✧◝(⁰▿⁰)◜✧Dance in the Apocalypse✧◝(⁰▿⁰)◜✧

1
0
Deskripsi

Seharusnya Tenn mendengarkan peringatan Riku mengenai pekerjaan yang diterima oleh Anesagi untuk mereka. Jika boleh dikatakan pekerjaan mereka yang diterima oleh Anesagi itu sebuah film dengan genre horor, thriller dengan latar disebuah sekolah yang dulu terbengkalai namun kini sudah direnovasi ulang, lokasi sekolah itu ada di Hokkaido.

Tapi, sekolah itu bukanlah sekolah biasa, sekolah itu adalah sebuah sekolah yang ditutup tanpa sebuah alasan yang jelas pada tahun 1970-an.

✧◝(⁰▿⁰)◜✧Dance in the Apocalypse✧◝(⁰▿⁰)◜✧

Dance in the Apocalypse || Trigger Edition

Genre: horor, thriller, adventure, action

✧◝(⁰▿⁰)◜✧- 1 - Tawaran pekerjaan

Suatu pagi yang cukup damai. Damai karena tidak ada pertengkaran rumah tangga antara Gaku dan Tenn, tapi, tidak biasanya Tenn dan Gaku saling mendiamkan satu sama lain seperti pagi ini. Jika kata Ryuu, mood mereka sedang baik jadi mereka tidak bertengkar seperti biasa.

"Gaku, ponselmu bergetar" ucap Ryuu pada Gaku seraya menyerahkan ponsel tersebut.

"Aa, dari Anesagi" balas Gaku yang melihat siapa yang menelponnya.

Gaku berlalu dari sana dan menuju balkon dorm untuk mengangkat telfon dari manager mereka. Anesagi Kaoru.

"Tenn, kau ingin sarapan apa?" Tanya Ryuu memecah keheningan yang entah kenapa saat itu membuatnya tidak nyaman dengan menanyakan apa yang ingin dimakan oleh Tenn untuk sarapan pagi.

“Jika kau tidak keberatan, aku ingin omurice sebagai sarapan menu sarapan Ryuu, dan-” 

“Dan, segelas jus apel untuk minumnya” lanjut Ryuu yang paham dengan salah satu minuman kesukaan centernya itu.

“Ya, terima kasih Ryuu” balas Tenn dengan senyum simpul.

Ryuu membalasnya dengan senyumannya yang khas dan kembali berkutat dengan segala macam peralatan dapur untuk membuatkan sarapan. Tidak lama kemudian Gaku kembali dengan raut wajah yang tidak biasa.

“Ada apa Gaku?” tanya Tenn yang sadar jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran leadernya ini. Pertanyaan Tenn juga menarik perhatian Ryuu yang tengah memasak omurice untuk mereka bertiga.

“Kita mendapatkan pekerjaan, dan nanti jam 10 Anesagi menyuruh kita ke agensi untuk dijelaskan secara rinci mengenai pekerjaan kita” jelas Gaku.

“Lalu? Ada apa dengan raut wajah itu? Ingat kita harus professional dalam bekerja Gaku” balas Tenn.

Huft.

Gaku menghela nafasnya dengan kasar dan menatap ke arah Ryuu yang juga menatapnya. “Apa kalian ingat mengenai berita yang mengatakan sebuah sekolah yang sudah ditutup sejak tahun 1970-an dengan alasan yang tidak jelas, dan kini pemerintah setempat memutuskan untuk merenovasi ulang sekolah tersebut?” tanya Gaku.

“Ya, aku ingat itu. Jika aku tidak salah, berita mengenai renovasi itu memicu pro dan kontra. Tepatnya lagi banyak yang menolak pembangunan kembali sekolah itu” balas Tenn.

“Salah satu narasumber mengatakan jika ada sebuah mitos yang menceritakan bahwa sering kali hadir sosok anak-anak yang berkeliaran didalam gedung. Pernah ada sekelompok mahasiswa yang masuk kedalam sana untuk membuktikan kebenaran mitos itu nyata ataukah hanya sebuah mitos belaka yang digunakan oleh orang tua zaman dahulu untuk tidak berkeliaran diarea sekolah. Dan, seminggu kemudian media dan kepolisian Jepang dihebohkan dengan menghilangnya sekelompok mahasiswa yang menguji kebenaran mitos itu, serta dalam kurun waktu tiga hari terlihat salah satu dari lima mahasiswa yang terlihat dihalaman gedung sekolah itu dengan raut wajah yang pucat, trauma, takut, dan dengan kedua tangan yang tengah menggenggam erat dua tangan buntung milik temannya. Itu kan maksudmu Gaku?”

“Ya itu! Berita itu Ryuu!” balas Gaku dengan sedikit berteriak.

“Lalu dimana masalahnya Gaku? Pastinya pihak sana sudah mengurusnya, termasuk arwah anak-anak yang kau maksud itu” ucap Tenn dengan acuh.

“Tenn!!”

“Kau ingin mundur Gaku?” tanya Tenn dengan tajam.

“Tch. Aku tidak pernah mengatakan jika aku ingin mundur! Hanya saja firasatku benar-benar buruk kali ini” balas Gaku.

Tenn hendak membalas perkataan Gaku namun dihentikan oleh Ryuu yang menggeleng pelan untuk menghentikan pertengkaran entah keberapa ribu kalinya sejak mereka debut bersama, “Sudahlah kalian berdua! Gaku yang dikatakan Tenn ada benarnya. Dan, Tenn apa yang dikatakan Gaku juga ada benarnya. Jadi berhentilah bertengkar dan dengarkan satu sama lain!"

✧◝(⁰▿⁰)◜✧Dance in the Apocalypse ✧◝(⁰▿⁰)◜✧

Tepat pada pukul 10 pagi mereka sampai di agensi yang selama ini sudah menaungi mereka, yaitu, Yaotome Production. Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk berkumpul diruang presdir mereka yang sudah ditunggu oleh sang Sachou sendiri, Yaotome Sousuke, bersama dengan manager mereka Anesagi Kaoru, seorang sutradara film dan asistennya.

"Baiklah karena semuanya sudah berkumpul disini mari kita mulai rapatnya" ujar Sousuke saat ketiga artisnya sudah duduk.

"Kali ini kalian mendapatkan sebuah pekerjaan yaitu membintangi sebuah film dengan genre thriller dan horor," ucap Anesagi dengan menatap ketiga idolnya seolah menanyakan apakah kalian paham sampai disini?

Dan, ketiganya pun mengangguk tanpa protes maupun komentar. Anesagi pun melanjutkan penjelasannya, "Gaku, apa kau sudah menjelaskan kepada Tenn dan Ryuu mengenai lokasi film kali ini?" Tanya Anesagi.

"Aku hanya menjelaskan mengenai latar belakang tempat itu saja, dan dengan berita yang beredar belakangan ini" balas Gaku.

Anesagi kembali mengangguk dan melanjutkan penjelasannya lagi, disaat semua orang fokus dengan penjelasan Anesagi, fokus Tenn jatuh kepada asisten sutradara film yang gerak geriknya terlihat mencurigakan.

"Ada apa dengan orang itu? Kenapa menatap kami?" Batin Tenn menatap orang itu dengan curiga. Bagaimana tidak sedari tadi asisten sutradara tersebut melirik ke arah mereka bertiga dan gerak-geriknya yang gelisah. Gelisah akan sesuatu. Yang pastinya akan merepotkan. Pemikiran Tenn mengenai orang tersebut buyar karena Ryuu yang menyenggolnya untuk memberikan pendapatnya mengenai film tersebut. Tenn kembali memfokuskan dirinya pada rapat tersebut, Tenn tidak bisa mengelak jika pembahasan mengenai sekolah tersebut sedikit membuatnya merinding. Tenn berharap tidak terjadi apa-apa kepadanya, Gaku, Ryuu, Anesagi, Yaotome sachou dan yang lain.

Semoga saja.

Asisten sutradara itu melihat Tenn yang menyadari gerak geriknya yang mencurigakan menatapnya dengan sinis, karena yakin rencananya pasti akan berhasil dengan sempurna. Dengan bonus berita bahwa dua dari mereka yang hidup namun menjadi gila dan satu mati ataukah yang satu hidup dan yang dua mati hanya menyisakan satu badan dari mereka saja.

“Sepertinya itu ide yang bagus” batinnya.

Tidak ada seorangpun yang tahu tepatnya seseorang sudah mengetahui bahwa tawaran bermain film itu akan menjadi sebuah malapetaka, orang itu mengetahui bahwa tawaran itu akan menjadi sebuah malapetaka berencana untuk mengatakan apa yang dia ketahui tentang tempat itu, apa saja pantangannya, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada disana. Mungkin setelah ini dia dia akan mengirimkan sebuah pesan anonim kepada Kujo Tenn tentang lokasi syuting film tersebut dan mengirimkan pesan anonim kepada Nanase Riku menceritakan secara garis besar melalui pesan, menyuruhnya untuk datang ke dorm Trigger untuk mendengarkan penjelasannya dari mereka.

✧◝(⁰▿⁰)◜✧Dance in the Apocalypse ✧◝(⁰▿⁰)◜✧

"Ada apa Tenn?" tanya Anesagi saat mereka sudah dimobil dan untuk kembali ke dorm untuk diskusi serta bersiap-siap pergi ke Hokkaido lusa nanti.

"Tidak apa Anesagi san. Hanya saja aku baru saja menerima sebuah pesan anonim yang berisikan penjelasan secara detail mengenai lokasi syuting, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta harus mengajak Riku untuk ikut dalam diskusi nanti" jelas Tenn.

"Riku kun? Kenapa?" Tanya Ryuu.

"Aku tidak tahu kenapa Ryuu" ujar Tenn.

Setelah percakapan singkat tersebut suasana menjadi hening, memikirkan isi pesan tersebut. Haruskah mereka mengajak Riku untuk melakukan diskusi mereka. Disatu sisi mereka tidak mau merepotkan orang lain, namun disatu sisi mereka membutuhkan pendapat dari orang lain.

"Kurasa mengajak Riku kun tidak masalah."

Mereka semua sontak menatap Anesagi dengan terkejut, terkejut karena Anesagi menyetujui ide untuk mengajak Riku ke dorm. "Anesagi san, apa kau yakin?" tanya Ryuu. Melalui kaca spion Anesagi melihat ketiga idol asuhannya. Sembari memberhentikan mobilnya dilampu merah, Anesagi memberikan jawabannya, "Aku sangat yakin."

Tenn, Gaku, dan Ryuu saling melirik satu sama lain dan kemudian mengangguk atas jawaban Anesagi soal mengajak Riku ke dorm Trigger. "Jangan lupa kabari Riku kun, Tenn kun."

"Tentu saja, Anesagi san."

Tenn membuka ponselnya kembali dan mengirimkan pesan untuk adik kembar tersayangnya.

Riku. Sore ini apakah kau sibuk? Aku ingin mengajakmu ke dorm Trigger. Ada yang perlu kami bahas denganmu.

Apakah bisa? Aku tunggu balasan darimu.

 

Kujo Tenn.

Ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama Riku membalas pesan Tenn dan mengatakan bahwa dia akan datang ke dorm Trigger bersama Nagi.

"Riku bilang dia akan datang bersama Rokuya Nagi" ujar Tenn.

"..."

"Aku rasa akan baik-baik saja jika ada satu orang lagi yang tahu soal ini" balas Gaku.

✧◝(⁰▿⁰)◜✧Dance in the Apocalypse ✧◝(⁰▿⁰)◜✧

Ting tong ... ting tong ...

Terdengar bunyi bell, Ryuu yang saat itu sedang didapur pun bergegas membuka pintu.

"Hai, tunggu sebentar."

Ceklek.

"Konnichiwa Tsunashi san."

"Konnichiwa Mr. Tsunashi."

Ternyata itu Riku dan Nagi. Nagi menunjukkan sekantong plastik makananan dan senyuman lebar, "Hai, silahkan."

"Ah, Riku kun. Nagi kun. Silahkan masuk" ucap Ryuu seraya menerima kantong plastik makanan tersebut. 

"Ojamashimasu."

"Tenn dan Gaku sedang ada dikamar. Duduk saja terlebih dahulu" kata Ryuu. Riku mengangguk dan duduk disalah satu sofa, diikuti pula dengan Nagi. Ryuu sedang menyeduhkan teh mewar dan menyiapkan camilan untuk tamu-tamunya dan untuk mereka sendiri.

"Bagaimana kabarmu Mr. Tsunashi?" tanya Nagi.

"Aku baik-baik saja Nagi kun. Arigatou. Bagaimana dengan kalian?" balas Nagi.

"Kami sama baiknya, Tsunashi san" balas Riku.

Ryuu menghampiri kedua tamunya itu untuk menemani mereka sampai Tenn dan Gaku menyusul ke ruang tamu. Riku pun membuka pembicaraan mengenai proyek film horor Trigger, "Aku dengar kalian mendapatkan tawaran bermain film di Hokkaido dan ... film horor."

"Kau benar Riku kun, tepatnya di Sekolah Bundar Bibai, Hokkaido" jelas Ryuu.

"Mr. Tsunashi, kalian selama di Hokkaido berapa lama?" tanya Nagi.

"Seminggu kami akan berada di Hokkaido, Nagi kun" balas Ryuu. 

"Memangnya ada apa dengan sekolah itu, Riku?" tanya Tenn dari belakang Ryuu.

"Tenn nii!! Yaotome san!"

"Ou, Kujoshi, Yaotomeshi"

"Yo, Nanase, Rokuya."

"Rokuya Nagi, Riku. Jadi ada apa dengan sekolah itu?"

"Sekolah itu dikenal sebagai Sekolah Bundar atau The Round Schoolhouse. Bangunan ini berlokasi di sebuah kota kecil di Hokkaido bernama Bibai.  Kabarnya, bangunan ini telah dibangun sejak tahun 1906 dan di tahun 1940an hingga 1970an, serta bangunan ini pernah digunakan sebagai tempat bersekolah.

Namun, sekolah ini berhenti beroperasi dan tidak ada yang mengetahui apa alasan dibaliknya. Menurut kabar yang beredar, kepala sekolahnya menggunakan sekolah itu untuk suatu ritual, bahkan dipercaya bahwa kepala sekolah anak-anak tersebut juga ikut meninggal ketika kepala sekolah menyerahkan dirinya kepada setan yang dipujanya. Makanya tidak heran jika ada yang masuk kedalam sekolah tersebut untuk 'bermain-main' keluar dari sana akan menjadi gila, lebih buruknya lagi mati menggenaskan" jelas Riku.

"Riku kun, apakah ada senjata atau barang yang bisa digunakan?" Tanya Ryuu.

"Ada empat yaitu, Totsuka no Tsurugi, Futsunomitama, Ame no Makakoyumi dan Yasakani no Magatama," balas Riku.

"Totsuka no Tsurugi atau "Pedang Sepuluh Lebar Tangan" adalah senjata keramat berbentuk pedang yang sangat besar yang digunakan oleh dewa-dewa Shinto.

Ame no Makakoyumi, diriwayatkan dalam Kojiki, kumpulan mitos Jepang kuno, terdapat kisah penaklukkan Kunitsukami (Dewa Tanah) oleh Amatsukami (Dewa Langit).

Futsunomitama adalah senjata Totsuka no Tsurugi yang digunakan oleh Takemikazuchi, Dewa Petir.

Yasakani no Magatama adalah sejenis permata yang memiliki bentuk tertentu. Sudah dibuat sejak zaman kuno di Jepang, namun tidak diketahui secara pasti dari mana asalnya" jelas Riku.

"Tapi Nanase, kau tahu sendiri barang-barang itu merupakan barang bersejarah yang dimiliki Jepang, lalu bagaimana caranya kita mendapatkan itu? Tidak mungkin kan jika datang ke museum yang menyimpan barang-barang tersebut untuk dipinjam dan dengan alasan untuk berjaga-jaga selama proses syuting di Hokkaido?" Tanya Gaku.

"Setahuku barang-barang itu akan muncul dengan sendirinya disaat-saat terdesak, aku sendiri juga tidak yakin dengan itu. Karena tidak ada sumber yang jelas mengatakan tentang kemunculan barang-barang itu disaat benar-benar terdesak. Gomen" Riku menunduk meminta maaf karena tidak tahu dengan jelas informasi mengenai kemunculan barang-barang bersejarah itu.

"Tidak apa-apa, Riku. Setidaknya kami sudah ada gambaran barang-barang yang kemungkinan bisa membantu jika ada keadaan memburuk" Tenn tersenyum menenangkan adik kembarnya itu. Nagi yang sejak tadi diam mendengarkan pembicaraan mereka sembari mencari-cari informasi tentang Sekolah Bundar itu pun memberikan informasi yang sepertinya dilupakan Riku dan berguna untuk nantinya, "Kujosshi, Mr. Tsunashi dan Yaotomeshi."

"Ada apa Rokuya Nagi?"

"Ada apa Rokuya?"

"Kenapa Nagi kun?"

"Ada beberapa hal yang tidak boleh kalian lakukan," Nagi menggantungkan kalimatnya dan menatap Trigger serta Riku dengan serius. Setelah memastikan yang lain sudah fokus pada dirinya Nagi melanjutkan kalimatnya. 

"Yang pertama kalian dilarang untuk berkata kasar, karena apa yang ada disana akan marah. Kedua kalian amat sangat diharuskan untuk menjaga sikap karena kita tidak tahu ada apa dan apa yang akan terjadi jika bersikap sembrono. Ketiga, kalian tidak boleh terpecah belah, karena itu yang diinginkan oleh 'makhluk' yang ada disana. Mereka menyukai perpecahan, kebencian, dan emosi-emosi negatif lainnya. Keempat, jangan terlalu percaya dengan apa yang mereka katakan, bisa-bisa kalian malah yang tinggal disana. Dan yang terakhir ... jangan coba-coba untuk memakan apapun yang diberikan oleh makhluk-makhluk itu. Konsekuensi jika kalian memakannya adalah kalian sudah memutuskan untuk menetap disana untuk selama sisa hidupmu" jelas Nagi.

Tenn, Ryuu dan Gaku duduk diam mencerna semua informasi yang mereka dapatkan. Karena selama ini mereka tidak pernah melihat dan berurusan yang seperti itu. "Aku harap semua akan berjalan dengan baik" gumam Tenn.

"Aku juga demikian Tenn" balas Ryuu yang mendengar gumaman Tenn, disambut dengan anggukan kepala Gaku, Nagi dan Riku.

✧◝(⁰▿⁰)◜✧Bersambung✧◝(⁰▿⁰)◜✧

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Komentar dinonaktifkan
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan