
Tujuh Cahaya Di Nusa Satu, Empat dan Lima.
TCDS Part Empat.
Elang dan Awan sedang menyusur di sisi kiri dan kanan barisan. Namun saat hanya berjarak tiga langkah saja untuk menuju barisan belakang, langkah Awan refleks terhenti saat mendapati manusia sinting itu lagi berulah.
Sebenar 'nya apasih maunya anak ini?
Awan refleks mengetatkan rahangnya. Mengepalkan kedua tangannya, Hingga refleks meremas pelipisnya frustasi menghadapi kelakuan adik kelasnya ini.
Serius orang ini sudah membuat emosinya kembali membumbung tinggi.
Pertama, ia berpakaian tak pantas di 'sebut sebagai seorang siswa di sini.
Kedua, ia terlambat mengikuti mos lalu tanpa rasa bersalah ia malah menantang balik Raja yang tadi kembali sempat menegurnya dengan tegas.
Dan yang ini, Awan benar-benar tak habis pikir, di depan sanan Kinar sedang memberikan komando tapi alih-alih mendengarkan ia malah sibuk bermain ponsel sambil mengunyah permen karet.
Sialan.
Sudah, kali ini tak ada lagi tolerir untuknya.
Awan tak bisa menahan lebih lama lagi gelegak emosinya.
Cowok itu segera beringsut lalu merebut ponsel mewah milik Fabian itu. Membuat sang empunya benda kontan mendongak dengan ekspresi terkejut.
"Kamu benar-benar sudah keterlaluan Fabian." desis Awan tajam.
Tak gentar dengan amarah Awan, Fabian membalas tatapan Awan dengan ekspresi tak sukanya atas perbuatan Awan, "Kembalikan ponsel gue Bang!"
"Ini ... Kamu minta ini?" tanya Awan semakin berang menatap Fabian sembari mengacungkan gawai tersebut. "Ambil besok setelah penutupan mos selesai di ruangan sekretariat osis dengan Kak Kinar atau Bang Doni." tukas Awan.
"Kalau gue gak mau lo mau apa Bang!udah gue bilang gak ada yang berhak ngatur gue, kembali 'in ponsel gue," seru Fabian emosi.
"KAMU ...," Awan dengan cepat bereaksi dengan menarik kerah seragam Fabian.
"Oh shit," umpat Elang saat berlari ke sisi kiri dan mendapati Awan tengah mencengkram kerah seragam putih polos Fabian.
Namun belum sempat Elang mendekati Awan. Temannya itu sudah lebih dulu menyeret tubuh yang tak seberapa milik Fabian itu ke depan barisan. Bahkan berontakan dari Fabian tak berarti apa-apa untuk Awan.
Membuat Kinar yang memang tak menyadari hal itu sebab pandangan 'nya terhalang oleh tubuh-tubuh tegap para siswa otomotif yang lain 'nya tentu saja terkejut saat Awan kembali ke depan lalu melemparkan tubuh Fabian hingga terhunyung ke depan beruntung anak itu tak sampai tersungkur.
Kinar yang melihat itu hanya dapat memandang datar Fabian. Lalu atensinya beralih saat melihat Awan melangkah mendekati dirinya, "Nar ini gawai anak brandalan ini, kembalikan besok setelah selesai mos." ia memberikan sebuah gawai mewah yang kepada Kinar.
Kemudian atensinya kembali pada Fabian namun saat hendak melangkah, bahu Awan buru-buru di tahan oleh Kinar, "Wan!" panggil Kinat tegas. "Biar aku aja yang ngurus."
Mendengar itu baik Awan maupun Elang yang juga tengah berdiri di samping Kinar sontak terbelalak awas.
"Nar tap-
"Trust me oke." selak Kinar cepat.
Lalu tanpa mau tahu lagi bagaimana ekspresi kedua teman seangkatannya itu. Kinar yang berderap maju menghampiri Fabian dengan langkah pasti dan tatapan tak terbaca membingkai wajah Fabian.
"Baliki ponsel gue kak!" tuntut Fabian to the point.
"Kamu ingin ini kembali?" suara datar Kinar menguar membelah keheningan yang terjadi di lapangan. Sembari mengacungkan ponsel itu tepat di hadapan wajah Fabian. "Ambil besok setelah mos selesai di ruangan osis, meja pertama di sisi kanan dari pintu masuk."
"Ck. Ribet! kalau bisa sekarang kenapa harus besok," sahut Fabian sembari menggeram kesal, bahkan dengan tak sopannya matanya sudah mendelik menantang Kinar.
Tak langsung memberikan respon, Kinar beralih menoleh ke arah Elang, "Lang tolong di sini sebentar bisa?"
Mengangguk singkat, Elang segera berlari kecil untuk mendekat. Lalu tatapan tajam Kinar beralih menyapu seluruh isi lapangan tak terkecuali menatap para sahabatnya yang kala itu sudah siaga di depan masing-masing barisan kubu setiap jurusan yang mereka pimpin.
Kinar bukan tak mengerti, arti tatapan Devita, Alexa, Raja, Dewa dan juga Kelvin apalagi saat pender kelabunya sempat bersiboborok untuk beberapa detik pada pender mata coklat terang milik Doni.
Kinar paham betapa khawatirnya mereka saat ini.
Tapi untuk Kinar, sudah tidak ada lagi jalan mundur. Dan Fabian harus diberi pukulan agar anak itu sadar.
"Saya harap kalian semua tetap tenang dan apapun nanti yang akan terjadi kalain 'lah yang akan menjadi saksinya." tungkas Kinar tegas dan lugas.
Kemudian setelah itu, ia segera berbalik dan berlari ke arah di mana Pak Andi dan Pak Anton serta Billy---sebagai petugas dokumentasi tengah berdiri di teras pembatas lapangan sekolah.
Melakukan diskusi singkat kepada dua kepala sekolah di bidang kesiswaan dan bidang kurikulum itu, Kinar cukup serius saat terlihat berbincang dengan kedua pria setengah baya itu. Lalu saat keduanya mengangguk Kinar langsung berbalik dan berlari menuju ke tengah lapangan sekolah lagi di mana Fabian masih berdiri di sana.
"Thanks Lang," ucap Kinar kepada Elang, "Balik Lang, backup Awan ya!" imbuhnya berusah meyakinkan Elang.
"Tapi Nar--" dan mulut Elang langsung terkatup rapat saat samudeea kelabu berpender kelam itu menghunus ke arah dirinya.
Setengah mengumpat dalam hati, Elang pada akhirnya mengangguk pasrah namun sebelum berlalu menuju ke tempatnya tadi ia sempatkan untuk melayangkan tatapan membunuh ke arah Fabian yang lagi-lagi tak gentar.
"Jadi, bagaimana! Kamu masih ingin ponsel ini kembali hari ini?" tanya Kinar saat memastikan hanya ada dirinya dan Fabian saja di tengah lapangan ini.
Memutar bola mata malas, Fabian dengan cepat mengangguk, "Iyalah kalian gak ada hak untuk nyita-nyita barang gue." sahutnya.
Mengangguk singkat, Kinar kembali mengacungkan ponsel Fabian, "Oke ini 'kan yang kamu minta." seringai sang wakil ketua osis itu tercetak bak iblis.
Aura yang Kinar keluarkan 'pun semakin membuat bulu kuduk Fabian sebenarnya sudah meremang. "Ambil sendiri kalau kamu mampu." tandas Kinar.
Dan gerakannya itu sukses membuat mulut Fabian sedikit menganga tak percaya kontras dengan ekspresinya yang saat itu menatap Kinar mirip seperti keledai dungu.
Sebab alih-alih memberikan ponsel tersebut kepada Fabian, Kinar malah memasukan benda pipih tersebut ke dalam saku rok praktikum jurusan berwarna hijau muda yang ia kenakan itu.
"Ambil, saya tidak akan berontak," ucap Kinar lagi saat tak melihat Fabian keterpakuan Fabian.
Sungguh, Fabian tak habis pikir dengan kakak seniornya yang satu ini. Sebab hal ini tidak ada dalam gambaran Fabian sama sekali.
"Gue gak mau berantem sama cewek kak-
"Kalau begitu anggap saya bukan wanita Fabian." selak Kinar cepat dan lugas sembari menyeringai kecil. "Bagaimana?"
Fabian tak menjawab, sebab ia tengah memindai Kinar dari ujung sepatu hingga ujung rambut. Lalu saat atensinya kembali menatap samudera kelabu penuh misteri itu Fabian menggeleng pelan, "Kembalikan ponsel gue."
"Silahkan ambil sendiri."
Menggeram kesal, sudah. Fabian sudah muak. Kinar ini benar-benar ingin memancing emosinya. Dan itu berhasil.
Saat suara Kinar kembali terdengar menguar di udara seperti ini....
"Apa perlu saya mengganti rok saya dengan celana training olahraga saya Fabian agar kamu tidak merasa seperti pecundang," kali ini Kinar tak lagi menyeringai tapi sudah mematrikan senyum tipisnya. Senyum yang tak pernah ia publikasikan di depan publik seperti ini. Tidak. Mengabaikan Fabian yang sudah terbakar emosi dan siap meledak Kinar melanjutkan ucapan 'nya. "Oh atau kamu mau saya belikan rok baru di koperasi sekolah hmm."
Cukup.
Karena pada detik itu juga, secepat kalimat Kinar menguar di udara secepat itu iuga kepalan tangan kanan Fabian yang sudah mengepal kuat terangkat ke udara dan terayun tepat kearah rahang Kinar.
Tak perduli beberapa para peserta mos sudah memekik. Suara teriakan tak terima Raja. Aungan kalap Dewa dan Kelvin.
"Lepasin gue woii," teriak Kelvin murka saat Jerry--tengah menahan tubuhnya agar tak berlari dan menghajar Fabian di tengah lapangan sana.
sementara tiga rekan Jerry yang lainnya tengah menenangkan Dewa. Ya. Untuk menghadapi Dewa saja mereka membutuhkan patner sebanyak itu.
Lalu Raja.
Beruntung kala itu Alexa segera berlari menghampiri Raja dan berhambur ke dalam pelukan Raja, "Al takut bang, Ara bang ... Ara." Raja refleks memejamkan matanya sekilas sembari mengeratkan dekapan 'nya pada Alexa.
Dan untuk Devita, gadis itu bahkan sudah terisak ketakutan dalam pelukan Doni yang memang satu kelas dengan ya lebih di kenal dengan si periang dari manusia-manusia kutub.
"Bang, Kak Ara Bang ....," ucap Devita di 'sela isaknya masih berada di dalam pelukan Doni.
"Its oke Dhie, Kak Ara baik-baik saja, kamu lupa Kak Ara itu sabuk hitam taekwondo hmm," sahut Doni menepuk-nepuk punggung Devita agar gadis itu tenang, di sampingnya juga turut Dilla yang mencoba ikut menenangkan Devita.
Karena memang itulah yang terjadi, Alih-alih Kinar yang terkapar karena tinju yang di layangkan Fabian tadi tapi lihat saja di depan sana. Bocah tengik itu yang berganti berlutut tak berdaya di hadapan Kinar.
Ya. Tak mungkin Kinar mampu memancing emosi Fabian kalau ia tak memiliki bekal ilmu bela diri yang mumpuni.
Fabian .... kamu sudah salah memilih lawan kali ini.
TCDS, Part Lima
Kinar dan Alexa berjalan bersama menuju kelas. Bel pulang sekolah sudah berdering sejak sepuluh menit yang lalu. Keadaan sekolah 'pun sudah lengang hanya ada beberapa murid yang masih belum keluar gedung sekolah dengan berbagai macam urusan.
"Nar pulang duluan gue ya!" itu April teman satu bangku Kinar
Kinar mengangguk singkat di 'iringi senyuman tipis ke arah April. Lalu pandangan 'nya jatuh kepada ransel hitam 'nya. Hingga ketika ia mendongak kernyitan di dahi Kinar terpatri samar saat melihat April masih berdiri di dekat meja mereka.
Mengerti arti tatapan Kinar, April sontak saja menyengir ke arah Kinar seraya menggelengkan kepalanya, "Gak ada apa-apa Nar." sahutnya. "Cuman gue lagi ketularan bahagia aja habis lihat the real Kim Tan dan Ca Eun Sang di lapangan sekolah kita Nar." imbuhnya lalu terkikik geli saat melihat kerutan di dahi Kinar semakin berkerut bingung.
Tolonglah dia tidak kenal dengan opa-opa cute di negeri ginseng tersebut.
Kinar tak pernah sekalipun menonton drakor. Jadi wajar jika ia tak paham apa yang di 'maksud April.
Dan untuk April, ia juga mana mau tahu itu. Sebab alih-alih menjelaskan lebih lanjut gadis itu malah tergelak saat pandangannya beralih menatap Alexa yang kini sudah berdiri di belakang Kinar. Lalu setelah itu benar-benar berlalu pergi.
Sejurus kemudian Kinar berbalik dan menatap Alexa yang juga masih tersenyum manis ke arahnya, "Kamu tahu apa yang di 'ucapkan April tadi Al?" tanya Kinar.
Alexa pura-pura mengerutkan dahinya, padahal ia tahu. Dan Kinar sadar akan hal itu. Jadi, sambil menahan gemas Kinar kembali bersuara, "Maksudku kamu kenal Kim Tan sama Ca Eun sang?"
"Gak kenal Ar, cuman aku tahu," sahut Alexa cepat sambil mengulum senyum geli.
Dan jawaban dari Alexa tadi hanya di 'respon oleh Kinar dengan anggukan saja.
"Mereka sepasang tokoh yang memerankan serial drama romance di negeri ginseng Ar." info Alexa.
Mendengar itu barulah sebelah alis Kinar terangkat tinggi, “Lantas kenapa tadi April bilang lihat mereka di lapangan sekolah?”
Masya'Allah.
Alexa refleks menepuk dua kali keningnya menggunakan telapak tangan yang sudah ia kepal kuat.
Sahabatnya ini benar-benar ya menggemaskan sekali.
Jadi sambil menahan tawa yang siap meledak. Alexa meraih kedua pundak Kinar sembari menatap lurus-lurus sahabatnya ini.
"Tadi sewaktu jam istirahat Doni kasih apa ke kamu Ar?"
Sambil meringis Kinar menjawab, "Peluk."
"Di mana?"
"Lapangan."
"Karena apa?"
"Karena dia khawatir katanya," Kinar menjawab santai seraya menghendikan bahunya.
Lalu terdengar suara kekehan merdu Alexa. Gadis pemilik senyum manis itu lalu menjentikan jarinya ke atas, "Nah itu yang di 'maksud April tadi Ar, lihat Kim Tan dan Ca Eun Sang versi SMK Nusa Satu alias liat drama Doni yang tanpa sadar main seruduk kamu di lapangan Sekolah sewaktu jam istirahat pula karena saking khwatirnya dia sama kamu Kinar." jelas Alexa, lalu meledak dalam tawa saat menyadari ekspresi wajah sahabatnya yang mendadak horor sembari meringis kuat. Lalu Kinar cepat-cepat membuang pandangan 'nya dari tatapan Alexa yang masih tergelak.
"Ciye!" goda Alexa.
Membuat Kinar semakin mendelik dan refleks memijit pelipisnya kuat-kuat. Memilih tak menanggapi ulah Alexa yang terus menggodanya. Kinar mengambil langkah untuk keluar kelas yang tentu saja di 'ikuti Alexa.
Gadis itu masih terkekeh riang bahkan ia tak keberatan memeluk Kinar dari samping sambil berjalan, "Pipinya Buk bendahara kelas dan Buk Waketos berubah warna jadi merah muda tuh." Alexa semakin semangat menggoda.
Meringis lagi, Kinar sontak menghentikan langkahnya lalu menatap Alexa lurus, "Al kalau kamu jalannya seperti ini dan terus-terusan bercanda kita bisa jatuh Al dan aku gak mau sampai kamu kamb-
Kalimat Kinar terhenti saat melihat Alexa mengangkat tangan 'nya sebelah ke udara, " Aku bakal berhenti tapi kasih aku senyuman kamu dulu...,"
Kinar refleks merotasikan bola matanya, "Al," serunya sambil berdecak tak setuju.
"Iya atau kita di sini terus sampai sekolab benar-benar sepi," sahut Alexa tak mau kalah.
Membuat Kinar akhirnya menyerah dan menerbitkan senyum tulusnya ke arah Alexa. Tentu saja moment itu tak di sia-siakan Alexa untuk mengarahkan kamera ponselnya yang diam-diam sudah ia siagakan sejak tadi ke arah Kinar dan dengan sigap gadis itu segera berlari kecil untuk menjauhi Kinar beberapa meter dari sana.
"Pantas saja senyum kamu itu mahal ya Ar ... Lihat saja ini," Alexa berdecak kagum melihat hasil bidikan 'nya yang memuaskan. Lalu sedetik setelahnya ia menatap Kinar dengan mengulum senyum jenaka sembari mengerling jahil, "Doni harus sanggup traktir aku di Al'ZT resto and Kafe kalau mau foto kamu yang ini Ar."
Kinar refleks menghela nafas sembari mengusap wajahnya sekilas. Alih-alih marah gadis itu malah mematrikan senyum tipisnya lagi untuk Alexa sambil menggelengkan kepalanya. Kinar lalu mengambil langkah mendekati Alexa.
"Sudahkan ... Ayo pulang badanku sudah bau matahari banget nih Al mau buru-buru berendem pakai air bunga mawar," kelakarnya dengan nada dan ekspresi sedatar papan reklame. Dan Alexa bisa apalagi selain menurut sembil terus tertawa karena ulah jahil Kinar yang tersembunyi ini.
🌵TCDS🌵
Aku suka menatap kedua bola matamu, sebab ada samudera kelabu yang kerap kali ku 'rindukan dan dalam samudera kelabu itu aku titipkan sebagian dari diriku untuk kau bawa ke mana saja yang kau suka.
.
.
.
Sementara di depan kelas sebelas Akuntansi, seorang laki-laki pemilik bulu mata dan alis tebal, belum lagi hidungnya yang bangir dengan garis wajah yang tegas terlihat tengah bersandar pada salah satu pilar berwarna abu-abu tersebut.
Namun saat melihat sosok yang ia tunggu sejak tadi muncul. Doni lantas menegakkan punggungnya, senyumnya tercetak menawan namun itu tak bertahan lama saat Alexa menyorotnya dengan tatapan sinis dan Kinar belum menyadari keberadaan Doni di depan sana.
Sampai suara bernada sinis milik Alexa terdengar. Refleks langkah kakinya juga ikut terhenti di ambang pintu kelas lalu ia mengangkat wajahnya, "Aih bosan kali aku tuh lihat kamu Don, dasar anak marmut Pak Atang." semburnya galak.
Laki-laki itu tertawa sembari melirik Kinar sekilas lalu kembali menatap Alexa dengan ekspresi jenaka, "Mau balik'kan?"
"Ck. Mau joging kita di Mall," sahut Alexa sewot. "Cepet deh Don mau apa kamu?"
Sambil tersenyum Doni berjalan memutar dan berhenti tepat di belakang Alexa, "Gue mau Bu Waketos gue Al, boleh ya?" bisik Doni.
Sontak saja Alexa melirik sinis Doni dari ekormatanya, "Ini kamu mau ini .... Cewek yang lagi berdiri di samping ku ini?"
Doni mengangguk antusias. Dirinya juga sudah berpindah di sisi kiri Alexa, "Gak bisa Don, kamu harus izin dulu ke Bang Dew, Raja dan Kelvin."
Doni refleks mendengkus sembari menghentakkan sepatunya, "Fix kalian itu memang ribet banget ya Al!" Alexa mengangguk cepat mengabaikan raut kekesalan Doni semakin tercetak jelas. "Udah. Gue udah minta izin ke Dewa dan Kelvin. Kalau Raja kalian aja yang ngizini gue yakin dia lagi sensitif soalnya gue gak mau numbalin wajah tampan gue ini jadi pelampiasan 'nya." tambah Doni tak kalah sewot.
Mendengar itu Alexa nyaris saja tertawa tapi ia tak berminat lagi, jadi ia cukup tersenyum miring saja lalu jari telunjuknya menuding tepat ke arah Doni, "Awas kamu sampai Ara lecet setitik aja kamu yang akan aku tusuk pakai bambu runcing ya Don!" ancam Alexa.
"Siap laksanakan Putrinya Apih Fahmi dan Ami Farah." seru Doni sembari mengangkat tangannya hormat ke arah Alexa.
Hingga ia spontan meringis kesakitan saat Alexa dengan sadis menginjak kaki kirinya Doni kuat-kuat, "Gak usah bawa-bawa Apih dan Ami 'ku Mr. Nugraha Junior yang terhormat." desis gadis itu kesal lalu segera berlari kecil manjauhi Kinar dan Doni.
Sementara Kinar yang menyaksikan itu hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya samar tak lupa untuk melirik cowok tengil yang masih meringis kesakitan itu. Sedetik setelahnya ia bersiap mengambil langkah terlebih dulu namum batal sebab Doni buru-buru mencekal lengannya dengan lembut.
Gadis kaku itu refleks menoleh ke arah Doni, "Ada apa?" tanyanya skeptik.
Tak langsung menjawab Doni lebih memilih mematrikan senyum menawannya ke arah Kinar, "Sini Doni ajarin kalau jalan sama Doni itu yang bener itu begini...," Doni segera meraih telapak tangan kurus milik gadisnya itu lalu membawa masuk jari-jari kurus itu ke dalam telapak tangan 'nya yang lebar lalu menyatukan 'nya di sela sisi-sisi jarinya yang kosong untuk kemudian mengisinya.
Laki-laki itu tersenyum puas saat melihat telapak tangan Kinar telah ia genggam secara sempurna. Lalu pandangannya bergerak ke atas dan terhenti saat menemukan pusat atensinya.
Biarkan seperti ini dulu Tuhan...
Beberapa detik saja.
Agar keduanya dapat menikmati taluan jantung masing-masing Yang mendebar penuh makna. Seolah menyuarakan perasaan yang tak kunjung tercetus di bibir seorang Kinara Senja Putri. Tapi Doni tak pernah mempermasalahkan hal itu. Baginya, saat ini Kinar sudah menerima baik kehadirannya saja itu sudah lebih dari cukup.
Doni bersyukur. Ia tak akan pernah lelah untuk datang dan mengetuk pintu hati seorang Kinara Senja Putri. Karena ia ingin tinggal di sana. Seorang Doni Benua Nugraha ingin menetap di sana di satu ruang istimewa milik seorang Kinara Senja Putri.
"Takdir Tuhan kita tak pernah tahu Ara, tapi yang pasti untuk saat ini dan ke depan 'nya izinkan Doni untuk selalu mempertahankan Ara seperti ini, begini." dan Kinar dengan sigap membalas tatapan lurus pada iris mata sewarna jelaga itu. Mencoba mencari gurauan di dalamnya namun sialnya ia tak menemukan itu.
"Perasaan ini akan terus tumbuh Ar, aku menghormati semua prinsip yang kamu pegang teguh selama ini. Tapi sekali lagi ... Takdir Tuhan kita tidak ada yang dapat mengetahuinya apalagi menebaknya, perihal Takdir, teman hidup. Nama siapa yang tertulis di lauhul Mahfuz-Nya. Tapi kalau boleh jujur sudah berapa bulan ini Doni mulai meminta kepada Tuhan kalau aku menginginkan wanita keras kepala ini agar kamu 'lah wanita yang Tuhan takdirkan untuk menggenapi hidup sampai matiku. Kamu Ar. Kinara Senja Putri satu-satunya nama wanita yang ingin ku 'minta di hadapan Tuhan." ntah keberanian dari mana saat ini Doni tengah semangat untuk mengeluarkan isi hatinya.
"Tapi biarkan itu menjadi rahasia Tuhan yang akan terjawab beberapa tahun ke depan. Karena untuk sekarang yang Doni paham Doni hanya ingin selalu berada di dekat Ara, permission i want protect you, make your happy every with me. Setidaknya kepedihan yang ada di dalam sana sedikit bisa terobati dan obat itu adalah Doni." tutur sang ketua osis itu dengan lugas dan lembut. Menyorot sepasang cakrawala indah di hadapan 'nya ini dengan tumpukan keteduhan.
Lalu untuk Kinar ....
Tuhan ...
Bolehkan Kinar meminta, agar Tuhan mengkristalkan waktu detik ini juga?
Sebab saat ini Kinar benar-benar tak ingin beranjak ke mana-mana lagi.
Thanks For Your Apreciation
26 Juni 2022🧡
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
