EPS 1 - Cinta Pertama (Part 2)

0
0
Deskripsi

Pura-pura melupakan hanya karena merasa tak ada harapan adalah patah hati yang disengaja. 

Sinopsis

Airini Clarista, anak kelas unggulan di SMANSA yang sedang berusaha untuk melupakan cinta pertamanya, Lukas Priatmadja, anak kelas koridor. Melupakan cinta pertama bukanlah hal yang mudah, tetapi Airin harus melakukannya karena ia merasa bahwa Lukas tak memiliki perasaan apapun kepadanya. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa Lukas pernah memacari Nadhira. Namun, nyatanya Lukas juga menyimpan perasaan...

Halo sobat halu 👋

Sudah tiba saatnya WIB (Waktu Indonesia Butterflyera)

Ini masih di episode 1 ya, biar gak penasaran sama kelanjutannya, cuss dibaca😊😊😊

 

Airin berjalan sambil menggerutu kesal. Airin tahu dia bukan siapa – siapa untuk Lukas. Dia juga tak berhak untuk marah. Bahkan cemburu pun juga akan sia-sia.

Di tengah kekesalannya, ia melihat siswa-siswa lain yang berlarian dan berkerumun menuju areal mading utama. Airin melihat Ganta lewat, jalan terburu-buru, lalu bertanya.

"Gan, lu mau kemana buru-buru gitu?"

"Itu loh Rin, pengumuman pembagian kelas udah di tempel, gue penasaran mau lihat, yuk buruan biar bisa cari posisi strategis di kelas baru." Ucap Ganta dengan tergesa.

Airin yang tak mau dapat tempat duduk yang zonk di Kelas XII juga buru-buru melihat pengumuman dan menghubungi Dinda.

🦋🦋🦋

DI KELAS XI MIPA 1

Dinda tersenyum malu-malu, matanya tak lepas dari layar gadget di depannya. Hatinya berdebar setiap kali melihat sosok Oppa Lee Min Ho yang memerankan karakter menawan dalam drama kesayangannya, The Legend Of The Blue Sea. Entah sudah ke berapa kali ia menonton ulang drama korea yang satu itu.

"Oppa... saranghae..." ucap Dinda yang masih tersipu malu membayangkan dirinya adalah Shim Cheong tokoh utama perempuan di drama itu yang diperankan Jun Ji-hyun.

Di dalam khayalannya, Dinda bukan lagi gadis biasa, tapi menjadi Shim Cheong yang sedang dipayungi dengan lembut oleh Heo Joon-jae, sang pria idaman. Namun, bukan Joon-jae versi Lee Min Ho, Laki-laki gapura kabupaten versi fiksi yang muncul di kepalanya, melainkan laki-laki gapura kabupaten versi nyata yang ada di kelas sebelah. Senyumannya hari ini terasa seperti potongan adegan K-Drama yang lolos dari naskah.

"Din... din...? Kenapa dah ni orang senyum-senyum sendiri?" Ema memanggil Dinda yang masih tersipu tenggelam dalam khayalannya.

Ema heran melihat Dinda takut temannya hilang kewarasannya. Dia melambaikan tangannya di depan wajah Dinda.

"Ah lagi nonton drakor tuh dia, lihat tuh gadgetnya." Saut icel ke Ema.

"Ehh... sing eling Diin!" Ema menepuk pundak Dinda dan menyadarkan Dinda dari khayalannya dengan suara bervolume tinggi.

"Ah...ganggu aja lo." Saut Dinda cemberut ke dua orang yang telah mengacaukan scenario khayalannya yang manis.

"Lo sih, pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri kek orang gak waras. Drakor terosss...Drakor teross" Ema menggoda teman sekelasnya itu.

"Ya biarin aja! Gadget-gadget gue, kuota-kuota gue, yang nonton juga gue. Kok lo yang repot?" balas Dinda dengan gaya sok jutek, meski senyum geli masih terselip di sudut bibirnya.

"Ya kalau lo kesurupan semua orang juga repot, Dinda..."

"Guys, pengumuman pembagian kelas udah di tempel tu di mading sekolah" Cia, kepala suku XII MIPA 1 datang membawa kabar yang ditunggu-tunggu semua siswa.

Secara tak sengaja Cia memecah perdebatan antara Dinda dan Ema. Dengan kecepatan seribu kilometer per jam, Dinda berlari ke luar kelas hendak menuju mading utama. Ia tak boleh sampai ketinggalan dan dapat sisa kursi yang zonk. Badannya yang mungil gemoy bak botol Yakult menyusup diantara siswa-siswa lain yang juga jalan tergesa tak mau ketinggalan.

Namun sialan kepret, lantai tangga yang licin membuatnya terpeleset. Nasib baik, dewi fortuna masih menyelamatkan dirinya, lewat tangan besar yang menahan punggungnya dari belakang.

Jantungnya dibuat memompa 3 kali lebih cepat melihat wajah dari tangan laki-laki yang menyelamatkannya dari kepala benjol.

(Laki-laki gapura kabupatenku...) ucap Dinda dalam hati.

"Eh sorry, lo gak apa kan?" Tanya Rian, laki-laki gapura kabupaten yang benar-benar keluar dari khayalan Dinda, kini ada dihadapannya.

"Ah iya, gak papa kok. Btw makasih ya lo tadi udah nolongin gue. Kalau bukan karena lo mungkin gue udah masuk UGD." Ucap Dinda dengan nafas terengah-engah, entah karena lelah habis berlari, atau karena grogi, atau karena keduanya.

"Beb... Kenapa?" Suara lembut itu berhasil memalingkan perhatian Rian dan meredakan debar jantung Dinda.

Senyum Dinda memudar, matanya terpaku melihat sosok Cantika yang sesuai namanya cantik dan menawan. Cantika memang cocok bersanding dengan Rian.

"Ini tadi, aku nolongin dia, hampir jatuh." Jawab Rian menatap pacarnya itu, Rian mengulurkan tangannya, memberi sinyal mengajak bergandengan.

"Oh Dinda, ya ampun Din, hati-hati, kan madingnya gak bakal pergi. Gue sama Rian juga mau kesana, lo mau bareng?"

"Gak usah can, lo duluan aja."

"Ya udah, kalau gitu kita duluan ya."

Rian dan Cantika bergandengan tangan, pergi meninggalkan Dinda yang terus melihat ke arah mereka yang tampak mesra.

Kaki Dinda seketika lemas, ia menuruni anak tangga dengan perlahan. Dinda tahu kalau ia jatuh tak akan ada yang menolongnya lagi.

Ditengah perasaannya yang galau itu, Dinda melihat sebuah dompet hitam di ujung salah satu anak tangga. Ia membuka dompet itu untuk mengetahui identitas pemiliknya.

Tiba-tiba kakinya terasa lemas, tak sanggup melangkah lagi. Dinda pun menjatuhkan diri di salah satu anak tangga yang belum sempat ia turuni. Matanya mematung, menatap nanar foto di dalam dompet yang baru saja ia temukan.

Ku terpaku memandangmu
Meskipun kau tak di depanku (memandang foto Rian dan Cantika yang ada di dalam dompet)
Ku menunggu
Adakah dirimu hadir lagi
Di hariku (Dinda flashback mengingat Rian yang telah menolongnya tadi)

Melihat senyum yang bukan untukku
Cukup buatku merasa
Di dekatmu

(Dinda flashback mengingat dirinya yang selalu memandangi Rian dari jauh, ketika Rian memberikan senyumnya ke Cantika, Dinda ikut tersipu, selalu merasa senyum itu untuknya)

Aku rindu
Meskipun kamu belum tahu namaku
Kau buat kuhabiskan detik hariku
Tuk menjadi
Mata-mata di hari-harimu

(Dinda mulai melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, memandang ke sekitar ruangan Gedung Putih, di salah satu dinding terpanjang foto Rian dengan medali yang tergantung di lehernya)

Meskipun ku tahu dirimu (dirimu tak tahu)
Tak tahu adanya diriku
Ku berharap kita kan bertemu

(Dinda berjalan di lorong melewati siswa-siswa lain yang tengah bercengkerama, canda tawa mereka tak mampu mengalahkan kekalutan perasaan Dinda)

Aku rindu... (LANJUTIN SENDIRI, NONA CAPEK MAKLUM GEN Z, DENGERIN AJA DI YOUTUBE DAN SPOTIFY YA, SUPPORT DINDA ALIAS ZIVA BIAR GAK GALAU)
REFERENSI LAGU: MATA-MATA HARIMU (ZIVA MAGNOLYA)

Dinda tahu sejak awal, jika menaruh perasaan pada orang yang telah dimiliki, pasti hanya sakit hati yang akan dia dapati. Ia menyadari perasaanya salah, tapi ia memilih untuk bertahan. Selagi ia tidak menjadi orang ketiga, selingkuhan yang menyebabkan pertengkaran, ia tidak salah. Dinda masih punya kesempatan, ia selalu merasa, hubungan beda keyakinan sulit dipertahankan.

🦋🦋🦋

DI DEPAN PAPAN MADING

Airin menyelinap diantara siswa-siswa yang tengah mencari nama mereka di deretan daftar nama siswa pada masing-masing kelas yang di tempel di papan mading. Airin mencari namanya di kelas XII MIPA 2, tetapi tidak ada. Ia tidak menyerah, ia mencari lagi di XII MIPA 3, ternyata masih belum ketemu. Terakhir, dengan pasrah, ia mencari namanya di kolom XII MIPA 1. Dan ya, tertulis namanya di barisan nomor 23. Namun syukurnya ia tidak sendiri, ada nama Dinda di barisan terakhir. Itu cukup membuatnya sedikit lega.

"Duh, Mipa 1 lagi..." Gerutu Airin setelah menarik nafas berat.

"Ya bagus dong, Rin. Kita sekelas lagi" Sahut Icel menenangkan Airin.

"Tapi kan gue mau pindah."

"Emangnya lo mau pindah kemana? Udahlah di Mipa 1 aja sama kita-kita. Lagi pula tadi gue lihat ada nama Dinda juga, bestie lo kan" tambah Ema meyakinkan Airin.

"Hallo guys, permisi-permisi, gue kelas apa ya?" Dinda datang menggeser siswa-siswa lain. Ia sibuk mencari namanya di papan mading.

"Lo MIPA 1 lagi, bareng gue." Airin memberitahu Dinda.

"Apahhh? MIPA 1?"

"Udahlah terkejut pun gak akan merubah keadaan. Mending sekarang lo buruan, cari tempat duduk yang strategis untuk kita di kelas yang baru. Tahu kan kriterianya?"

"Yang gak terlalu di depan, gak terlalu belakang, dan pastinya dekat sama doi." Ucap Airin dan Dinda kompak.

Dinda berlari meninggalkan Airin dengan kecepatan seribu menuju kelas.

"Semangat Din-din..." teriak Airin ke Dinda yang tengah berjuang mencari tempat ternyaman untuk mereka satu tahuh ke depan.

Airin membalikkan badan dan tampak sedikit terkejut melihat sosok di hadapannya, Lukas. Sepertinya ia juga datang untuk melihat pengumuman di mading. Tanpa berkata apa-apa, Airin segera melengos pergi, menyisakan jejak kesal yang belum benar-benar hilang sejak kejadian di UKS tadi.

🦋🦋🦋

GEDUNG PUTIH, LANTAI 3

"Rian..." teriak Dinda, berhasil membuat Rian menoleh. Dinda melambaikan tangannya yang memegang dompet berwarna hitam, bermaksud menunjukkan tujuannya memanggil.

"Ini dompet lo tadi jatuh di tangga, mungkin jatuh pas lo nolongin gue."

"Ah ya ampun!" Rian nampak terkejut, ia meraba kantong celana abunya memastikan keberadaan dompetnya.

"Wah iya bener gak ada, dompet gue itu. Makasi ya...emmm?" ucap Rian sambil mengambil dompet yang diulurkan Dinda. Rian tampak bingung mau mengucapkan terima kasih, tapi dia belum tau nama lawan bicaranya itu.

"Dinda, kenalin nama gue Dinda Azzahra, bisa dipanggil Dinda atau akrabnya Din-din."

"Oh Dinda, oke kenalin gue Rian." Rian mengulurkan tangannya. Mereka bersalaman.

"Iya gue udah tau kok. Siapa sih yang gak tau jagoan Fisika SMANSA."

"Ah bisa aja lo. Thanks ya sekali lagi. Gue ke kelas dulu."

Dinda menganggukan kepalanya sambil tersenyum malu. Rian masuk ke kelas meninggalkan Dinda yang bibirnya masih tak bisa berhenti tersenyum. Pipinya mengembang dan memerah. Seluruh organ dalamnya terasa berjingkrak-jingkrak.

(Akhirnya dia tahu gue hidup, sekarang dia tahu nama gue ) ucap Dinda dalam hati 

🦋🦋🦋

Wah jadi Dinda berat juga ya, seiman tapi tak serasa. Ada gak nih yang senasib sama Dinda? Atau jangan-jangan banyak ya 🤣? 

Btw ternyata part 2 gak cukup buat nyelesaiin episode 1, jadi bakal ada part 3, Nona sengaja upload pakai part biat kalian bacanya gak kepanjangan😊

Seperti biasa Part 3 tayang lebih dulu di Karya Karsa, untuk Wattpad tayang minggu depan ya😊

Bab yang di kunci di Karya Karsa akan aku buka bersamaan dengan tayang di Wattpad. Buat yang udah gak sabar checkout aja ya murce kok🥰

Jangan lupa untuk follow, like, komen, dan vote ya😊

Follow juga sosial media Nona supaya kalian bisa lihat spill episode berikutnya dan fun fact dari postingan-postingan aku😊😊😊

Ig dan treads: noonanisa_38

Tiktok: nonanisa3

Timaacihh😊

https://www.tiktok.com/@noonanisa3?_t=ZS-8wGktBTd7nU&_r=1

https://www.instagram.com/noonanisa_38?igsh=MTJ3YjI5Nmx2YzN1NQ==

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Episode 1 - Cinta Pertama (Part 3)
0
0
Pura-pura melupakan hanya karena merasa tak ada harapan adalah patah hati yang disengaja. SinopsisAirini Clarista, anak kelas unggulan di SMANSA yang sedang berusaha untuk melupakan cinta pertamanya, Lukas Priatmadja, anak kelas koridor. Melupakan cinta pertama bukanlah hal yang mudah, tetapi Airin harus melakukannya karena ia merasa bahwa Lukas tak memiliki perasaan apapun kepadanya. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa Lukas pernah memacari Nadhira. Namun, nyatanya Lukas juga menyimpan perasaan yang sama pada Airin bahkan jauh lebih dulu dari Airin. Lukas tak punya keberanian menyatakan cinta sebab perbedaan status mereka di sekolah sebagai anak kelas unggulan dan koridor. Disisi lain, Airin telah menemukan laki-laki lain yang bisa ia cintai yaitu Agastya Mahaputra. Perlahan tapi tak pasti Airin mulai bisa melupakan Lukas karena ia sibuk mengejar cinta Agas yang ternyata tak segampang itu untuk didapatkan. Namun, tiba-tiba saja Lukas kembali, ia menunjukkan perhatiannya ke Airin. Lantas bagaimana Airin bisa melupakan Lukas? Akankah Lukas menyatakan perasaannya ke Airin? Bagaimana dengan Agas yang mulai mencintai Airin?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan