
Deskripsi
Sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan kekasihnya belum ada kabar sama sekali. Gama tau bahwa yang dia lakukan sudah sangat keterlaluan. Dia terlalu bodoh karna telah menduakan gadisnya tersebut. Bagaimana bisa dia melangkah sampai sejauh ini. Mengkhianati cinta tulus yang diberikan Rara untuknya.
Gama mencoba menanyakan Rara ke teman-teman terdekatnya. Dia juga sempat mendatangi tempat yang biasa dipakai Rara berkumpul dengan sahabat sekaligus rekan kerjanya. Tapi semua...
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
LUKA SEUSAI TAWA.
0
0
Bahkan sampai detik ini aku masih selalu ingat kapan pertama kali kita berbicara lewat video call temanmu, kapan pertama kali kamu mengirim pesan lewat dm Instagram, kapan pertama kali aku memberimu nomor WhatsApp ku, kapan pertama kali kita bertemu dan kapan pertama kali kita berjabat tangan. Dua orang asing yang dulunya tak mengenal bisa saling bertatap muka dan berbagi canda tawa. Benar benar masih ku ingat, bagaimana usahamu melawan derasnya air hujan yang turun agar kita bisa segera bertemu denganku. Hingga akhirnya aku bisa tau kapan kamu terbangun dari tidur, sampai akhirnya kamu memejamkan mata untuk beristirahat hingga tertidur pulas dan saling memberi kabar lagi setelah terbangun dengan penuh kasih sayang. Menjadi alarm mu setiap pagi supaya kamu tidak terlambat melakukan aktivitasmu. Selalu mengajarkan bagaimana cara bersyukur dan ikhlas dengan benar, sampai pada akhirnya aku bisa mencintai ketidaksempurnaan. Dan yaaa, kamu yang bisa membuat aku begitu bersyukur dengan badan pendek dan gendutku ini. Kamu juga yang selalu mengingatkan ku perihal minum obat 'minum obat biar gak pusing' 'minum obat biar nanti gak mimisan lagi'. Berjanji untuk tidak menjadi lelaki yang sama seperti kebanyakan lelaki di masa laluku. Waktu kita memang sangat singkat. Sangat singkat. Tapi kita sudah banyak melukis kenangan. Kita berlibur bersama, menikmati perjalanan berdua bersama, kamu yang sangat posesif perihal makan, minum obat dan jaket. Kamu yang berhasil membuat aku menganggap bahwa tidak semua lelaki berbeda karena aku punya kamu. Kamu! Satu satunya orang yang membuat aku kehilangan segala kesempatan untuk melihat ke arah yang lain. Seakan akan berhasil membutakan mataku. Sedangkan kamu, tidak pernah benar benar mampu untuk menampakkan setia. Sekarang aku paham, jika seseorang (kamu) yang pernah membuatku merasa begitu berarti, tidak selamanya bisa memelukku dengan erat. Kenyataan berkata lain. Kehadiranmu hanya sementara sedangkan sisanya adalah bagianku untuk merelakan. (Kamu) yang perginya tak pernah ku inginkan. (Kamu) yang senyumnya masih ada jelas diingatan. (Kamu) yang seutuhnya masih terbayang pada tiap tiap malam. (Kamu) yang masih begitu dekat namun sekat untuk kembali menyapa terlampau tinggi. Tidak pernah aku mampu untuk menjadi lebih berani; menjadi seseorang yang jelas bukanlah aku. Ibaratku adalah puisi yang tak berima, yang telah lama kehilangan keelokannya. Tidak ada nada merdu, dan tak pernah mampu untuk menjadi beda ataupun sempurna. Tak pernah menjadi kesayangan, apalagi menjadi satu satunya. Kembalilah, meskipun hanya sebagai teman. Mulailah berbicara padaku seperti layaknya tidak pernah ada sebuah cinta dan hubungan diantara kita sebelumnya. Bahagia dan tertawalah seperti kamu tidak pernah melukai, mengecewakan dan bahkan meninggalkanku. Itu akan lebih baik, daripada kita terus berlomba lomba untuk menunjukkan siapa yang lebih dulu bisa tanpa kita (aku dan kamu).
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan