Alone ( part 2 )

1
0
Deskripsi

Mengenal cinta tak terlalu menyakitkan, karna hanya mengenal, belum merasakan. Berharap tak akan ada cobaan, namun cinta tak semudah yang dibayangkan.

 Coba dulu, kenal saja, tak perlu merasakan. Takutnya skenario Tuhan berbeda dengan apa  yang kita mau.

 Nggak usah mikir kedepannya, sudah ada yang mengatur. Jika alasan mu tak ingin mengenal cinta karna sumber luka, percayalah pada ku, setia pada mu. 

      Pagi yang cukup indah, Alyn masih terbanyang tangisan, pelukan, kecupan yang ia terima dari Karrie. Masih terasa jelas, pagi itu saja Karrie ada di situ untuk menyapa Alyn.

   " Pagi sayang, bangun yuk. Udah pagi "
Rayuan itu di sertai dengan Karrie yang ikut berbaring dan menatap Alyn. Alyn yang juga melihat Karrie lalu memeluk erat Karrie.

   Karrie tak berkata sedikit pun, ia hanya mengelus kepala Alyn dengan halus. Ia tau apa yang dirasakan Alyn.

   " Kamu mau dimasakin apa sayang? Mama buatin "
   " Mah, Alyn mau ngomong "
   " Ngomong apa? "
   " Alyn minta maaf kemarin bentak bentak mama "
   " Emm, udah nggak usah dipikir. Mama udah lupain kok sayang "


   Pagi hari itu Al melihat keindahan yang tak terbayang olehnya, Al merasa puas atas semuanya. Tak semudah itu dan tak sesusah itu untuk meluluhkan hati Alyn.

    " Lo pantes bahagia lyn " batin Al.

    Tak lama kemudian Alyn ke kamar Al untuk menyapanya. 
    " Kak, bangun. Udah siang "

      Ups, ternyata itu semua mimpi Al yang cukup indah. Al yang langsung terbangun kaget dengan keberadaan Alyn yang seharusnya masih di kamarnya dengan Karrie.

   " Kenapa kak? Kok kayak nggak seneng? "
   " Gue tadi mimpi lo sama mama berdua di kamar, senyum-senyum. "
   " Oh, tapi itu cuma mimpi kan? Nggak mungkin jadi nyata "
   " Kanapa nggak bisa? Ya kan kita nggak tau gimana rencana Tuhan "
   " Tapi Tuhan tau kalo gue nggak suka sama mama "

     Al masih tak bisa melupakan mimpi itu, mimpi yang indah, benar benar indah. Dibalik itu Al berpikir bagaimana kalau ia menemukan Karrie dan Alyn seperti yang ada di mimpi Al semalam.

   " Lyn? Lo mau nggak kalo gue ajak ke mall? Gue yang bayar deh "
   " Enggak ah, mau pulang aja "
   " Ha? Pulang, serius? "
   " Hee, pengen ambil leptop "
   " Gue pikir mau ngapain , lyn "

***

      Akhir liburan Alyn hampir habis, Sena yang sudah pulang ke tanah air langsung menyapa Alyn lewat video call. Sena tampak senang bisa melihat sahabatnya itu, Sena bahkan membawa hadiah untuk ulang tahunnya. Walau sudah lewat, Alyn harusnya bahagia dengan hadiah yang diberi.

    " Lyn, gue bawa hadiah istimewa buat lo. Besok pas udah masuk sekolah gue kasih " ucap Sena dalam telfon. 
   " Ok, sekarang lo istirahat aja dulu, nanti sore gue mau ajak lo jalan " 
  " Siap "


  Sena yang baru pulang langsung membuat rencana untuk Alyn. Ia tak akan datang untuk menemani Alyn jalan, namun Reza lah yang akan menemani Alyn.

   Sena  : Bang, tadi gue telfon Alyn, dia minta nemenin jalan. Mending lo aja yang temenin dia
   Reza  : Serius? 
   Sena  : Iya, nanti sore katanya 
   Reza  : Ok, thanks info


    Reza berharap kali ini Raka tak ikut campur, karena Reza tau kalau Raka seperti sudah terlalu dekat dengan Raka.

" Wihh, mau kencan sama Alyn, nih " suara pelan dari Raka terdengar jelas. Kekhawatiran Reza menjadi nyata, untung saja dalam chat itu tak terdapat lokasi dimana Alyn ingin mengajak jalan Sena.

   " Masalah buat lo? " tanya tegas dari Reza 
   " Enggak , paling gue duluan yang bakal ngajak jalan Alyn. Secara lo kan lemah, gampang di manipulasi "
   " Sembarangan kalo ngomong, lo mending diem. Alyn nggak akan mau sama cowo kayak lo "
   " Liat aja nanti "

   Perang dingin antar saudara tersebut tak pernah usai, entah karena cinta, harta atau pun lainnya, mereka tetap bisa berkelahi dengan berbagai macam alasan yang tak masuk akal. Hanya karena wanita, mereka sampai lupa apa arti saudara.

   Reza tau jika ia menyentuh handphone miliknya, disitu juga Raka mengintainya. Reza tak ingin mengulangi hal yang sama. Ia membeli pelindung layar yang hanya tampak di sisi tertentu, agar Raka tak bisa melihat apapun dari handphonenya. 
 Reza terlalu cinta kepada Alyn, jadi apapun yang menyangkut dengan Alyn akan dilakukan olehnya, segalanya.


   Sore tiba, Reza tampil biasa dengan kaos hitam dan celana jeans. Biasa tapi menawan, mungkin jika Alyn luluh padanya, Alyn sudah tergila gila melihat Reza yang tampil luar biasa.

   Sena : Lyn? Lo udah sampe ya? 
   Alyn  : Dari tadi Sen , lo dimana? 
   Sena : Gue kayaknya nggak jadi deh lyn 
   Alyn  : Gimana sih 
   Sena : Tapi Reza udah kesana, gue udah bilang dia, biar nemenin lo 
    Alyn : Maksud lo ? Ya emang lo kenapa si, Sen ? 
   Sena : Gue masih capek lyn


   Melihat chat tersebut Alyn tak terlalu senang, ia takut jika obrolan mereka jadi canggung. Tak lama setelah Alyn dan Sena cekcok, Reza langsung duduk di hadapan Alyn seraya berkata " Hey, sorry ya kalo datengnya telat, lo cantik pake baju itu "

  Alyn tak sanggup berbicara, ia takut jika ia salah tingkah.

  " Makasih "

 Jawaban pendek dari Alyn membuat Reza ingin merayu Alyn, lebih .

  " Belum pesen, nih? Nggak laper apa? "
  " Tadi Sena udah bilang kalo kak Reza yang gantiin Sena, jadi aku tunggu kakak dulu "
  " Oh, sekarang mau pesen apa? "
  " Kak Reza dikasih tau Sena kan, kalo aku kesini mau jalan? "
  " Hee, jadi sekarang mau jalan dulu nih? "
  " Iya "

  Tak lama setelah kalimat itu terucap oleh Alyn, Reza langsung menarik tangan Alyn. Mereka memang tak terlalu akrab, tapi Reza selalu bisa membuat suasana baru yang lebih fresh.

   " Lo sering kesini? "
   " Enggak juga sih, biasanya kesini bareng Sena. Itu pun kalo dia bisa "
   " Berarti sama gue kepaksa? "
   " Enggak, cuma ini kali pertama aku kesini bareng cowo "
  
  Mendengar itu Reza langsung tersenyum dan meminta izin Alyn untuk mengelus kepalanya.

  " Gue boleh kan elus kepala lo? "

 Belum di beri izin, Reza langsung mengelus lembut, sangat lembut, sampai Alyn salah tingkah. Alyn sampai memeluk Reza dari samping. Reza yang tau, langsung pura pura tak sadar, seakan akan hal itu tak terjadi.

  Tak lama setelah itu, Alyn langsung sadar, dan merasa malu. 
  " Kak, maaf. Nggak sadar tadi "
  " Lagi juga nggak papa, kalo mau peluk, serius "

  Mereka berdua tak terlalu menonjol untuk kata ' Romantis' namun mereka tampak senang. Mereka tetap berbincang walau selalu mati topik.

  " By the way, besok kan udah masuk ya? Gimana kalo gue yang anter? Mau? "
  " Ngerepotin, nggak? "
  " Apapun buat lo, nggak ada yang bikin repot "
  " Boleh kalo gitu, nanti jemput jam enem tepat ya "
  " Ha? Jam enem? Lo mau nyapu satu sekolah? "

  Reza yang hampir tak pernah datang sepagi itu terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Alyn. Tapi memang Alyn jika berangkat sekolah pasti datang jam tujuh kurang sepuluh, rumah papa Alyn yang jauh dari sekolah alasannya.

   " Kalo keberatan nggak usah kak, nanti biar aku di anter sama kak Al " 
   " Rumah lo kan deket , Lyn "
   " Sekarang aku sama kak Al tinggal di rumah alm.papa aku, jadi jauh "
   " Oh, nanti sherlock dulu ya "

  Setelah obrolan yang melelahkan, mereka berdua memutuskan untuk makan malam bersama di sebuah restoran terpencil namun ramai pengunjung.

   " Indoor atau outdoor, Lyn?  "
  " outdoor aja, suasananya enak " 
  " Ok "

  Mereka tak duduk berhadapan, melainkan bersebelahan. Menunggu makanan yang mereka pesan tiba, Reza dengan diam diam memeluk Alyn dari samping dan mengelus pundak Alyn, dekat dengan lehernya.

   Alyn sadar dengan apa yang Reza buat, namun Alyn memilih diam dan menikmati suasana lembut itu. Tampak seperti pelangi, sesaat indah sesaat lagi akan hilang. Begitu cepat kebahagiaannya, sampai lupa bagaimana menikmati itu semua.

  " Silakan " ujar pelayanan dengan sopan 
  " Lyn? Kok nggak di makan? Kenapa? "

 Raut muka Alyn terlihat tak sehat, Reza yang sigap langsung memegang dahi Alyn. Tak terasa panas, namun muka Alyn terlihat pucat sekali. Reza tak ingin jalan jalannya tersebut menjadi buruk.

 " Lyn? Gue anter lo ke rumah sakit ya "
    Dengan cepat, Reza langsung menuntun Alyn yang lemah untuk berjalan ke parkiran.

  Sesampainya disana, Reza tampak kebingungan. Ia lupa jika ia punya nomor Tian, dan Reza tetap tak menghubungi Tian. Saat kebingungan itu pun, suster yang sudah mengecek tubuh Alyn langsung mengira bahwa Reza suami dari Alyn. 
      Setua itu kah muka mereka? Sampai tak terlihat bahwa mereka masih remaja.

   " Pak, istri bapak sekarang kondisinya tak terlalu bagus, dokter menyarankan untuk rawat inap. Mungkin 1 minggu baru di perbolehkan pulang "

  Reza tak menanggapi itu, ia langsung masuk ke kamar Alyn. Ia berpendapat bahwa ia lah yang membuat kondisi Alyn seperti ini.

  Saat kondisi Alyn seperti ini, terdengar telfon dari handphone Alyn. Rupanya, Al yang menelfon Alyn. Pasti ia khawatir pada adik perempuannya.

  " Halo? Lyn? Kok belum pulang? " suara lembut ditambah khawatir Al membuat Reza semakin bersalah. 
 " Halo, ini Kakaknya Alyn ya? Saya temennya. Ini Alyn lagi di rumah sakit permata " 
 " Oh, ya makasih infonya. Nggak usah nungguin Alyn, bentar lagi saya kesana "

  Reza khawatir bila Al marah padanya, bagaimana pun Reza tetap di ruangan itu sampai Al datang. Reza berniat agar Al bisa memaafkannya.

 " Maaf, saya temannya Alyn. Saya minta maaf udah bikin kondisi Alyn jadi kayak gini ".
   Wajah Al tak terlihat senang, ia malah membentak Reza dengan keras, dan melarang Reza untuk kembali.

***
  
   Pagi yang kurang indah untuk Alyn. Ia masih belum sadarkan diri. Pagi itu juga yang membuat Al harus mengabarkan hal ini ke Karrie. Dengan harapan Angga bisa membuat Alyn cepat pulih.

   Laki laki itu, mungkin Alyn tak senang jika Angga lah yang harus mengobatinya, namun bagaimana lagi.

  " Mas, kita ke RS permata. Alyn lagi dirawat disana " 
  " Emang dia kenapa? " tanya Angga tak begitu peduli. 
  " Mungkin maagnya kambuh. Ayo mas, mau gimanapun dia, dia tetep anak aku mas "


   Angga yang sudah sampai disana langsung mengecek Alyn. Dan tidak ada yang berbahaya didalam tubuh Alyn, hanya butuh istirahat yang cukup untuknya. 
   Tak lama kemudian, Alyn langsung terbangun. Dan ia melihat lelaki bodoh itu sedang berada di sisinya.

  " Om? Ngapain kesini? Om mau ambil ginjal saya? "

  Alyn benar benar tak menyukai Angga, tapi Angga juga tau kondisi sekarang Alyn bagaimana. Angga tak emosi namun mencolek pipi Alyn pelan pelan.

  " Agh, kalian ngapain sih kesini? Kak Al mana "

  Karrie mulai mendekati Alyn dan memeluk hangat. Bukannya nyaman, Alyn malah merasa terganggu.

  " Bukannya kalian sibuk ? Mending pulang aja dari pada di sini ganggu orang doang "

  Mereka berdua tak peduli dengan omongan Alyn, mereka hanya mundur dan duduk di sofa belakang. Mereka sudah sadar apa yang mereka buat itu salah, sekarang mereka ingin menebus kesalahan itu, walau sulit untuk di terima Alyn.


   Siang itu, Tian dan Al kembali. Dengan membawa sahabat Alyn, Alyn melihat mereka datang saja sudah tersenyum lebar. Karena memang mereka saja yang bisa membuat Alyn senang.

   " Lyn, Gue udah bawa hadiah yang gue ceritain kemarin " tutur Sena

  Hadiah itu terlihat biasa, namun apapun yang di beri sena, bagi Alyn adalah istimewa. Hanya terbungkus kotak kardus coklat dengan pita, bukan pita lebih tepatnya tali biasa. 
   Di kotak itu tertulis, 𝘧𝘰𝘳 𝘮𝘺 𝘥𝘢𝘶𝘨𝘩𝘵𝘦𝘳. Alyn yang membaca tulisan tersebut langsung mengetahui dari siapa.

  " Ini dari bokap gue ya? " 
       Sangat jelas, Sena tak bisa menjawabnya. Karena itu titipan dari Papa Alyn.

  " Buka aja dulu " ucap Al 
        Al tau itu dari siapa, karena memang ia yang mencarikan barang barang kesukaan Alyn, untuk ada di kotak itu.

  Kotak itu sudah di buka, tertulis " 𝘔𝘺 𝘨𝘪𝘳𝘭, 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘳𝘦 𝘴𝘰 𝘣𝘦𝘢𝘶𝘵𝘪𝘧𝘶𝘭, 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵 𝘵𝘩𝘢𝘵 𝘺𝘰𝘶 𝘥𝘰𝘯'𝘵 𝘥𝘦𝘴𝘦𝘳𝘷𝘦 𝘵𝘰 𝘣𝘦 𝘩𝘶𝘳𝘵. 𝘐'𝘮 𝘴𝘰𝘳𝘳𝘺 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘮𝘪𝘴𝘵𝘢𝘬𝘦 𝘐 𝘮𝘢𝘥𝘦. 𝘐 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘴𝘰. ”

   Disitu juga terdapat benda benda masa kecil Alyn, terdapat juga undangan yang Alyn beri semasa kecil dulu, yang membuat luka pertama dalam hidup Alyn.

 " Ini dari siapa? " tanya Alyn 
 " Itu buat lo dari bokap lo. Dia tu sayang sama lo, cuma dia nggak tau gimana cara minta maaf , lyn "

    Karrie yang masih satu ruangan merasa tak senang, dengan mereka yang menyebut mantan suaminya tersebut. Bagi Karrie, dia adalah lelaki paling buruk yang Karrie pernah kenal. Namun Karrie tak bisa berbuat apapun.

  " Lyn? Lo nangis? " 
       Terlihat tetesan air mata jatuh, dan membasahi kertas indah tersebut. Sena yang melihat langsung memeluk sahabatnya itu. Bukan hanya Sena, Tian dan Al juga memeluk erat Alyn.

  " Ahhh, sesek " teriak Alyn

    
***

    Seminggu yang cukup untuk istirahat, Alyn terlihat sudah pulih. Tapi yang mengejutkan, Alyn tak ingin di antar oleh Al ataupun Tian, bukan juga Karrie. Ia memilih pulang sendiri. 
    Bukan tanpa alasan, ia sebenarnya ingin mampir ke makam lelaki yang pernah Alyn benci. Entah apa yang dipikirkan Alyn, mungkin ia sudah melupakan itu semua.

  " Pah? Alyn minta maaf. Waktu papa nggak ada, Alyn nggak disisi papa. Alyn salah, Alyn minta maaf " dengan suara lembutnya, Alyn sampai mengeluarkan air matanya.

   Jodoh atau bukan, tiba tiba saja Reza ada depan pintu masuk. Ia melihat Alyn yang sedang menangis langsung mendekati gadis itu.

  " Lyn? Hey? Kenapa? " 
  " Kak, nggak papa kok "
  " Nggak papa kok nangis? "
  " Kenapa tanyanya sama aku doang? Disini kalo orang ziarah biasanya juga nangis, kenapa Kak Reza nggak tanya ibu ibu itu aja? Kenapa harus aku? "
  " Yaudah deh, salah lagi. By the way , lo udah sehat? "
  " Ya kakak liat aja sendiri " bentak Alyn, Alyn sedikit kesal, waktunya dengan papanya terganggu karnanya.

  Alyn terlihat tak terlalu suka atas keberadaan Reza. Reza sebenarnya keberatan dengan ucapan Alyn, seperti tak menghargai keberadaannya.

  " Lyn? Lo marah sama gue? Soal kemarin? " 
       Pertanyaan itu langsung membuat Alyn pindah pandang, Alyn malah merasa tak enak kepada Reza karena sudah repot mengantarkan Alyn ke rumah sakit. 
  " Aku nggak marah, kak. Cuma aku malah ngerasa nggak enak. Aku malah harusnya makasih, udah mau anter aku ke rs " 
  " Sama sama, tapi bener kan? Lo nggak marah? "
  " Enggak, kak "
  " Kalo gue anter pulang, mau nggak? "
  " Boleh "

  Reza malah bingung dengan sikap Alyn yang sering berubah ubah tiap detiknya, Reza juga justru makin tertarik dengan Alyn. Memang tak mudah mendapatkan Alyn, tapi Reza menyukai tantangan, jadi apapun cobaannya pasti Reza hadapi.


  " Kak Al ada nggak? " 
      Mungkin Reza suka mencari masalah, tapi mengapa harus dengan Al? Seperti tak ada orang lain yang harus di ajak ribut. 
  " Emang kenapa, kak? "
  " Lo ngapain lagi kesini? Gua udah bilang, jauhi Alyn! " bentak Al dengan keras
  " Kak, mending lo pulang aja ya, dari pada kak Al jadi reog "
  " Kak lo udah punya istri belum sih? Kasian istrinya nanti " jerit Reza
 
   Reza seperti tak ada takutnya dengan Al, Al memang tak menakutkan, sama sekali.

  " Lo ngapain di anter cowo itu? " 
  " Kak, dia yang anter gue ke rs. Kalo nggak ada dia, gue pasti nggak ada disini, kan? "
  " Alyn! " 
        suara tegas itu keluar dari mulut Al, Al waktu itu benar benar khawatir. Ia hanya ingin menjaga adik perempuannya itu.

  " Jangan jangan lo suka sama dia? Lyn? "
  " baper dikit "
  " Lyn? Lo serius? Lo dah gede ternyata "

   Al tak percaya, ternyata Alyn bisa merasakan cinta. Entah dari mana ia belajar, tapi itu membuat Al lebih yakin bahwa Alyn telah sedikit berubah. Terlihat tak seperti biasanya, Alyn bisanya mudah menangis, sekarang? Jarang. Al bahkan lama tak melihat Alyn menangis karena hal sepele.

   " Apaan sih kak, gue dari dulu udah gede. Salah kalo gue suka sama orang? " jawab Alyn dengan muka sinisnya
   " Enggak, heran aja. Lo bisa suka sama orang "
   " Gue suka sama dia, yang gue nggak suka tu elo. Kakak macam apa lo? Norak, kayak nggak pernah liat orang jatuh cinta aja " 
   " Ya kan lo istimewa, herannya lagi kalo ada orang yang suka sama lo "
   " HIIHHH !! " Wanita cantik, siapa yang tak suka? Bisa bisanya Al meremehkan Alyn.

   
  Setelah bercanda mereka yang melelahkan, terdengar getar dari handphone Al. Pesan itu dari Karrie, tak tau apalagi yang mereka rancangkan.

   Karrie : Kak, nanti ajak Alyn makan malem di rumah ya? Mama mau ngomong serius kali ini 
         Al  : Ya mah, tapi Al nggak bisa janji. Kalo Alyn nggak mau, nggak papa kan? 
   Karrie : Ya, kamu bilang aja mau makan diluar. Nggak usah dijawab kalo dia tanya kemana
       

    Rancangan Karrie belum tentu berhasil, karena Alyn bisa saja selangkah didepan Karrie. Rancangan ini harus benar benar matang, jika perlu Al harus mengganti pola sandi di handphonenya agar tak diketahui Alyn.

   Namun, Al lebih pandai, ia tau kalau harus mengatakan hal itu langsung setelah melihat pesan dari Karrie , Alyn akan mudah curiga. Al akan menunggu saat senja mulai tiba.

  " Siapa kak? "

   Tak ada jawaban dari Al, Al memang pandai tapi kalau keadaannya seperti ini, Al takut salah bicara. Ia lebih baik meninggalkan ruang itu, teknik seperti itu membuat Alyn tak curiga sama sekali. Karena Alyn akan mengganggap bahwa Kakaknya sedang ada urusan mendadak.


    Malam yang dinanti tiba, Karrie sudah tak sabar dengan tamu istimewanya. Disisi lain Al yang sudah lama meninggalkan Alyn malah tertidur di kamarnya, ya, jadi Al lupa kalau di perintah Karrie. 
        Alyn yang tau kakaknya tertidur berniat membangunkan lelaki itu, tapi setelah di raba oleh Alyn, tubuh Al panas. Alyn tak tega membangunkannya, jadi Alyn memilih untuk membuat kompres untuk Al dan ikut tidur di sebelah Al.

   Menunggu lama di depan gerbang, Karrie yang benar benar tak sabar malah menelfon Al. Mungkin langkah Karrie salah, bisa bisa Alyn yang menjawab telfon itu.

  𝘵𝘶𝘵𝘵𝘵 𝘵𝘶𝘵𝘵𝘵𝘶𝘵𝘵𝘵 

  Suara itu terdengar di telinga Alyn, terlihat Karrie yang menelfon, Alyn membiarkannya. Karrie masih belum puas, ia menelfon Al berkali kali, namun sia sia. Sampai suara berisik itu membuat Al terbangun.

  " Hey? Siapa yang telfon Lyn? " 
  " Mama "
  " Bawa sini "

  Al yang baru terbangun masih tak ingat dengan pinta Karrie. Ia masih setengah sadar, lagi pula jika Al mengajak Alyn sekarang malah membuat Alyn curiga.

  " Halo? Kak? Kakak gimana sih? Katanya ngajak Alyn kesini, sekarang kakak dimana? "
  " Mah? Oh iya, mah kakak bener bener lupa. Kalo pun jadi, Alyn pasti nggak mau, mah " 
  " Nggak mau apa, Kak? " saut Alyn 
  " Makan malem dirumah mama, mau nggak? "
  " Sini hpnya. Mah! Dengerin ya, kakak lagi demam, mama nggak usah bikin kakak repot. Lagian mamah bisa kan makan sendiri, nggak usah sama kakak "

   Mendengar hal itu Al langsung menyaut handphonenya, dan tanpa sadar Al membentak keras Alyn. Tak seperti biasa, Alyn tak menangis sedikitpun, ia hanya meninggalkan Al dan pergi ke kamarnya. 
     
    Al masih tak sadar dengan apa yang ia lakukan, bisa saja Alyn marah besar padanya. Al benar benar tak merasa bersalah sedikitpun. Tak tau bagaimana pagi hari besok.


   " Buat apa gue punya kakak, dia bilang bakal jaga gue. Munafik " kalimat itu terucap di mulut Alyn, tanpa tetesan air mata. 
   Siapa yang membuat Alyn kuat dengan masalah yang ia hadapi? Tentu saja kondisi yang selalu menekannya sampai Alyn sudah lelah dengan itu semua.

  Tak lama setelah itu, Al datang. Sudah sadar sepertinya, tapi maaf itu apakah apa di terima Alyn? Tak semudah itu untuk Alyn memaafkan hal itu, Alyn sudah banyak mendapatkan luka, haruskah ia mendapat luka dari berbagai orang? Setiap orang? Bagaimana bisa gadis ini berdamai dengan keadaan, kalau lingkungan sekitar saja tak mendukung.

  " Lyn? Marah ya? Maaf. Gue... "
  " Nggak usah minta maaf, lo sama mama nggak ada bedanya "
  " Lyn, gue nggak sadar tadi. Ya lo bentak mama, gue langsung spontan bentak lo balik. Lyn, mama itu cuma minta damai sama lo, dia akui dia salah, kasih dia kesempatan. Sampai kapan lo kayak gini? "
  " Kak, tapi kondisi lo aja lagi sakit, gimana lo mau kesana? Lo mikir mama tapi mama nggak mikir lo "
  " Dia kan nggak tau gue sakit lyn. Udah lah, dia orang tua kita lho "
  " Orang tua tapi nggak bisa nge-didik anak, payah mereka " 
  " Sittt, nggak boleh bilang kayak gitu "
  " Kalo gue bilang mama baik, boong dong "
  " Nggak gitu juga Alynnnnn, cantik tp cerewet banget "
  " Pipi lo kok merah? Salting ya? Cantik dikit doang, banyaknya di simpen di bank " 
  " Nggak lucu " 
  " Yang bilang lucu siapa? Kan lo doang yang lucu " 
    Kata kata manis itu memang membuat Alyn tersipu malu, rayuan Al tak seberapa tapi karena bagi Alyn kakaknya lah segalanya. Apa yang dilakukan Al untuk menghiburnya, tetap istimewa dipandangan Alyn.

    Ada yang dipikiran Alyn saja kita tak begitu paham. Mungkin saja yang istimewa bagi kita tak terlalu baik untuk Alyn. Alyn berbeda, jangan pernah membandingkannya dengan siapapun.


   " Besok sekolah kan? Gue nggak bisa nganter, mau di anter siapa? Raka aja gimana? "
   " Lo kenal Raka? Dari mana? "
   " Ya, dia aja temen sekolah gue "
   " Ha? Gue pikir Raka seumuran Kak Tian "
   " Ngaco, dia malah udah kelihatan keriputnya. Lo buta? "
   " Kalo di anter dia... nggak ah , mending suruh anter kak Tian "
   " Lo lebih suka Raka atau Reza? Gue tau salah satu dari mereka pasti ada yang lo suka "
   " Suka sama Jaemin "
   " Jaemin member BTS ya? " 
   " Bodo! Anak siapa sih lo. Bodo banget " ujar Alyn dengan menampar pelan pipi Al
   " Oh salah, berarti member BlackPink ? "
   " Hah, bodo banget si lo! BlackPink tu membernya cewe, kakkkk! "
   " Siapa tau ada member baru " 
   " Lo siapa? Managernya aja bukan " 
   " Lho? Bukannya managernya Alkenza Greanza yang ganteng dan gagah itu ya? Yang setiap hari ada sama lo "
    " Bodo! Ah sana, mending lo tidur lagi "

***     
   
     Matahari sudah menampakkan diri, pertanda hari baru untuk Alyn, mungkin pagi lalu sangat buruk, entah pagi ini. Apapun rencana Tuhan, itu yang terbaik.

    Embun pagi menyapa Alyn dengan lembut, indah sekali. Terlihat dari jendela, ruang tamu yang biasanya terisi suara bising dari mereka, kini sunyi, damai.

   " Pagi adek Alyn yang cantik. " Sapaan dari Tian hanya di lirik heran oleh Alyn, sok iye banget dia. Datang tanpa salam, sapa sok kenal. 
    
  " Tumben nggak telat? " tatap tajam Alyn
  " Kan mau anter tuan putri, yang harus dilayani dengan penuh perhatian " 
  " Kam*ret " 
  " Tuan putri mau berangkat sekarang ? Mari Tuan putri yang cantik dan anggun " 
  " Tua putri mau di gendong " 
  " Manjaa! Punya kaki kan? Jalan sendiri " 
  " Hih! Tadi baik baikin, aneh lo " 
  " Ya udah sini "

   Pagi ini sangat berbeda dengan pagi yang lalu, Alyn merasakan kebahagiaan mulai tumbuh dalam hidupnya, ia berharap bahagianya ini bertahan lama.

    Tak tau, semua orang hari ini terlihat berbeda. Semua orang terlihat membicarakan Alyn, padahal Alyn merasa tak berbuat salah apapun. 
    Semua orang terlihat senyum sinis kepada Alyn, sangat aneh. Biasanya mereka menatap manis penuh senyuman kepada Alyn, sekarang? " Najis " batin Alyn.

   " Lyn? Kenapa? " hahaha, pagi pagi sudah di sambut pangeran tampan 'Reza' 
   " Semua orang kok aneh, ya? "
   " Aneh gimana? "
   " Ya aneh, kak. Masa tadi mereka natep sinis nggak jelas "
   " Liat ke halaman sebelah deh "

   Ada kejutan mungkin? Kado untuk Alyn, tapi seperti mustahil. Alyn sekarang menjadi lebih terbuka, Alyn saja sudah bisa membayangkan bahwa di halaman itu ada sosok lelaki yang ingin menyatakan cinta padanya.

    Tapi tak seindah cerita dongeng, Alyn malah habis habisan di bully oleh teman sekolahnya. Tak hanya satu atau dua, semua.

    " Eh, ada ratu brokenhome ni, awas, nanti ketularan lho " sindir Ari boti sekolah itu. 
    " Bener, udah yatim, emaknya nikah lagi. Paling nggak berduka dulu lah ya " ucap Jina

   Siapa yang menceritakan itu semua? Sena? Padahal Sena tau betul dengan kondisi keluarga Alyn, tapi memang manusia tempatnya munafik. Hari ini bilang itu besoknya bilang ini. Lawak, manusia manusia, udah banyak dosa, banyak gaya pula.

   " Lyn? Lo nggak papa? " tanya Reza
   " Nggak papa, kak " jawaban itu sangat terlihat jelas, Alyn seperti ingin menangis. 
   " Hey, nggak papa kok nangis? Kalo nangis di pelukan orang, biar nggak keliatan jelek "

   Mendengar hal itu Alyn tak basa basi langsung memeluk lelaki yang sedang ada di depannya. Tangis itu terdengar lembut bila berada di dada Reza. Siapa lagi yang harus di percayai setelah ini?

   " Putri cantik, kalo nangis jangan lama lama. Baju pangeran ganteng nanti lembap kena air mata Putri, ke kelas yuk, Pangeran anter "

   Hari ini memang lain, lain sekali. Alyn melihat dua fenomena yang hampir tak terbayangkan olehnya. Dan fenomena itu saling melengkapi, ada sedih ada juga yang membuat Alyn tersipu.

   Alyn sudah tak terlalu memikirkan olokan dari Ari dan yang lain, karena ada Pangeran Reza yang menghiburnya. Membuat Alyn tertawa tipis, tipis tapi manis.

  " Putri mau dinyanyiin pangeran nggak? Enak tau " ujar Reza dengan mengelus kepada Alyn
  " I found a love, for me. Darling, ju " sambungnya. 
     Suara merdu dari Pangeran kita membuat seribu kuping kesakitan. Kencang dan keras. 
  " Kakk! Nggak usah nyanyi, aku si no " 
  " Oh, maap om anang "

   Random, topik mereka saja kita tak tau, biarkan lah pasangan ini bahagia untuk kali ini. Alyn butuh seseorang seperti Reza.

   " Rez, lo di panggil bu Ani " tegur salah satu temen Reza. 
   " Putri Alyn yang cantik jelita, balik ke kelas sendiri ya, gue duluan "
   " Hee, makasih udah nemenin " hanya di balas Reza dengan senyum.


  Efek dari hiburan Reza membuat Alyn tak terlalu kecewa, ia sekarang hanya mementingkan orang yang ada di sekitarnya saja, yang jelas mencintainya dengan tulus.


  Bel sekolah tanda pulang sudah berdering, Alyn menunggu jemputan dari Tian. Di depan halte busway, Alyn melihat Reza berjalan menghampirinya. Dengan membawa sebatang coklat yang terlihat manis.

   " Hai putri cantik, belum di jemput? " 
   " Belum, pangeran " Alyn sudah mulai lebih luluh, ia hanya menjalani, selanjutnya biar Tuhan yang mengatur. 
   " Nih, buat putri. Biar tetep manis "
   " Biar manis katanya, hahaha. Kak, kalo mau dia manis, air yang buat mandi kasih gula. Hahahaha "

   Olokan itu tak membuat Alyn kembali menangis,  ia hanya tersenyum kecil untuk mereka.

   " Lyn? Nggak usah di dengerin ya? "
   " Nggak papa kok, kak "

  " Eh, itu om. Anaknya om " Ari mengantarkan lelaki itu, Angga. 
  " Lyn? Ikut saya " ucap Angga

   Reza hanya bengong melihat Angga, bukan karena terlalu tampan, tapi karena bahasa yang di gunakan. Bukan panggilan seperti orang tua biasa.

   Tujuan Angga menghampiri Alyn hanya satu, untuk mengajak Alyn makan siang di rumah Karrie. Tak hanya untuk makan, Karrie ingin menyelesaikan masalahnya dengan Alyn.

   " Alyn? Saya boleh tanya sesuatu? " tanya Angga dengan sedikit melirik Alyn 
   " Apa? "
   " Tadi cowo yang sama kamu itu, pacar kamu? " 
   " Bukan, kakak kelas "
   " Kamu suka sama dia? "
   " Om nggak usah tanya aneh aneh deh, lagian om ngapain si ada di hidup Alyn? Ada di hidup Mama? " bentak Alyn. 
   " Jangan buat saya emosi, kalau bukan Mama kamu yang nyuruh, saya nggak akan disini "

   Alyn hanya tak ingin Angga ada di hidup Karrie. Ia takut akan menambah konflik, dan benar saja masalah malah bertambah banyak.

  " Alyn, duduk dulu sayang. Mama baru selesai masak, belum di tata, kamu tunggu bentar ya! " 
  " Mama masak apa? " tanya Alyn dengan nada tegang. 
  " Kesukaan kamu, seafood " Alyn hanya membalas senyum kecil. 
  " Eh, tuan putri udah sampe " 
  " Kak, mama bikin rencana apa? "
  " Tanya sendiri, tuan putri " 
  " Kak, anterin pulang, please! " 
  " Enggak, tuan putri harus disini. Tuan putri temenin rakyatnya disini " 
  " Gue nggak punya rakyat "
  " Punya "
  " Siapa? "
  " Gue " 
  " Pada ngomongin apa? Ngomongnya nanti lagi, sekarang kita makan dulu " 
  " Kak Al nggak ada? " tanya sinis Alyn
  " Kak Al kan sakit, dia nggak bisa kesini, sayang "
  " Yaudah, makanannya dibungkus aja. Alyn makan dirumah sama Kak Al. "
  " Alyn! Mama ngundang kamu kesini bukan cuma buat makan, ada hal lain yang harus mama omongin sekarang. "
   " Besok aja, besok Alyn libur "

    Alyn langsung pergi dari ruang itu, tanpa mengucapkan salam. Ia tak peduli dengan Karrie, entah apa yang ingin disampaikan Karrie.


    " Kak! " Alyn masuk perlahan dari pintu masuk, dan di sofa ruang tamu terlihat lelaki yang tergeletak di sana, itu Al. 
    " Kak? Kak Al, udah nggak panas? bangun! " tak ada respon dari Al, mungkin saja Al sudah melayang jauh. 
    " Kak! Lo mati? Kak! Bangunnn " masih tak ada sautan dari Al, terpaksa Alyn mencium bibir Al. Bukan mencium tepatnya memberi nafas buatan. 
    " Alyn! Jijik " bentak Al kaget
    " Ya gue pikir lo udah beda alam sama gue " 
    " Ngaco, lo kok pulang sih? Bukannya diajak mama makan? "
    " Gue kabur "
    " Kenapa? Lyn mama cuma mau minta maaf sama lo "
    " Nggak butuh "
    " Alyn!!! , nggak boleh gitu cantik "
    " Emang gue cantik "
    " Lebih cantik kalo lo mau dengerin apa kata mama "
    " Gue nggak butuh cantik yang berlebihan, yang penting jaemin suka " 
    " Oh, gue sekarang tau jaemin membernya siapa "
    " Siapa coba? "
    " NTC kan? "
    " NCT bodo, lo ga bisa baca? "
    " Ya, pokoknya itu lah "
    " Punya kakak kok bodo banget " 
    " Punya ade kok gembeng banget "
    " Apa lo bilang? Dari pada bodo " 
    " Nyenyenyenye "

   Dahlah, ga akan berhenti kalo udah berantem.

***

    Mentari pagi menyapa Alyn, tapi pagi ini menjadi pagi yang buruk. Tak terlalu buruk, dirumah Alyn banyak sekali tamu. Tamunya ya keluarga Alyn sendiri, Karrie sekarang benar benar nekat, apapun akan ia lakukan.

  " Lyn, Alyn, bangun " tutur Tian 
  " Alyn, sarapan dulu. Cepet lyn " saut Al 
  " Apa-apaan si kak! Alyn masih ngantuk " 
 
   Jelas, mereka berdua membangunkan Alyn bukan atas kehendaknya sendiri, tapi mereka di perintah oleh Karrie, tentu saja.

  " Makan dulu, Lyn " ucap Al dengan lembut 
  " Bentar, nyawa gue masi di awan, bareng jaemin "
  " Jaemin mulu pikirannya " saut Al dengan sedikit keras 
  " Jaemin siapa? Kucing? Ayam? " tanya Tian yang tak tau apa apa 
  " Jaemin itu member NCT dari korsel " jawab Alyn cepat
  " Oh, kpop? Kirain kucing " 
  " Sejak kapan kucing namanya jaemin, beg* " 
  " Ya itu ada kucing, namanya jaemin " 
  " Kucing siapa? Ihhhh lucuk banget "
  " Kucing gue, sengaja gue kasih nama jaemin, biar orang pikir pacar lo kucing " ujar Al 
  " *** , semua orang juga tau jaemin siapa "
  " Ini kucing Alyn! Bukan anjing "
  " Iya gue tau kakak gue yang paling bodo "
  " Ya lo tadi bilang ***, maksud lo? Masih kecil omongannya kasar banget "
  " Banyak omong lo "

  Entah kapan berakhirnya obrolan mereka, yang jelas ini akan lama. Karrie di sana masih terus menunggu sampai Al dan Tian berhasil membujuk Alyn.

  " Udah ayo makan " 
  " Tapi, kok kak T... " 
  " Ayo cepet Alyn cantik "

   Pasti Alyn sudah merasa curiga terhadap mereka, Alyn curiga kenapa Tian pagi pagi sudah ada di rumah itu, padahal mereka berbeda rumah. Belum sempat bertanya, mereka terlalu cerdik, mereka tau Alyn akan menanyakan hal itu.

   Lebih lagi, mereka tak makan di tempat biasanya, namun mereka makan di belakang rumah. Sudah tersedia makanan lezat, yang tak lezat adalah ketika Alyn melihat ada papa tirinya dengan Karrie. Raut muka Alyn langsung berubah, tapi kalau pun Alyn kabur jelas sudah terlambat.

  " Lyn? Ayo makan, sekarang udah ada kak Al, udah ada Kak Tian juga. Udah lengkap kan? " bual Karrie. 
   " Hmm " hanya itu jawaban dari Alyn, ia sudah tak bisa berkutik. 
   " Duduk sini, mama udah siapin makanan enak enak buat putri mama " 
   " Enggak, Alyn mau duduk deket Kak Al aja " nada itu sangat canggung, terdengar jelas. 
   " Ya udah "

   Alyn tau apa yang akan Karrie lakukan, dan feeling Alyn benar. Karrie mencoba membujuk Alyn agar bisa memaafkannya. Tapi yang Karrie lakukan salah, Karrie malah membicarakannya saat Alyn belum selesai makan. Sontak saja Alyn tak nyaman dengan itu.

   " Mah, Alyn masih makan. Kalo mama ngajak Alyn ngomong, trus Alyn keselek, trus mati, mama mau? Emang nggak ada hati ya? " bentak Alyn

   Emang, yang di ucapin Alyn benar, tapi cara Alyn yang selalu salah dalam berbicara. Dengan nada yang seperti itu, mungkin saja Al yang akan marah dengan sikap Alyn. Alyn tanpa basa basi langsung pergi ke kamarnya.

   " Lyn? Lo marah ga kalo gue emosi? Trus tiba tiba bentak lo karna problem lo sm mama? Lyn, lo udah dewasa, please, mama cuma mau minta maaf, gampang kan? " nasehat Al tanpa sedikit bentakan

   " Harus? Harus maafin dia? Kak, gue ga suka sama dia, dari kecil gue nggak pernah di perhatiin sama dia, sekarang? Gue dari kecil ngerasa sendiri, orang lain selalu di temenin ortunya, gue? Gue emang bukan anaknya " bantah Alyn 
  
   " Sekarang lo mikir, gue pas lo kecil, emang deket? Enggak kan? Tapi setelah lo masuk SMP, gue nyoba buat deket sama lo, jujur aja gue dulu deket sama lo karena papa. Papa nyuruh gue buat deket sama lo, dia tau lo kesepian, makanya dia nyuruh gue sama Tian. Alyn, kita sama sama ngerasain gimana punya keluarga yang ga sempurna, tapi bukan berarti kita harus marah terus sama mama kan? Seutuhnya ini bukan salah mama. "

     Tangisan dimulai, tetesan air mata itu jatuh di tangan Al. Tanpa di sadari oleh Alyn, Karrie duduk di ranjang dan memeluk Alyn. Alyn tak terlihat berusaha untuk melepaskan pelukan itu.

    " Kamu tau, sayang? Mama emang nggak sempurna buat kamu, tapi mama sayang banget sama kamu. Mama tau apa kesalahan mama, terlalu banyak kalau harus mama sebutin. Mama bangga sama kamu, sayang. Greanza Mailyn Alluna, putri tercantik yang pernah ada. "

    " Lyn, hey, kalo nangis itu dihabisin dulu, nanti nyesek lho. Nangis aja, dikeluarin biar tenang. "

    Alyn tak memberi respon, ia masih terdiam dengan tangisan. Masih dalam pelukan Karrie, mungkin Alyn mulai luluh oleh Karrie. 
   Tak berselang lama, bel rumah berbunyi. Ya, itu Reza, lama tak jumpa dengannya. Lama untuk Alyn, sudah satu hari tanpa Reza, dan Alyn sedikit merasa kangen. Kangen? Jarang terjadi oleh putri Karrie satu ini.

   
   " Hai, lagi sibuk ya? Kok lama " sapa Reza
   " Enggak kak, kakak ngapain disini? " 
   " Ngajak lo, ke timezone. Mau nggak? " 
   " Kak? Alyn udah gede lho, masa main ke timezone sih? "
   " Apa salahnya? Gue malah liat kak Al sering main ke timezone sama pacarnya " 
   " Hah? Kak Al punya pacar? Kak Reza tau dari mana? " 
   " Ya, ga tau sih, cuma mereka mesra. Gue pikir dia pacarnya. Jadi, bisa nggak? Kalo enggak juga, ga masalah sih " 
   " Boleh, Alyn siap siap dulu ya " 
   " Iya, cantik "

     Alyn berubah, benar benar berubah, 90 derajat dari sebelumnya. Itu pertanda baik untuk Reza, lebih mudah merebut hati Alyn, tapi Reza lebih suka hal yang menantang. Mungkin dengan kembalinya Raka membuat Reza lebih merasakan tertantang. 

   
  " Lyn? Dia pacar kamu, sayang? " tanya Karrie 
  " Bukan, kakak kelas. Alyn mau jalan sama dia "

    Dari bicaranya, Alyn terlihat sudah memaafkan Karrie. Namun belum sepenuhnya, pasti masih ada sedikit luka yang tersisa.

***

  " Lyn? Lo seneng banget kelihatannya. Nggak pernah kesini ya? " sedikit ejekan tapi memang benar.

   " Enggak, Alyn cuma pernah lewat. Nggak pernah mampir, maaf ya kak kalo tingkah Alyn kekanak-kanakan " 
  " Nggak papa, malah lucu. Lebih lucu lagi, lo panggil diri lo sendiri sama nama lo, sejak kapan Lyn? "
  " Kenapa? Nggak suka ya? "
  " Hah, kan gue udah bilang, lucu Alynnnn! "
  " Alyn pernah tanya sama kak Al, katanya dia suka kalo cewe panggil dirinya sendiri sama namanya. Ya, Alyn pikir kak Reza sama " 
  " Kalo gue nggak terlalu sih, cuman kalo putri Alyn yang ngomong, itu lucu. I love you " 
  
   Apa? Ily? Tak terdengar jelas, tentu Alyn tak mendengarnya. Suara Reza yang pelan dengan suara pengunjung yang begitu keras membuat kata kata itu sulit terdengar.

  " Apa kak? " 
  " Hem? Nggak papa, udah lupain "

   Reza jelas tak ingin begitu cepat mengutarakan rasa cintanya pada Alyn, ia ingin menikmati. Takutnya Alyn akan menolak Reza mentah-mentah, jadi Reza ingin membuat kenangan sebelum mereka kandas, dan hanya sampai sini cerita mereka.

   " Alyn? Hey, lama nggak ketemu ya? " sapa Raka.

  Ya, Raka sekarang jarang menemui Alyn karena kuliahnya, harusnya itu bukan halangan bagi Raka. Kuliah nggak akan menjadi halangan, bukan?

  " Raka? Apa kabar? Kok lama nggak hubungi gue? Sakit? " 
  " Enggak, sibuk ngurus skripsi " 
  " Oh, udah mau lulus? " 
  " Hampir, gimana? Masih sering nangis? " 
  " Ahhh, kenapa orang orang ngenal gue sebagai orang yang gembeng? Padahal gue jarang nangis " 
  " Iya, jarang banget. Paling 5 menit sekali "
  " Raka! Nggak lucu "
  " Eh, kesini sama siapa? Sendiri? "
  " Sama kak Reza "
 
   Lama tak bertemu membuat obrolan mereka sedikit canggung, tidak ada topik yang harus bi bincangkan.

  " Lyn? Gue anterin pulang ya? Udah sore " ucap Reza yang tak suka atas kehadiran Raka 
  " Emm kak, kalo Alyn pulangnya nanti aja gimana? Alyn mau ngobrol dulu sama Raka, ikut aja, biar kak Reza kenal. "

  Lebih dari yang Reza pikiran, ia tak pernah menyangka akan seperti ini.

  " Boleh, tapi jangan lama lama ya? Takutnya kesorean " 
  " Iya, duduk aja dulu kak "

  " By the way, sekolah lo gimana lyn? Baik kan? " 
  " Baik, cuma temennya aja yang nggak baik " 
  " Kenapa? Ada problem? sama siapa? "
  " Sama ... " 
  " Lyn! " tegur Reza dengan menggelengkan kepalanya. 
  " Kenapa, kak? " 
  " Nggak baik, ngomongin keburukan orang lain " 
  " Tapi kan cuma ngomongin, nggak nyebut nama kok " 
  " Alyn! Kalo di bilangin bisa nurut nggak sih? " dengan mengelus kepala Alyn.

   Bukan pacar, atau belum menjadi pacar. Belum menjadi pacar Alyn saja Reza sudah banyak aturan, tapi itu tanda peduli Reza pada Alyn.

  " Nggak papa lyn, nggak usah cerita juga nggak papa kok " 
  " Ya, tapi lo kuliah jurusan apa? Gue nggak pernah tau " 
  " Jurusan kedokteran " 
  " Dokter apa? Kalo nyembuhin hati gue bisa nggak? Nanti kalo putus cinta? "
  " Ha? Lyn, lo masih kecil, jangan pacaran dulu lah. Fokus sekolah, masa depan lo itu masih panjang "
  " Gue tanya, bisa nggak? "
  " Bisa, apapun buat lo, gue bisa "

 Tatapan sinis dari Reza mulai terpancing, tatapan tak biasa. Tapi Alyn kurang memperhatikan Reza.

  " Lyn? Udah mau sore, pulang yuk " 
  " Kak? Kak Reza cemburu ya? Kok jutek banget mukanya? Marah ya sama Alyn? "
  " Gue bakal marah kalo lo nggak mau pulang "
  " Yaudah, ayok. Rak kapan kapan lagi ya? "
  " Ati ati, Lyn "

    Satu lagi hari yang cukup indah untuk Alyn, entah apa yang terjadi esok. Ini misteri Tuhan, mungkin akan ada kejutan lain untuk Alyn.

    

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya PDKT bab 1 ( AU )
1
0
𝙒𝙖𝙧𝙞𝙣𝙜!! 𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘶𝘳𝘯𝘪 𝘪𝘥𝘦 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘳𝘦𝘢𝘭 𝘭𝘪𝘧𝘦 𝘰𝘳 𝘪𝘮𝘢𝘫𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘍𝘰𝘵𝘰 𝘧𝘰𝘵𝘰 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘦𝘴𝘵 𝘛𝘺𝘱𝘰 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘤𝘩𝘢𝘵 - 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 - 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵 -𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘤𝘢- 𝘸𝘢𝘭𝘭𝘱𝘢𝘱𝘦𝘳- ( 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧, 𝘬𝘢𝘮𝘪 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘴𝘢𝘩𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘴𝘢𝘪𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢, 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘥𝘰𝘴a ) 𝘕𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘣𝘶𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘭𝘪𝘴𝘵 𝘵𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘰𝘬𝘰𝘩 𝘳𝘢𝘩𝘢𝘴𝘪𝘢.  
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan