengan kondisi ini aku berdiri mengejarnya dan mencoba menenangkan wanita cantik ini.
“Lin, tarif lu kemahalan dan sorry banget soal temen gua Andre, dia emang to the point orangnya. Tapi aslinya baik kok.” Lina tidak menatapku sama sekali, dia terus berjalan tergesa gesa sampai dia berpaling ke arahku dan menatapku bengis.
“Nih ini kamarku kalau lu sama temen lu punya Itikad baik dateng aja soal masalah harga bisa dinegosiasikan.
Ia memberikan kartu nama sekaligus kamar dia di tower AR, aku tidak punya uang 1 juta untuk hanya sekedar bermain dengan perempuan, sayang sekali rasanya, di sisi lain aku jadi bingung siapa yang salah dan siapa yang minta maaf, aku kembali berjalan ke arah 2 temanku yang masih santai ngerokok dan main hp.
“Gimana Ham lu nemu yang mantep?” Tanya Andre ke Ilham seakan tidak ada kejadian apapun. Aku kembali duduk di antara mereka dan bertanya.
“Eh Ndre lu kenapa tolak sih itu cewek lumayan loh!?”
“Dia cewek pinter manipulasi perasaan demi uang, gua gak mau berkelanjutan takutnya dia nyaman atau gua yang nyaman tapi ujung-ujungnya gua kejebak kan nanti ribet dan imbasnya bisa ke lu dan karyawan yang lain!” Emang gokil sih jawabannya cuman apa ia terlalu ekstrim seperti itu dia menolak. aku masih terus bersikeras menentang sekaligus mengingatkan.
“Lu terlalu kasar, kalau caranya kayak tadi.”
Ilham menatapku dan ikut menjawab pertanyaanku yang kenapa 2 orang ini terlalu lempeng soal perasaan “Za, santai aja kali, kalau caranya terlalu lembut atau secara perlahan dia gak bakal pergi.” Kemudian Andre menambahkan jawabannya lagi.
“Dan satu lagi mungkin lu gak nyadar apa pas kita tadi ketemu respon dia curiga, memanipulasi fakta, dan keadaan, gua yakin dia anak kuliah yang butuh duit tambahan atau buka akun onlyfans gak pernah bersyukur sama kehidupan dan ingin hidup serba instan, coba deh lu deket sama dia 1 tahun dan lu hilang gua yakin 5 tahun yang akan datang dia akan kembali ke lu dengan kondisi dia sudah hancur!.” Aku terdiam mendengar analisa Andre yang begitu detail, aku tidak mengerti kenapa dia bisa langsung berasumsi seperti itu terhadap perempuan yang padahal baru kita kenal selama 10 menit.
“Jika kamu masih penasaran Za coba aja ambil sama lu!” Saran Ilham kepadaku, aku terduduk diam terlebih dahulu dan menjentikkan korek mencoba menyalakan rokok satu batang
“Tenang aja gua bayarin”
“Oke” Aku cancel rokok ini dan kembali bangkit mengeluarkan kartu nama tadi dan melihat dimana kamarnya.
“Oh ia coba lu deket deh sama dia selama 3 atau 4 bulan deh dan kita coba main prediksi seperti apa yang Andre bilang.”
“Fine, sekalian nanti gua tanyain apa bener dia mahasiswa yang nyimpen sugar daddy.” Aku langsung beranjak dan meninggalkan mereka berdua yang masih sibuk dengan HP mereka masing-masing, sebelum itu.
“Sa bisa minta tolong ambilin kotak es di bagasi belakang!” Ilham memintaku untuk mengambil box es.
“Ehm? Oke kunci” Ia melemparkan kuncinya ke arahku, saat ku buka bagasi belakang mobilnya terdapat box es sedang.
“Ini gua bawa kesitu?!”
“Ya!” Teriak Ilham.
Saat aku simpan di meja, serentak mereka berhenti mengutak ngatik hp. Andre menghampiriku yang berada di depan icebox tersebut.
“Lu bawa apa aja men sekarang?!” tanya Andre “Lu check aja sendiri.” Sebari ku berusaha membuka ice box ini “Emang apa sih isinya” dan saat Andre membuka icebox itu terjawab sudah isinya apa.
“Kalau lu mau ambil aja terserah mau yang mana.” dia menunjuk ke arahku. yang masih memperhatikan apa saja isinya.
Ada berbagai macam botol dan jenis minuman di dalamnya, tennessee whiskey jack daniels, vibe lychee, mansion house jamaica rum, smirnoff vodka, sababay wine, dan jacktrue triple sec
“Jangan sentuh jacktrue aja ok!” sahut Ilham. Andre yang mendengar sahutan itu hanya menggelengkan kepalanya
“Lu emang aneh, punya aer branded tapi milih yang murahan, kenapa nggak vibe lychee yang lu keep.”
“Murahan bukan berarti gak enak, it’s local pride and the best triple sec menurut gua, setelah gua keliling eropa sekalipun aer paling jos cuman ada di jack true orange titik udahlah pilih aja, oh Sa coba lu bawa Mansion house atau apa kek yang bisa lu sakuin buat di share sama si Lina.”
Aku menyanggah Mansion house terlalu besar jika ku ambil “Yang bisa di kantongin cuman jack tru doang mamang!”
“Lu bawa jack tru baku hantam kita, kagak jangan dibawa!” Aku tidak menyangka dia bakal se-serius itu kalau urusan minum, okelah aku bawa mansion house dan langsung beranjak pergi.
Sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku harus mengajak perempuan bernama Lina untuk minum bersama tetapi kenapa tidak? karena ternyata akupun dijadikan ajang taruhan lagi atas bejatnya moral perempuan yang ingin hidupnya serba instan. Selain daripada itu aku mendapatkan ilmu dari seorang Andre adalah cara terbaik untuk menguak fakta seseorang adalah dengan alkohol, beri perempuan itu minum, bikin kehangatan dan mencoba melindungi atau peduli, lalu si perempuan akan senang untuk sharing berbagai masalah di hidupnya yang sebenarnya itu-itu saja, well, mari kita lihat nanti soalnya praktek seperti ini belum pernah aku lakukan kepada perempuan manapun, karena aku terlalu sibuk dengan kerjaan dan musik.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰