
Setelah seharian melayani pelanggan yang ramai berdatangan ke toko, saya dan teman-teman berencana makan siang bersama tapi karena hanya ada nasi putih saja tidak ada lauk- pauknya kami memutuskan untuk memasak Indomie Goreng. Namun yang terjadi Indomie goreng hanya ada dua bungkus sedangkan kami ada enam orang jadi diputuskan untuk mengelola dua bungkus indomie agar cukup untuk dimakan enam orang.
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang lewat sepuluh menit.
“Masih ada yang belanja selain Ibu tadi?”, tanya saya pada Mega yang kebenaran berdiri di dekat saya.
“Iya itu yang terakhir.” Jawab Mega sambil mengisi barang jualan yang kosong di rak.
Saya juga memperhatikan beberapa teman yang lain sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Lalu perhatianku mengarah kepada Nando yang memberi kode sudah waktunya toko tutup sementera untuk makan siang. “Ok”. Jawab saya.
Saya melihat sekeliling toko, lamunan saya kembali ke awal pembukaan toko. Perkenalkan nama saya novi, Awal ide buka toko ini pertama kali diucapkan oleh Dian yang kebetulan saat itu baru berhenti kerja dan tidak ingin menyiakan waktu dengan menganggur. Setelah beberapa kali berdebat akhirnya diputuskan untuk membuka toko campur sari dari keperluan rumah, sembako sampai kosmetik. Karena keterbatasan modal dan juga budget untuk mempekerjakan sejumlah karyawan akhirnya saya ajak teman yang lain untuk join usaha ini, yaitu saya, Dian, Mega, Tias, Nando dan Yono. Dian sendiri sebagai keuangan dan alhamdulilah saya dipercaya untuk bantu mengelola toko sampai akhirnya toko ini sudah berjalan tujuh bulan. Lamunan saya buyar karena mendengar peredebatan dari arah dapur toko.
“Jadi makan apa kita siang ini?” Tanya Nando dengan suara tinggi.
Dian tampak menunjukkan penyesalan, “ maaf ya, saya tadi tidak sempat untuk belanja ke pasar karena toko mulai ramai saat baru buka tadi.”
“Seharusnya diingatkan dong jangan sampai kelupaan, kita kan capek bekerja dari pagi sampai siang ramai terus.” Cercah Nando sedikit emosi.
“Ya gimana dong, saya datang pertama kali untuk buka toko dan pelanggan sudah pada datang untuk belanja sedangkan kamu sendiri datang kesiangan.” Dian marah mendengar ucapan Nando.
“Saya cuma telat lima menit, kamu marah seolah telat dua jam saja.” Nando membela diri.
“Siapa bilang kamu telat lima menit, kamu itu telat hampir satu jam tau, banyak saksinya tanya saja pada mereka.” Dian berkata dengan nada tinggi tidak mau kalah pendapat dengan Nando.
“Eh, jangan asal bicara, untung kecil kalo nggak…” ucapan nando terpotong
“Kenapa kalau saya kecil, kenapa mau pukul saya?" Dian maju sambil menyodorkan kepalanya, “mau pukul? Ayo pukul!” Dian terus maju sedangkan Nando mundur menghindar.
“Sudah, kenapa pada berantem sih.” Saya dan Tias melerai keduanya
“Santai woi, ini ada dua bungkus Indomie dan dua telur, cukuplah untuk kita makan siang ini.” Yono mengeluarkan apa yang ditemukannya dilemari.
“Mana cukup woi, itu palinh cukup untuk berdua atau kalo telor dipisah dari mie hanya cukup berempat.” Ucap Nando dengan kesal.
Ketika melihat apa yang ditemukan oleh Yono Indomie goreng dan telur bisa dioleh menjadi sesuatu sehingga cukup untuk dimakan kami berenam. Ketika ingin mengutarakan pendapat, Mega sudah lebih dulu mengutarakan apa yang ada dipikiran saya.
“Kita buat martabak mie saja, pasti cukup untuk kita makan berenam." Mega langsung mengambil Indomie dan telur dari tangan Yono, “Tias coba lihat nasi apakah cukup untuk kita makan.” Perintah Mega.
Saya mendekat dan membantu Mega untuk memasak Indomie dengan telur, sedangkan yang lain merapikan toko sebelum makan siang tersaji.
“Mba, nasinya cukup untuk kita makan siang ini,” Tias kembali sambil membawa seluruh nasi yang ada di magicom. “Saya juga bawa cabai rawit sisa makanan gorengan tadi pagi.”
“Pas sekali, ada sisa kubis sedikit di kulkas.” Ucap Mega sambil membersihkan kubis.
Ok, kami pun mulai memasak pertama rebus Indomie goreng. Kedua kocok telur lalu campur dengan bumbu Indomie. Ketiga campur mie yang sudah di rebus dengan kocok telur dan bumbu lalu masukkan sayur kubis dan cabai rawit aduk rata. Panasi minyak sedikit diatas teflon lalu masak mie seperti memasak dadar telur hingga matang, yups jadi deh martabak telur bisa menjadi lauk untuk makan nasi.

Setelah selesai memasak kami menyiapkan untuk makan siang bersama sebelum buka toko kembali.
“Gimana, bisa kan kita makan siang bersama.” Ledek Mega pada Nando.
“Iya ini mantap banget ada sayurnya, ada cabainya cocok untuk dijadikan lauk. Mega memang mantap." Puji Yono sambil terus menyantap nasinya.
“ Jadi gimana nih masih marah sama Dian karena lupa belanja?" Sindir saya agar Nando dan Dian berbaikan, “Dian masih marah sama Nando?” Lirik saya pada Dian.
Setelah ucapan saya, kami diam sejenak hingga akhirnya Nando buka suara, “Dian, maafin saya ya tadi sempat marah dan bentak kamu.”
“Hemm." Jawab Dian sambil terus mengunyah makanan yang ada dalam mulutnya
“Apa maksudnya hemm? Kamu masih marah? Nggak mau maafin saya?" Tanya Nando tidak puas dengan jawaban Dian.
“Duh sabar Nando, saya sudah maafin kamu dari tadi, emang nggak liat mulut saya lagi penuh makanan.” Kini Dian yang berubah kesal.
“Eh, iya.. sorry saya kira kamu masih marah dan nggak maafin saya.” Ucap Nando.
“Udah marahannya, cukup sekian,” Yono menengahi sambil melirik martabak mie yang sisa sepotong, “kira- kira yang pada ngambek masih mau makan lagi ndak nih masih sisa sepotong.”
“Wes rakus amat sih, itu dibagi dua aja buat yang tadi marahan.” Tias langsung mengeluarkan pendapatnya
“Setuju, buat yang kelaparan tadi, sama yang sempet ngambek.” Mega ikut setuju.
“Untung saja ada Mega jadi kita bisa makan dengan barang yang masih tersedia, kalo tidak bakal ada perang dunia nih di toko.” Yono mulai meledek Nando. Nando yang tidak terima ledekan langsung saja membawa sisa martabak mie ke piringnya, “ woi, woles sob ngambek boleh aja tapi jangan ngabisin makanan kayak gitu saya juga masih mau.” Yono ikutan ngambil martabak mie tapi dihalangi sama Nando.
“Sudah, nanri kita buat lagi aja kalau masih ingin makan martabak mie nya.” Saya melirik jam di dinding, “ini sudah pukul satu lewat saatnya buka toko kembali, biar saya dan Mega yang beresin ini.”
Nando dengan cepat menghabiskan makanannya dan segera menyusul yang lainnya buka toko, sedangkan saya dan Mega bersih- bersih. Itulah indahnya kebersamaan dari ribut gara- gara makan lalu berdamai dengan Martabak Indomie.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰