
Asya Humaira adalah seorang gadis yang pergi dari kota kecilnya untuk menghindari rasa sakit hati yang selalu di ucapkan kakak perempuannya dan juga ibunya yang telah terprovokasi oleh kakaknya, dia pergi ke kota lain untuk mencari kehidupan yang lebih tenang dan mencoba untuk mencari pekerjaan demi meneruskan kuliahnya, dia mencoba menemui pamannya yang seorang pengusaha hotel
Hidup Asya penuh dengan hal hal yang mengejutkannya, apakah Asya bisa bertahan dengan semua yang dialaminya…….
silahkan baca kisahnya…….
Waktu yang ditentukan sedang berlangsung keluarga Asya menerima dengan baik keluarga Alvan, mereka semua terlihat begitu familiar dan akrab ngobrol sana sini, tapi dimana ibunya Asya dan ibunya Alvan mereka tak terlihat di ruangan ini, ya mungkin mereka ngobrol di ruangan lain, biasa ibu ibu kalau ngobrol gak mau di ganggu.
Asya merasa bersyukur semuanya berjalan baik dan lancar, tidak seperti yang ada dalam bayangannya, Asya pun tersenyum sendiri karena merasa senang.
Setelah beres semuanya pamit untuk pulang, karena takut keburu hujan turun di perjalanan nanti.
Asya memeluk ibunya “terimakasih untuk semuanya mam….” ucap Asya
ibunya hanya balas memeluk tanpa ekspresi
semuanya masuk mobil masing masing, dan Alvan ikut ke mobil Asya.
Seminggu sudah Asya tidak mendapat kabar dari Alvan, bahkan di telpon pun hp Alvan selalu tidak aktif, ada apa ini…. padahal satu jam pun Alvan tidak pernah bisa kalau tidak mendengar suara Asya dan video call merupakan hal wajib setiap hari, tapi sekarang sudah seminggu Asya menunggu berita dan mencari tahu keberadaan Alvan di mana ?. Asya tidak pernah berani datang sendiri ke cafe nya Alvan atau ke rumahnya kalau tidak di minta, tapi sekarang bagaimana ? Asya takut kalau Alvan kenapa napa.
Dengan memberanikan diri sepulang kerja Asya mendatangi cafe Alvan, tapi tak nampak mobilnya mungkinkah Alvan sakit ?,” ya Tuhan….apa yang terjadi,” bathin Asya, sambil melajukan kembali mobilnya untuk mencoba mencari tahu ke rumahnya.
Sesampai di depan rumah Alvan, Asya memarkirkan mobilnya di pinggir jalan saja tidak berani untuk memasukkannya ke halaman, dia berjalan sangat pelan pelan dan memasuki halaman rumah Alvan, terdengar sayup sayup suara ibunya Alvan seperti sedang marah, Asya mendekat dan berdiri di teras depan pintu.
“Alvan…. dengar mama, nurut sama mama…. masih banyak wanita lain yang lebih baik dari Asya, akhiri hubunganmu dengan Asya, mama tahu Asya gadis baik tapi tidak jelas asal usulnya Van…. ibunya sendiri yang bilang ke mama…….. “
Asya terhenyak….. sampai kata kata itu Asya berlari ke mobilnya dan menangis tersedu sedu, apa yang dikatakan ibunya tentang dirinya…. tidak jelas asal usulnya?, jadi ini jawaban mengapa ibu dan kakaknya sangat membencinya, kakaknya selalu iri dan cemburu terhadap dirinya sejak masih kecil dulu, ibunya selalu memperlakukan Asya tidak adil dari dulu, hanya ayahnya yang menyayanginya tapi setelah ayahnya meninggal, Asya tidak memiliki siapapun juga. Dengan rasa penasaran Asya menelpon ibunya.
suara dering panggilan begitu lama tidak di angkat ibunya, dan ketika di angkat
“bu…. tolong jelaskan, apa yang sebenarnya terjadi, apa yang ibu katakan kepada ibunya Alvan sehingga mereka menjauhiku, ibu boleh membenciku seumur hidup ibu, aku terima bu… tapi kalau ibu mengatakan kalau aku tidak diketahui asal usulnya itu sudah keterlaluan bu… memangnya aku ini anak siapa ? di mana orang tuaku yang sebenarnya bu…. tolong jawab bu “ suara Asya parau penuh dengan tangisan, dan ibunya hanya diam tanpa menjawab.
Asya menangis sejadi jadinya dengan ditemani hujan lebat dan petir yang sesekali menerangi jalanan aspal yang sepi.
Sinar matahari pagi menembus kaca jendela kamar Asya, perlahan matanya terbuka menyipit dan masih sembab, kepalanya terasa berat dan pening karena semalaman menangis, beruntung hari ini sabtu libur tidak kerja.
Asya hanya terbaring penuh dengan rasa kecewa, Alvan yang biasanya selalu memberinya dukungan dan menghiburnya bilamana dia bersedih sekarang meninggalkannya, masih tidak percaya rasanya…. perlahan air mata Asya kembali mengalir,” mengapa aku yang harus mengalami ini, siapa sebenarnya aku ini… dimanakah kedua orangtuaku “ hatinya terasa sakit dan nafasnya pun terasa sesak.
Pak Bram, sudah tiga hari berada di Surabaya untuk urusan pekerjaan, meskipun begitu Asya bekerja dengan giat bahkan terkadang lembur, bekerja bisa membantunya untuk menghilangkan semua masalah yang sedang dihadapinya dan Asya pun sudah berkali kali mencoba menghubungi Alvan, tapi tetap saja tak ada hasil yang akhirnya Asya meninggalkan pesan untuk Alvan, supaya Alvan bisa melanjutkan hidupnya dengan baik dan Asya pun meminta maaf untuk keluarga Alvan.
Asya meraih hpnya yang tergeletak di meja, ternyata panggilan dari pak Bram.
“halo…. iya pak “
“Sya…. hard files untuk meeting besok malam, ketinggalan di laci kedua meja bapak, tolong Asya bawakan ya, besok pagi dengan penerbangan pertama sekarang saja langsung pesan tiketnya, nanti alamat hotelnya bapak kirim” pak Bram begitu percaya terhadap Asya.
Pesawat yang ditumpangi Asya baru landing.
Asya sambil membawa kopernya mencari taxi, dan tidak lama kemudian ada taxi berhenti di depan Asya, dia pun melangkah dan mau membuka pintu taxi tapi tiba tiba ada suara lelaki
“hai…. itu taxi ku, aku yang pesan “ lelaki dengan pakaian casual celana jeans yang ada sobekannya dan atasannya sweater, tampak begitu tampan. lelaki itu menatap Asya dengan pandangan yang mengisyaratkan “jangan main serobot loe !”
“tapi aku yang duluan kesini” Asya gak mau mengalah karena dia memang buru buru sekali sudah di tunggu pak Bram.
“tapi taxi ini, aku yang pesan… coba tanya sopirnya ?”
“iya.. mbak… atas nama pak Dicka “ jelas sopir taxi itu
“tuuuch…. iya kan, bye “ Dicka merasa menang
Asya hanya mengangguk tanda minta maaf, dan dia pun menunggu taxi lainnya.
Sesampai di hotel yang alamatnya sudah pak Bram berikan, Asya menuju meja resepsionis dan meminta kunci kamar hotel yang sudah di pesankan sama pak Bram.
“maaf mbak…. kamar atas nama pak Bramasta” tanya Asya kepada mbak resepsionis yang sedang fokus sama laptopnya.
“oh…. maaf bu, barusan saya sedang mengecheck kamar yang akan check out “ jawaban mbak resepsionis begitu tegang setengah takut. Asya pun merasa heran mengapa si mbak tingkahnya aneh kemudian Asya bertanya lagi.
“maaf mbak…saya minta kunci kamar yang sudah dipesankan pak Bramasta untuk saya, saya baru check in hari ini” jelas Asya biar si mbaknya gak bingung. tapi tetap saja si mbaknya kelihatan bingung, sambil menyerahkan kunci kamar
“silahkan bu…. selamat beristirahat “
Asya menerima kuncinya dan segera mencari kamarnya tapi anehnya selama dia melangkah dan bertemu karyawan hotel semuanya begitu hormat sampai setengah membungkuk, Asya pikir mungkin SOP hotel ini begitu bagus.
setelah sampai di dalam kamarnya, Asya membereskan hard files yang di minta pak Bram tapi Asya tidak tahu pak Bram di kamar mana. Asya mengeluarkan hpnya dari tas dan mencoba menghubungi pak Bram.
“Halo pak….. ini hard files nya……. “ belum tamat Asya bicara sudah di potong sama pak Bram
“syukurlah…. kamu sudah sampai, istirahat dulu aja Sya… kamu capek, kalau laper pesan aja dari kamar ya, files nya nanti saja jam tujuh sekalian kita meeting ok “ pak Bram terdengar senang karena files nya sudah siap.
Asya terlihat cantik sekali malam ini, dengan blouse warna lilac kombinasi putih tulang yang indah terlihat begitu elegan karena meeting ini sekalian acara makan malam juga.
Asya duduk di kursi sebelah pak Bram, setelah pak Bram memperkenalkan Asya kepada semua yang hadir disitu, di ruangan yang sangat privasi ini ada sembilan orang termasuk Asya.
Semua menu makanan sudah tersedia termasuk dissert.
“Tinggal menunggu satu orang lagi “ ucap lelaki yang memakai jas abu.
“ya… kita menunggu sebentar lagi “ jawab lelaki yang di sebelahnya
semua mata tertuju pada lelaki yang sedang berjalan menuju mereka dengan setelan jas hitam dengan kaos model turttleneck terlihat begitu keren.
Dan ketika pandangan Asya bertemu dengan lelaki itu, mereka sama sama kaget….
siapa lelaki itu…….
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
