Bab 5 : Kisah-Kisah Para Menantu ( 2 )

2
4
Deskripsi

Semoga curhatan   para menantu ini bisa membuat hati menantu yang tersakiti menjadi lebih ringan. Tetap semangat sahabat-sahabatku,  para menantu. Kebahagian dalam hubungan rumah tangga kita jangan terkikis hanya karena mertua toxic

Kadang, mertua itu seperti dokter dadakan, khususnya dalam urusan kehamilan dan pengasuhan anak. Seakan-akan mereka punya gelar dokter kandungan, dokter anak, sekaligus psikolog tumbuh kembang, meskipun semua "ilmu" itu hanya berdasarkan pengalaman pribadi. Dan sering kali,  mereka ingin kita, para menantu melakukan segala sesuatunya persis seperti yang mereka lakukan dulu saat membesarkan anak-anak mereka.

Ya… ya… kami tahu. Kalian sudah melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak lelakimu  sampai tumbuh dewasa. Kami juga paham, pasti ada perasaan tidak rela saat melihat anak lelaki yang dulu begitu bergantung pada kalian, kini beralih menyayangi wanita lain. Tapi tolong, beri kami ruang untuk menjalani peran sebagai ibu dengan cara kami sendiri, beri kami kebebasan dalam hal mengasuh anak kami sesuai pola asuh yang kami inginkan. 

Di bab ini, aku ingin berbagi cerita dari sahabat-sahabatku. Mereka yang harus menghadapi mertua yang bertindak seakan-akan mereka satu-satunya yang paling tahu tentang kehamilan, paling tahu tentang cara  pengasuhan anak.  Cerita-cerita ini bukan sekadar keluhan, tapi potret nyata dari perjuangan para menantu yang sering kali merasa tersudut, tersakiti, bahkan dibuat merasa tidak cukup baik sebagai ibu.

Karena menjadi ibu itu sudah cukup berat. Tapi menghadapi mertua yang merasa lebih tahu segalanya? Itu tantangan yang kadang bikin darah  mendidih. 

Sebelum kita lanjut ke cerita-cerita nyata dari sahabat-sahabatku, ada satu hal yang perlu dipahami. Kalau saja apa yang diajarkan oleh mertua itu memang benar dan sesuai dengan logika para menantu,  pasti mereka  akan dengan senang hati mengikutinya. Menantu juga  bukan wanita  tanpa otak atau tidak bisa berpikir.   Tapi yang terjadi,  seringkali apa yang mertua  ajarkan  sudah tidak lagi relevan dengan zaman sekarang. Astronot sudah mendarat di bulan, tapi mereka masih menganggap bulan sebagai tempat bersemayamnya para dewa, begitulah kira-kira perumpamaan cara pikir para ibu mertua. 

Jadi, jangan salahkan kami kalau terkadang kami memilih untuk melawan. Jangan salahkan kami juga kalau anak lelaki kalian akhirnya mendukung kami, karena pikiran mereka lebih nyambung dengan cara berpikir kami. Kita kan sama-sama ingin yang terbaik untuk anak  kami , toh anak kami pastinya juga merupakan cucu tersayang kalian. 

Inilah kisah-kisah para menantu yang mempunyai

  1. Mertua yang berlakon bagaikan   Dokter Kandungan

Ini cerita salah satu sahabatku, sebut saja namanya D.  Sahabat saya ini, di usia kehamilan nya yang ke 3 bulan,  dokter mendiagnosa kalau dia mengalami Placenta Previa, cuma belum 100 % tertutup jalan lahirnya, jadi masih harus terus dipantau t sampai usia kandungan bulan ke lima, bila placenta previa ini tertutup 100 %, maka R tidak boleh melahirkan secara normal, harus dioperasi . 

Selama kehamilan, D dengan kondisi Placenta Previa juga diharuskan berhati-hati . Tapi tahukah apa yang diucapkan oleh mertuanya 

“ Mami anak empat semua lahirin nomal dan baik-baik saja. Kita perempuan jangan takut ngerasain sakit pas melahirkan normal. jangan manja minta dicaesar, rasa sakit dari melahirkan itu memang resiko jadi seorang ibu.” 

Mendengar kata-kata mertuanya tentu membuat mental D menjadi down,  dia terus  menangis Untung suami D baik, suami D mengatakan  kepada mamanya 

“ Kalau terjadi apa-apa dengan istri dan anakku, kalau mama paksa istriku lahiran normal, aku nggak akan bisa hidup dan aku akan merasa sangat bersalah kepadanya. ” 

Tapi sang ibu mertua seakan tidak peduli dan tetap mempertahankan pendapatnya.

Sahabat saya , si D  saat bulan ke 7 kehamilannya, mengalami pendarahan hebat, sang ibu mertua dengan ringan berkata, bahwa kondisi itu biasa saja. Dia seperti  lulusan  dokter kandungan  dari universitas ternama 

“ Pendarahan bulan ke 7 biasa aja pada ibu hamil, semua ibu hamil juga mengalaminya, jadi nggak usah heboh dan ke rumah sakit, cukup istirahat dan berbaring saja sampai pendarahan berhenti.” 

Tapi saat itu suami D sudah tidak mau mendengar kata-kata mamanya, bersama ayahnya dia langsung membawa D ke rumah sakit dan segera ditangani oleh dokter kandungan benaran bukan orang yang berlakon layaknya dokter kandungan.  

“ Untung ibu  segera dibawa ke rumah sakit,  kalau tidak, akan terjadi hal  yang tidak diinginkan dengan bayinya”

 D segera di suntik obat untuk menguatan paru-paru janin dan dalam pemantauan dokter sampai  pendarahannya berhenti. Untung tuhan melindungi sahabatku D,  malam itu pendarahannya berhenti  dan akhirnya  pada usia kehamilan ke 35 D  melahirkan bayi sehat berberat 2,2 kg  , tentunya dengan operasi caesar. 

Kata-kata mertua D yang memaksa D harus lahiran normal karena lahiran normal adalah kodrat ibu, adalah satu kata yang membuat luka mendalam pada diri D.  Satu kata tajam  yang membuatnya merasa dianggap sebagai orang luar yang tidak di sayang. Satu kata itu, membuat D bertanya 

 Kok aku ini lahiran menyusahkan banget, sampai harus di caesar sedangkan mertua melahirkan 4 anak baik-baik saja dengan persalinan normal.”

Kata-kata itu  Membuat D merasa bersalah dan merasa tidak cukup baik sebagai seorang istri dan ibu. 

Tapi untung D mempunyai suami hebat yang selalu mendukungnya hingga sekarang kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja. Bagaimana dengan ibu mertua, tetap ada drama, tapi D berusaha tetap sabar dan berprilaku sepantasnya saja pada beliau, tidak bisa dekat layaknya ibu dan anak, karena satu perkataan mertua yang sudah menyebabkan luka dalam dirinya. 

 

2. Mertua yang Berlakon  Jadi Dokter Anak

Salah satu sahabatku lainnya, sebut saja namanya I, setelah keluar dari rumah sakit, dia berniat untuk memberi ASI pada anaknya, tapi mertuanya melarang dengan keras, kata-kata mertuanya itu telah membuat luka mendalam di hatinya

“ Nggak usah diberi ASI, nanti cucuku lapar, belum tentu ASI mu bisa banyak dan mencukupi kebutuhan cucuku. Aku dulu juga tidak beri ASI pada semua anakku dan kamu lihat sekarang mereka tetap tumbuh dengan baik"

Sahabatku , I tentunya tidak berani membantah perkataan mertuanya, tapi dalam hati dia sangat terluka karena ingin memberikan yang terbaik untuk bayinya. 

Kalau yang ini ceritaku, pada kehamilan kedua, aku memang berniat memberikan ASI eksklusif kepada anakku selama enam bulan. Pemberian ASI eksklusif itu baru maksimal, kalau anak-anak tidak mengkonsumsi apapun bahkan air putih selama enam bulan itu. 

Seperti biasa, mertuaku berkomentar 

“ mana boleh uda minum ASI, tidak dikasih air putih, nanti lidah nya timbul bintik-bintik putih.” 

Tapi ini uda anak keduaku, aku uda berani melawan, dan aku langsung mengatakan “ Tidak, pokoknya anakku tidak boleh di beri air putih, kalau dia haus tetap harus minum ASI ku ASI tidak akan menyebabkan lidah bayi menjadi putih."  

Suamiku juga melarang mamanya berkomentar lagi, sehingga mertua tidak berani lagi nyinyirin hal itu. 

Kemudian di bulan ke empat, kembali dia berkomentar  “ Uda empat bulan, uda harus makan bubur, mana cukup hanya makan ASI, mana ada vitaminnya”

Aku menjawab dengan tegas “ Saat anakku enam bulan, baru akan aku beri pendamping ASI, tidak di usia empat bulan. Siapa yang bilang ASI itu nggak ada vitaminnya? Siapa yang bilang ASI ku ngak cukup?” sambil aku buka kulkasku dan memperlihatkan kepada sang ibu mertua , berkantong-kantong stock ASI ku.

Akhirnya mertua diam dan tidak berani lagi memprotesku.

3. Mertua Berlakon jadi Ahli  Gizi

Ini cerita salah satu sahabat saya, yang mertuanya berlakon bagaikan ahli gizi. Sahabat saya ini, sebut saja namanya H. 

Sesaat setelah H melahirkan, dia berusaha untuk memberi ASI pada anaknya, tapi dengan lidah tajamnya, sang mertua menelepon suami H dan mengatakan dengan suara cukup keras seperti sengaja agar di dengar H

“ ASI istrimu nggak mungkin keluar, karena pola makannya tidak baik. Dia mana mungkin bisa ada ASI kalau makannya sembarangan, tidak makan makanan bergizi.” 

Betapa sedihnya hati H mendengar kata-kata mertuanya ini yang merendahkan dirinya sesaat dia melahirkan dan ingin memberi ASI kepada anaknya, bukannya dapat dukungan, tapi malah dimentahkan secara mental, padahal untuk mendapatkan ASI berlimpah, psikologis ibu harus benar -benar terjaga dengan memberikannya kasih sayang , perhatian dan dukungan. Sayangnya, semua itu tidak didapatkan oleh H. Yang ia dapat hanyalah kata-kata tajam yang menghakimi.

Padahal selama hamil, H sangat menjaga asupan makanannya. Dia rajin mengikuti anjuran dokter, memastikan asupan protein, sayur, dan buah selalu cukup. Tapi yang menyakitkan, selama masa kehamilan itu, sang mertua yang tinggal serumah tidak pernah benar-benar peduli. Tidak bertanya, tidak memperhatikan, dan kini tiba-tiba bersikap seolah paling tahu, seolah-olah dia ahli gizi paling mumpuni.

Dan yang membuat luka itu makin dalam: suami H yang ia harapkan jadi pelindung malah diam saja. Bahkan seolah mengiyakan ucapan ibunya. H merasa sendirian, padahal ini adalah masa di mana seorang ibu baru sangat butuh dukungan.

Cerita H ini bukan sekadar tentang ucapan mertua, tapi tentang luka yang bisa ditinggalkan oleh kurangnya empati. Kadang, niat "menasihati" justru bisa berubah menjadi pisau yang melukai, apalagi ketika tidak disampaikan dengan kelembutan, dan tanpa berusaha memahami. 

 

4. Mertua berlakon jadi presenter SILET

Tentu kita semua  masih ingat acara gosip SILET yang dulu populer di TV .  Yang dibawakan oleh Fenny Rose dengan tagline legendaris:
“Semua dikupas tuntas... setajam SILET!”

Ya, kita semua tahu itu hanya acara hiburan. Tapi sayangnya, dalam kehidupan nyata, ada orang yang kita panggil mertua,  ikut-ikutan berlagak seperti presenter SILET, hanya saja bukan membahas kehidupan artis, tapi menantu mereka sendiri.

Di bagian ini, aku ingin berbagi cerita dari sahabatku, sebut saja namanya K. Dia adalah salah satu dari sekian banyak perempuan yang pernah menjadi 'topik utama' gosip di antara tetangga, baby sitter dan para kerabat.

Suatu hari sahabatku K mendengar bahwa ibu mertuanya berbicara kepada tetangga depan rumah dan mengatakan:
 

Yang paling aku sesalkan adalah anakku menikah dengan dia. Tidak seharusnya anakku menikahi dia."

Kalimat itu, terdengar ringan bagi yang hanya sekadar lewat. Tapi bagi K, itu seperti luka yang terbuka dan disiram air garam. Bagaimana mungkin seorang ibu yang seharusnya menerima dan mendukung pernikahan anaknya justru mengumbar penyesalan di depan orang lain?

K merasa seolah-olah dia telah mencuri kebahagiaan seseorang ibu.  Seolah-olah kehadirannya di dalam keluarga hanya membawa penyesalan. Hatinya hancur. Rasa percaya dirinya runtuh. Dia merasa tidak cukup baik, tidak layak, tidak pantas untuk menjadi seorang istri.  Dan luka itu sampai hari ini masih terasa.

Tapi di tengah rasa sakit itu, Tuhan memberikan K seorang suami yang luar biasa. Suaminya berdiri teguh di sisinya dan membelanya . Sang suami  berkata dengan tegas kepada ibunya. 

“Aku tidak pernah menyesal menikahi K. Justru dia adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan dalam hidupku. Aku ini laki-laki biasa, masih berjuang dari bawah. Tapi K memilih untuk berjalan bersamaku. Ada banyak laki-laki lain yang lebih mapan yang ingin menikahinya, tapi dia memilih aku. Jadi Mama, tolong... jangan pernah bilang lagi kalau aku salah menikah.”

Ketika sahabatku K menceritakan kisah ini, matanya berkaca-kacabukan hanya karena sakit hati atas kata-kata sang mertua, tapi juga karena syukur memiliki suami yang mau berdiri dan melindunginya.

Sahabat, kadang luka terbesar tidak datang dari musuh, tapi dari keluarga. Kata-kata yang seharusnya menjadi doa dan dukungan, malah berubah jadi pisau yang mengiris perlahan. 

Tapi semoga, untuk setiap luka itu, Tuhan selipkan satu orang yang tetap setia menggenggam tanganmu dan berkata, 

"Aku di sini. Bersamamu.”

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bab 7 : Mari kita akhiri perseteruan ini
2
0
Bab ini merupakan akhir dari ceritaku mengenai mertua VS menantu. Mohon maaf tidak  semua  cerita-cerita para menantu yang bisa kutulis saat ini, tapi teman-teman boleh tetap curhat dengan DM saya, agar beban kalian terasa lebih ringan.. Semoga dengan membaca buku ini, teman2 tahu kalau kamu  tidak sendirian dan banyak dari kita para menantu yang  melalui drama hubungan mertua VS menantu ini dengan sukses.  Jadi tetap kuat ya, para wanita-wanita hebat. teman-temanku tersayang.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan