Bab 7 : Mari kita akhiri perseteruan ini

2
0
Deskripsi

Bab ini merupakan akhir dari ceritaku mengenai mertua VS menantu. Mohon maaf tidak  semua  cerita-cerita para menantu yang bisa kutulis saat ini, tapi teman-teman boleh tetap curhat dengan DM saya, agar beban kalian terasa lebih ringan.. Semoga dengan membaca buku ini, teman2 tahu kalau kamu  tidak sendirian dan banyak dari kita para menantu yang  melalui drama hubungan mertua VS menantu ini dengan sukses.  Jadi tetap kuat ya, para wanita-wanita hebat. teman-temanku tersayang. 

Aku tahu, tak ada sekolah untuk menjadi menantu yang baik. Tak ada kurikulum yang mengajarkan bagaimana mencintai dan menghormati ibu dari orang yang kita cintai. Terlebih ketika cinta itu hadir bersama ekspektasi, luka-luka masa lalu, serta nilai-nilai dari dua dunia yang berbeda yang sering kali bertabrakan.

Setelah menjadi menantu, aku merasakan sendiri betapa ucapan dan sikap dari mertua bisa sangat melukai, meski kadang tidak  dia sadari. Dan setelah mendengar begitu banyak curhat sahabat-sahabatku, para perempuan kuat yang kini menyandang peran sebagai menantu, aku tahu bahwa luka kami ternyata serupa,  luka yang nyaris tak terlihat, tapi begitu dalam dan menyakitkan. 

Luka yang lahir dari kalimat-kalimat tajam yang dikira nasihat, dari sikap yang terasa tak peduli, dari harapan yang tidak pernah disampaikan dengan kasih, dan penerimaan yang seakan selalu menggantung di udara. Ucapan-ucapan itu membuat kami merasa kecil, tak cukup baik, seolah tak pernah benar-benar pantas menjadi bagian dari keluarga suami, lelaki yang kami cintai sepenuh hati.

Kami tak sedang mengeluh….kami hanya ingin didengar.
Kami tak sedang melawan……kami hanya sedang mencoba bertahan.
Dan aku, menulis buku ini agar cerita kami tidak hilang dalam diam.
Agar beban kami terasa lebih ringan, dan luka kami mendapat tempat untuk disembuhkan.

Buku ini bukan untuk menyudutkan, tapi untuk menunjukkan.
Bahwa menjadi menantu bukan hal yang sederhana.
Bahwa ada banyak perempuan yang sungguh-sungguh ingin mencintai ibu dari suaminya, tapi tak pernah diberi ruang untuk diterima.

Untuk kita semua , para menantu-menantu …..peluk erat dirimu.


Kita sudah sangat kuat. Kita sudah mencoba sebisanya. Kita berhak dicintai tanpa syarat, diterima tanpa perbandingan, dihargai tanpa harus sempurna. Dan bila semua itu telah kita lakukan, tapi tetap tak mendapat balasan yang sepadan, jangan salahkan kami bila kami memilih menjauh. Bukan karena membenci, tapi karena kami ingin melindungi hati kami. Melindungi pernikahan kami. Karena kadang, menjauh dan menjaga jarak yang sepantasnya  adalah satu-satunya cara agar luka ini tidak semakin dalam dan menyakitkan. 

Untuk para mertua yang membaca cerita ini, semoga ada sebersit kesadaran yang tumbuh dari lembar demi lembar kisah kami . Bahwa menantu bukanlah saingan. Ia bukan ancaman. Ia adalah seseorang yang juga mencintai anakmu dengan sungguh-sungguh. Mungkin dengan cara yang berbeda, tapi tetap dari hati yang tulus.

Mungkin kita tidak akan pernah menjadi sahabat. Tapi semoga kita bisa saling menghormati. Karena pada akhirnya, bukankah kita punya cinta yang sama… untuk orang yang sama?

Dan untuk kita para menantu, yang kelak akan menjadi mertua, semoga kita tak mewarisi luka yang sama. Mari kita hentikan lingkaran ini. Jangan ulangi luka yang dulu kita telan dalam diam. Saat waktunya tiba, mari perlakukan istri dari anak lelaki kita seperti anak perempuan kita sendiri, dengan kasih, bukan curiga. Dengan doa, bukan tuntutan.

Kalau bisa, tinggallah terpisah.
Berikan nasihat hanya jika diminta.
Berhentilah merasa paling tahu.
Biarkan mereka membangun rumah tangga dengan caranya sendiri.
Jangan menjadi helikopter parent yang tak mau lepas kendali. Dunia mereka akan sangat  berbeda dan itu bukan berarti mereka melupakan kita, hanya saja mereka sudah punya cinta dan  rumah yang lain untuk dijaga.

Semoga aku bisa menjadi mertua yang seperti itu. Dan aku berharap kalian, sahabat-sahabatku yang membaca ini, juga bisa.

Setelah lembar demi lembar kita lewati bersama, satu hal menjadi begitu jelas 
Menjadi menantu bukanlah peran yang mudah.
Sama sulitnya, mungkin, dengan menjadi mertua.

Perjalanan ini tak selalu manis. Tak selalu hangat. Tapi di dalamnya, ada cinta yang ingin dijaga. Ada keluarga yang ingin tetap dipeluk, meski jalannya kadang berliku.

Akhirnya, hidup ini bukan tentang siapa yang paling benar. Bukan soal siapa yang paling berkuasa. Tapi tentang siapa yang bersedia melangkah lebih dekat.
Siapa yang rela menurunkan suara, dan menaikkan cinta.
Siapa yang mau membuka hati, walau pelan.

Mungkin kita tak akan pernah benar-benar dekat.
Tapi semoga kita bisa saling menghormati.
Karena pada akhirnya…
Kita punya cinta yang sama,
Untuk orang yang sama.

Dan di antara luka dan cinta,
semoga selalu ada jalan pulang
ke rumah,
ke hati,
dan ke keluarga

 

Salam sayang dariku untuk kalian semua, para sahabat-sahabat yang sudah bersedia berbagi kisah

Netganno

 

Bekasi, 7 April 2025

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bab 6 : Forever Outsider
3
0
Menantu yang selalu dianggap bukan bagian dari keluarga
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan