Sepotong Rasa ; Sembilan

999
160
Deskripsi

Yuhuuu, aku berusaha nyelesaikan part ini buat akhir tahun. syukurlah, bisa juga wkwkwk

usai aku abis disuntik penambah darah. bokong pegel yees. tapi gpp, biar sehat hahaha

okee semuanya, happy reading yaaaa

 

Pejabat-pejabat yang seminggu lalu sibuk berjibaku dengan hasil quick count, tampaknya kini sudah menjadi diri mereka sendiri. Walau geliat saling jilat serta saling sikut, masih menjadi topik panas di antara para player yang pagi ini merumput cukup ramai.

Sebenarnya, Mayang enggan memilih tamu politisi. Tetapi, rekan segrupnya, Helen dan Putri, menginginkan para calon-calon baru anggota legislative yang di Nopember nanti akan memenuhi Senayan. 

“Minimal, kita dapet bocoran mana aja yang lolos ke Senayan, May,” komentar Helen ketika Mayang menginginkan mereka menemani keluarga Hartala saja. “Kalau Hartala family mah jelas, Pak Tama sama Pak Affan yang berada di rantai tertinggi. Nah, politisi nih, May, yang suka bongkar pasang.”

“Apalagi masalah menteri, ya?” sahut Putri yang sudah selesai memasang atribut di seragamnya. “Resuhuffle bisa berkali-kali dalam satu periode. Ayo deh, May, kita pilih Pak Keylan aja. Doi ‘kan, membernya koalisi. Terus, denger-denger doi juga yang bakal jadi ketua umum partai mendiang Pak Kusno Aji. Jelas, May, ini masa depan.”

Ck, ya, begitulah.

Sebagai exclusive caddy, mereka tak sekadar menemani player dalam merumput saja. Walau semua member VIP di Bukit Indah Golf ini layak dilayani, tetapi paling tidak mereka harus punya ancang-ancang ke mana loyalitas mereka akan terbang. Apalagi, bila dikalangan politisi. Mereka wajib mengetahui, status sosial atau pun jabatan-jabatan sang pejabat Negara di pemerintahan. Bukan apa-apa, kadang kala bila salah satunya tersangkut kasus suap, para caddy juga akan terkena imbas.

Money laundry di lapangan golf sering kali terjadi.

Salah satunya dengan menjadi member VIP, lalu membayar biaya keanggotaan untuk jangka waktu lebih dari dua atau tiga tahun. Pengadaan stick-stick golf yang dititipkan pada masing-masing loker milik VIP. Dan tak lupa, membayar ani-ani. 

Well, seperti yang pernah Mayang katakan, beberapa rekan caddy, menjadi simpanan pria-pria berdasi. 

“Lo pada bukan lagi nyari lowongan buat jadi ani-ani ‘kan?” selidk Mayang dengan ipad di tangan. Sebagai asisten caddy master, ia bebas menentukan player yang akan ia pandu. Karena itu, ketika VIP telah memesan hari ini untuk merumput, maka Mayang dapat mengaksesnya untuk memilih pemainnya sendiri.

“Dih, kalau kalangan politisi, ogah,” cebik Helen sambil meniup-niup ujung kukunya. “Dikit aja mereka kena skandal, abis kita dikuliti netizen Indonesia tercinta.”

“Mending nungguin ajakan jadi istri kedua pengusaha, ya, Beb?” Putri tertawa. “Minimal, mereka bangkrut doang sih. Nggak nyangkut ke polisi hitungannya.”

“Pak Tama dulu santer banget mau cerai sama istrinya. Eh, malah nggak jadi.”

Kemudian, Helen dan Putri sibuk bergosip mengenai pengusaha-pengusaha yang dulu sempat dikabarkan akan bercerai dari istrinya.

Mayang hanya mampu berdecak mendengar teman-temannya mengabsen satu per satu nama pengusaha-pengusaha itu. Moodnya sedang tidak bagus. Jadi, naluri menggosipnya sedikit teredam. Maklumlah, seminggu ini ia sudah di ghosting oleh dua dua.

Yang pertama tentu saja, Dupret. Alias duda kampret si Rafael yang sok sibuk-sibuk tak menentu. Setelah meninggalkannya dengan kentang malam itu. Pria tersebut, mendadak hilang ditelan bumi. Mayang sudah membombardirnya dengan rentetan chat panjang setiap hari. Satu sisi, memang ingin mengganggu. Tetapi di sisi lain, ia memang sedang kurang asupan kegiatan.

Nah, duda yang kedua ini ia juluki Durat. Alias si duda konglomerat. Ya, siapa lagi bila bukan Balarama Hutomo yang senyumnya mengandung aura ke-bapak-an yang buat Mayang ingin sekalli ditimang. Ugh, om Rama calon suami masa depannya itu, sedang mengurus perihal permasalahan Arhan yang menghamili selingkuhannya. Idih, dasar bule goblok! 

Ya, sudahlah, abaikan saja persoalan Mayang dengan para perkumpulan duda-dudanya itu. Mari kembali mencari nafkah.

“Oke, Keylan Hanggono Aji,” ia sudah memilih tamunya. Buat kedua rekannya langsung bersorak.

Yes!”

Menutup ipad setelah mengisi tamu yang akan ia dampingi pagi ini, Mayang meraih cermin kecil untuk memastikan kondisi wajahnya sudah baik-baik saja pasca perawatan skin booster dengan DNA Salmon sekitar lima hari yang lalu. “Muka gue udah nggak kelihatan bentol-bentol ‘kan?” ia menengadahkan wajahnya agar ditatap teman-temannya dengan jelas. “Belum kelihatan flawless, ya?”

“Kenapa nggak nambah botox aja sih, Beb?” Helen menyentuh kening Mayang. “Eh, tapi kena matahari pagi gini, glowing lho, Beb.”

“Padahal, gue cuma pakai tinted sunscreen aja lho,” Mayang menyombongkan kondisi kulit wajahnya. “Gue kayaknya mau stop botox, deh,” ia melanjutkan dengan memeriksa kondisi wajahnya. “Gue juga udah males face lift lagi. Pengin coba HIFU aja. Kemarin dokternya nawarin. Lebih aman deh kayaknya.”

“Tapi gue penginnya Rhinoplasty nih,” Helen menekan-nekan hidungnya sendiri. “Gue udah sering ngobrol sama tamu-tamu kita yang cewek. Rata-rata mereka nyaranin ke Korea aja.”

“Dokter Tompi juga bagus, Beb,” Putri menimpali. “Banyak yang sukses di Korea. Tapi banyak juga yang gagal.”

“Ngomong-ngomong, Tuan Putri Smith, jam berapa sih booking driving range, kemarin? Kok bisa apesnya kena Alya?” tanya Mayang penasaran.

Driving range merupakan tempat latihan memukul untuk pemain golf. Entah itu bagi pemula, atau para pemain yang ingin melatih teknik-teknik dalam memukul. Dan yang jelas, driving range di Bukit Indah Golf, juga boleh dipesan untuk perorangan. Asalkan membayar rate harga yang telah disepakati. Sepagi ini, driving range dipesan khusus oleh Zaneta Almira Smith. Remaja 15 tahun yang digadang-gadang akan menjadi pewaris selanjutnya dari bisnis milik keluarga remaja perempuan tersebut. 

“Nggak apes sih, bagi Alya. Kan yang nemenin si tuan putri, bapaknya sendiri.”

“Oh, wow,” Mayang mengangguk-angguk paham. “Cuci mata lihat bokong kencengnya Pak Bos Smith, ya?” ia pun tertawa.

“Tapi heran deh gue, istrinya tuh jarang banget kelihatan, ya?”

“Indikasi mau cermai nggak sih?”

Dan seperti yang sudah diduga, mereka pun mulai mengeluarkan asumsi-asumsi sok tahu. Memang, gosip mengenai kelakuan orang kaya itu tidak ada habisnya. Wajib dibahas sampai tuntas.

Tak lama, seorang porter datang ke gedung caddy dan menyerahkan beberapa golf bag kepada Mayang dan grupnya.

“Keylan Hanggono Aji,” ucap porter tersebut dari atas golf cart. “Kita cek lagi, isi-isinya, ya?”

Sesuai kebiasaan, setiap kali golf bag diturunkan, akan dilakukan pemeriksaan alat-alat yang berada di dalamnya. Pihak porter, maupun caddy, wajib mencatat setiap barang untuk meminimalisir kesalahpahaman yang biasanya mengarah pada kehilangan.

“Sip, lengkap semua ya, Mas Seno,” Helen melambai sok imut pada porter berdarah Manado itu. “Seneng deh, pagi-pagi gini ada Stefan William kawe sepuluh yang nongol di antara rerumputan hijau.”

“Jangan seneng-seneng dulu kalian, ya? Kabarnya, Pak Keylan lagi mau taruhan sama temen-temennya. Kalian siap-siap aja deh kena maki,” ringis Seno—sang porter.

Aduh ….

Dalam dunia mereka, taruhan dalam permainan sudah merupakan hal lumrah.

Masalahnya, bila player yang mereka dampingi menjadi pihak yang kalah, maka siap-siap saja akan menjadi pelampiasan amarah. Walau kalau menang mereka juga bisa kecipratan rezeki. Tetapi masalahnya, player yang kali ini mereka bawa adalah Keylan Hanggono Aji, yang terkenal kasar dan tukang marah.

“Ya, ampun … kalau gini, mending gue ke Hartala aja ah,” keluh Putri sambil memegangi dada.

Tuh ‘kan!

Tadi Mayang bilang juga apa!

 

*** 

 

Mayang bosan berada di kosan.

Tetapi ia malas untuk bertemu orang-orang.

Kakak laki-lakinya masih sok sibuk usai kalah dalam pemilihan umum sebagai calon anggota DPR RI. Mengganggu Nyala pun tidak ada asyik-asyiknya. Om Rama belum kembali ke Indonesia. Sementara teman-teman Mayang memiliki agenda sendiri-sendiri dengan pasangannya.

Heum, Mayang baru sadar bahwa sekarang dirinya sudah jomlo.

Berguling di atas ranjang, Mayang menggulirkan banyak aplikasi di ponselnya. Dari X, Tiktok, sampai Instagram pun telah ia jelajahi. Tetapi rasanya, tak ada yang menarik minatnya. Beralih ke aplikasi pesan, Mayang menghela. Terlalu banyak ajakan pergi dari lelaki-lelaki yang tak ia sukai, buat Mayang keki sendiri.

Begini, Mayang itu tidak suka pada laki-laki yang terlalu terang-terangan menyukainya. Ia juga tidak suka pada laki-laki baik budi. Ia ingin laki-laki yang membuatnya penasaran bertubi-tubi. Ia benci menjalin romansa dengan lelaki seumuran. Pokoknya, mau laki-laki yang berusia lebih tinggi. Seperti Balarama Hutomo. Duda berdasi yang memiliki dedikasi. Tampan menawan walau rambut sudah memutih.

Uhm, duda tak masalah, yang penting sedap dipandang mata.

Duda?

Ah!

Mayang punya satu kenalan duda lainnya yang sepertinya bisa ia ganggu demi memutus kebosanannya.

Iya!

Duda yang itu!

Siapa lagi bila bukan Rafael Wiryawan yang aduhai menawan.

Terkikik di atas ranjang, Mayang segera bersila dan menjadi nomor ajudan kaku itu di ponselnya. Tanpa membuang waktu, ia kirimkan saja pesan. Ia anti pada manusia pengirim “P” “P” “P”.

 

Mayang Elvira :

Di mana, Beb?

Sibuk gk?

 

Mayang tahu, ia tidak boleh mengharap pria tersebut akan meresponnya dengan cepat. Karena itu, ia memilih tuk berdandan saja. Peruntungannya begini, bila pria itu tidak membalas pesannya, maka ia akan menunggu Rafael di rumah kakak perempuannya.

Ya, pria itu pasti akan berada di sana.

Cih, dasar bucin nomor satu Harun Dierja.

 

Raf Kaku :

Saya di ninetyfour.

 

“Uwow! Mau nakal ya, elo, Beb?” Mayang cekikikan sambil membaca pesan yang dikirim oleh pria itu barusan. “Gue ke sana, ya, Beb?” Mayang segera membalas pesan itu. “Lo nakal sih. Mau gue nakalin balik aja deh biar enak,” gumamnya asal.

Bodycon dress berwarna hitam merangkul tubuh Mayang dengan begitu epic. Menonjolkan garis-garis tubuhnya yang menawan dalam balutan kain ketat tersebut. Hanya setengah pahanya saja yang tertutup. Supaya kaki jenjang yang ditopang oleh heels sepuluh senti tampak seksi saat ia melangkah. Meraih tas tangan, Mayang tak lupa menyemprotkan wewangian di titik-titik yang membuatnya percaya diri. Rambut baiknya ia sisir dengan ibu jari saja. Sebelum kemudian, ia melangkah cepat-cepat keluar. 

 Ia tidak boleh menunggu Duku itu menunggu lama.

Jadi, ia pun memacu mobilnya cepat.

Rupanya, ninetyfour tidak dibuka untuk umum malam ini. 

Seorang politisi telah memesan seluruh kelab malam tersebut dengan harga tinggi.

Katanya, untuk merayakan kemenangan Effendy Ghazali dan Zuhri Iskandar yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden untuk lima tahun ke depan.

Ugh, memang ya, ada saja makhluk-makhluk tidak jelas dalam tiap koalisi.

Ah, Mayang tidak akan memikirkannya.

Ia fokus saja melangkah ke dalam setelah mengatakan bahwa ia menerima undangan dari Rafael Wiryawan. Lengkap dengan jabatannya, Mayang menjabarkan hal itu kepada para penjaga ninetyfour yang tadi menghadangnya.

Ulu-uluuuu … duda hot-hot pop sedang duduk di kursi bar dan tampak melamun. Walau di sebelahnya terdapat beberapa pria lainnya. Namun, Dupot terlihat kesepian di suasana yang begitu ramai. Tetapi, fokus Mayang bukan pada ekspresinya. Melainkan pada punggung lebar yang sedikit membungkuk karena sebelah tangannya berada di atas meja bar. Kemeja putih yang sudah lusuh, bagian lengannya telah tergelung hingga siku. Tidak ada jas hitam mengganggu. Itu artinya, pria tersebut siap digerayangi.

 Dan, Mayang siap melaksanakan tugas.

Tanpa permisi sama sekali, ia menjalankan kesepuluh kuku jemari di atas punggung lebar yang minta dicakar. “Pegel nggak, Beb?”  bisik Mayang dengan sengaja tepat di daun telinga pria itu. “Punggung lo tegang banget sih? Mau gue pijet?”

Namun, bak sebuah magnet yang menariknya begitu kuat.

Mayang malah menjatuhkan tubuhnya dengan cara mendekap Rafael dengan erat. Wajahnya mendusel di bagian bahu. Kedua tangannya saling bertaut di atas perut. Menggoda Rafael dengan napas hangat yang sengaja ia tiupkan, Mayang menahan diri agar tak tertawa ketika mendapati respon tubuh Rafael yang menegang. “Hm, plus-plus,” bisiknya begitu pelan. 

Bagian menyenangkan dari permainan saling menggoda adalah bila salah satunya telah tergoda. Kemudian, pakailah rumus tarik ulur, supaya suasana jadi lebih seru. Dalam hal ini, Mayang memilih melepaskan diri dari pria itu dan beranjak menuju lantai dansa. Ia tahu betul, bahwa Rafael mengikutinya. Ia kembangkan permainan dengan tatap seduktif dibalut kepolosan. Hingga ketika pria itu sendiri yang akhirnya tidak tahan, Mayang tertawa penuh kemenangan. Saat Rafael menyambar pinggangnya dan membawanya ke tengah-tengah kerumunan para politisi serta kader-kader partai yang bergoyang serampangan.

“Well …,” Mayang memilih langsung menghadapi pria itu dengan cara mengalungkan kedua lengan pada pundak Rafael yang bidang. “Mulai tertantang?” tanyanya lantang. Karena, memang harus seperti itu suaranya yang tercipta. Agar dapat mengalahkan musik EDM yang diracik oleh DJ tampan Herjunot Ali. “Atau, mulai tertarik pada permainan?” sebelah alisnya terangkat tinggi. “Pilih yang mana, Tuan?” Mayang meniadakan jarak dan buat tubuh mereka melekat erat.

Dada bertemu dada.

Perut menabrak perut.

Dan ketika Mayang mendorong Rafael sedikit ke belakang, Mayang mengulum senyum penuh kemenangan kala merasakan tatap pria itu menggelap.

“Jadi?” kedua telapak tangannya terurai. Masing-masing, kemudian diperintah Mayang tuk membelai. “Beb?”

“Persetan!”

Dan Mayang nyaris memekik, ketika Rafael benar-benar kehilangan kendali.

Sebab selanjutnya yang terjadi, pria itu meremas bokong Mayang dengan kasar sembari melumat bibir merona di hadapannya dengan gusar.

Wow!

Rafael menjadi sangat berbahaya bila sudah dihinggapi rayuan dan frustrasi yang membingungkan.

Baiklah.

Mayang akan mengingatnya, untuk provokasinya selanjutnya.

Baik.

Kini, mari berciuman dengan ajudan kaku yang memiliki lidah paling lentur yang pernah menjamah rongga mulut Mayang selama ini.

Fix!

Pria ini berhasil membuat Mayang mengerang, di tengah orang-orang yang tengah bersenang-senang.

“Raf!”

Sekarang mereka menepi.

Sebuah lounge tak berpenghuni menjadi milik mereka untuk memadu kasih. Masih saling berdiri. Tetapi kali ini, jamahan Rafael makin tak terkendali. Bibir pria itu mengulum telinganya, hingga buat Mayang terengah-engah. Jamahan di bokongnya, sekarang bergerak naik mengusap perutnya yang rata. 

“Raf!” ia memekik, ketika dengan sengaja pria itu menggigit bahunya.

“Kamu yang memulainya, Mayang. Silakan, lakukan apa pun yang bisa menghentikan saya malam ini.”

Wow, Rafael terlihat jantan ketika mengatakannya.

Dan sialannya, Mayang justru berdebar.

Gila!

Mayang jadi menelan ludah.

Apa kali ini, ia akan terjebak permainannya sendiri?

Sebab, alih-alih menginginkan berhenti. Mayang justru memberi opsi yang semakin membuat pria di depannya ini semakin menggelap.

Please, jangan di sini.”

Dan Mayang pun, merintih.

 

*** 

Jadi di mana, Mayyyy???

rumah Pak Ketum?

boleh sih, kamar doi banyak kok.

atau di rumah Mas Dupot? 

tapi-tapi, doi ada anaknya, May.

jadi di mana, dong?

masa di kosan elu sih, May? tapi yaa gpp ya, May, kan kosan elit. naik ke atas aja pake lift hahaha

baiklah semuanyaaa sampai ketemu tahun depaan yaaa

aku tuh gak pernah bikin resolusi apa-apa setiap tahun, pokoknya ya, jalanin aja hari-hari biasa.  syukur-syukur bisa lebih baik dari hari-hari sebelumnya. yaa, minta dikuatin yaa, karena hidup bersosial itu lumayan melelahkan hahahaha aku cuma minta kita semua sehat-sehat yaaa.. karena udah musim sakit sih di tempat aku. makanya, sehat2 kita semua , biar kita bisa sama-sama nyelesaikan dongeng ini. 

okaay deh gitu ajaa yaaa beb.. 

see uuuuu 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Sepotongrasa
Selanjutnya Sepotong Rasa ; Sepuluh - Sebelas
868
224
holla beb, ketemu lagi yeess sama Mas Dupot and Mbak Mayang tersayang hahahapart ini sekalian dua chapter dan udah aku kunci yaapokoknya puas deh karena panjaang. sepanjaaangg …. tangan Mayang yg nggak bisa memegang(?) hahahaaokay deh semuanya, Happy reading yaaaa ….
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan