Bab 1 : Mertua VS Menantu . Kapan Usai ???

3
3
Deskripsi

Hubungan mertua dan menantu sering kali bagaikan api dalam sekam, diam-diam panas, hanya menunggu api membara dan membuat terbakar. Banyak yang memilih bertahan, aku  memilih menjauh, dan tak sedikit yang harus berjuang di antara dua cinta, cinta untuk pasangan dan tanggung jawab supaya tidak dikatakan menantu durhaka.

Buku ini bukan sekadar curahan hati, bukan pula ajang mengumbar aib. Ini adalah cermin bagi kita semua. Kisah-kisah nyata dari para menantu yang berjuang mempertahankan kewarasan dalam...

Aku menulis buku ini bukan untuk mengumbar aib. Bukan pula untuk menjelek-jelekkan mertua. Aku menulis buku ini karena aku tahu, di luar sana ada begitu banyak menantu yang hatinya pernah remuk oleh kata-kata tajam, tetapi memilih diam. Ada banyak menantu yang menelan luka sendirian, hanya karena tidak ingin membuat suaminya serba salah. Dan ada begitu banyak menantu yang butuh tempat untuk sekadar menghela napas, tanpa takut dihakimi, tanpa merasa bersalah hanya karena ingin didengar.

Aku tahu, mertua juga manusia. Mereka punya masa lalu, pengalaman, dan cara berpikir sendiri. Tapi kadang, kata-kata mereka melukai lebih dari yang mereka sadari. Kata-kata yang terasa seperti silet di hati, meninggalkan luka perih yang sulit sembuh. Kata-kata yang, tanpa mereka sadari, membuat seorang menantu menangis di dalam kamar, menahan sesak, berharap bisa pulang ke rumah orang tuanya, ke tempat di mana ia tidak perlu merasa terasing.

Buku ini lahir dari kisah-kisah nyata. Dari teman-temanku, dari sahabat-sahabat di media sosial, dari para pembaca novel Netganno yang dengan tulus berbagi cerita. Aku berjanji pada mereka, bahwa kisah ini akan tetap anonim. Bahwa mereka bisa berbicara tanpa takut dihakimi. Dan ketika aku membaca satu per satu cerita mereka, aku hanya bisa menghela napas panjang. Betapa pedihnya perlakuan yang mereka terima. Betapa kejam dan tajamnya  lidah beberapa mertua, yang bagaikan pedang pendekar - Si Racun Barat dalam film silat -  Condor Heroes!

Kadang aku berpikir, bagaimana mungkin seorang ibu yang dulu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih, bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyakitkan kepada anak perempuan orang lain? Anak perempuan yang dulu digendong, dicium, dan dijaga dengan penuh cinta oleh kedua orang tuanya. Lalu kini, setelah menikah dengan anak laki-lakinya, seolah menjadi orang asing yang harus membuktikan dirinya setiap hari. Seolah menjadi saingan bagi ibu mertuanya dalam memperebutkan kasih sayang anaknya sendiri.

Aku mengerti, mungkin tidak semua mertua bisa langsung menganggap menantunya sebagai anak sendiri. Tapi setidaknya, jangan anggap dia orang luar. Jangan anggap dia tamu yang bisa diusir kapan saja. Jangan anggap dia pesaing yang ingin merebut sesuatu darimu.

Menantu itu, sebelum menikah, adalah anak kesayangan keluarganya. Dia tidak meminta lebih, tidak mengharapkan banyak. Hanya ingin diterima sebagai bagian dari keluarga, tanpa rasa curiga atau prasangka. Tanpa perlu merasa harus selalu membuktikan dirinya.

Dan untuk kita, para pembaca buku ini, aku berharap kita bisa belajar. Tajamnya lidah mertua cukup sampai di era kita. Biarlah generasi kita yang mengakhiri pertarungan sengit "Mertua VS Menantu." Mari kita ganti kata-kata itu dengan sesuatu yang lebih baik: "Mertua ❤️ Menantu."

Bisakah kita mewujudkannya? Aku yakin bisa.

Mari kita bertekad, agar kelak, ketika kita menjadi mertua, menantu kita merasa aman, diterima dicintai  dan dihargai.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bab 2 : Kata pertama yang membuat luka
2
3
Kata Pertama yang membuat luka
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan