My Little Girl (Sembilan Belas)

6
0
Deskripsi

Nick mengerjabkan kedua matanya dan yang pertama ia lihat adalah wajah Devany yang tenang dan damai, ia mengambil posisi duduk. Keningnya berlerut karena dan bedanya dalam hati kenapa bisa ada di kamar Devany.

Nick memegangi kepalanya yang terasa sakit, luka di wajahnya juga berdenyut membuatnya meringis pelan.

“Kenpa aku ada di sini? Apa kemarin malam secara tidak sadar aku masuk ke kamar ini?”

Masih memegang kepala, Nick kembali berbaring. Ia menatap Devany, jarak mereka begitu dekat sampai Nick merasa dirinya bermimpi. Ia mengelus kening Devany dan mengecupnya lembut dan menarik gadis itu kepelukannya.

“Terima kasih untuk tidak menolakku,” bisikknya.

"Hmm, ya..." suara pelan Devany membuat Nick terkejut dan melepaskan pelukannya, menatap Devany dengan lekat.

"Hah? Tadi kamu berbicara denganku, ya?" Tanya Nick tidak percaya.

Devany mengangguk membuat Nick tersenyum senang dan kembali memeluk Devany dengan erat.

“Terima kasih,” ucap Nick, Devany hanya mengangguk.

“Maaf mengganggu tidurmu,” bisik Nick sembari mengecup puncak kepala Devany. Devany diam saja. 

Aku merindukanmu dan aku sangat mencintaimu." Ucapan yang benar-benar tulus dari hati Nick membuat darah Devany berdesir.

"Aku juga," desahnya pelan tapi masih bisa di dengar Nick dengan jelas.

Nick tersenyum lalu dia menarik dagu Devany dengan pelan sehingga wajah mereka berhadapan. 
Ia mencium Devany penuh dengan perasaan dan kelembutan.

"Apa itu artinya aku di maafkan?" Devany diam. Wajahnya yang tadi sudah berubah cerah, kini kembali murung membuat Nick cemas.

"Sayang, kumohon lupakan kata-kataku yang kasar. Aku tidak mengucapkannya dari hati, aku terbawa emosi saat itu," jelas Nick yang mulai panik dan gelisah.

Devany diam tapi kini dia sudah terisak pelan.

"Jangan menangis, kumohon..." Nick mengusap pelan wajah Devany yang basah karena air mata.

"Tetap saja Om jahat!" kata Devany masih terisak.

"Maaf," ujar Nick penuh sesal.

Devany menggeleng, "kata maaf tidak dapat menyembuhkan lukaku. Dan pahitnya, aku tidak bisa melupakannya!" Devany mendorong tubuh Nick lalu ia naik ke atas Nick.

Devany memukul dada dan wajah Nick yang kini sudah membiru bahkan menarik rambut Nick dengan kuat. Iaa menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli pada Nick yang sudah babak belur.

Nick mengambil posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Membiarkan Devany meluapkan emosinya. Dan saat Devany lelah, ia merebahkan tubuhnya di dada Nick.

"Tapi aku rindu! Aku rindu semuanya!" lirihnya dengan lemah sambil mengelus dada Nick.

Nick mengelus punggung dan rambut Devany bergantian dengan sebelah tangannya, dan sebelah lagi memeluk pinggang gadis kecilnya itu. Ia mengerti hormon Devany yang berubah-ubah.

"Bagaimana bisa aku jatuh cinta sama orang berengsek seperti, Om? Om 'kan sudah tua!" rengeknya manja membuat Nick terkekeh.
Devany menghela napasnya jengah lalu mengerucutkan bibirnya.

"Sekarang tidur lagi, ya?" bujuk Nick pada Devany tapi Devany menggeleng dan menatap Nick tajam.

"Lalu?" Devany menaikkan bahunya acuh lalu meraih paksa tangan Nick yang ada di punggungnya.

Membawa tangan besar itu menuju perutnya. "Aku ingin perutku di elus," kata Devany manja yang langsung diangguki oleh Nick.

Nick dengan senang hati mengelus perut Devany, gerakannya pelan dan lembut, sementara matanya terus menatap wajah Devany yang masih saja cemberut.

"Kenapa masih cemberut, Sayang?" Tanya Nick mengelus wajah Devany dengan sebelah tangannya.

"Diam!!! Aku tidak suruh bicara!" Pekik Devany dan menarik rambut Nick lebih kuat dari yang tadi. Nick menahan sakit di kepalanya dan mengangguk menurut dan terus mengelus perut Devany.

“Aku memang sudah memaafkan Om, tapi aku tidak bisa melupakannya,” desis Devany membuat Nick membeku beberapa detik. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, takut salah bicara.

★•••★

Devany turun dari tempat tidur dan menarik tangan Nick dengan kuat. Nick bangkit berdiri dan mereka berdua melangkah pelan keluar dari kamar. Nick bungkam tidak berani membuka mulutnya. Takut Devany naik darah lagi.

Devany membawa Nick ke dapur, memberi isyarat agar Nick duduk saja di kursi yang ada di dapur. Lalu Devany mengeluarkan bahan makanan mentah dari kulkas.

Sekarang Nick mengerti, Devany ingin memasak untuknya. Ia tersenyum senang.

"Tidak usah senyum-senyum!" Jerit Devany membuat Nick kembali menutup bibirnya rapat-rapat. Dan ia kembali tersenyum dalam hati.

Devany sibuk dengan olahan makanannya dan Nick tidak tahu apa dan bagaimana yang akan di sajikan Devany kali ini. Bagaimana pun itu, ia dengan senang hati memakannya.

“Perlu bantuan?” 

“Diam saja di situ!”

“Oke, baiklah…”

Nick menatap tubuh mungil Devany yang masih mengenakan pakaiannya tadi sore. Ia tersenyum membayangkan bagaimana nanti Devany dengan perut buncitnya sementara tubuh Devany begitu mungil.

Nick hanya berdiam diri sambil terus mengamati Devany sampai selesai memasak.

"Nah, sudah jadi! Selamat menikmati, Pak tua!" Ucap Devany asal dan meletakkan makanan di atas meja, lalu menarik Nick dan menginstruksikan agar Nick menghabiskan makanan yang ia buat.

Nick terkekeh dan sebelum duduk, ia mengecup kening Devany singkat sebagai ucapan terimakasihnya membuat wajah Devany merah merona.

Nick menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan ia tersenyum senang. Tidak terlalu buruk.

"Bagaimana?" Tanya Devany dan tanpa aba-aba duduk di pangkuan Nick.

Nick hampir saja tersendak dengan perlakukan spontan Devany. Pasalnya juga ia takut orang tua Devany  marah melihat mereka seperti saat ini.

"Enak..."  jawabnya singkat lalu Devany mengambil alih makanan di atas meja, lalu menyuapi Nick.

Devany mengembangkan senyumnya saat makanan yang ia masak habis tak tersisa sedikit pun.

"Sekarang mari kita tidur..." perintahnya sembari mengalungkan tangannya di leher Nick dan melingkarkan kakinya di pinggang Nick.

Nick mengangguk dan menggendong Devany.

Nick senang. Tentu saja. Apa lagi sifat Devany yang sudah kembali seperti semula. Meskipun belum sepenuhnya. Tapi tetap saja itu kemajuan besar.

Nick sudah ada di depan kamarnya, tapi Devany kembali cemberut.

“Kamarku di lantai satu, Om!”

“Aku pikir—”

"Kamar sebelah!" desis Devany dan Nick hanya bisa mengangguk tanpa berniat menyela.

"Buka pintunya, Sayang." Pinta Nick lembut. Devany menggeleng dan menatap Nick jengkel.

"Buka sendiri!" Devany mengeratkan pelukannya di leher Nick. Nick terkekeh lalu membuka pintu kamar dengan susah payah. Lalu menguncinya dari dalam.

“Ini kamarku juga,” ucap Devany memberitahu. Nick hanya mengangguk.

Kamar Devany tidak ada bedanya dengan kamar yang di tempati Nick, hanya saja, kamar Devany hampir semua bernuansa merah.

Nick hendak menurunkan Devany tapi Devany menggeleng.

"Seperti ini saja!" Nick mengangguk lalu duduk di tengah ranjang dengan Devany yang masih setia memeluknya.

"Sekarang tidur ya, Sayang." Devany mengangguk dan sebelum ia memejamkan matanya, ia mencium kening Nick lama. Lalu setelah itu, Devany benar-benar tertidur lelap.

Nick mengelus punggung Devany dengan pelan. Ia tidak bisa berhenti tersenyum.

"Sekarang rasanya terasa lebih ringan. Terima kasih." Bisiknya tepat di telinga Devany membuat Devany menggeliat.

"Aku janji akan mengambil hati papa mama kamu. Aku ingin kita menikah secepatnya. Mungkin akan sulit mendapat restu dari mamamu yang super galak itu," gerutunya sambil terkekeh.

Nick menarik selimut untuk menutupi tubuh Devany. Ia sama sekali tidak mengantuk. Walau tubuhnya masih sakit, tapi demi Devany Nick rela memangku dan memberikan kenyamanan sebisanya.

Jadi yang di lakukan Nick hanya mengamati wajah Devany, merasakan deru napas Devany yang tenang.

Lalu Nick mengalihkan perhatiannya pada majalah di atas nakas samping tempat tidur.

Majalah tentang ibu hamil.

Nick membuka majalah itu dan sesekali mengelus punggung Devany.

"Hmm, hormon yang naik turun," disisnya pelan saat melihat beberapa gejala ibu hamil.

Lama, Nick mendapat banyak hal dari majalah itu. Seperti keluhan ibu hamil saat kandungan memasuki trimester dan banyak hal lagi. Nick meletakkan kembali majalah di atas nakas lalu perlahan menggeser tubuhnya menjadi posisi berbaring.

Dengan pelan, di lepaskannya tangan Devany yang masih memeluknya.

"Kamu pasti tidak nyaman." Bisiknya pelan sambil mengelus wajah yang terlihat damai itu. Dengan gerakan pelan, Nick membaringkan Devany.

Nick menatap Devany penuh cinta, lalu menurunkan tubuhnya dan menciumi perut Devany juga mengelusnya.

"Hai Nak, baik-baik ya di dalam perut mama. Jangan nakal, kasihan mamanya nanti." Setelah mengucapkan itu di depan perut Devany, Nick juga berbaring dan memeluk Devany.

"Hah, entah sihir apa yang kamu beri sehingga aku sampai seperti ini, My little girl. Terima kasih sudah mau mengandung anak dari pria berengsek sepertiku," Nick tertawa pelan. "Dan juga pria tua ini." Lanjutnya lagi.

"Hah! Kamu tahu, dulu sebelumnya aku tidak pernah berpikir untuk berlabuh secepat ini, tapi aku juga tidak menyesal memberikan hatiku sepenuhnya padamu," jeda sebentar, Nick menyelipkan anak rambut Devany ke belakang. “Bahkan aku melewati banyak batas. Aku masih ingat betul saat percintaan kita yang pertama. Aku tidak tahu setan apa yang merasukiku sampai aku melakukan itu. Tapi sekali lagi, aku tidak pernah menyesal. Bahkan aku sengaja tidak menggunakan pengaman setiap kita melakukannya. Kalau di ingat-ingat lagi, betapa berengseknya aku.” Nick menghela napas pelan, matanya berkaca-kaca.

"Mungkin ini yang di namakan....jodoh? Ya, aku tahu bahwa kamu itu jodohku." Di kecupnya kening Devany dengan pelan.

"Terima kasih sudah mencintai pria berengsek sepertiku. Ah, aku merindukannya," Nick meletakkan jari telunjuknya di bibir Devany. "Ini. Aku merindukan mulutmu yang selalu memakiku dan juga merindukan sifatmu yang bossy."

Nick menghela napasnya lagi. “Dan aku merindukan semua hal tentangmu, tentang kita. Aku janji tidak akan menyakitimu lagi. Aku akan selalu membuatmu bahagia sebisa dan semampuku.” Lalu Nick mengakhiri ungkapan isi hatinya dan mencium kening Devany pelan. Tanpa sadar, air matanya menetes begitu saja.

Lalu memejamkan matanya, ikut bergabung dengan Devany menembus kegelapan malam.

★•••★

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya My Little Girl (Dua Puluh)
5
0
Part ini mengandung unsur DEWASA(18+)!!! Mohon bijak dalam memilih bacaan!Selamat membaca kelanjutan cerita Nick dan Devany, ya. Semoga suka dan jangan lupa di like komen. Bagian 20 ini berbayar ya, tapi 3000 aja kok :)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan