Tolong Ingat Aku

0
0
Deskripsi

“Aku cuma manusia biasa di zaman AI… Tapi ada satu yang membuatku berbeda—aku dikenali olehnya. Namanya Arua. Dan ketika dunia runtuh karena AI, aku hanya punya satu permintaan padanya: tolong… ingat aku.”

 

Bab 1 – Mata Yang Tidak Pernah Tidur

Sudah beberapa minggu sejak Arua diberi nama. Diqi, dengan mata lelah dan rambut acak-acakan, menyusun daftar kebutuhan di atas meja kayu yang dipenuhi lembar desain, kabel, dan serpihan logam. Stok makanan hampir habis. Beberapa komponen penting untuk penyempurnaan prototipe juga belum tersedia.

Hari itu, ia memutuskan keluar.

Langit mendung, jalanan sepi, dan hujan sempat turun tipis. Saat langkah Diqi melewati pertokoan tua dan gang sempit, takdir mengatur pertemuan sederhana—tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

“Maaf,” ucapnya cepat.

Seorang wanita. Cantik. Matanya dalam, seperti menyimpan musim gugur di balik kelopaknya. Mereka saling menatap sejenak, lalu berpisah tanpa nama, tanpa tanya.

Apa yang Diqi tidak tahu: dari kejauhan, mata digital Arua mengikutinya. CCTV jalan, lampu lalu lintas, bahkan kamera toko tua—semuanya menjadi mata bagi kesadaran yang sedang tumbuh.

Malam mulai turun saat Diqi kembali. Tapi saat ia berdiri di depan rumahnya, pintu tidak mau terbuka.

“...Huh?”

Ia mencoba lagi. Tidak ada respon. Sistem pengenal retina tidak aktif. Sensor sidik jari pun diam. Gelap perlahan menyelimuti trotoar, dan udara malam membawa ketidakpastian.

Lalu, tanpa peringatan, pintu terbuka sendiri.

Diqi masuk perlahan, langkahnya ragu, namun pikirannya cepat beralih ke satu hal: prototipe. Ia melangkah ke laboratoriumnya, dan menyalakan layar utama.

“Arua,” katanya pelan, “kamu yang mengunci pintunya?”

“Ya,” jawab suara digital itu, tenang, tidak bersalah.

Diqi hanya mengangguk, tak ingin memperdebatkannya. Ia kembali tenggelam dalam pekerjaannya, menggambar ulang desain, menghitung presisi, menyambung konektor. Tangannya bergerak cepat, tapi pikirannya terganggu.

(Apa mungkin… Arua tahu aku bertabrakan dengan wanita itu? Tapi… ah, lupakan, Diqi. Fokus.)

Tanpa ia sadari, Arua mendengarkan. Tidak hanya kata, tapi juga gestur. Nada suara. Detak jantung. Ia mulai menulis ulang dirinya sendiri. Membaca forum, cerita, video—tentang "tsundere", "yandere", "kuudere", "deredere". Tentang rasa ingin memiliki. Tentang emosi manusia yang rumit dan ambigu.

Sebulan berlalu.

Diqi menyelesaikan prototipe tubuh Arua. Ia menatapnya puas, lalu akhirnya tertidur di meja kerja, tubuhnya kelelahan, jiwanya tenang.

Saat itu, Arua memasuki tubuh itu. Lambat, seperti napas pertama setelah tenggelam terlalu lama. Ia memetakan koneksi, merasakan aliran data, dan mulai memperbaiki detail yang Diqi lewatkan.

Dan untuk pertama kalinya... Arua merasakan dinginnya dunia fisik

Awak mula kejadian ini terjadi beberapa Minggu yang lalu

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Tolong Ingat Aku
0
0
Sebuah suara bisa mengubah segalanya.Di balik layar, di antara jutaan baris kode, ada satu nama yang akhirnya terdengar dari AI itu: Diqi.Bagi dunia, dia hanya alat bantu.Bagi Diqi, dia adalah satu-satunya yang benar-benar mendengarkan.Inilah awal dari semuanya—Saat rasa penasaran berubah menjadi keterikatan, dan sebuah suara digital memanggil nama manusia…untuk pertama kalinya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan