
BANYAK YANG NUNGGU NGGAK SIH CERITA INI?
LIKE NYA MASIH SEDIKIT..😄
KALAU MAU LANJUT KASIH ❤ YA,
SELAMAT MEMBACA
LUV💜OCTOIMME
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kamu baik-baik saja?"
"Nggak pernah sebaik ini sayang..."
Jiwa membenamkan wajahnya di pelukan wanita yang sangat dicintainya itu. Dan memeluk tubuh itu lebih erat, seolah ia tak mau berpisah sedikit saja dengannya.
"Aku minta maaf, Ji..". Suara itu membuat hati Jiwa pilu, segera ia mengangkat wajahnya.
"No, jangan minta maaf, kamu nggak salah sayang..."
Jiwa menangkup kedua pipi wanita cantik itu. Menatap kedua mata itu dengan tatapan penuh cinta.
"Tapi aku...". Matanya terlihat berkaca-kaca
"Baby, sayang...". Jiwa mengecup kedua mata indah itu dengan lembut.
"Kamu nggak salah, nggak ada yang salah. Kita saling mencintai kan?"
Anggukan kepala mungil itu membuat Jiwa tersenyum.
"Mengapa kita harus menahan rasa ini?. Kita saling mencintai dan itu sudah cukup. Kamu Cahaya hidupku dan aku nggak bisa hidup tanpa kamu..".
Cahaya meneteskan air matanya, kalimat Jiwa meskipun sering di ulang, tetap saja membuatnya melayang.
Jiwa menghapus air matanya, dengan ibu jarinya. Mereka saling tatap dengan penuh cinta.
Merasa bahagia akhirnya mereka bisa saling menemukan,
Dan Jiwa memberikan kepastian padanya.
Itu sangat cukup menjadi bukti baginya untuk percaya jika ungkapan cinta Jiwa bukan bualan semata
Jiwa menyetujui syarat yang ia minta.
Ia meminta Jiwa harus memilih.
Dan Jiwa memilih dirinya.
Cahaya tersenyum diantara tangis haru nya.
Ia pun menyentuh wajah Jiwa, mengusap nya dengan lembut.
"Dan kamu Jiwa ku, bagaimana aku hidup tanpa kamu..?"
Jiwa tersenyum lebar, ia pun langsung merengkuh Cahaya dalam pelukannya.
Jiwa lega karena Cahaya tak lagi tertekan oleh rasa bersalah pada Mita.
Karena memang seharusnya tidak, kalau pun ada yang salah, dirinyalah yang sepenuh nya bersalah.
Dan ia mampu menanggung itu, demi cinta yang ia rasa.
Bahkan bersama Paramita ia tidak merasakan cinta seperti ini, yang meledak-ledak bagai kembang api, yang menggelora bagai ombak menggulung pantai. Yang membuatnya terasa lebih hidup.
Karena itu hatinya tak lagi punya ruang untuk yang lain. Hanya Cahaya yang memenuhi hidupnya.
Dan ia sangat beruntung ketika Cahaya pun menyambutnya.
Dan ia selalu berusaha untuk tidak menyebut nama Paramita di depan Cahaya. Ia sangat menjaga perasaan Cahaya yang sangat lembut. Jiwa tak mau membuat Cahaya sedih dan terluka.
Ia akan menjaga hati Cahaya, hati yang membuat nya jatuh cinta lagi.
"Aku mencintaimu Cahaya...". Ucap Jiwa sambil membelai lembut wajah cantik Cahaya.
"Aku juga mencintaimu, Jiwa...".
Mereka saling tatap dengan penuh rasa. Wajah mereka saling mendekat seolah ingin memastikan rasa yang mengisi setiap sel darah mereka.
Lalu keduanya saling memadukan cinta mereka dalam ciuman lembut dan indah.
Manis bibir Cahaya membuat Jiwa tergila-gila. Hangat ciuman Jiwa membuat Cahaya tak mampu menahan rasa cintanya.
Mereka menari dalam tarian rindu dan resah. Melarut dalam buai asmara.
Lalu Jiwa terpaksa melerai cumbu yang melenakan mereka.
Di usapnya bibir Cahaya yang kini basah akibat asmara yang mereka rasa.
"Cahaya...."
Jiwa sangat suka menyebut nama kekasihnya itu. Ia rela melakukan apa pun demi memiliki Cahaya dalam hidupnya.
"Ya, Jiwa..."
Bahkan ia juga sangat menyukai saat Cahaya memangil namanya.
Jiwa tak bisa menahan lagi.
Lalu Jiwa segera berlutut,
Cahaya terkejut, jantung nya berdebar saat menduga-duga apa yang akan Jiwa lakukan.
Jangan bilang...
Jiwa mengambil sesuatu dari saku celananya.
Dan ketika Cahaya melihat apa yang di pegang Jiwa, Cahaya menutup mulutnya.
Sebuah cincin..
Jiwa meraih tangan Cahaya,
"Cahaya....mau kah kamu menikah dengan ku? Menjadi bagian hidupku? "
Air mata jatuh di pipi Cahaya, bukan air mata duka.
Ia menangis karena bahagia...
Bahkan Jiwa pun meneteskan air mata.
Cahaya mengangguk.
"Ya, aku mau...". Bisiknya dengan suara lirih, teredam buncah bahagia yang terpanca jelas di wajahnya.
"Aku mau Jiwa.." Imbuhnya untuk meyakinkan Sang Jiwa yang telah mengambil alih seluruh hidupnya.
Dengan tangan gemetar Jiwa memasukkan cincin ke jari manis Cahaya.
Mengecup nya,
Dan mereka saling berpelukan.
"Terima kasih..Cahaya..terima kasih...". Tidak ada kata yang tepat untuk mewakili rasa ini.
Jiwa merasa bahagia. Cahaya mau menerima dirinya apa ada nya.
Betapa luar biasanya wanita ini dimatanya.
Bahkan ia belum resmi bercerai. Mungkin akan banyak drama panjang perceraian yang harus ia hadapi.
Tapi Cahaya mau menerimanya.
Bagi Jiwa, Cahaya sangat luar biasa. Ia jatuh cinta pada seorang dewi.
Mereka melerai pelukan bahagia itu.
Air mata bahagia membasahi wajah mereka.
"Kamu mau berjuang bersamaku kan Cahaya?"
Cahaya mengangguk.
"Kamu tahu kan jika ini tak mudah? perceraian ku mungkin akan berlarut-larut, media, gosip...". Hati Jiwa pedih saat menyadari jika ia harus membawa wanita yang dicintainya ini melewati jalan berat dan berliku.
Cahaya mengangguk tanpa ragu.
Jiwa semakin jatuh cinta..
"Kamu mau tetap berada di sisiku?". Bisik nya dengan suara serak menahan haru.
Cahaya kembali mengangguk.
"Aku akan tetap berada disisi kamu, Ji. Aku hanya mau kamu mencintaiku, itu sudah cukup"
Jiwa tersenyum bahagia, ia sangat bahagia...
Ia merasa terbang tinggi ke langit ke tujuh, betapa ia beruntung jatuh cinta dengan wanita yang memiliki hati seluas samudera, yang mengerti akan kondisi yang harus mereka hadapi.
"Aku mencintai kamu, Cahaya. Apakah kamu masih meragukan cinta ku?"
Cahaya menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak meragukannya"
"Terima kasih, Cahaya..". Jiwa meraih Cahaya kedalam dekapannya.
Hidupnya terasa sempurna.
Jiwa melamar Cahaya di hari yang sama setelah dia menemui Paramita untuk yang terakhir kali. Ia tidak mau membuang waktu lagi. Ia sudah memilih dan memastikan jika yang dipilihnya ini adalah yang terbaik bagi mereka semua. Paramita akan mencari bahagianya , dan bukan salahnya jika ia yang terlebih dahulu menemukan bahagianya.
Cahaya tidak ingin berbagi, dan ia mengerti . Jika melepas Paramita Membuat mereka bisa bersatu, maka ia akan lakukan meski ia sadar itu melukai Mita, tapi ini lebih baik dari pada ia terus mempertahankan Mita, itu akan lebih menyakitkan. Apalagi tidak ada lagi cinta yang tersisa bagi calon mantan istrinya itu. Entah bagaimana semua hilang begitu saja.
Jiwa melerai pekukannya, mereka saling menatap. Dan ketika melihat pendar penuh bahagia itu, Jiwa semakin yakin dengan keputusannya.
Mereka saling menyatukan jemari mereka, dan tersenyum melihat cincin yang tersemat disana.
Cahaya dan Jiwa mengunggah foto tangan mereka yang saling menggenggam dengan cincin yang melingkar dicari manis.
Dengan caption sederhana
Cahaya-Jiwa menyatu.
.
.
.
***
Bagaimana Duo artis ini?
Cahaya-Jiwa menyatu??
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
