
Bagian ke 1 - (Rumah sakit)
Bagian ke - 1
Riuh UGD terasa pada jam 02.00 WIB., terdapat kasus kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan banyak korban dilarikan ke rumah sakit terdekat. Semua tenaga medis berjibaku menolong korban dimulai memprioritaskan pasien dengan luka paling parah.
Sementara itu berbeda dengan seorang wanita yang tengah menikmati es krim pada pagi buta, duduk di kursi dekat UGD. Mengenakan hodie kebesaran berwarna hijau. Niken Radmila, biasa di panggil Niken, Iken, Nik, entahlah orang-orang sesuka hati memanggilnya.
Niken baru saja tiba dari Jakarta tadi malam sekitar pukul sebelas. Perjalanan yang cukup panjang membuatnya lelah dan menghabiskan waktu dengan tidur sepanjang jalan. Alhasil pada jam ini dia tidak bisa tidur.
Niken terpaksa pulang ke Garut karena ibunya sakit dan di rawat di rumah sakit ini. Padahal agendanya Niken akan berlibur bersama timnya ke Bali. Demi surga di telapak kaki ibu, Niken menggunakan cutinya untuk merawat ibunya.
Sebetulnya, Niken merasa ditipu juga karena ibu Niken terlalu lebay saat memberi kabar bahwa dirinya di rumah sakit. Memberikan foto lemah tidak berdaya membuat Niken berpikir yang tidak-tidak. Niken kira, ibunya itu sakit parah.
Ibunya terpaksa melakukan itu karena putri sulungnya ini tidak mau pulang ke kota kelahirannya. Setiap ada waktu luang Niken selalu beralasan bahwa dia sibuk bekerja. Sehingga meminta keluarganya saja yang datang ke Jakarta.
Padahal Niken tidak sesibuk itu, dia hanya menghindar dari berbagai macam pertanyaan yang memburu. Tentang dirinya yang sudah berusia lebih dari seperempat abad ini asyik menjomblo.
Setiap acara keluarga, lebaran atau acara besar lain. Seluruh mata akan tertuju padanya sembari bertanya “Kapan? ”
Es krim yang Niken beli akhirnya habis, hanya menyisakan bungkusnya saja. Niken itu sangat suka pada es krim terlebih rasa vanila.
Ponselnya berdering menampilkan video call grup dari temannya. Niken mengabaikan itu, bukan karena dia sombong. Niken itu tidak suka jika me time-nya di ganggu.
“Hey! Sampahnya,” ucap seseorang saat Niken beranjak pergi meninggalkan bekas makan eskrimnya.
Niken berbalik ke asal suara, “Lho, ngapain disini?” tanya Niken mengenal seseorang itu.
Banu Arkana Bramantya, si penyanyi lagu galau dan pemain film. Niken mengenal Banu karena sudah beberapa kali satu project bareng. Tidak berkawan pun tidak bermusuhan, Banu ini memang orangnya humble. Suka menyapa pada siapa pun yang di kenalnya.
“Kaget ya? Gue lagi ada project baru dan kebetulan disini.”
“Project?” bingung Niken. Pasalnya mereka kini di rumah sakit. Project apa sampai di rumah sakit.
Bukannya kalau pun perlu rumah sakit untuk keperluan shoting lebih bagus di Jakarta.
“Abis shoting di deket sini dan kebetulan aja tadi hampir mati, jadi ke rumah sakit deh.”
Niken tidak ingin tau lebih dalam, meskipun masih banyak pertanyaan di pikirannya ia memilih bodo amat. Niken pun mengambil sampah es krim dan hendak pamit pergi.
“Eh, itu biarin sama gue. Sebagai balasannya minta tolong ambilin makanan di depan sana. Udah di bayar kok, nanti langsung bawa aja ke ruangan VVIP 005.”
Banu merebut sampah ek krim dari tangan Niken dan pergi begitu saja, tanpa menunggu persetujuan Niken.
Niken mencebikkan bibirnya, dia memang kurang suka soal sikap Banu ini. Yang kata orang Banu itu ramah, humble, asyik. Padahal Banu itu sering berbuat sesukanya, padanya. Karena awal pertemuan mereka yang tidak mengenakkan membuat Banu bersikap begitu.
Walaupun dengan menggerutu, Niken tetap membawakan pesanan Banu ke kamarnya.
Banu tengah memainkan ponsel saat Niken datang, di kamar pasien itu tidak hanya Banu. Ada Mail asisten pribadi Banu yang sudah tertidur pulas di sofa.
Niken melihat sekeliling baru kali ini dia masuk kamar rawat inap pasien VVIP yang sangat berbeda dengan kamar pasien bpjs.
“Mau kemana?” tanya Banu saat Niken hendak pergi kembali. “Udah makan dulu ini, gue beli dua. Tadinya buat Mail tapi dia udah tidur.”
“Udah gak usah nolak rezeki,” kata Banu kembali, melihat Niken yang masih berfikir.
Niken pun menerimanya dan makan bersama Banu, dilihatnya sate taican yang cukup menggoda.
“Lu gak penasaran kenapa gue disini? Sakit apa gitu? Lumayan lho tau kabar artis ternama.”
“Gak peduli soal kehidupan artis kebetulan, jadi gak penasaran juga,” jawab Niken.
Banu tergelak, wanita dihadapannya ini cukup sinis juga. “Yaudah gue kepo nih, bukannya lu kerja ya. Kok bisa ada disini?”
“Kebetulan orang sini, ibu saya sakit dirawat disini.”
Banu masih menunggu lanjutan cerita dari Niken tapi bukannya bercerita Niken malah terus memakan makanannya.
Niken hanya fokus memakan sate sambil melihat ke luar jendela, meskipun di luar sana gelap tapi jauh disana terlihat lampu kota yang masih menyala. Tepat di depannya Niken melihat pohon tua, ia jadi berfikir apa tidak menakutkan jika tiba-tiba disana ada penampakan.
“Oke, makasih ya," kata Niken sembari merapikan bekas makannya.
Banu melihat Niken heran, cepat sekali makan Niken. Dia baru habis setengah Niken sudah selesai.
***
Pagi ini Niken tengah mengemas pakaian ibunya, setelah di periksa dokter mengatakan bahwa ibunya Niken boleh pulang.
“Kamu pulang dulu ke rumah kan?” tanya Lita, ibu Niken.
“Iya, kenapa? Ibu mau usir Niken,” karena ucapan itu Lita langsung memukul punggung Niken pelan.
“Kamu udah gak pulang lama lho, lebaran kemarin juga enggak. Ini aja pulang ibu drama dulu, kalo ibu bilang tipus doang gak bakalan di pulang kan kamu?"
“Kan Iken sibuk, bu.. ”
“Alesan!”
Akhirnya Niken sampai di kediaman orang tuanya. Ia menuntun ibunya untuk keluar dari taksi online. Tidak ada siapa pun di rumah selain kucing peliharaan berwarna abu-abu.
Setelah memastikan ibunya masuk kamar dan beristirahat, Niken pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan juga makanan untuk disediakan apabila ada tamu yang menjenguk ibunya. Karena lama tidak pulang, beberapa tetangga yang melihat Niken menyapanya dan sedikit mengajak Niken ngobrol.
Maklum, Niken ini kesayangan tetangga dulunya. Beberapa anak sering dibandingkan dengan Niken. Tapi, berbanding terbalik sekarang Niken sering dibandingkan dengan anak tetangga yang sudah menikah.
Hidup di desa, pernikahan itu adalah salah satu pencapaian. Makannya Niken malas pulang karena sering kali di jejeli pertanyaan. Bahkan anak tetangganya Maya yang dulu sering dibandingkan dengannya kini dijadikan contoh wanita sukses. Karena bisa menikah dengan ASN dan sudah memiliki dua anak.
Padahal Niken sendiri sudah terbilang memiliki karir yang bagus. Tapi tetap saja jika pulang ke rumah yang ditanya tentang pernikahan.
Hari ini adalah hari terakhir Niken di rumah, sore nanti dia sudah harus pulang ke Jakarta. Bekerja dari sini cukup memiliki kendala karena jaringan sinyal yang buruk.
Niken tengah bebenah pakaian ke tas, terdengar seorang pria datang ke rumah. Niken tahu siapa pria itu hingga sang ibunda memanggilnya.
“Ken, itu ada a Dipta.”
Dipta adalah seorang pria yang di rumorkan akan menikah dengannya. Tidak hanya rumor, baik Dipta maupun Niken pun keduanya sering berhubungan. Semasa di Jakarta sudah beberapa kali Dipta berkunjung kesana. Namun, baru kali ini Dipta terang-terangan datang ke rumah siang bolong.
Dipta ini seorang pegawai pemerintahan juga. Pemakai baju gading. Tapi, bukan itu alasan Niken mau dekat dengan Dipta, keduanya ini sama-sama suka tapi belum mau memiliki hubungan. Lebih tepatnya Niken yang belum siap untuk menikah.
Dipta menawarkan diri untuk mengantarkan Niken ke stasiun. Niken sih, boleh-boleh saja biar para tetangga diam. Kalau dirinya itu bisa menggait cowok jika mau.
Setelah berpamitan, kini Dipta dan Niken sudah berada dalam mobil. Dipta ini orangnya pendiam, jadi Niken bingung sendiri. Kalau bicara sukanya serius, jika di ajak bercanda harus ekstra. Karena selera humornya tinggi. Tapi, Dipta itu tipekal cowok ijo neon.
Ibadahnya bagus, bicaranya halus, pendidikannya dan karirnya mulus. Dipta itu juga sangat menghormati wanita, dia tidak pernah sengaja cari kesempatan ditengah kesempitan. Padahal Niken ingin itu, ya minimal elus kepalanya gitu.
“Ken, kamu tidak punya pacar ya?"
Mendadak tenggorokan Niken tersedak, kan manusia ini kalau bicara suka buat kaget.
“Syukur kalau enggak, saya jadi gak punya saingan.” tuh kan Dipta itu emang baiknya gak banyak ngomong deh.
“Saya takut Ken, kalau kamu pulang tiba-tiba bawa pacar. Kamu belum mau menikah?"
Menikah? Apa itu Menikah. Belum ada dalam kamus hidup Niken. Sepanjang hidup dia melihat kehidupan pernikahan orang tuanya yang mebuat Niken malas berumah tangga. Belum lagi, Niken takut mewarisi watak ibunya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
