Alone ( part 1 )

1
1
Deskripsi

   Cinta tak harus sedalam samudra. Buktinya mereka kandas karena samudra. Ternyata samudra tak terlalu dalam. Kalau memang dalam, mengapa mereka memilih berakhir sekarang?

 Apakah sudah dalam mereka berenang? Apakah jalan utama hanya perceraian? Tidak ada kah jalan lain? Jalan didunia masih banyak, tapi mereka hanya memilih satu jalan.

Cukup sudah mengenal cinta, tak seindah yang dibayangkan. Indah pada awal mulai, pait ketika seseorang memanggil orang ketiga.

 

   Suram sekali, kamar yang gelap, penuh dengan luka. Air mata tak sedikit jatuh di sini, terus mengalir tanpa henti. Berharap ada obat, namun siapa yang sanggup mengobati luka?

   Diam saja salah, apa yang mereka mau? Perceraian? Mengapa ada kata cinta kalau itu tempat perpisahan? Menjadi sendiri, karena mereka tak sadar diri. Pertengkaran yang tak akan ada ujungnya, berhenti menyakitiku.


   " Mulai sekarang dan selama-lamanya kita nggak perlu komunikasi, kalau perlu kita Cerai " bentak Karrie . 
   Suara keras itu membuat mata Alyn berkaca-kaca.
  " Siapa yang butuh mereka, kalau cerai yaudah, gue tinggal ikut mama atau papa, selesai, malahan sekarang udah enggak ada suara ribut mereka " batin Alyn menguatkan dirinya. 
 " Alyn !!! " jerit Karrie yang sedang banjir air mata. 
 " Kenapa? Ada yang Perlu dibantu mah? " ujar gadis malang tersebut.

   Bahkan Alyn saja tak ingin di panggil oleh Karrie, Alyn tau dia orang tuanya, tapi orang tua macam apa mereka? Tak pernah memberi kasih sayang yang utuh padanya.

   " Ikut mama nak " suara itu terdengar berat, seperti susah untuk diutarakan oleh mulut Karrie. 
   
   Alyn tak peduli jika ia harus tinggal bersama sang mama atau papanya. Perceraian ini membuat Alyn benar benar menyimpan dendam pada mereka. 
  Kapan mereka sadar? Atas kesalahan yang selalu mereka buat. Berbuat tak bertanggung jawab, semuanya hilang, tanpa meninggalkan bekas, hanya luka yang tersimpan.

  " I hate my family "

***

Dikabarkan pengendara mobil berplat B 6996 mengalami kecelakaan tunggal, belum dipastikan secara pasti akibat dari kecelakaan tersebut. Dalam kejadian tersebut menewaskan pengemudi yang diduga pemilik mobil tsb. Kecelakaan tersebut terjadi di jln Karyaga, pada pukul 20.39 waktu setempat

   " Bukannya itu no platnya papa? Berarti dia ... "
Batin Alyn tanpa ekspresi.

  " Alynnnn!!! " terdengar seperti suara lelaki yang tak asing bagi telinga Alyn. Dia lah kakak Alyn yakni Tian pecandu narkoba, namun kasih sayangnya kepada Alyn luar biasa . 
   " Lo udah tau kalau papa kecelakaan? " ujar Tian menatap tajam mata Alyn 
   " udah " balas Alyn. 
   " Lo ga kelihatan sedih, lo seneng papa mati? " 
   " Biarin, dia hidup aja ga guna, mati ya udah, malahan itu bagus buat gue " batin Alyn.

  Bagaimana Alyn tak kecewa dengan orang tuanya yang tak pernah peduli dengan keadaan, pertumbuhan anaknya sendiri. Dan sekarang mental Alyn benar benar hancur.

 Alyn tak terlalu peduli atas kematian papanya. Untuk apa peduli? Dia tak peduli bukan? Dengan kondisi Alyn sekarang? Lalu Alyn harus peduli dengannya? Tentu tidak.

   " Yang udah bikin papa kecelakaan, bilangin makasih. Udah bunuh dia " ujar Alyn penuh dendam

  Tian hanya kebingungan, ia tau Alyn kecewa dengan mereka. Namun kata kata itu seperti tak disangka.

***

" Alyn, nanti mama sama kak Tian layat, kamu ikut mama sebentar ya, sayang " 
   Kata kata itu membuat Alyn tak percaya bahwa kalimat itu berhasil terucap oleh mulut Karrie. 
" Untuk apa saya ikut? Bukannya tidak berguna saya disana? Bahkan papa tidak butuh doa saya ."


Tok toktok

 " lyn, gue masuk ya " suara lembut dari Tian tak membuat Alyn terbangun dari tidurnya 
   " Lyn? Tidur ni? " tanya Tian yang juga mengelus kepala Alyn dengan lembut. 
  " Kenapa? " elusan kepala itu membuat Alyn terbangun. 
  " Gue ga pernah ngerasa  kayak gini, kali pertama kepala gue dielus sama keluarga gue sendiri " batin Alyn.

   " Lo sedih ya? Papa udah ngga ada? Ga usah sedih, kan ada gua, ada Al juga, jadi lo ga usah nangis, Oke? " tegas Tian yang juga menatap dan mencubit pipi Alyn. 
    " Kak, gue mau tanya, boleh ga? "
    " Tanya apa? "
    " Salah ga kalau gue benci mama papa? salah ga kalau gue nggak anggep mereka orang tua? Karena buat gue mereka bukan orang tua yang baik, mereka gagal dalam mendidik anak anaknya " ujar Alyn meneteskan air mata.

    " Sttt... , udah ga usah nangis. Gini , lo kalau mau benci sama mereka , boleh boleh aja, asal ga kelewatan, nanti lama lama lo ngerti kok gimana caranya biar lo bisa berdamai sama semua ini "

 " Apa lo bilang? Damai? Lo aja jadi rusak kayak gini karena mereka kan? Lo bilang damai? " Alyn merasa tak puas dengan ini semua

  " Yaa, paling enggak lo ngertiin mereka Lyn, lo pikir gampang jadi mereka? Lo kalau ga punya otak nggak usah mikir " bentak Tian.  

  Entah di sengaja atau tidak, bentakan itu langsung membuat Alyn semakin tak percaya dengan kata bahagia, tak ada kata itu dalam kamus Alyn. 

***

   " Alyn!!! , mau gua anterin sekolah ga? " tanya Al 
   " Kak, nanti mampir ke rumah papa dulu ya " ucap Alyn 
   " Ada apa emang? " 
   " Ada yang ketinggalan " 
   " Siap, manis " puji Al

  " Alyn " sapa sena 
  " Sen, kenapa? "
  " gapapa, eh lo yang sabar ya, pasti lo kuat kok , yaa gue tau gimana lo sama bokap lo, tapi gimanapun lo pasti ngerasa kehilangan kan? " sena berusaha menenangkan Alyn yang memang sedang membutuhkan support. 
  " Gue ga butuh siapapun "
  " oh berarti lo ga butuh gue dong? "
  " butuh , dikit tapi "
  " Lyn, harusnya lo bersyukur sama keluarga yang lo dapet " ucap sena 
  " Bersyukur? Apa yang mesti di syukuri? Keluarga hancur iya, nggak ada kasih sayang iya, terus apa yang harus gue syukuri sen? Nggak ada "

  Bagaimana bisa Alyn bersyukur dengan keluarga yang sangat hancur. 
  " Lyn, keluarga lo tercukupi, lo enak mau pergi jalan bisa, perawatan bisa. Lah gue? Makan aja masih mikir . Lagi pula lo beruntung lyn , ada lho yang brokenhome kayak lo ditambah keluarganya nggak mampu. Jadi lo termasuk beruntung "

  "Gue ga butuh duit, gue cuma butuh kasih sayang. Lo liat anak jalanan disana, walau mereka susah , mereka masih bisa ketawa bereng keluarga. Ya jadi, bagi gue mau berdollar dollar duit gue, kebahagiaan yang nggak pernah gue rasain itu nggak akan kebayar dengan apapun. "

***

  Dikamar yang penuh kegelapan, Alyn hanya memandang jalannya yang dikerumuni orang-orang beruntung. Dipeluk oleh kekasihnya, dikecup, dielus, berkumpul dengan keluarga yang harmonis. 
      Sedangkan Alyn hanya merenung, dan berkhayal seakan akan ia sedang di peluk oleh seseorang yang menurut dia sempurna, bisa mengobati semua luka yang Alyn rasakan selama ini.

    pingping handphone Alyn

     Sena : Alyn !!! 
       Alyn : Kenapa sen? 
      Sena : Keluar yuk 
        Alyn : Ga dulu 
       Sena : Kenapa? 
       chat itu tak dibaca oleh Alyn. 
    
   Alyn terus menatap jendela yang begitu kejam, memberi orang orang kebahagiaan terkecuali ia. Alyn yang sudah terlalu lama menatap jalan dari jendela tersebut langsung tertidur pulas.

 tok toktok 

 Ketuk Karrie, ia masuk ke kamar Alyn pelan pelan. Terlihat Alyn yang tertidur, Karrie mengelus kepala Alyn dengan halus seraya berkata  

       " Sayang, mama tau perasaan kamu, mama tau kenapa kamu jarang, jarang banget keluar kamar, mama juga tau kalau kamu benci sama mama , benci sama papa. Tapi dibalik itu, kita sayang banget sama kamu nak, dan kalau kamu tanya kenapa mama sama papa ribut dan buat kamu ga nyaman mama minta maaf, mama ga bisa jadi ibu yang sempurna. Dan mama juga minta maaf karena nggak bisa ngomong langsung ke kamu, kerena mama tau kalo mama ngomong kayak gini ke kamu pasti kamu ga terima nak. I Love You Son. "

    Air mata Karrie pecah, menetes di kepala Alyn. Tak sanggup menyembunyikannya , Karrie lalu memeluk Alyn dengan erat. Karrie tak peduli jika Alyn bangun.


    Sebaliknya, Tian yang merasa bersalah karena telah membentak Alyn dengan keras. Ia merasa bersalah, seharusnya ia tak pantas berkata seperti itu. Hati Alyn hancur, mental Alyn rusak, bagaimana cara memperbaikinya? 
   
   " Al " 
   " ha? " 
   " tanyain Alyn, dia marah nggak sama gue? " tanya Tian khawatir dengan Alyn 
   " tanya sendiri lah "

  " Kenapa ini? " 
  " Mama ngapain ke kamar Alyn? " ujar tian 
  " gapapa "

  " ma, Tian mau ngomong "
  " ngomong apa? "
  " Kemarin Alyn cerita sama tian kan, dia tanya kalau dia benci sama mama papa boleh ga. Tian jawab, boleh aja asal ga kelewatan. Terus dia marah "
  " Ya terus? Urusannya sama mama apa? " 
  " mama ni gimana sih, ya maksud Tian, Tian tu mau mama ngomong sama Alyn, tanyain dia marah beneran sama tian?. "
  " Tanya sendiri, kamu itu udah gede , gitu aja masa ga bisa "

***

      Di pagi yang sama, Alyn masih saja duduk di bangku yang ia tiduri semalam. Ia selalu berkata di pagi hari yang suasananya tidak pernah berubah .

     " Alone, without anyone to accompany. Do not need them, to me they are of no use ."

   Kata kata itu selalu dikata Alyn diwaktu yang sama, dengan perasaan yang sama. Tak kan berubah selama lamanya.

   " untuk apa gue hidup? Kalo hidup ini aja nggak lengkap? Nggak ada kasih sayang, nggak ada hari menyenangkan. Gimana mereka bisa tenang dengan kesalahan yang udah mereka buat? ."

   Kalimat itu terdengar oleh Karrie yang hendak menyapa pagi Alyn. Namun kata kata itu membuat Karrie tak mampu melangkah, tak mampu berkata kata.

    " pasti Alyn sakit hati, maafin mama nak, karena mama, kamu jadi ngerasa seperti ini, mama Minta maaf " batin Karrie .

 pyarr

suara itu terdengar oleh Alyn, Alyn yang mendengar langsung keluar kamar. 
  " Ma? Mama kenapa? Mama nggak ada luka kan? "
Alyn sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan itu. Sejak hati dan mentalnya hancur, Alyn seperti tak memiliki perasaan belas kasih .

   " Mama nggak papa kok, udah masuk lagi sana " suara lembut itu terdengar sangat lemas. Namun Alyn yang tak peduli langsung kembali ke kamarnya.

     pingping spam dari Sena membuat Alyn terganggu. 
      Sena : Alyn
      Sena : Lyn 
      Sena : Alyn!!! 
      Sena : jawab please lyn 
      Alyn  : Ha? Paan? 
      Sena : ada cowo yang cari elu
      Alyn  :  Siapa? 
      Sena : Arreza siapa gitu, anak kelas XII 
      Alyn   : ya trus? Gue harus apa? 
      Sena : dia ganteng lyn, masa lo ga kepincut sih
      Alyn   : Bodoamat

      Alyn tak pernah peduli dengan percintaan. Ia hanya memikirkan keluarganya yang hancur lebur. Alyn tak pernah meminta dari mereka kasih sayang, karena menurut Alyn percuma bukan? Mereka saja tidak saling berkasih sayang, apalagi dengan Alyn, sangat mustahil.


    pingping getaran handphone Alyn kembali, dan kali ini dengan nomor yang tidak dikenal 
       Unknow    : Ini Mailyn? 
              Alyn    : Iya, ini siapa? 
        Unknow   : Raka 
             Alyn      : ow, ada perlu apa ya? 
         Unknow   : Gue cuma mau nyampein kalo lo              butuh teman curhat, curhat aja ke gue. Gue siap kok dengerin semua tangisan lo 
              Alyn      : lo siapa? Tiba tiba jadi temen curhat gue? Ga usah sok asik deh lo 
           Unknow  : intinya save gue dulu

          Dari namanya 'Raka' mungkin saja dia lelaki yang siap untuk menjaga, dan menemani Alyn kapan saja. Lelaki yang misterius.

     " Raka? Dia laki laki dong? Buat apa coba gue curhat sama dia. Gue curhat sama Sena aja setengah setengah, yakali gue cerita sama dia " batin Alyn. 
       Alyn tak selalu percaya pada seseorang, karena dia tahu bahwa orang bisa kapan saja berubah. Maka dari itu Alyn tak pernah bercerita se-detail mungkin , bahkan dengan sahabatnya sendiri Sena.

***

      Senja yang sama, Alyn hanya duduk si bangku biasa ia tempati. Cahaya senja menerangi wajahnya yang tampak seperti biasanya, murung tanpa senyum.
       Perbedaan senja hari ini dengan senja kemarin adalah lelaki yang berdiri menatap Alyn begitu serius. Lelaki bertopi, jaket tebal, masker yang menutup wajahnya. Namun Alyn tak merasa takut sedikit pun. 
   
   " Cowo aneh, atau dia mata mata dari mama? Tapi ga mungkin lah " ujar Alyn 
    Jika Karrie membayar orang untuk mengintai Alyn, untuk apa? Bukankah Karrie tak peduli dengan Alyn? Mungkin itu yang ada di pikiran Alyn kali ini.

      " Woi, ngapain lo disitu? Ngeliatin gue mulu " jerit Alyn. Lelaki misterius itu kemudian membuat pesawat kertas dan diterbangkan ke jendela Alyn , Pesawat kertas itu bertuliskan " Gue Raka, yang chat lo tadi " .

      Alyn langsung berfikir bahwa Raka bukan lelaki baik baik. Ia khawatir jika ia akan di ganggu oleh Raka.

     Alyn : Sennnn
     Alyn : di jendela rumah gue ada cwo gajelas 
    Sena : ga jelas gimana? 
     Alyn : masa dari tadi gue diliatin mulu 
    Sena : suka kali sama lo 
     Alyn : Gue ga butuh cwo
    Sena : ya gue tau, lo butuhnya kasih sayang
    Sena : tapi kan udah ada satu 
     Alyn : siapa? 
    Sena : Gueee
     Alyn : Iyuh 
   Sena malah tak membantu Alyn sedikit pun.

      Alyn masi saja ditatap oleh Raka, Alyn yang merasa tergantung turun untuk menemuinya. 
  " Dengerin gue, gue ga butuh lo jadi lo lebih baik pergi " bentak Alyn 
  " I don't care, mau lo butuh gue ataupun enggak lo tetep gue yang jaga, anggep aja gue bodyguard lo " 
   Ya, tugas Raka hanya satu, menjaga Alyn untuk kapan saja. Raka akan selalu memprioritaskan Alyn , karena yang Raka tau Alyn adalah gadis malang, harus menjadi korban rumahtangga kedua orang tuanya.

***

       Disekolah yang ramai, Alyn di taman tengah, sendiri. Alyn tak suka keramaian , ia hanya menyukai suara burung bersiul , terdengar jelas dikuping Alyn. Rumah terindah bagi Alyn adalah kamarnya, walau kamarnya yang memberi luka.


     " Lyn, lo ngapain? " sapa Sena 
     " Nggak papa " jawab Alyn
     " Lyn, liat tu cwo yang berdiri di deket lemari pendingin " 
     " Iya, kenapa? " 
     " Dia Reza, yang kemarin gue ceritain. Katanya dia kagum sama lo, by the way dia juga tau kalau lo ada masalah keluarga. Tapi bukan gue yang kasih tau, suer "

      Apa yang diceritakan Sena membuat Alyn berpikir, bagaimana Reza tau tentang keluarganya. Padahal Alyn hanya menceritakan hal itu ke Sena, orang yang Alyn percayai.

      " Sen, kemarin kan yang cowo natep gue mulu tu, namanya Raka. Dia sempet chat gue kemarin pagi, nah sorenya kerumah gue. Dan kebetulan atau gimana Reza sama Raka tu kayak sama. "

  Alyn curiga dengan Reza dan Raka, mereka berdua tau kerusakan keluarganya. Sumber dari mana yang mereka dapat?

     " Positif thinking aja lyn, siapa tau salah satu dari mereka jodoh lo " ucap Sena. Sena sebenarnya tau apa yang terjadi, tetapi demi kebaikan Alyn , Sena harus menyembunyikannya.

  " Tapi jujur sen, postur Tubuh mereka sama "
  " bisa aja .... "

tuttt tuttt

     " Tar Sen, Abang gue telfon " tutur Alyn

  Alyn : Halo, kenapa kak? 
  Tian : Lyn, lo di sekolah kan? Nanti gue yang jemput ya 
  Alyn : hee, tapi ini udah pulang, jemput sekarang ya
 Tian  : okey

    " Kenapa lyn? "
    " Gue pulang duluan ya " pamit Alyn 
    " ok "

***

       Kembali di kamar yang sepi , seperti yang diharapkan Alyn. Dan dibalik itu Raka, lelaki misterius itu kembali menatapnya. Namun ia kembali dengan masker, topi, jaket yang dilepas, terlihat jelas mukanya.

 " Itu Raka? Kok ... , berarti Raka sama Reza beda " apa yang Alyn curigai salah. 
    Pandangan Raka kali ini berbeda, ia memasang muka tampannya, sangat tampan, menawan. Walau begitu Alyn tetap tak tertarik padanya, sedikit pun. 
  
tok toktok

   Ketuk pintu itu, sudah tertebak siapa yang mengetuk pintu, antara Al atau Tian. 
  " Lyn gue masuk ya? " suara Tian tampak jelas 
  " Lyn? Lo liatin siapa? " Tian menanyakan hal itu karena sang adik tampak serius menatap jendela.

  Elusan dikepala, membuat Alyn merasa nyaman. Ia sedikit merasa bahagia, sedikit saja belum bisa mengobati lukanya. 
    " Dia siapa " kepala Tian mendekat ke kepala Alyn, terlihat ingin menciumnya.

   Dari jauh Raka melihat itu, Raka hanya menebak bahwa Alyn sudah bahagia. Terlihat dari luar , Raka tak tahu didalam bagaimana, Raka tak tahu bahwa itu kakak Alyn.

     Ciuman dari Tian membuat Alyn trauma, tamparan itu masih terasa. Andai hanya mimpi, Alyn tak kan begini .

   Ditengah itu Tian teringat bahwa ia mempunyai kesalahan yang sangat fatal terhadap Alyn.

   " Lyn? gue mau minta maaf, kemarin gue bentak lo, beneran ga sengaja lyn " Tian terlihat sangat menyesal. 
   " Gue ga se-baper itu, ya udah lah nggak papa " ujar Alyn yang sudah melupakan hal itu.

 Alyn memaafkan Tian? Tentu, Tian tak seperti Karrie, yang selalu memberikan luka.

***

      Pagi yang indah untuk Alyn, untuk kesekian lamanya Alyn kembali merasa  berbeda, entah karena siapa. Di pagi itu juga terdapat surat yang terbungkus oleh kotak merah berpita gold.

     Hari itu adalah hari ulang tahun Alyn yang genap enam belas tahun. Tentu saja ini hari yang indah untuk Alyn. Di pagi itu juga, Alyn langsung membuka kotak tersebut, ia membaca satu persatu surat tersebut.

       # Happy birthday Alynnn 
       Be Happy because there is me 
       I know you are strong 
       The problem you face, we face it together okay?
                                                      — Alkenza Greanza

     # Happy adding old age
     I know the problem you're going through, 
     it's hard isn't it?  you're strong
                                                      — Sena Pratama
     # hbd dek 
     Lo sedih aja gpp kan ada gue 
     Intinya hbd  udah gitu aja 
     keep your strength
                                                     — Tian Greanza

   Ucapan itu sangat berarti bagi Alyn, Alyn berasa puas dengan kasih sayang yang mereka berikan, itu saja belum semua. Dan Alyn harus tau bahwa masih banyak diluar sana yang menyayanginya.

     " Tuhan, dibalik itu kau beri kasih sayang kepada ku berlipat lipat ganda, thanks god "

 pingping dering spam dari orang orang yang ingin mengucapkan Alyn, dan mendoakannya.

    Lagi lagi, Alyn kembali berpikir, dimana surat dari Karrie? Apakah ia lupa dengan hari spesial ini? Alyn tak terlalu kecewa, karena kecewanya sudah sedikit berkurang. Alyn sekarang lebih bisa mengikhlaskan semua yang terjadi. Berkat banyak orang yang mensupport ia, sampai ia ada di titik ini.

       Alyn juga sering berpikir, bagaimana dengan remaja remaja lainnya yang mengalami hal yang sama dengan ia? Kerusakan dalam rumah tangga, yang Alyn khawatirkan , jika mereka tidak mempunyai seseorang yang mensupportnya? Bukannya itu lebih berat? Itu menambah syukur dan nikmat yang Alyn rasakan.

    Sambil tersenyum tipis melihat semua pesan dari teman temannya. Raka kembali lagi , di tempat yang sama. Walau Raka sama sekali tak di anggap oleh Alyn, Raka akan tetap siap kapanpun yang Alyn butuhkan.


     Di meja makan, hanya terdapat nasi goreng. Tak ada makanan spesial untuk Alyn, entah apa yang di pikiran Karrie, sampai melupakan hari istimewa ini.

     " Happy birthday Alyn, manis " ucap Al, pujian itu membuat pipi Alyn merah. 
     " Lo nanti mau kemana? Gue anter "

  Mungkin yang menyambut hari ini hanya Al, Tian dan Sena. Tempat curhat terdekat bagi Alyn.

      " Kak? Mama mana? " ujar Alyn. 
      " Mama dikamar paling "

     Didepan pintu kamar Karrie, Alyn mendengar Karrie sedang menerima telfon. 
     " Iya mas, Kalo bisa kamu bookingnya minggu depan aja, lebih cepat lebih baik kan?." 
     Suara Karrie terdengar lembut dan romantis. Alyn curiga kalau Karrie akan menikah lagi. Tentu itu akan membuat Alyn terganggu, Karrie saja tidak memperhatikan ia, apalagi ditambah orang baru. 
         Perasaan Alyn makin tak enak, Alyn hanya tak ingin jika hidupnya akan bernambah buruk.

   " Lyn? Kenapa? Mama nggak ada didalem ya? " tanya Al 
   " kak, mama mau nikah lagi ya? "
   " Gue nggak tau, emang iya? Lo tau dari mana? "
   " yaudah kalo nggak tau "

***


                           1 Bulan berlalu

       Setelah satu bulan pernikahan Karrie, hidup Alyn seperti yang ia duga. Bukannya merasa bahagia Alyn tambah kecewa, karena Papa tirinya sama seperti Papa kandungnya.

   pyarr

   " Alyn!!! Bersihin belingnya, cepet!! " pinta Angga, ya dia papa tiri Alyn, yang menambah kekerasan yang ada di keluarga Alyn.

    " Om, saya bukan pembantu om, lagian ada bi Asa. Kenapa nggak dia aja? Kenapa harus saya? "

    plak

    Tamparan itu persis seperti tamparan yang pernah ia dapat dari seseorang yang tak berguna menurut Alyn.

    " Mas? Kenapa? " tanya Karrie, kemungkinan besar Karrie akan membela Angga , kecilnya bahkan mustahil bila Karrie membela Alyn.

    " Liat anak kamu, cuma disuruh bersihin gelas kaca aja nggak mau. Mau jadi apa kamu? " caci Angga, plototan itu membuat Alyn hanya bisa pasrah. Ia tau tak akan ada yang membelanya. Apalagi sekarang Tian dan Al sedang tak ada dirumah.

    " Sudah tuan, biar saya bersihkan pecahan kacanya. Non, non Alyn istirahat saja, biar bibi yang bereskan " ujar bi Asa.


    Alyn tak menangis, ia hanya menyesal telah lahir. Kelahirannya tak berguna, sama sekali. 
      " Kenapa gue harus lahir di keluarga ini. " 
   Sambil menyesal, Alyn teringat dua laki laki yang mungkin akan mendengarkan curhatan Alyn. Namun Alyn harus berpikir seribu satu kali untuk menceritakan semuanya. 
  Tapi kanapa Alyn tak menceritakan hal ini ke Sena saja. Itu lebih aman bukan? Mungkin Alyn sudah tertarik dengan cinta, mungkin.

   Alyn : Sen, lo punya no Reza kan? 
  Sena : Ada, mau? Lo suka balik sama dia? 
   Alyn : sitt, kirim no-nya

   Alyn mungkin ceroboh, tapi Alyn tak mengetahui apa yang akan terjadi. Dan Alyn berharap apa yang Alyn lakukan tidak menberikan hal yang buruk baginya.

     Raka : hey? Lo lagi sedih? Ceritain Lyn
      Alyn : Dari mana lo tau? 
     Raka : Gue liat dari jendela lo

   Membaca hal itu Alyn langsung menghadap keluar jendela, dan benar saja Raka sudah disana. Alyn yang ingin menceritakan semua hal tentang masalah yang ia alami khawatir jika Raka tidak akan merahasiakan itu.

   " Woi, lo kalo mau cerita, cerita aja kali " jerit Raka. Alyn belum siap untuk itu. Masih butuh waktu yang cukup lama, berpikir tentang itu.

    Raka : Gue tau lo lagi butuh temen curhat. Udah bilang aja, gue dengerin 
    Alyn  :  nggak enak kalo di chat 
    Raka : ya udah ayok ke taman, nanti lo bebas mau cerita apa aja gue dengerin 
    Alyn  : hmm, gue siap siap dulu

     Alyn berharap keputusannya tidak salah. Karena jika salah sedikit saja, Alyn akan menjadi orang paling menderita, selalu merasa tak bahagia.


  " Gimana? Mau cerita apa? " tanya Raka sambil memegang kepala Alyn. 
  " Gue bakal cerita asal lo nggak akan ngasih tau siapa pun, janji? " 
  " Ya, gue janji nggak akan kasih tau ke siapapun " Raka yang baru ini dekat dengan Alyn berani mencolek hidung Alyn. 
  " Raka! Cabul " 
  " Cabul dari mana? Cuma nyentuh idung, cabul . Udah cepetan cerita "
  " Jadi dulu gue kan ... " cerita yang panjang kalau harus di ketik. 
  " Hey, udah lyn. Nggak usah nangis, sini bentar "

    Pelukan dari Raka memang memulihkan Alyn, tapi Alyn masih tak ingin berada di Rumah itu. Penuh dengan kekerasan, tak ada kasih sayang.

  " Mulai sekarang lo harus nurutin gue , Ok? " 
  " Lo siapa? Bukan pacar ngatur-ngatur lo "
  " Ya udah, pacaran aja yuk "
  " Ngelunjak!!! "

***


    " Lo tadi ngapain sama Alyn di taman, hah? " 
    " Santai, lo suka Alyn kan? Gue juga " ucap Raka 
    " kurang ajar "

Plak

   Tamparan tak terima, Reza yang pertama kali jatuh cinta dengan Alyn harus bersaing dengan kakak kandungnya sendiri.

   " Santai, gimana kalo kita tanding. Siapa yang di pilih Alyn, dia pemenangnya " tutur Raka 
   " Maksud lo? Alyn bukan tempat permainan! Kalo lo cinta dia, lo nggak akan ngelakuin itu. Paham!! " bentak Reza dengan keras.

 
 Reza : Sen, lo tau kabar tentang Alyn nggak? 
 Sena : Gue lagi di Swiss. Bokap gue ada urusan, jadi gue nggak tau kabar dia sekarang, bang 
 Reza : Lo kan temen baiknya. Masa nggak tau kabar temen sendiri sih
 Sena : Bodo lah bang. Kalau Alyn tau , gue yang kasih kabar tentang masalahnya ke elo, abis gue bang. Udah lah 
 Sena : tapi by the way, dia tadi tanyain lo. Minta no whatsapp lo. 
 Reza : Trus? Lo kasih kan? 
 Sena : Iya, gue kasih. Tapi abis itu dia bilang "nggak usah lah Sen, nggak jadi" , au deh. Intinya lo sabar aja ngadepin Alyn, dia emang anaknya gitu 
 Reza : Ya, nice info


    " Dengerin gue, gue sayang sama Alyn, gue cinta sama Alyn, dan lo mau nggak mau harus ngalah " ucapan yang sangat membuat emosi Reza memuncak. 
    " Lo nggak usah bikin gue emosi Rak, lo tau dia aja gara gara gue kan? Jadi lo yang harus ngalah "
    " Dari kecil gue udah ngalah demi lo. Sampai gue di bentak bokap, sampai dia mati aja elo yang selalu di bela dan gue yang harus ngalah! Lo nggak tau seberat apa jadi gue Za "

Paw

   Pukulan keras dari Raka, membuat Reza terdiam sejenak. 
  " Gue nggak peduli gimana masa lalu lo. Yang gue peduliin sekarang Alyn, Alyn harus sama gue. Bukan sama lo, inget itu!! " 
   Mendengar hal itu Raka hanya terbayang Alyn, ia benar benar takut jika Alyn harus dengan Reza. Raka hanya tak ikhlas bila Reza harus menjaga Alyn selama-lamanya dan artinya Raka tak akan bisa menjaga Alyn lagi.


***

   Pagi hari yang tak terlalu indah, hanya terlihat embun dengan burung bersiul merdu. Pagi ini, Alyn sama sekali tak bersemangat, walau memang hari biasa ia tak pernah semangat. 
   Sena tak ada di tanah air, itu artinya Kebahagiaan Alyn hilang satu, Dan tak kan tumbuh seribu.

Tok toktok

   Suara ketukan pintu depan, Alyn yang mendengar itu langsung menghampirinya. Tak di duga seseorang yang mengetuk pintu adalah Reza, entah apa maksud kehadirannya.

  " Lyn, lo udah tau gue kan? Udah dikasih tau Sena kan? "
  " Udah kok, ada apa kak? "
  " Gue cuma mau ngajak lo jalan, mau nggak? "
  " Apa-apaan ini? Kamu siapa? " tanya Angga 
  " Om, Saya Reza kakak kelas Alyn " jawab Reza
  " Oh, duduk dulu . Om mau ngomong dulu, ya om harap kamu ngerti ya "
   " Diusahakan om "
   " Kamu mending jauhin Alyn aja. Dari pada nanti kamu nyesel, soalnya gini Za, Alyn itu anaknya pemales, yang ada nanti kalo kamu nikahin dia kerjaan rumah nggak akan selesai " caci Angga 
  " Maaf om, saya nggak peduli tentang itu " jawab Reza dengan santai

 Namun, Alyn yang mendengar hal itu langsung sakit hati, dan lari ke kamarnya. 
   " Tu liat, dia aja baperan "

   " Gimana nggak baper coba, elo aja nge-roasting kayak gitu " batin Reza kesal. 

  Alyn    : Kak, sorry ya soal tadi 
 Reza    : Ngga papa kok, ini Lo Lyn? 
 Alyn     : Iya 
  Reza   : Tadi lo nangis kenapa? 
 Alyn     : Nggak enak ngomongnya ,kak 
  Reza   : Yaudah, nanti malem kita ketemuan aja gimana? 
 Alyn     : Boleh, tapi aku nggak janji ya 
  Reza   : Okay, nanti gue jemput


    Malam tiba, Yang di tunggu oleh Reza tiba. Reza berangkat dengan wajah gembira, ia menggunakan baju rapi nan menawan. Namun dibalik itu, Alyn lupa kalau ia sudah ada janji dengan Reza.

    " Alyn " sapa Reza lembut 
    " Rez? Ngapain nyari Alyn? " tanya Tian 
    " Alyn ada? Panggilin gih "
    " Dih nyuruh, denger denger lo suka sama Alyn? Kalo suka usaha bro "
    " Ya terus gua harus ke kamar Alyn? Ujuk ujuk masuk ? Gua tamu, gua tau diri " 
    " Eh, kak Reza? Oh iya, kak Maaf banget aku lupa kalo ada janji sama kak Reza" 
    Ya, Alyn yang tak biasa keluar rumah malam malam tak ingat sama sekali.

 " Ya terus, ini jadi nggak? Masih gue tunggu ni "
 " Ya udah bentar ya kak "
 " Lo kasih pelet apa ke Alyn? " 
 " Maksud lo apaan "
 " Yaa biasanya ... "
 " Ayo kak "


    Jalan jalan ditaman, tak biasa Alyn melakukan itu. Malam itu dingin, Alyn tak berani memulai obrolan, karena ia tau setiap obrolan yang ia mulai selalu mati topik.

    " Lyn? Lo lagi sedih ya? " tanya Reza 
    " Ya tadinya sih gitu, tapi udah lumayan reda kok " jawab Alyn 
       Jawaban itu membuat Reza curiga, "Alyn cerita kesiapa? Ke Raka?" batinnya 
   " Memang kenapa? " tanya Alyn 
   " oh, nggak papa kok "

   Saat itu pembicaraan mereka sampai kemana mana, bahkan Reza sudah menyatakan cintanya langsung ke harapan Alyn. Alyn tak berekspresi karena ia belum tertarik dengan cinta, walau Reza sudah menyakinkan Alyn kalau dia akan memberi kasih sayang yang lebih dari siapapun. 
  
    Alyn berpikir jika ia memulai cinta ia akan menemui luka baru, yang mungkin akan lebih sulit disembuhkan. Alyn memang tak tau bagaimana cinta itu, yang Alyn tau temannya Sena pernah disakiti oleh lelaki bodoh. Dan itu alasan Alyn lebih memilih single untuk fase ini. 
   
    Alyn lebih memilih fokus kekeluargaannya dari pada cinta. Ia ingin masalah ini cepat selesai, dan ia akan menemukan kasih sayang yang sesungguhnya. Walau tak pasti, Alyn tetap berusaha.

  " Oh , ya gue hargai itu semua lyn " ujar Reza. 
       Reza yang mendengar alasan Alyn tak ingin berhubungan asmara membuat Reza mengerti seberapa sakit yang Alyn alami dikeluarkannya. Reza iklhas untuk Alyn, karena sekarang baginya kebahagiaan Alyn lebih penting dari pada kebahagiaaanya sendiri. 
   
***

   Pagi yang indah untuk Reza, masih terbayang akan senyum indah dari Alyn. Reza yang bahagia, pagi pagi sudah berada di depan rumah Alyn untuk menyapa Alyn.

     " Kak Reza? Ada apa kak? " heran Alyn
     " Buat liat senyum kamu " tutur Reza merayu 
     " Kak Reza nyari siapa? " 
     " Nyari kamu, jangan paling kakak lah, Reza aja cukup. Nggak usah terlalu sopan "
     " Ya lo mau gue tabok pake sendal? " 
     " Bercanda lyn "

   Mereka semakin akrab satu sama lain, dibanding Raka mereka lebih dari apapun. Mereka mungkin terlihat mesra, Raka saja yang seperti biasa duduk di dekat perumahan Alyn dibuat cemburu oleh mereka.

     " Kak, bentar ya "
     " mau kemana? " 
     " Rak? Lo ngapain? Sini bentar " ajakan itu membuat Raka salah tingkah, mana mungkin lelaki seperti Raka tidak salah tingkah, tangannya saja di gandeng erat oleh Alyn. 
   Reza yang melihat keberadaan Raka tak tampak senang sama sekali. Mereka berdua pura pura tak saling kenal.

    " Kalian berdua masuk aja dulu " ujar Alyn
    " Raka? Lo ngapain? " tanya Al, yang sudah mengenal Raka dari kecil. 
   " Sittt, diem lo " bentak Raka

    " Sini bentar Al, gue sama Reza tu sama sama suka Alyn, dan gue nggak suka itu. Gue harap lo nggak cepuin Alyn soal hubungan gue sama Reza" 
    " Oh, jatuh cinta rupanya, yaudah sono balik gih "

   " Alyn, kamu ngajak siapa? Dua cowo di ruang tamu, mereka siapa kamu? Pacar? " ucap Karrie tak suka 
   " Memang masalah buat anda? Bukan masalah anda, kan? anda bukan siapa siapa saya tapi anda ngatur-ngatur saya" jawabnya 
   " Mama berhak untuk itu "
   " Mama? Pantas anda dipanggil mama? "
   " kamu jangan kurang ajar " 
   " Saya permisi "

   " Lyn, lo jangan bilang kayak gitu lagi sama mama, nggak baik Lyn " nasehat Tian seperti tak didengar oleh Alyn 
 
   " Kalian berdua lebih baik pulang, Alyn mau istirahat " tutur Karrie

    Alyn yang sedang dikamar tak tahu jika kedua tamunya sudah pergi.

  
  " Lo ngapain pagi pagi dirumah Alyn? " tanya Reza
 " Kenapa? Nggak seneng? " jawab Raka
 " Ya.. Terserah sih, karena gue yakin Alyn bakal jatuh hati ke gue, bukan ke elo "
 " sekarang lo boleh mikir gitu, tapi nanti liat aja "

    Pertengkaran antar saudara tersebut semakin memanas saja. Mereka berebut untuk satu wanita yang sangat cantik, mereka tak tau apa yang terjadi jika mereka sampai mengganggu Alyn. 
   Gangguan yang bagaimana, tak tau. Namun bisa jadi jika mereka mementingkan ego masing masing membuat Alyn tak nyaman. Alyn saja sudah merasa mereka berdua berlebihan, Alyn belum tau jauh tentang cinta lawan jenis. Dan ia belum tertarik untuk itu.


     Kembali lagi ke Alyn, Alyn yang sudah cukup lama meninggalkan tamunya lalu kembali. Melihat mereka berdua sudah tak ada, ia langsung ke kamar Karrie. Alyn langsung berpikir bahwa tamunya diusir oleh Karrie.

   " Mah, Mama apa-apaan, sih? " bentak Alyn
   " Kenapa? Kamu nggak suka? Mama usir mereka demi kebaikan kamu, Lynn! "

   Karrie sudah tau apa maksud Alyn mendatangi kamarnya. Entah kenapa dengan Alyn, sekarang ia seperti sudah terbuka. Mungkin ia akan menerima lelaki? Bukan hal yang mustahil, hati Alyn sering berbolak balik. Kemarin belum terpikir untuk berpacaran , hari ini maybe.

   " Kebaikan? Mama aja nggak pernah memperhatikan Alyn. Mama bilang kebaikan? " Nada Alyn tak seperti biasanya. Alyn terpaksa berkomunikasi dengan Karrie. Kali ini seperti mengajak ribut.

    Malangnya , Angga yang baru saja pulang mendengar keributan itu. Angga tanpa mengetahui masalah antara Karrie dan Alyn, langsung menampar Alyn dengan keras.

Plak

   Alyn yang merasa dicurangi langsung kembali menampar papa tirinya tersebut.
     " Om nggak tau apa apa. Om nggak perlu ikut campur urusan saya " 
     " Maksud kamu bentak mama kamu apa? Nggak usah sok, mending kamu pergi! " usir Angga 
 
   Disaat itu Alyn langsung lari keatas , ia menemui Al untuk menceritakan hal yang baru saja terjadi. 
   Al sendiri yang mendengar masalah itu tak langsung menasehati Alyn yang memang bisa dibilang salah. Karena Al tau jika ia langsung menasehatinya, amarah Alyn bisa lebih memuncak.

   " Nggak usah nangis , lyn. Sini gue peluk bentar. "
Bagi Al, Alyn bayi kecil yang sering dimanja olehnya. 
    " cup cup, nggak usah nangis. Kalau papa bilang kayak gitu, nanti perginya bareng gue deh ."
    " Perginya sekarang " ajak Alyn 
    " Ya, kalo perginya sekarang, lepas dulu pelukannya, nanti lagi "
    " Nggak mau "

    Alyn sengaja, bila dihadapan Al selalu memanjakan diri. Lucu, sih. Tapi Geli, yaa itu yang ada dipikiran Al, tapi Al tak pernah mementingkan egonya. Demi kebahagiaan Alyn, apapun akan dilakukannya. 
   Pelukan hangat dari Al memang benar benar menenangkan Alyn, sampai sampai Alyn tertidur. Melihat Alyn yang tertidur pulas, Al menggendong Alyn ke ranjangnya. Al lalu packing bajunya dan baju sang adik, Al tau Alyn pasti ingin segera meninggalkan rumah ini.

    Sebelum Al meninggal rumah, Al pamit dengan Karrie dan Angga. Al berharap mereka tak mencari mereka untuk kali ini, karena Al akan mengajarkan Alyn cara bagaimana menerima ini semua dengan baik.

    " Ma, Alyn tadi ngajak Al buat pergi dari rumah. Al cuma minta mama nggak usah cari Al sama Alyn dulu. Nanti Al bakal ajarin Alyn biar dia iklhas sama keadaan ini " ucap Al
   " Nggak usah, biar dia hidup sendiri " bentak Angga menolak
   " Mas, udah lah biarin. Dia anak aku, kalo kamu keras sama dia, aku juga nggak tega " 
   " Nanti malem Al pindah ke rumah papa aja "

    Malam pun datang, Alyn yang sudah terbangun langsung diajak Al untuk ke rumah lama mereka. Alyn tak tau ia akan dibawa kemana, yang Alyn pedulikan saat ini, ia jauh dari Karrie.

   " Lyn? Ngelamun "

   Dipikiran Alyn kali ini hanya bunuh diri, ia merasa tak mampu untuk melanjutkan hidup. Untuk apa ia hidup jika orang yang sudah melahirkannya saja tak peduli dengannya. 
    Alyn yang terus memikirkan cara untuk bunuh diri pun mengambil alih stir mobil Al, ia asal mengarah kesegala arahan.

   " Alyn!! " bentak Al kesal
 
   Al yang sigap langsung kembali mengambil alih stir mobilnya. Untung saja semua selamat, walau beberapa pengendara lainnya yang merasa terganggu membentak kearah mobil Al. Al yang tak bisa menahan emosinya, ia lepaskan begitu saja.

   " Alyn, maksud lo apa? Lo mau kita mati? Jangan kelewatan Alyn! " bentak keras Al membuat hati Alyn kembali menangis.

   Al sadar ia salah, Al benar benar tak bisa mengontrol emosinya. Saat itu juga Al menyesal dalam hatinya. Ia kemudian meminggirkan mobilnya.

    " Alyn, Maaf, hey, jangan nangis. Gue salah, gue tau, udah lyn. Gue yang salah, gue nggak mikir perasaan lo. Sorry " 
   Tanpa basa basi, Al langsung memeluk erat Alyn. Entah mengapa pelukan Al adalah obat bagi Alyn yang tepat, tetapi itu memang benar. Alyn langsung tenang dibuatnya.

   " Enggak, gue yang salah, gue emang pengen mati. Gue nggak kuat kak " 
   " Udah, nggak usah mikir ke situ. Nggak baik, lo kuat, gue tau itu "

     Al yang masih merasa bersalah, menggandeng tangan Alyn. Sampai dirumahpun Al masih menggandeng tangan Alyn.

  " Kak? Ini kan rumah papa. Kita nginep disini? " 
  " Iya lah, yang gratis lyn, lagian gue lagi bokek. Nggak papa kan? "
  " Hee "
  " Lo nanti tidur di kamar papa aja ya? "
  " Kenapa nggak kamar gue sendiri? "
  " Udah nurut aja kenapa sih "

    Rencana Al benar benar tepat, ia berharap Alyn melihat foto foto lama keluarga ini. Yang terlihat harmonis dulunya. 
    Benar saja, Alyn yang baru memasuki kamar itu langsung menuju foto pajangan keluarganya yang terlihat damai, foto itu menunjukkan kebahagiaan keluarganya sebelum ada masalah.

  " Itu dulu bukan? Sekarang buat apa gue maafin mereka? Nggak ada gunanya buat gue. Mereka selalu mentingin ego masing masing, mereka nggak liat gimana anak anaknya " batin Alyn

   Alyn tak peduli dengan foto itu, Al tau kalau Alyn tak akan langsung luluh oleh foto foto yang terpanjang. Karena Al akan perlahan membuka hati Alyn agar terbuka, dan tak melihat sebelah mata.

***

      Pagi hari dikamar Alyn, ya disana Alyn lebih tenang. Pagi ini saja langsung disambut hangat oleh Al. Mereka bercanda berdua, terlihat akur, Al senang bila Alyn bisa tersenyum walau itu tak bertahan lama. Alyn langsung terpikir oleh Papanya yang membuat senyum Alyn hilang.

   " Kenapa lyn? "
   " Kak, kemarin pas pemakaman Papa. Papa di makamin dimana? " suara itu seperti sudah di ujung tenggorokan, apakah Alyn akan menangis? Terdengar mustahil bila ia menangisi lelaki bodoh itu. 
  " Di pemakaman bunga indah, kenapa? Lo mau nyekar? "
  " Enggak, cuma tanya "

    Benar saja, Alyn tak sedikitpun meneteskan air mata. Padahal Al sudah membayangkan jika Alyn sampai menangis mungkin lebih mudah ia menasehatinya. Tak semudah yang Al kira rupanya, Al terlalu menganggap hal ini mudah dilakukan.

   " Lo mau makan apa? Biar chef Alyn masakin " 
   " Emang lo bisa masak? "
   " Bisa, masak apa aja, gue bisa "
   " Contohnya ? "
   " Kare, soto, rendang, pokoknya semuanya gue bisa, asal dalam bentuk mie "
    Mendengar guyoan itu Al langsung mencolek hidung Alyn.
   " Kalo gitu gue juga bisa, masakin telor aja "
   " Telor apa? Dadar, mata sapi, anak sapi, kambing, atau mata lo? "
   
   Lelucon itu mungkin terlihat garing, tapi Al sebagai kakak tetap menghargai lelucon itu walau tawanya juga terlihat garing.

   Selesai makan, Al berpikir bagaimana ia bisa menasehati Alyn dengan baik, agar Alyn dapat mendengarkan nasehat itu.

    " Lyn? Gue boleh ngomong sesuatu? " ujar Al
    " mau ngomong soal mama? Mending nanti nanti aja kak, gue lagi males dengernya " 
    " Lyn, gimanapun mereka, seburuk apapun mereka, mereka tetap orang tua kita " 
    " Kak! Alyn nggak mau denger tentang mereka! "
    " Ya udah , kalo gitu mending kita jalan "
    " Kemana? "
    " Ke mall, gue yang traktir "

   Ajakan Al tak semata mata untuk menghibur Alyn, ajakan itu sekaligus untuk mendekatkan Alyn dengan Karrie.

    " Halo, mah? Al sama Alyn udah mau otw. Mama ke restorannya dulu " Al berharap Alyn bisa lebih mengerti.


   
   Alyn terlihat senang dengan berjalan jalan dan melihat barang barang branded. Mulai dari tas, sepatu, baju, dan lain lain yang terlihat menarik. Tapi ada satu barang yang memanjakan mata Alyn, Alyn yang tak melihat harga langsung ke kasir dan menggandeng tangan Al.

   " Lynnn, itu berapa? " 
   " Nggak tau, katanya apapun dibeliin. Gue mau ini, kenapa? Nggak boleh? "
   " Boleh "

    Tak di sangka harga baju itu sampai sebelas setengah. Ya sebelas ribu bagi Alyn, tapi bagi kaum miskuin sebelas ribu setara sebelas juta. Cukup mahal, dompet Al saja sampai kurus dibuatnya.

   Mereka berdua belum puas, oh tak mungkin, Alyn saja yang tak puas melihat semua barang yang ada di mall itu. Al yang khawatir Karrie sudah menunggu lama, tak basa basi lagi ia langsung mengajak Alyn ke resto yang sudah terdapat Karrie di sana. 
Untung saja Alyn tak menyadari keberadaan Karrie.

   " Duduk sini dulu " 
   " Ya, gue pesen seafood aja "
   " ok "

   Al yang menuju tempat penerimaan pesanan , segera memesan, dan ia juga menjemput Karrie yang sudah bersembunyi di sudut resto.

    " Mama? " Alyn yang sudah melihat keberadaan Karrie langsung ingin kabur. 
    " Alyn!! " Al mengejar Alyn

  Nasib baik, Alyn berhasil ditangkap dan mereka bertiga tampak akrab. Bukan bertiga, melainkan berdua, hanya Al dan Karrie yang mengobrol. Alyn bahkan tak mengucapkan satu kata pun.

    " Ini pesanannya kak "
    " Terimakasih "

   " Alyn, makan sayang " Ujar Karrie membujuk Alyn.

 Tanpa banyak bicara, Karrie mengambilkan seporsi kecil untuk Alyn.

  " Dimakan ya sayang, nanti kalo kurang nambah "
  
 Alyn tampak bisu, tak ada satu kalimat keluar dari mulutnya. Tapi matanya seolah olah menyimpan kebencian tersendiri.

  Selesai makan Alyn tampak semakin tak betah berada di ruangan itu. Tapi apa yang ingin dikatakan Al dan Karrie belum tersampaikan.

  " Kak, ayo pulang " pinta Alyn
  " Bentar lyn, Kita mau ngomong dulu sama lo "
  " Sayang, sini bentar nak "

    Kecupan dahi diberi Karrie dengan tetesan air mata. Karrie tak sanggup menahan itu. Alyn juga terlihat ingin menangis.

   " Lyn? Kalo mau nangis, nangis aja " ujar Al

  Tak lama, mereka sudah selesai drama tangisan itu. Karrie langsung meminta maaf atas semua kesalahan yang ia buat kepada Alyn. 
 
  " Greanza Mailyn Alluna, nama yang cantik untuk seorang gadis yang cantik pula. Mama memang bodoh, sudah mensia-siakan kamu sayang, mama tau mama jahat dihadapan kamu, mama nggak pantes dipanggil seorang ibu. Tapi dibalik mama yang nggak peduli sama kamu, mama tetep sayang sama kamu nak. Kamu melihat mama sebelah mata, tapi memang mama merasa salah " sambil mengelus tangan Alyn, Karrie sangat menyesal. 
  
   Alyn yang tak merespon itu langsung lari entah kemana. Alyn bukanya malu, tapi Alyn seperti anak yang bodoh juga, ia tak tau itu semua.

  " Kalo gitu kenapa mama nggak bilang dari dulu " batinnya sambil lari dengan tangisan.

    Al yang ingin mengejar Alyn tak diboleh kan oleh Karrie. Karrie akan memberi waktu untuk Alyn bisa memahami ini semua.

   " Udah Al biarin dulu, kasih Alyn waktu buat itu semua "


    Alyn yang semalaman penuh menangisi hal itu tertidur pulas di kasurnya. Alyn masih tak menyangka kalau Karrie begitu sayang padanya, Alyn juga merasa malu karena sudah berburuk sangka pada Karrie.

 

    

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Alone ( part 2 )
1
0
Mengenal cinta tak terlalu menyakitkan, karna hanya mengenal, belum merasakan. Berharap tak akan ada cobaan, namun cinta tak semudah yang dibayangkan. Coba dulu, kenal saja, tak perlu merasakan. Takutnya skenario Tuhan berbeda dengan apa  yang kita mau. Nggak usah mikir kedepannya, sudah ada yang mengatur. Jika alasan mu tak ingin mengenal cinta karna sumber luka, percayalah pada ku, setia pada mu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan