2. SEKAR : Pertemuan Tak Terduga

1
0
Deskripsi

Sekar Ayu Prameswari adalah nama yang melambangkan kecantikan, keanggun dan kekuatan. Namun, tak seperti nama itu, Sekar justru hidup seolah terikat dengan waktu. Setiap detik baginya terasa sangat lama dan melelahkan. Mimpi buruk tak berujung itu seakan memaksanya untuk mengakhiri hidup.

Namun, berkali-kali mencoba, Tuhan seolah tak mengizinkan dirinya pergi. Sampai akhirnya dia dipertemukan dengan Bimasena Akbar Prastya, psikolog yang menolongnya saat dia masuk ke rumah sakit. Berbekal rasa penasaran...

"Dok, wanita itu kembali melakukan percobaan bunuh diri," ujar seorang suster wanita dengan nada panik. Kehadirannya yang tiba-tiba memaksa dua orang di dalam ruangan untuk menghentikan obrolan serius mereka.

"Ah sial!" umpat dokter Indra seolah dia tahu siapa wanita yang dimaksud suster tadi.

Bima yang menyaksikan itu hanya diam dan mengamati setiap gerakan Dokter Indra yang tampak sigap memakai jas dan menyambar stetoskopnya. "Kita lanjutin pembicaraan ini nanti ya, Bim, saya harus mengurus pasien dulu," sambung dokter berwajah manis itu dengan tergesa, lalu mengikuti suster tadi.

“Saya ikut, Dok, penasaran juga sama pasien ini, dia yang kemarin Dokter rekomendasikan untuk konsultasi sama saya, kan, tapi nggak datang?”

Dokter Indra hanya menjawab pertanyaan Bima dengan anggukan, lalu kedua laki-laki itu pun keluar dari ruangan.

Kepanikan begitu terasa kala dokter Indra sudah berada di dalam ruang IGD. Beberapa suster tengah sibuk membantu dokter Maya memberi pertolongan pada Sekar, ada pula dua dokter koas yang tengah membantu dan mencatat beberapa hal penting untuk bahan belajar mereka. "Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Dokter Indra pada Dokter Maya yang bertugas di penanganan darurat.

"Syukurlah masih belum terlambat, Dok, beruntung ada yang cepat membawanya ke sini," jawab Dokter Maya tanpa menghentikan aktivitasnya menangani Sekar.

Dokter Indra mengembuskan napas lega, dia mengamati tubuh Sekar yang kini tergolek tak berdaya di tempat tidur, wajahnya pucat pasi. Pergelangan tangan kirinya yang memiliki tatto bergambar kupu-kupu dengan simbol semicolon tampak sudah diperban. Ada beberapa bekas luka self injuri di beberapa bagian yang lain. Menandakan bahwa wanita itu sudah berkali-kali melukai diri sendiri.

"Ck ... wanita ini benar-benar membuat saya nggak bisa berkata-kata." Dokter Indra bergumam frustrasi. Dia mengusap wajah gusar karena pasien yang sudah ditanganinya cukup lama ini, melakukan percobaan bunuh diri untuk ke sekian kali. Terkadang dirinya selalu merasa gagal kala lagi-lagi harus melihat Sekar seperti ini. Sudah lebih dari dua tahun dan wanita bertatto itu seolah menolak untuk disembuhkan.

“Apa nggak ada orang terdekatnya yang bisa membuat dia merasa lebih baik? Tentunya selain pasangan suami istri di luar itu. Saya juga penasaran apa yang sebenarnya wanita ini alami sampai ingin mengakhiri hidup berkali-kali.”

Dokter Maya mengakhiri kegiatannya menangani Sekar. Dia mengalihkan perhatian pada Dokter Indra sambil mengarahkan tatapan serius. “Dokter tahu, kan, maksud saya, ini sudah terlalu sering terjadi. Yang terakhir kali baru sekitar tiga bulan yang lalu ketika dia ditemukan nyaris mati tenggelam di bathtub.”

"Entah lah." Hanya kalimat itu yang diucapkan oleh Dokter Indra sebelum akhirnya ranjang Sekar didorong keluar dari IGD.

"Bagaimana kondisi Sekar, Dok?" tanya Arini dan Irwan, begitu dokter Indra keluar. Pasangan suami istri itu lah yang selalu hadir untuk mendampingi Sekar kala dia dibawa ke rumah sakit. Otomatis mereka sudah lumayan kenal baik dengan dokter spesialis psikiater di depannya.

“Syukurlah kondisinya baik-baik saja. Kalian bisa ikut saya sebentar untuk bicara mengenai kondisi Sekar?”

Permintaan Dokter Indra hanya dijawab anggukan oleh pasangan suami istri itu. Keduanya pun mengikuti di belakang.

“Bim, kamu mau nunggu saya atau-”

"Saya akan menunggu Anda selesai saja, Dok," Bima memotong kalimat dokter Indra, dia terkesan tak sabaran ingin bertanya banyak hal. Bima pun melirik pasangan suami istri di samping Dokter Indra dan melemparkan senyum sopan pada keduanya. Sedang dokter yang diajak Bicara hanya mengangguk paham dengan jawaban Bima.

"Kalau gitu saya bicara dengan mereka sebentar," ujar dokter Indra sambil menepuk bahu Bima lalu berlalu pergi.

Bima menatap kepergian mereka dengan perasaan tak menentu. Terlebih ketika tadi dia melihat seorang wanita dengan rambut coklat karamel yang didorong keluar dari ruang IGD. Bima sempat tertegun sejenak melihat keadaan Sekar sekarang. Dia sempat bertanya-tanya dalam hati kalau mungkin dia salah orang. Sebab Sekar yang dikenalnya dulu adalah gadis yang anggun dan tak banyak bicara. Bahkan mengenakan hijab dan berpakaian tertutup. Sedang Sekar yang tadi dilihatnya berpenampilan seperti wanita nakal dengan banyak tatto di tubuhnya. Ingatannya kembali membawa Bima mundur ke belakang ... ketika dia dan wanita itu pertama kali bertemu lima belas tahun yang lalu.

"Benarkah dia Sekar yang aku kenal?" gumam Bima tanpa melepas pandangannya pada tiga orang di depan sana.

***

“Jadi apa yang ingin kamu tahu tentang pasien saya tadi?”

"Ah ... sudah selesai, Dok." Bima terkesiap kaget kala suara dokter Indra membuyarkan lamunannya. Laki-laki yang lebih tua tiga tahun dari Bima itu menyunggingkan senyum kala melihat reaksi juniornya saat kuliah itu.

"Masuk dan kita bicara di dalam." Dokter Indra mempersilakan.

“Namanya Sekar, seperti yang sudah saya ceritakan di awal, keadaannya tak memiliki perkembangan berarti. Dari tahun ke tahun dia seperti tak memiliki keinginan untuk sembuh. Dia selalu menolak mentah-mentah saran saya untuk coba melakukan terapi ke psikolog. Dia terus bilang hanya butuh obat saja untuk menenangkan diri. Saya ingin kamu coba membujuk dia agar mau menjalani terapi di klinikmu. Aku dengar di klinik mu juga menyediakan layanan untuk tasawuf psikolog. Saya pikir dia butuh dikuatkan dengan pendekatan ke-Tuhanan juga agar nggak kehilangan arah.”

Bima diam sejenak lalu mengangguk paham, dia menimang-nimang ucapan dokter Indra dan apa yang sebenarnya terjadi pada Sekar. "Apa namanya Sekar Ayu Prameswari?" Alih-alih menanyakan hal terkait penyakit Sekar, Bima justru menanyakan itu. Dia ingin memastikan bahwa wanita yang tadi dilihat nya memang Sekar yang dulu dia kenal.

"Ya namanya benar itu ... tapi bagaimana kamu tahu? Apa kalian saling kenal?" Dokter Indra menyelidik.

“Ya ... nggak terlalu. Tapi kami pernah satu sekolah.”

“Bagus kalau begitu ... kamu mungkin bisa membantunya menggali semua pemicu trauma Sekar dan membuatnya mau membuka hati sama kamu.”

“Tapi, Dok-”

“Saya nggak tahu lagi harus meminta tolong siapa, Bim, saya tahu ini bukan ranah saya memutuskan mencarikan dia psikolog. Hanya saja sebagai dokternya saya ingin melihat dia sembuh dan memiliki semangat hidup lagi. Saya nggak bisa menberitahu kamu detail tentang Sekar karena ini mengenai kode etik saya sebagai seorang dokter. Tapi jika ada satu hal yang bisa saya lakukan maka pilihanya adalah kamu. Saya yakin kamu bisa membuat Sekar kembali memiliki semangat untuk sembuh. Apa lagi kalian saling mengenal. Mana tahu kamu bisa membangkitkan memori indahnya saat remaja dulu.”

Bima tersenyum miris mendengar ucapan terakhir Dokter Indra. Dalam hati dia bergumam, memori indah, ya? Aku nggak yakin dia memiliki kenangan indah tentang aku. Atau bisa jadi aku justru salah satu sebabnya mengalami PTSD (Post traumatic stress disorder)

"Akan saya usahakan, Dok, semoga dia mau menerima pertolongan saya." Bima menilik jam di pergelangan tangannya setelah mengatakan kalimat itu. Laki-laki dengan rambut berpotongan Textured Fringe tersebut bangkit setelahnya.

“Kalau begitu saya pamit dulu, Dok, jangan lupa juga sempatkan untuk baca proposal kerja sama yang sudah saya kirim lewat email.”

“Baiklah, akan segera saya kirim jawabannya sama kamu. Kamu juga jangan lupa pikirkan lagi permintaan saya tadi soal Sekar.”

Bima menatap dokter Indra dan mengangguk sopan. Lalu laki-laki berwajah tampan itu keluar dari ruangan.

"Mas Bima!" Suara panggilan itu menghentikan langkah Bima. Laki-laki itu sedikit terkejut kala mendapati seorang wanita cantik yang mengenakan seragam putih khas dokter, kini berlari kecil ke arahnya dengan senyum yang tersungging di bibir.

"Arum," gumam Bima tak menyangka bisa bertemu wanita itu lagi.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya 3. SEKAR : Wanita Pesakitan
1
0
Sekar Ayu Prameswari adalah nama yang melambangkan kecantikan, keanggun dan kekuatan. Namun, tak seperti nama itu, Sekar justru hidup seolah terikat dengan waktu. Setiap detik baginya terasa sangat lama dan melelahkan. Mimpi buruk tak berujung itu seakan memaksanya untuk mengakhiri hidup.Namun, berkali-kali mencoba, Tuhan seolah tak mengizinkan dirinya pergi. Sampai akhirnya dia dipertemukan dengan Bimasena Akbar Prastya, psikolog yang menolongnya saat dia masuk ke rumah sakit. Berbekal rasa penasaran dan kaitan di masa lalu, Bima pun berusaha membantu Sekar, menolong wanita itu keluar dari mimpi buruknya. Namun, keingintahuan itu justru menghadirkan rasa iba dan di kemudian hari menjebaknya dalam perasaan asing yang sudah lama tak pernah ada.Semua semakin rumit ketika pergolakan batin, penghakiman dan pertentangan batinnya sendiri membuat Bima bimbang, memaksanya harus memilih antara Sekar, si wanita pesakitan atau Arumdalu, si calon istri idaman di mata banyak orang.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan