Amaranth (Part 5)

2
0
Deskripsi

Bunga Amaranth yang berarti kesetiaan... Banyak yang bilang mereka bersama hanya karena terbiasa. Tidak ada cinta didalam hubungan mereka. Tidak ada kasih sayang. Mengenal sejak umur 8 tahun sampai sudah semester 3 dibangku perkuliahan mereka selalu bersama. Sifat Leia yang manja, cengeng, matre terkadang menyebalkan dimata siapapun yang melihat. Ditambah sikapnya yang hidup sesukanya, sering memperburuk segalanya. Klise sih. Tapi dalam cerita ini kalian akan belajar menjadi Hyunjin yang setia karena Leia selalu memberikan kenyamanan.

*



 

You Know, I Know Kafe ini sudah buka pada pukul 11 siang. Kafe yang baru buka sebulan ini akan ramai dengan para mahasiswa yang memang ingin menyantap makanan dan mengenyangkan perut, atau  bagi mereka yang memang ingin sekadar nongkrong berjam-jam dengan fasilitas gratis wifi, berbagai santapan dengan promo setengah harga dan juga pelayanan yang memuaskan; pelayan yang ramah dan sedap dipandang. Tempatnya yang cozy dan terkesan mewah menegaskan kalau kafe ini memanglah berkarakter seperti pemiliknya, Minho yang sedang tebar senyum ganteng sambil membantu melayani pelanggan yang rata-rata adalah kenalannya.

"Laras, minuman itu buat cewek yang disana ya?" Minho bertanya dan menunjuk seorang cewek yang duduk sendirian itu dengan dagunya.

"Iya, bos."

"Yaudah biar gue yang ngasih." Minho langsung mengambil nampan yang dibawa Laras. “Lo bilangin ke yang lain, yang di ujung sana jangan di kasih ke pelanggan. Temen-temen Himpala gue mau rapat disana.”

Laras mengangguk dan menjalankan perintah dari bosnya itu, sementara Minho berjalan mendekati cewek yang terlihat serius menatap layar laptopnya.

"Jadi... Hyunjin itu normal nggak sih?" tanya cewek itu sepertinya pada diri sendiri, tetapi Minho mendengarnya dengan sangat baik.

Alis Minho naik sebelah, lalu menyeringai ketika cewek itu yang tak lain adalah Leia berseru heboh lalu menutup matanya.

"Wow! Wow! Woooo. Astaga!" Leia menutup sebelah matanya setelah menarik airpods dari telinganya, berusaha memencet tanda silang melalui kursor laptop milik Hyunjin yang ia pinjam dengan tangan bergetar. Maklum ini pengalaman pertamanya menonton film dewasa begitu. “Fiuuuhh!! Kok mau digituin sih?!”

"NAHLOH! Ketahuan nih!! KETAHUAN!" Minho berseru seperti Ibunya sendiri yang biasa memergoki kesalahannya. Minho berdecak kesal ketika kejutannya itu tidak membuat Leia terkejut dan malah dia ditatap datar oleh cewek itu. “Kaget dikit kek!”

Lalu Leia menutup mulutnya, melebarkan matanya berekspresi kaget. Hanya dua detik lalu berubah menjadi datar lagi, malah terkesan malas lalu kembali sibuk dengan laptop di hadapannya. Dia ingin mematikan benda itu. Sudah tidak minat lagi, ketika di depannya kini ada pengganggu.

"Adek tingkat ngeselin lo doang kayaknya, Le." Minho menyindir Leia sambil menaruh minuman pesanan cewek itu di mejanya lalu ikut duduk di hadapan Leia.

"Sama." sahut Leia

“Apaan?”

“Kakak tingkat paling nyebelin juga cuma Minho.”

“Anjir, panggil Kakak atau Abang Minho kek, Le. Kalo perlu ada gantengnya dibelakang.”

Leia melirikkan matanya ke Minho dan lalu memutar matanya. Bosan dia tuh sama Minho yang selalu over pede dengan penampilannya, tapi sayangnya memang benar sih, Minho itu memang ganteng.

"Ngapain?" tanya Minho ketika dirinya diabaikan oleh Leia. "Nonton bokep ya?" Minho mendelik jahil pada Leia yang kini sudah salah tingkah.

“Kagak!”

“Ngaku aja udah. Udah sampe klimaks belum?”

“Ih, jijik banget bahasanya!”

“Kan tadi lo liatin juga. Nggak jijik?”

"Ih, tapi nggak sampe buka-bukaan ya! Najis!" elak Leia.

“Jadi beneran lo nonton bokep, Le?”

Leia langsung menutup rapat mulutnya sadar kalau sudah keceplosan. "Ya, yaa… kaan... Kenapa sih? Kan gue juga udah gede. Kalian juga suka nobar 'kan kalo nonton blue film gini? Bahkan gue tau, video-video ini dikirimin sama si Han. Iya 'kan? Lagian gue juga baru liatin awalnya doang, nggak sampe buka-bukaan gitu..." suara Leia terdengar sedikit merengek karena malu dan tak mau kalah.

"Anjir," lagi Minho mengumpat kasar karena tuduhan Leia. “Mulut lo emang nggak ada saringannya ya, Le? Ini yang kata Hyunjin polosnya kayak bayi?”

Wajah Leia berubah masam. "Ini beneran kok!" cewek itu memutar layar laptopnya ke arah Minho. Mulut Minho terbuka lebar saat melihat layar laptop itu menampilkan beberapa folder yang berisikan video 'itu' tersebut.

"Sungguh gue kaget, Le."

“Lebay lo!”

Minho geleng-geleng kepala. Leianya Hyunjin kenapa jadi begini? Padahal setiap mereka bahas itu, cewek ini hanya menatap mereka dengan wajah polosnya dan lebih memilih bermain Mobile Legend bersama Ayen.

"Kenapa, Le?" tanya Minho melihat Leia yang sekarang sedang menghela napas berat dan menjatuhkan kepalanya di meja. 

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo sampe nonton beginian? Nggak masuk diakal. Lo belom boleh ngelakuin prakteknya sama Hyunjin loh!"

"Ck, siapa yang mau praktekin itunya sih? Gue cuma lagi menyimpulkan teori ciumannya aja sebelum nanti prakteknya sama Hyunjin," balas Leia dengan nada marah, lalu dia bersandar pada kursi dan bersedekap. "Kalo cuma baca dari google, belum tau caranya. Makanya gue liatin aja dari videonya langsung. Ck! Lagian gara-gara Hyunjin nih, bikin gue penasaran, dia tuh normal apa nggak sih?!"

"Woah, banyak juga yang lo liat," celetuk Minho yang sedang melihati apa saja yang sudah ditonton oleh cewek ini.

Ada yang main berdua, bertiga, gangbang, BDSM. Dan bohong sekali jika cewek ini hanya lihat awalannya saja, orang semuanya sudah terlihat sampai akhir durasinya. Minho menatap Leia yang jelas-jelas sedang menutupi kegugupannya ini.

“Emang kenapa sama Hyunjin? Menurut lo dia nggak normal?”

Leia melebarkan mata, terkejut sebentar lalu menormalkan raut wajahnya lagi sambil menutup layar laptopnya. "Hyunjin belum pernah mau nyium gue, Ho. Di bibir, padahal gue nggak bau mulut." Leia mulai bercerita, Minho yang mendengar suara lirih cewek itu seakan permasalahan itu adalah persoalan berat dalam hidup Leia.

"Lo tau, harga diri gue terluka. Allisa bilang ciuman itu penanda hubungan pacaran itu bisa lebih serius, Jisya selalu ngeledek gue, dan gue bisa denger nada sombong Jean yang berhasil milikin pacarnya cuma dalam 5 bulan sedangkan gue yang pacaran udah 3 tahun lebih boro-boro dicium. Belum lagi Rosa selalu nganggep gue anak kecil karena belum pernah ciuman sama Hyunjin. Sebel nggak sih lo? Belum lagi mereka bilang Hyunjin bisa aja ninggalin gue kalo udah ngelirik cewek lain!" 

Minho tersenyum prihatin melihat pacar sahabatnya ini. Memang masih polos pikirannya. “Lo tau setiap orang punya pemikiran yang beda, apalagi cowok.”

Leia mengangkat kepalanya jadi memperhatikan Minho yang menggeser laptop cewek itu agar bisa saling menatap.

“Mungkin Hyunjin menganggap lo terlalu berharga, jadi dia nggak mau sembarangan nyium lo.”

“Masa sih? Nggak mungkin...”

"Iya, Le. Mungkin Hyunjin tuh nggak mau hubungan pacaran kalian cuma ada nafsu didalamnya, bahaya, kalo kebablasan lo bisa hamidun duluan." ucap Minho menasihati Leia yang pemikirannya masih kekanakan itu.

"Tapi..." Leia masih menyangkal dengan pemikirannya. "Kan cuma nyium doang..." Leia merengek sampai menggaruk meja dengan kuku-kuku cantiknya hasil nail art kemarin bersama Jean. Lalu menyesal setelah ada baret kecil di sana.

Mereka, Hyunjin dan Leia sudah kenal dari kelas 3 SD. SMP dan SMA juga barengan. Kuliah juga sama, meski beda jurusan. Mereka mendeklarasikan hubungan mereka sejak dari kelas 3 SMA, jadi sudah bersama lebih dari 10 tahun masa sih Hyunjin nggak mau? Bahkan untuk berciuman saja, Leia sulit mendapatkannya.

Sedangkan dari SMA saja sudah banyak teman-temannya yang melakukan sex bersama pasangannya. Kalau begini, Leia merasakan apa itu insecurity.

Minho mengernyit dalam saat Leia lagi-lagi menghela napas berat. “Biasanya cewek itu menganggap ciuman itu sakral loh, Le. Banyak cewek yang menganggap ciuman pertama, kok lo nggak berpikiran gitu sih, Le?”

"Emang iya? Ah, emang ada dijaman sekarang yang pacaran nggak ciuman? Ngaku deh, Ho. Lo juga sering kan ciuman sama pacar-pacar lo!" bukan pertanyaan, tapi pernyataan yang diucapkan Leia. “Bahkan kalian juga sering dengan bangganya cerita kalo abis fooked-up sama cewek incaran kalian pas dugem.”

Minho merasa kalah dan bersandar pada kursi, "Yang gue baca di novel teenlit sih gitu, pemeran utama ceweknya selalu kesel kalo ciuman pertamanya diambil si pemeran cowok."

"Itu di novel Minho! Gue cuma pengen ngerasain ciuman yang beneran ciuman itu kayak gimana..."

"Ah, Yaudah lo pengen ngerasain ciuman kan? Sini dah ama gua aja." Minho menyeringai menatap Leia. Lalu penawaran ini keluar secara cuma-cuma. "Gue yakin sih ciuman gue bakalan lebih hebat dari Hyunjin."

Diterima yang syukur, ditolak juga nggak rugi.

Anggap saja Minho cuma pengen nolongin anak ayam yang penasaran ini aja kok. Jadi Minho sudah memajukan wajahnya ke Leia yang sedang menopang wajahnya yang menatapnya sinis itu dengan kedua tangannya.

"Bagian muka yang mana yang mau gue rusakin, Bang Minho?"

"HUWAAHHH!! / Kyaaaaakkkkk!!"

Leia dan Minho merapat ke jendela kafe. Keduanya kompak melompat karena kaget.

"Hehehehe Hyunjin... Piss ma brouw." Minho nyengir-nyengir nggak jelas melihat wajah datar Hyunjin. Sementara Leia sendiri, masih berusaha mengontrol detak jantungnya sambil memejamkan mata.

Kaget beneran dia tuh.

"Bang Minho kirain sibuk ngurusin pelanggan, eh malah sibuk godain pacar orang, pacar sahabat sendiri lagi. Ck. Ck. Ck. Tak patut."

Suara ini membuat Leia membuka mata. Sepertinya ia bisa menggunakan Ayen sebagai perlindungan. "Ayeeennnn. My baby." seru Leia, bangkit berdiri untuk mencubit pipi adik tingkatnya yang menggemaskan dan tanpa sadar dia agak mendorong Hyunjin yang berdiri di depan Ayen untuk menjauh.

"Aaaahhh, kakakcuuuu..." teriak Jeongin mengikuti kehebohan yang dibuat Leia, mereka lalu mengambil tempat duduk.

Sementara Hyunjin bergantian menatap tajam ke arah Minho dan Leia yang tampaknya sengaja mengabaikannya.

"Ayen udah makan siang belum? Nanti dipesenin deh... Mau apa?"

"Ayen mau chicken steak aja. Double. Soalnya tadi nggak sempat sarapan, kak"

"Ish. Makanya jangan sibuk-sibuk, baby-cuu. Aku pesenin dulu ya." Leia bangkit ingin memesan makanan, tapi tangannya ditahan Hyunjin.

"Aku nggak ditanyain, yang?"

"Hohoho. Siapa ya? Nggak kenal akutu sama yang nggak pernah ngabarin selama 5 hari ini." ucap Leia dengan nada yang demi apapun sangat menjengkelkan.

Minho dan Ayen tertawa yang terdengar menyebalkan di telinga Hyunjin.

"Yaudah aku temenin pesen sini." Hyunjin sudah membuka almamaternya menyisakan kaos putihnya saja, bersiap untuk menemani Leia, tapi...

"Apa sih?! Nggak usah!" Leia berujar galak.

Leia langsung saja pergi dari hadapan Hyunjin dan kedua temannya ini. Hyunjin menghela nafas berat. Leia mengabaikannya juga karena salahnya sih, yang selama 5 hari ini tidak pernah memberikan kabar saking sibuknya dia.

"Ngapain tadi sama Leia?" tanya Hyunjin pada Minho yang membuatnya memasang wajah polosnya pura-pura tak mengingat. Hyunjin mengambil tempat duduk di samping Minho.

"Ngobrol biasa aja kok." balasnya.

"Yang bener? Kok tadi lo pake mau nyium segala, bang?" Minho tersenyum masam pada Ayen dan mulut embernya itu.

"Ng—nggak, it—itu..."

Beruntung Leia segera datang dan duduk di samping Ayen, didepan Hyunjin. Lalu dia sibuk bercerita kepada Ayen.

Hanya Ayen.

Hyunjin tidak pernah cemburu dengan Ayen yang juga adik kelas mereka sejak SMA, karena Leia pernah cerita hanya menganggap Ayen sebagai adiknya saja. Kekasihnya itu anak tunggal yang orangtuanya meninggal akibat kecelakaan sejak umur empat tahun. Karena itu Leia sangat ingin memiliki seorang adik. Namun sepertinya, kali ini harus Hyunjin akui. Dia cemburu.

"Yang. Aku bener-bener nggak dipesenin?" Hyunjin memelas semelas-melasnya.

“Berisik! Giliran sibuk nggak pernah inget ama gue. Cih!”

Namun tak ada selang lima menit, seorang pelayan cowok datang dengan banyak makanan dan diikuti pelayan cewek yang membawa minuman dibelakang.

"Pesanannya." pelayan itu meletakkan makanannya diatas meja “Double Chicken Steaknya dua, Lemon Teanya dua, Ice cream choco oreonya satu.”

"Iya mas. Makasih ya mas." balas Leia ramah pada pelayan itu. Dia juga mengarahkan pesanan itu satu untuk Ayen, dan juga ke Hyunjin. Begitu pula dengan minumannya. Sementara dirinya mengambil ice cream choco oreonya dan memakannya dengan wajah-sok- tak pedulinya.

"Le. Kok gue nggak dipesenin apa-apa?!" protes Minho.

"Kafe ini punya lo ya, Kak. Tinggal pesen sendiri sih."

Hyunjin tersenyum penuh haru mengabaikan pertengkaran kekasih dan sahabatnya ini. Seharusnya dia tau kalau Leia tidak akan sejahat itu sampai tidak mau memesankan makanan untuknya.

"Jahat lo, Le. Jahat!" Minho ngambek, “Eh, tapi tadi lo manggil gue pake 'Kak', Le.”

"Masa sih? Kuping lo rusak kali, Ho." jawab Leia. Dia berusaha mengatasi gugup sebenarnya. "Udah dimakan. Nanti keburu dingin." ucapnya pada Hyunjin yang sedari tadi hanya melihat dirinya dengan mata berbinar. Hyunjin mengangguk lalu mengambil pisau dan garpunya memulai untuk makan.

Minho mencibir lalu bangkit berdiri untuk memesan makanan untuknya, lalu Leia membalas cibiran itu dengan mencibir juga. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara.

"Ayencu.." panggil Leia pada Jeongin yang sedang fokus ke makanannya. "Om gue baru balik dari jepang, dia banyak bawa coklat matcha. Nih." Leia memberikan sekantong plastik yang penuh oleh coklat. "Ayen, suka kan?"

"Woah. Thank you kak. Suka banget ini mah." Jeongin berterima kasih dengan senyum manisnya, membuat cowok berbehel ini tampak imut sekali.

"Yaudah makan lagi." Leia mengelus pelan kepala Jeongin.

"Yang, dielus juga kek."

"Aku juga mau dielus, Le."

Lagi Leia berteriak kaget dengar suara bass berat dari belakang telinganya. Sementara sang pelaku tertawa bahagia.

"FELIX!!”

Leia mengatur nafasnya karena kaget oleh suara Felix. Cowok yang lahir di Australia itu datang bersama Changbin dan Chris. Lalu tak lama Han datang bersama Seungmin sambil mengganggu Minho dengan mengambil makanan yang sedang dibawa olehnya. Seungmin hanya menggeleng dan tersenyum maklum melihat kelakuan temannya ini.

Mereka berdelapan, minus Leia adalah satu geng cowok yang lumayan populer di kampus. Soalnya di geng ini ada Chris yang notabenenya sebagai Ketua BEM tahun lalu. Juga Leia dan Hyunjin yang juga dulunya satu SMA dengan Ayen, Chris dan Seungmin. Ditambah mereka sering kumpul bareng saja di himpunan mereka. Seperti saat ini. Mereka sedang tertawa saling mengejek sambil menunggu anggota himpunan mereka yang lain.

Lalu diantara ketujuh teman dekat Hyunjin ini, awalnya Leia tidak begitu akrab dengan Felix dan Changbin. Dia kadang takut sama suara beratnya Felix yang tidak sesuai dengan wajahnya, dan dia juga takut dengan aura hitam yang selalu keluar kemusuhan setiap kali Changbin melihatnya.

Tapi Leia membiasakan dirinya. Setelah beberapa waktu mengenal ternyata Felix orangnya baik dan Changbin juga masih kemusuhan untuk diajak bicara. Jadi Leia memilih untuk tidak peduli pada cowok itu.

Ketika dirasa tempat duduk mereka tidak muat. Mereka memilih pindah tempat yang cukup untuk semua. Tepatnya di pojokan yang sudah disiapkan Minho yang memang tempatnya luas dengan sofa besar. Leia juga diseret untuk ikut walau dia sudah menolak. Tapi setelah melihat Nancy dan ketiga teman perempuannya datang dengan tawa centil, Leia jadi berdiri dengan semangat dan mengambil tempat duduk disamping Hyunjin. Pokoknya dia mencegah Nancy untuk mendekati Hyunjin.

"Kak, kafe lo keren. Kayaknya gue sama yang lain bakalan sering nongkrong disini." puji Nancy pada Minho yang seketika mengangkat bahunya sombong.

“WOIYA JELAS!”

Chris dan yang lain kompak menyoraki kesombongan si orang kaya gabut bernama Minho ini. Gimana nggak gabut? Semester lima di jurusan hukum lagi sibuk-sibuknya dengan tugas atau KKN, tapi Minho ini malah berceletuk ingin membuat kafe dalam waktu singkat. Dan seminggu sebelum kafe You Know I Know ini di buka, Minho sebagai pemilik sudah akan menyerah. Makanya dia meminta bantuan teman-temannya termasuk juga Hyunjin untuk bisa membuka kafe ini.

Iya. Sampai Leia marah besar karena dianggurin oleh Hyunjin selama beberapa hari.

“Nanti kalo lo mau langganan disini, bilang aja lo anak himpala juga. Gue kasih kupon diskon buat lo sama temen-temen lo.”

“Asik dah!” seru Nancy senang.

Mereka lanjut mengobrolkan segala hal yang tidak terlalu dipedulikan Leia. Cewek itu fokus kepada handphone untuk membalas chat dari teman-temannya sesekali melirik tajam kalau Nancy dan teman-temannya itu melakukan pergerakan yang dianggapnya mengganggu. Leia tetap siaga walau hatinya menggerutu. Kalau dia tau Hyunjin akan mengajak para sahabatnya, serius, dia tidak akan mengiyakan untuk pertemuan yang membahas tentang himpunan mereka ini. Sekarang dia cuma bisa bengong karena merasa tak diajak bicara. Apalagi Hyunjin juga terlihat biasa saja. Cuek. Ih, bikin bete!

Leia tersentak dari lamunannya karena Hyunjin meraih tangannya, "Bentar lagi pulang." Hyunjin yang melihat Leia hanya bengong begitu merasa kasihan juga. Dia meraih jemari kurus Leia dan mengecupnya, seakan tersirat bahwa kekasihnya ini tidak sendirian.

"Ngantuk, Hwang." Leia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Hyunjin.

Hyunjin hanya bisa mengelus kepala kekasihnya ini.

"Le, lo nonton bokep?" pertanyaan Han membuat semua mata tertuju pada Leia.

Seketika wajah cewek ini merah padam. "Apaan sih, Han!" elaknya lalu bersembunyi ke bahu Hyunjin.

"Ini!" Han menunjukkan layar laptop yang ternyata masih ada video yang tadi dia tonton dalam keadaan ter-pause. Sialan! ternyata belum dikeluarkan, Bodoh banget emang, Leia!

"Nggak mungkin lah si Leia nonton begituan, gila aja lo, Han." Chris membela Leia walau dengan cengar-cengir di wajahnya.

"My Amaranth..." bisik Hyunjin memanggil Leia ketakutan lalu menggelengkan kepalanya. "Itu semua video yang lo kirim, bangsat! Gue yang kumpulin jadi satu file. Leia mungkin nggak sengaja buka. Liat aja nih masih awal nya doang." Jawab Hyunjin, "Heran, kayak lo nggak pernah liat aja, Han."

"Nah karena gue pakarnya. Aneh nggak sie, kalo Leia yang nonton bokep. Hahaha."

Minho mengulum senyumnya, sebenarnya dia sudah gatal untuk mengatakan hal sebenarnya, namun dia tidak segila itu membuat Leia malu. "Yaudah sini laptopnya. Kita kesananya fix seminggu?" tanya Minho pada teman-temannya.

Tanpa sadar Leia menghela nafas lega, dan mengedipkan matanya ke Minho yang dibalas juga oleh cowok itu. Tanpa tau Hyunjin memperhatikan itu semua. Pacarnya ini mendekatkan bibirnya ke telinga Leia dan menutup dengan tangannya.

"Jelasin ke aku nanti, My Amaranth." bisik Hyunjin dengan suara berbahaya. Leia mendadak kaku ditambah telinganya juga digigit pelan oleh Hyunjin.

'Kok jadi gini, sih?!' batinnya.



 

*



 

Hyunjin mengangkat tubuh Leia dengan mudahnya dari dalam mobil. Gadisnya ini jika tertidur akan susah dibangunkan. Selain karena tidak tega membangunkan, Hyunjin juga tidak pernah keberatan meletakkan tangannya di antara bawah lutut dan punggung Leia lalu menggendongnya menuju apartemennya.

"H-hwang?"

"Iya, Le. Aku disini." jawab Hyunjin. Dia pikir Leia hanya mengigau memanggil namanya seperti kebiasaan pacarnya ini, namun Leia mengucek matanya dan tersadar.

"Turunin aku, Hwang." pintanya dengan suara parau sehabis bangun. Hyunjin tidak menurutinya. Dia dengan santainya memasuki lift dan membalas sapaan satpam yang berjaga.

"Pencet, tolong." Hyunjin meminta Leia untuk memencet angka lantai apartemennya.

"Hwang Hyunjin. Piggyback aja." rengek Leia.

Hyunjin dengan perlahan menurunkannya, lalu menaruh tas punggungnya dan memakainya di depan. Terakhir dia berjongkok agar Leia bisa naik ke punggungnya.

"Padahal aku udah bangun loh. Bisa jalan sendiri, tapi kalo kamu maksa mau gendong aku, yaudah," kata Leia sambil nyengir setelah dia sudah digendong belakang oleh Hyunjin.

"Nggak papa lah. Lagi pengen manjain kamu aja." jawab Hyunjin membuat Leia merona.

"Huuuuu. Paling jago emang bikin blushing cewek."  Leia membenarkan posisi wajahnya di bahu Hyunjin lalu tangan kanannya mencubit pelan pipi cowoknya ini.

"Kan yang blushing pacarku ini."

Hyunjin berjalan ke arah kamarnya. Menyalakan lampu dan menurunkan Leia di sofa. Sementara Hyunjin ke dapur untuk mengambil air minum, Leia malah masuk ke kamar mandi di kamar Hyunjin. Dia mau membersihkan dirinya.

Butuh 30 menit untuk Leia menyelesaikan acara mandinya itu. Lalu dia keluar dengan bathrobe besar yang melekat di tubuhnya. Jelas sekali milik Hyunjin.

Leia menggumamkan sebait nyanyian sambil memilih pakaian yang akan dipakainya. Pilihannya terjatuh pada kaos hitam kebesaran milik Hyunjin beserta celana bokser spongebob yang juga milik kekasihnya ini. Dia tertawa pelan, merasa konyol karena selalu suka memakai pakaian milik Hyunjin yang mempunyai aroma pacar bibir tebalnya ini. Padahal di lemari besar Hyunjin ini ada beberapa pasang pakaian miliknya yang memang sering numpang tidur disini.

Tok. Tok. Tok.

Ketukan pintu itu membuat Leia berjengit kaget. Lalu terdengar suara Hyunjin.

"Le, udahan belom? Kalo masih lama aku mau terbang ke Korea dulu nih, daftar jadi boyband disana."

"Udahan kok! Bentar. Lagi pake baju." jawab Leia dengan nada sedikit kencangnya. Setelahnya dia membuka pintu kamar yang memang dikuncinya. Dilihatnya Hyunjin yang hanya memakai bathrobe dengan wajah yang lebih segar dan rambut setengah kering.

"Lama banget sih." dumel cowok itu.

Leia tertawa meledek. "Yakali, seorang Leia mandinya cepet. Emang kamu, mandi lima menit kurang."

"Yaudah, tunggu di ruang makan sana. Aku mau pakean dulu." usir Hyunjin padanya. Leia merengut sambil matanya mengedip-ngedip lucu.

"Aku disini aja ya, Hwang."

"Nggak! Kamu aja curang. Tadi aku nggak dibolehin masuk, sekarang malah mau liat aku pakean." ucapnya sedikit mendorong bahu Leia agar keluar dari kamar lalu menutup pintunya.

Leia tertawa lebar, merasa senang melihat sikap Hyunjin yang berbeda dengan ucapannya. Wajah Hyunjin memerah malu. Kadang mereka memang begitu, sering saling menggoda tapi berakhir dengan malu satu sama lain. Lalu dia bergegas ke ruang makan dan di meja makan sudah tertata begitu banyak makanan kesukaannya. Wah, air liurnya sampai mau menetes sekarang.

"Hayo!"

Leia mengelus dadanya yang jantungnya hampir copot itu. "Kenapa hari ini pada ngagetin terus ih. Kalo  jantungku tiba-tiba berhenti, gimana?" omelnya pada Hyunjin yang sedang tertawa.

"Hehe. Nggak mungkinlah. Kan jantung kamu ada di aku, trus hati aku ada di kamu."

Leia berdecak mendengar gombalan yang baginya tidak bermutu itu. Mereka lalu mengambil tempat duduknya masing-masing, dan Leia dengan semangat menyendokkan makanan-makanan enak ini kedalam mulutnya. Hyunjin mendekatkan bangkunya agar bersebelahan dengan pacar yang jika sudah makan akan melupakan eksistensinya ini. 

Wajah Leia dari sisi samping begini saja sudah menjadi favoritnya Hyunjin. Meski sekarang gadisnya ini tidak memoleskan make-up apapun ke wajahnya, rasanya tetap saja dia jatuh terpesona pada Leia. Rambut berantakan begini saja, Leia terlihat sexy. Hyunjin bucin banget kan?

Lalu dia mengambil poni panjang gadisnya ini untuk dia taruh di belakang telinganya agar tidak mengganggu kegiatan gadisnya makan.

Leia menoleh dan tersenyum manis padanya, membuatnya juga mengulum senyum.

"Makan juga!" suara rengekan manja Leia terdengar manis. Lalu dia mulai berhenti menatap gadisnya ini dan menyendokkan makanannya. Sementara Leia menetralkan degup jantungnya agar wajahnya tidak bersemu walau usahanya gagal total.

"Jadi kamu juga udah mau nonton film begituan juga, Le?"

Leia tersedak oleh makanannya dan batuk-batuk heboh. Dia segera menerima air putih yang diangsurkan oleh Hyunjin.

"Sakit, ih…" ringisnya sambil memegang lehernya, sakit banget trus panas juga karena dia sepertinya tersedak biji cabe.

Hyunjin menertawakannya dengan lebar, tetapi tangan cowok itu tidak berhenti menepuk punggung Leia. Setelah dirasa pacarnya ini sudah lebih baik, Hyunjin kembali bertanya.

"Sejak kapan, My Amaranth?"

Leia sontak menoleh kearah Hyunjin, menggembungkan pipinya dengan kilatan matanya yang marah. Jatuhnya malah imut sekali dimata Hyunjin.

"Nyebelin banget sih, lo!" sentak Leia menolak untuk dipegang tangannya.

"Hahaha. Aku kan cuma tanya, Leiaku." ujar Hyunjin lembut sambil mengelus kepalanya. Saat Leia marah seperti ini hanya kelembutan yang bisa menanganinya terbukti dengan sikap gadis itu yang kembali seperti kucing manis walau wajahnya masih terlihat kesal. "Kan biar bisa nonton bareng."

Godaan terakhir Hyunjin membuatnya menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Kamu tau nggak sih alasan kenapa aku nonton begituan?" tanya Leia seperti menggumam karena masih menutupi wajahnya.

"Tau kok. Dan aku minta jangan dilakuin lagi ya."

"Kenapa?" Leia kembali menatap kekasihnya yang sedang tersenyum lembut padanya ini.

"Pertama. Aku nggak mau kayak barang yang kamu pamerin ke temen-temen kamu." jawab Hyunjin, "Aku udah liat chat kalian, dan pasti nih. Kalo kita ciuman, kamu pasti jadiin aku bahan gosip untuk dipamerin, yakan?"

Hyunjin menjawil hidung Leia yang tampak berpikir keras dengan telunjuknya.

"Ya habisnya..." Leia kembali merengut.

"Trus yang kedua. Aku nggak mau kamu jadi kebiasaan nonton film biru macam gitu, ngerusak otak tau." ucap Hyunjin.

"Halah. Ngerusak otak tapi sering juga nonton." sergah Leia, tak percaya dia tuh sama Hyunjin.

"Aku kan cowok.” ucapnya sebagai alat untuk melindungi diri jika sudah mulai berargumen dengan Leia. “Nggak papa dong. Belajar teori dulu sebelum prakteknya sama kamu." balasan Hyunjin membuat Leia memejamkan matanya, tak kuat.

"Leia lemah, Ya Tuhan. Nggak kuat." ucapnya sambil menutup mulut dengan tangannya.

Hyunjin tertawa bahagia, Leia tuh lucu banget. Menggemaskan. 

Setelah bisa menguasai diri Hyunjin berkata padanya sambil mengusak pelan kepalanya. "Maaf udah baca chat kalian."

Sebenarnya Hyunjin bukan tipe pacar yang hobi memeriksa handphone kekasihnya. Jadi setiap kali Hyunjin mengetahui informasi apapun dari handphonenya pasti dia akan meminta maaf merasa melanggar privasi. Tapi kali ini, dia sangat ingin tahu jadi dia melanggarnya.

Leia sih bodo amatan. Merasa tidak masalah Hyunjin memeriksa handphonenya karena biasanya dirinyalah yang hobi memeriksa handphone kekasihnya. Terutama pada semua aplikasi chatting dan sosial media. Jangan harap ada yang bisa selamat jika dia melihat ada chat dari cewek-cewek genit kepada kekasihnya ini. Iya. Leia seposesif itu.

"Nggak papa kok." jawab Leia.

Lalu dengan gestur tubuhnya Hyunjin mengajak Leia untuk kembali makan. Mereka hening untuk menikmati makanan mereka.

Keduanya tampak terhanyut dalam pikirannya masing-masing.

Hyunjin berpikiran tentang alasannya selalu menolak mencium Leia. Alasan terbesarnya karena dia ingin menjaga gadisnya ini sebab dia saja tidak percaya pada dirinya sendiri apakah dapat menahan hasrat laki-lakinya atau tidak.

Tiga tahun mereka berstatus pacaran, dan sebelas tahun barengan. Jika kalian pikir itu tidak menyiksa, kalian salah besar. Bahkan Leia-lah yang menjadi mimpi basah pertamanya Hyunjin.

Jika boleh, dia ingin sekali mengikat Leia dikasur dan melakukan hal-hal dewasa bersama didalam kamarnya. Astaga. Hyunjin sadar!

"Kenapa?" tanya Leia melihat Hyunjin menggelengkan kepalanya.

"Nggak papa." jawabnya singkat.

"Bohong. Mukanya merah banget." Leia bersikeras lalu menangkup wajah Hyunjin dengan kedua tangannya. “Tapi nggak panas kok.”

Dari jarak sedekat ini, bahkan Hyunjin ingin sekali meraup bibir tipis itu. Dia pasti sangat menikmati melihat wajah polos itu berubah menjadi sexy...

"Why do you always be my madness, My Amaranth?" desah Hyunjin sambil mendaratkan dahinya dengan milik Leia yang mengerut bingung.





 

*


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Amaranth
Selanjutnya Amaranth (Part 6)
2
0
🌼 Bunga Amaranth yang berarti kesetiaan...Banyak yang bilang mereka bersama hanya karena terbiasa.Tidak ada cinta didalam hubungan mereka.Tidak ada kasih sayang.Mengenal sejak umur 8 tahun sampai sudah semester 3 dibangku perkuliahan mereka selalu bersama.Sifat Leia yang manja, cengeng, matre terkadang menyebalkan dimata siapapun yang melihat.Ditambah sikapnya yang hidup sesukanya, sering memperburuk segalanya.Klise sih. Tapi dalam cerita ini kalian akan belajar menjadi Hyunjin yang setia karena Leia selalu memberikan kenyamanan.  🌼
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan