CTSD 1-6 (Gratis)

0
0
Deskripsi

CINTA TERLARANG SANG DARA 

Episode 1-6

(Karena disini adalah hasil revisi, jadi alur cerita agak sedikit berbeda dengan yang ada di platform lainnya)

#1. TANGISAN

(Didalam kelas)

Hiks.. Hiks... Hiks...

Terlihat seseorang gadis yang sedang menangis duduk sendirian di kursi belakang kelas.

TAP TAP TAP!

Samar samar terdengar suara langkah kaki mendekatinya, namun gadis yang sedang duduk itu tidak sedikit pun menghiraukannya.

"Siapa itu? kenapa dia mendatangiku?" guman si gadis yang tambah rapat menutupi wajahnya dengan tangan. "Aku mohon, jangan dekati aku sekarang!" teriak dalam hatinya sambil menahan sesak didada.

TAP!

Suara langkah yang tidak diharap itu malah berhenti tepat disampingnya, lalu mengusap usap punggung si gadis dengan lembut.

"Hiks sniift.. Aa..apa kamu nggak tau kalau aku sedang seperti ini aku nggak akan mengangkat kepalaku, aku nggak akan membuka tanganku, dan aku juga nggak mau siapapun mendekatiku.. Aku cuma mau sendirian, jadi aku mohon pergilah!" pinta si gadis dalam kesedihannya.

"Sudah Ra, sudah... kamu jangan sedih lagi ya? orang kayak gitu nggak pantas kamu tangisi Ra..." ucapnya orang itu menasehati.

Mendengar ucapan dan suara orang yang mengelus-elusnya, si gadis langsung berdiri kemudian memeluk erat orang tersebut.

Air mata yang mengalir tanpa bisa dikontrolnya membuat buram penglihatan matanya, belum lagi isak tangisnya semakin tersedu sedu, menambah rasa sesak napas didadanya. Jangankan untuk berbicara dengan lancar, hanya sekedar membuka mulut pun bibirnya sudah terasa berat.

"hikshiks..! Ki, aa..aku gak nyangka!

dia, dia tega banget! hiks.. Salahku aa..apa Ki?!" tanyanya terbata-bata.

"Nggak ada Dara, kamu nggak ada salah apa apa kok! kamu itu cuma terlalu polos, terlalu gampang percaya sama orang! jadinya mereka senang mempermainkan kamu!" Jawab Kiki sembari membelai rambut Dara.

"Sudah sudah..! buat apa kamu keluarin airmata buat cowok kayak gitu? Seharusnya, sekarang ini kamu justru jadi lega, soalnya kan sudah tahu sifat asli dia seperti apa? lagian juga ada aku disini, aku bakal selalu nememin kamu. Jadi, kamu nggak usah tergantung sama dia lagi, iya kan?!" ucap Kiki berusaha menenangkan.

Mendengar Kata-kata Kiki barusan, Dara pun langsung menyadari bahwa apa yang dikatakan sahabatnya memang ada benarnya.

Sekarang, gadis yang tadinya terlihat bagai awan mendung itu, kini mulai kembali cerah seperti mentari pagi. Perasaan gundahnya sudah lebih membaik dan lebih tenang walaupun masih menyisakan trauma yang berat, tetesan hangat juga sudah mulai berhenti mengalir dari mata indahnya.

Perlahan mereka berdua saling melepaskan pelukan. Sambil tersenyum, Kiki menyodorkan tisue kepada Dara agar segera menghapus sisa airmata dipipinya.

"Dara, kamu pasti kuat, kamu pasti bisa bertahan! (menyemangati) Hmm.. gimana kalau sekarang aku antar kamu ketoilet? kamu harus mencuci muka supaya segar kembali, aku nggak rela kalau muka kusut mu ini sampai dilihat sama ORANG itu, karena itu akan membuat dia merasa bangga saat dia tau kalau kamu menagis karena dia!" bujuk Kiki tambah menguatkan hati, kemudian Dara pun menganggukan kepala sambil mengambil sapu tangan didalam tas dan segera mengantonginya.

Dengan tisue ditangannya, Dara menutupi hidung dan bibirnya selama perjalanan menuju ke toilet. Karena baginya, menangis itu adalah sebuah penyakit yang sangat merepotkan! karena disaat sedang atau setelah menangis, gadis itu paling tidak suka dan bahkan tidak mau kalau sampai wajahnya terlihat oleh orang lain, sebab dalam keadaan seperti itu dirinya akan terlihat seperti sapi yang mata dan bibirnya jadi merah dan membengkak! Maka dari itu, dia selalu berusaha kuat menahan rasa sedihnya agar jangan sampai menangis ditempat umum.

Dan karena Kiki sudah sangat paham dengan kondisi Dara, dengan langkah terburu buru mengiringi dan melindungi sahabatnya itu sepanjang jalan, agar wajah Dara jangan sampai terlihat orang lain.

"Untung aja sekarang ini sekolah sudah agak sepi, jadi kita nggak harus kucing-kucingan (sembunyi/menyelinap) dari orang lain!" kata Kiki menepiskan cemasnya.

Sesampainya ditoilet, tujuan utama mereka tentunya adalah washtuple!

Dengan gerak cepat, Dara langsung memutar keran yang mengalirkan air dingin dari dalamnya, kesejukan air itu membuat wajahnya tidak lagi lengket dan panas lagi seperti tadi. Diresapi dengan seksama tetesan air yang menyapukan debu sekaligus melunturkan hawa gerahnya.

"Gimana, sudah lebih baik?" tanya Kiki sambil melempar senyum manis.

"He'eh!" jawab Dara lega.

Setelah merasa agak segar, gadis itu mengeringkan wajah dan tangannya dengan sapu tangan yang tadi sudah kantonginya. Namun baru saja ingin bercermin mereka berdua mendengar suara sekumpulan cewek yang sedang tertawa nyaring mendekati pintu toilet tempat mereka berada.

"~Khahahahak!!! Hahaha!!!!~"

Seketika itu Dara yang mulai merasa ketakutan segera menatap Kiki dari pantulan cermin dihadapannya, rasa gugup seolah sudah mengunci bibirnya rapat-rapat. Dengan kebisuan dia menggerakan tangan dengan menunjuk-nunjuk wajahnya.

Dara memberi isyarat kepada Kiki bermaksud mempertanyakan penampilan nya:

"Kiki, apa wajahku masih terlihat abis menangis?!" menatap penuh cemas.

Kepanikan yang menggebu memicu debaran jantung Dara berdetak sangat cepat. Gadis itu memaksakan matanya terbuka lebih lebar agar bengkak dikelopaknya tidak terlalu nampak menggembung.

Kiki yang mengerti isyarat gerakan tangan Dara, segera mengacungkan jempolnya sambil mengangguk. Dengan melemparkan senyuman ke sahabatnya yang sedang kacau itu, Kiki berusaha mengalirkan perasaan tenang terhadap Dara.

Tapi entah mengapa, walaupun Kiki sudah sedemikian berusaha, namun rasa percaya diri Dara tidak cepat kembali.

Ya tentu saja rasa panik Dara tidak cepat mereda, bahkan malah gugupnya tambah menjadi-jadi karena suara langkah yang banyak itu sudah semakin mendekat kearahnya.

Didepan cermin, Dara yang merasakan sembab dimatanya yang masih agak merah itu bergumam "Aduh, mudah-mudahan tidak ada yang menyadarinya!" harapnya dalam hati.

BRAAAK!!!

Suara gebrakan pintu yang terbuka cepat dan kuat membuat Dara yang sedang gugup jadi sangat terkejut mendengarnya, ditambah saat dia melihat orang-orang yang datang itu.

"Haah!! ya ampun, sekalinya Amira dan kawan kawannya!" bisik Dara dibibir kakunya.

"Kyaaa Hahahaaa...!!

Kasihannya dia... Haha...!"

..~ups~..

Dalam sekejap tawa nyaring mereka langsung berhenti saat melihat Dara dan Kiki berada didalam, lalu ada beberapa pasang mata melirik sinis kearah mereka berdua. Tidak sampai disitu, saat lewat dibelakang Dara dan Kiki, bibir mereka juga mulai saling berbisik bisik sangat pelan, namun karena tidak tau apa yang sedang mereka katakan dan pikirkan, Dara pun brrpura-pura tidak melihat apalagi memperdulikan nya.

"Eheeem!!" Tiba tiba Kiki mendekati Dara, kemudian dengan nyaring mengatakan :

"Makanya Dara, kan sudah aku bilangin kamu dari kemaren-kemaren! biarin aku aja yang ngajarin kamu pakai make-up, jadinya nggak bakalan deh mata mu sampe kelilipan eyersliner kayak gini, iya kan?! heheheee!!" ucapnya sambil senyum-senyum kearah Dara sembari mengedipkan mata.

Dara yang memiliki pemikiran sangat lambat dan polos, dari tadi cuma fokus dengan keadaan kelopak mata bengkaknya. Dia sama sekali tidak paham dengan ucapan Kiki barusan! Jadi, saat Kiki tiba-tiba bicara seperti iti barusan, si gadis polos malah kebingung untuk menjawabnya, ditambah lagi dengan keadaan Dara yang sedang patah hati, tentunya membuat dia sama sekali tidak bisa konsentrasi menanggapi apapun sekarang ini.

"Apa sih maksudnya Kiki?" tanya Dara dalam hati.

Namun saat Kiki memberi sedikit isyarat gerakan, akhirnya Dara pun paham maksud dari ucapannya barusan, yang ternyata Kiki sedang membantu Dara mencari alasan penyebab mata merah dan bengkaknya itu.

"Aa.. Iya iya! aku kan tadinya mau belajar sendiri Ki, aku berniat mau ngalahin kamu yang mendapat predikat putri make-up disekolah ini. Tapi ya sudahlah, sekarang aku ngaku kalah! Hmm... nanti pas pulang sekolah kita kerumahmu ya? ajarin aku memoles wajah sedikit-dikit!" Kata Dara sambil merengek manja bermaksud mengikuti alur drama yang dibuat Kiki.

"Iya Dara, pokoknya aku pasti ajarin kamu kok, dan buat acara kencan mu dihari minggu besok, kamu pasti bakal aku dandanin secantik mungkin! (tangannya menepuk bahu Dara)

tapi jangan lupa, kenalin juga aku sama cowok ganteng yang baru kamu kenal itu ya? Soalnya aku naksir juga sama temannya yang tinggi putih itu!!" sambung ucapannya sambil memainkan alisnya.

"Oo..oke! nanti aku bakal kenalin juga ke kamu!!" Jawab Dara sambil tersenyum kaku karena sebenarnya tidak paham.

"Aduh! apa lagi sih maksudnya Kiki barusan? kok segala ngomongin kenalan baru, cowok ganteng, kencan? apa-apaan dengan semua ini? kenapa dia terlalu banyak mengarang cerita untuk ku?" pikir Dara kebingungan

Tap! Tau-tau lengan Kiki merangkul pundak Dara,

"Ayo Dara!" ajaknya sambil menarik dan mengarahkan sahabatnya itu keluar dari toilet.

Kali ini, biarpun Dara sudah berusaha berpikir keras, tetapi tetap saja si gadis lugu itu benar benar masih bingung dengan ucapan Kiki barusan.

Dan setelah mereka sudah sampai didepan pintu kelas, Dara langsung celingak celinguk kearah sekelilingnya, dia memastikan tidak ada orang lain selain mereka berdua disitu, lalu dengan cepat menarik tangan Kiki kearah meja didalam kelasnya.

"Sini Ki, kamu duduk sini dulu!" pinta Dara mengajak Kiki supaya duduk kursinya, kemudian mereka duduk berdampingan.

"Kiki, tolong jelasin apa yang kamu maksud dengan kenalan baru, cowok ganteng dan kencan?!" tanya Dara dengan tatapan serius karena sangat penasaran.

"Hei, hei, hei.. kamu kenapa Dara? kok sampe serius banget sih nanggapin nya?! aku kan asal ngomong aja tadi, tujuan ku ngomong kayak gitu, supaya si Amira bakal mengira kalau kamu itu lagi deket sama cowok lain! dan siapa tau aja nanti dia bakalan ngadu sa Arga. Jadi, itu semua buat membalas Arga supaya dia cemburu ke kamu, baguskan ide ku?" Kiki menjelaskan dengan penuh rasa percaya diri. Namun Dara yang polos, malah berpikir sebaliknya :

"Balas bikin cemburu Arga? tapi, bukannya nanti malahan dia bakal menuduh aku yang selingkuh?" tanya Dara khawatir

"Ya enggak dong Ra, kan kamu baru sebatas kenalan aja nggak sampe berduaan seperti yang mereka lakukan tadi!" jawab Kiki dengan santai.

"Mmm.. Ngomong-ngomong, memangnya mereka tahu kalau tadi aku sudah memergoki mereka berduaan dibelakang kelas?" SRIINK!!..pertanyaan Dara barusan, langsung mengubah ekspresi percaya diri Kiki menjadi layu dalam sekejap.

"i..i,iya juga ya? hehee!..." jawabnya sambil menggaruk kepala karena malu.

"Tapi... siapa tahu aja Ra, besok kamu beneran dapet cowok baru yang lebih baik dari dia!!" sambungnya mengalih kan topik seraya menebar harapan. Namun Dara yang sudah terlanjur cemas karena takut dituduh balik, merespon kata-kata Kiki barusan dengan agak kaku.

"Mm.. Mudah-mudahan, dan aku harap kamu juga cepat dapat cowok ya?!" Sahut Dara sambil tersenyum memaksa.

"Huuuft.. Andai aja kalau mendapatkan pacar semudah memungut krikil dijalanan, pasti aku nggak akan menangis seperti tadi!" gumam Dara dalam hatinya.

Dalam lamunan, dia berpikir dan terus saja membayangkan apa yang sudah dilihatnya tadi. Dia masih tidak percaya kalau pacar yang selama ini selalu mengisi hari-harinya, tiba-tiba saja kepergok dia sedang berdua'an dengan wanita lain di belakang kelas kosong.

"Ya Tuhan... Kenapa jadi seperti ini? hubungan yang sudah terjalin selama hampir dua tahun, tiba-tiba saja hancur bagai remukkan kaca.

Aku yang selama ini sangat mempercayai ketulusan dan kesetiaannya dalam sekejap dia tumbangkan begitu saja.

Asmara yang kita jalani dan lewati selama ini apa tidak ada artinya?

Kenapa? apa salah ku? kenapa dia tega pada ku? kenapa dia mendua kan cinta ku? apa ini balasan atas cinta ku? ...

Tapi, tidak tau kenapa, di lubuk hatiku yang terdalam, aku merasa seolah-olah ada yang berbisik-bisik, dia mengatakan kalau apa yang aku lihat tadi adalah sebuah kesalahan!".

.

.

.

#2. KIKI

Prov Dara/D

Pewawancara: Mutya/M (Penulis)

D: "Panggil saja namaku Dara,

tidak ada yang istimewa yang dapat aku ceritakan tentang kehidupanku, dan oleh sebab itu biarkan setiap lembar (episode) novel ini yang akan lebih rinci menceritakan kisah ku.

Pertama-tama, aku ingin semua tau bahwa Kiki adalah sahabatku mulai dari kami kelas satu SMP hingga saat ini sudah mau lulus SMA. Jadi, kurang lebih sudah lima tahun kami berteman dengan sangat baik.

Dia itu sangat pengertian, periang, pintar, dan kalau bicara sangat bijaksana. Pokoknya, dia tidak pernah membuat orang disekitar akan merasa bosan saat bersamanya.

Tetapi, walaupun dia sangat menyenangkan seperti itu, ada satu hal yang aku heran sama dia, yaitu, sampai saat ini dia tidak pernah pacaran bahkan sekedar PDKT pun belum pernah sama sekali!"

M: "Apa Kiki... ma'af sebelumnya, jelek?"

D: "Bukan, bukan karena wajahnya jelek atau bahkan punya kekurangan lainnya,

malahan, Kiki sahabatku ini termasuk didalam lima gadis cantik disekolah!

Banyak cowok-cowok yang naksir sama dia, tetapi sampai saat ini belum ada satupun yang berhasil mendekatinya."

M: "Kalau begitu, apa Kiki sombong dan terlalu pemilihan?"

D: "Bukan juga, dia sama sekali tidak begitu! dia sangat baik kepada semua orang, bahkan karena pembawaannya yang ramah dan netral, Kiki selalu menolak cowok dengan alasan yang tidak pernah menyinggung perasaan mereka.

Makanya, walaupun banyak cowok yang dia tolak tetapi mereka tetap saling berteguran dan malahan ada yang masih sering menggodanya!"

M: "Kalau begitu, apa alasannya?"

D: "Hmm... Sayangnya, untuk alasan kenapa dia belum mau pacaran, dia tidak pernah mau terbuka dengan siapapun, termasuk kepadaku bahkan kepada orang tuanya, dan aku benar-benar tidak tau kenapa dia begitu, karena setiap ditanya dia hanya akan menjawab:

'Aku bukan nggak mau pacaran, cuma belum ketemu sama orang yang cocok!'

Yaa.. selalu itu-itu saja jawabannya.

Padahal cowok-cowok disekolah kami ini kurang apanya lagi? coba bayangkan, mulai dari yang ganteng, yang gagah, yang tajir melintir, bahkan ada juga yang super lengkap!"

M: "Super lengkap? itu maksudnya apa Dara?"

D: "Jadi, ada beberapa cowok disekolah kami ini yang selain wajahnya tampan, penampilan keren, dan kaya raya, mereka juga adalah pewaris tunggal dari perusahaan keluarganya!"

Mendengar penjelasan Dara, Mutya pun terperanga.

M: "Woow..! Saya aja, mau dapat yang ganteng dan kaya sudah susah banget! Kok ini malah ditolakin Kiki sih? mencuriga kan!"

D: "Nah itu tuh! gara-gara selalu menolak cowok, sampai-sampai tidak sedikit orang yang "mungkin" merasa iri sama dia, sering ada yang nyebar-nyebarikan omongan yang bukan-bukan. Misalnya, ada yang bilang Kiki itu cewek aneh, cewek tidak normal (Lesby), dan dugaan lainnya yang tidak enak didengar.

Tapi, karena demi menjaga tali persahabatan kami, aku tidak pernah lagi peduli ataupun mengungkit-ungkit masalah dia mau pacaran atau tidak!

Aku pikir, mungkin memang dia belum siap atau belum mau menjalin hubungan dengan seseorang pria, dan itu adalah urusan pribadinya. Bagiku, yang terpenting saat ini dia bahagia dengan dirinya!"

M: "Tapi apa kamu tidak merasa risih atau khawatir orang lain akan mencurigai kamu saat bersamanya?"

D: "Tidak sama sekali, malahan aku yang sudah terbiasa dengan dia yang seperti ini, justru jadi merasa nyaman dengan status ke'jomblo'an nya yang membuat dia selalu ada buat aku tanpa harus berbagi waktu dengan pacarnya! Hehehe.. Apa aku terdengar egois?"

M: "Sedikit, tapi tidak masalah kalau dia tidak merasa rugi, Hehehe...! Ngomong-ngomong, apa rumah kalian saling berdekatan?"

D: "Tidak, malahan selama bersahabat dengannya, Kiki baru beberapa kali main kerumahku, dan itu pun kalau lagi ada sesuatu yang mendesak.

Soalnya jarak rumahku lumayan jauh dari sekolah atau rumahnya yang harus menempuh kurang lebih satu jam perjalanan, itu pun perjalanan yang sudah menggunakan kendaraan.

Sedangkan jarak rumah Kiki hanya sekitar 100meter saja dari sekolah, jadi malah aku yang lebih sering mampir kerumahnya bahkan hampir setiap hari setiap pulang sekolah!"

M: "Hampir setiap hari? Loh kenapa, apa orang dirumah mu tidak mencari kalau kamu tidak langsung pulang?"

D: "Justru orang dirumah sudah hapal kebiasaan ku yang jarang langsung pulang kerumah, soalnya dirumah ku selalu sepi tidak ada orang. Papaku kerja diluar kota dan pulangnya  tidak tentu, bahkan sering sampai lebih dari sebulan baru pulang, itupun pas ada moment penting misalnya ada yang lagi ulang tahun atau pas hari besar lainnya, bahkan sudah dua bulan ini malah belum ada pulang sama sekali!"

M: "Owh gitu.. kalau Ibu mu kemana, apa dia tidak marah dengan kebiasaan mampir mu itu Dara?"

D: "Kalau Mamaku, dia itu sangat pengertian, lemah lembut, bahkan hampir tidak pernah marah, tapi sayangnya dia selau sibuk dengan toko kue nya yang dia buka sejak enam tahun lalu, tepat nya saat aku baru duduk dibangku SMP.

Aku masih sangat ingat saat papa membelikan mama ruko dipinggir jalan dekat perumahan kami, katanya sih itu hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang ke 15."

M: "Lima belas? kalau boleh tau, umurmu sekarang berapa, kok enam tahun lalu ulang tahun yang sudah ke lima belas?"

D: "Umurku sekarang jalan delapan belas tahun. Jadi dulu itu, saat mereka sudah menikah, aku agak lama baru hadir, yaa papah kan jarang pulang, hehee..!"

Mutya: "What?.. Hahaha.. kamu terlihat polos tapi paham ya?"

D: "Tidak, tidak! (malu) Ayo kita kembali bahas rumahku yang sepi! (mengalihkan topik)

Jadi mamaku itu hampir setiap hari selalu berangkat dari pagi setelah selesai masak untuk aku dan adikku, lalu pulangnya sampai hampir larut malam, bahkan kadang-kadang dia lembur kalau lagi banyak pesanan. Karena kesibukannya itu, sampai-sampai ditoko bagian belakang ada kamar khusus buat mama istirahat."

M: "Jadi kamu kesepian dong?"

D: "Iya... dan jujur aja, kadang aku merasa sedih karena kurangnya perhatian dari orangtua ku!" (memelas)

M: "Tapi tadi kamu bilang ada adik mu?"

D: "Iya, aku punya satu adik laki-laki, dia itu pintar, mandiri dan berpikiran dewasa, hobby utamanya adalah game! cuma dia sering sekali menjahiliku, apapun yang ada di diriku pasti tidak pernah luput dari komentar usilnya! tetapi walaupun begitu, dia memiliki sisi lain yang sangat pengertian dan penyayang."

M: "Kalau gitu seharusnya kamu tidak kesepian dong? dan ngomong-ngomong dia sudah kelas berapa?"

D: "Dia baru kelas dua SMP tapi perginya dari pagi sampe sore, soalnya dia itu sangat aktif! dia banyak ngikutin kegiatan eskul dan juga mengikuti beberapa les bahasa yang jadwalnya seminggu tiga kali. Makanya kalau aku pulang siang hari, pasti sering sendirian dirumah, jadinya bete deh!." Kata Dara menceritakan suasana dirumah nya.

"Sebenarnya sih, banyak tetangga disekitar rumah, bahkan yang didepan rumah sudah seperti keluarga sendiri, tetapi mereka juga punya kesibukan setiap harinya. Jadi itulah alasan aku selalu mengulur waktu buat pulang kerumah." Lanjut gadis yang tiba-tiba tangannya menyeka poni nya.

M: "Kenapa kamu tidak bantu mamah mu saja? kan enak buat mengisi waktu sekalian buat belajar!"

D: "Aku sih maunya begitu, setiap hari bantuin mama ditoko, tapi kalau keseringan mama bilang tidak enak sama para karyawannya, seolah-olah aku seperti mengambil alih atau ngurang-ngurangin pekerjaan mereka yang membuat mereka terkesan tidak berguna saat jam kerja!"

M: "Bener juga sih, jadi serba salah ya?.. Oiya, denger-denger pacarmu namanya Arga? ceritain tentang dia dong!"

D: "Tentang Arga? (sedih)

Mmm... sebenarnya aku sedang tidak ingin mengingatnya, aku lagi patah hati karena dia.

Dan ternyata seperti ini ya rasanya?

Uugh sakitnya tuh disini!"

M: "Loh kok kayak judul lagu sih? Hehee..!" (canggung)

D: "Iyaaa, rasanya susah diungkapin!

Seperti tak bisa bernafas padahal penuh dengan udara, tak bisa bicara padahal lidah sangat lentur, dan tak bisa mendengar padahal suara begitu bising.

Tulang-tulang terasa rapuh, urat dan sendi terasa lemah, pikiran pun kosong bagai lupa ingatan.

Andai bisa lupa ingatan, aku cuma mau lupa sama bagian itu, yaa bagian yang ada DIA-nya!!

Dan yang menambah rasa sakitnya itu, karena tadi tidak sengaja memergoki Arga sedang berduaan dengan Amira..." (Menunduk)

M: "Mmm... Ngomong-ngomong memangnya Amira itu siapa? kok kamu malah memelas begitu mukanya, kenapa tidak kamu labrak aja mereka berdua?"

D: "Amira itu juga termasuk cewek dalam lima tercantik disekolah kami, dulu saat baru masuk disekolah ini, kami adalah teman sebangku di kelas IB sedangkan di Kiki IA.

Kemudian sejak saat itu aku dan dia jadi berteman cukup baik, walaupun tidak seakrab seperti dengan Kiki, tapi kami selalu kompak mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan tugas sekolah.

Hanya saja, semenjak naik ke kelas dua, kebiasaan itu semua mulai berubah, karena kami sudah berbeda kelas dia dikelas IIB sedangkan aku dikelas IIA, dan semenjak itu juga kami jadi jarang ngobrol seperti dulu lagi kecuali hal yang berhubungan dengan tugas OSIS.

.

.

.

#3. AWAL PERTEMUAN

Namun tadi siang, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat dia sedang berduaan dengan Arga, dan juga dengan sangat jelas aku mendengar dia secara terang-terangan menggoda Arga yang sudah hampir dua tahun menjalin hubungan berpacaran denganku, diapun sangat tahu hal itu.

Dari dulu aku memang biasa saja kalau melihat mereka sering ngobrol berdua, karena memang Arga dan Amira sudah saling kenal lebih dulu sebelum sama aku, mereka itu sudah satu sekolah sejak SMP, jadi kupikir wajar aja kalau mereka saling berteman atau bahkan bersahabat seperti aku dan Kiki.

Dan bisa dibilang kalau Amira jugalah yang sudah memperkenalkan aku sama Arga untuk yang pertama kalinya, tapi Amira bukan mak comblang diantara kami, Karena Arga sendiri yang mendekatiku tanpa bantuan siapa pun!"

M: "Wooow keren! Boleh diceritain dong gimana pas pertama kali deket nya?" (senyum berharap)

(Ragu-ragu) "Mmm... Boleh, jadi awalnya begini :

Saat itu pas baru naik kekelas dua, Amira terpilih menjadi ketua OSIS yang baru, karena yang lama sudah harus fokus mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan tahun depan, lalu tanpa lewat pemilihan, dia langsung menunjuk aku sebagai wakilnya, namun karena aku masih malu-malu jadinya aku menolak tawaran itu.

Lalu terpilihlah Donita dari kelas IIC yang kebetulan adalah anak dari salah satu guru berprestasi disekolah ini, namun Amira tetap meminta aku ikut kedalam organisasi jadinya dia menempatkan aku sebagai sekretarisnya. Dia bersikap seperti itu mungkin karena Amira sangat tahu kalau hasil pekerjaanku selalu teliti, jadinya dia tetap memaksa aku ikut sebagai anggotanya.

Sedangkan Kiki, dia malah kurang suka ikut bergabung dalam organisasi seperti itu, dia lebih memilih menekuni seni lukis sebagai ekskul nya.

Waktu itu, seperti biasa disetiap tahun nya, sekolah kami akan mengadakan pesta pelepasan kelulusan untuk anak kelas tiga. Dan kami para anggota OSIS yang baru pastinya jadi sangat sibuk walau sudah dibimbing anggota Osis yang sebelumnya.

Aku sebagai sekertaris pun tentu tidak luput dari tugas yang menumpuk untuk membantu anggota lainnya, dan salah satu tugas utama ku adalah menyusun urutan acara jadinya lebih banyak bekerja di lapangan, besama para calon penampil.

Dan untuk mengisi acara perpisahan nanti, Arga dan teman satu band nya juga akan tampil diatas panggung, jadi, yaa bukan cuma satu atau dua kali kami saling bertemu, bahkan hampir setiap dia latihan di aula.

Arga itu terkenal sangat dingin sama orang asing atau sekedar teman biasa, tetapi kalau sudah dekat dan berteman baik dengan nya, dia itu sangat pengertian bahkan perhatian, makanya kadang kami saling bekerja sama menyelesaikan suatu pekerjaan yang belum tuntas, walaupun ekspresi wajah dingin nya tetap menakutkan dan menyegankan bagiku!

Malah lebih tepatnya dia yang sering membantu pekerjaanku, karena sebenarnya pekerjaan dia hanya latihan dengan group band nya saja.

Namun suatu hari, ada kejadian tidak terduga dan benar-benar tidak diinginkan telah terjadi, sang bendahara kami baru saja mengalami musibah kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan dia dirawat dirumah sakit dalam waktu yang cukup lama.

Jadi, mau nggak mau aku menghandle sisa pekerjaannya.

Karena ketua dan wakilnya sudah sangat sibuk mundar-mandir dengan tugasnya, dan waktu yang tersisa juga hanya tinggal tiga hari lagi, kami pun jadi kewalahan siang malam sebab banyak pekerjaan yang aku bawa harus di sekesaikan dirumah!

Singkat cerita,

Saat itu aku sedang merapikan semua  catatan keuangan beserta nota-nota belanja diruang properti, semua itu adalah hasil dari laporan keuangan yang harus segera diserahkan kepada ketua panitia sebagai laporan anggaran sebelum hari H.

Kebetulan, Arga yang baru selesai latihan langsung menghampiri dan duduk disampingku.

"Eh Arga, Kebetulan kamu datang aku titip ini sebentar yaa? aku mau ketoilet dulu!" kataku

"Iya sudah sana!" sahutnya santai

aku yang sudah menahan ingin buang air kecil, segera berlari dan menitipkan semua kertas yang begitu sangat berantakan beserta buku catatanku kepadanya.

Sesampainya ditoilet sekalinya banyak yang mengantri, yaa maklum soalnya kan lagi pada berkumpul untuk latihan bersama.

Selang waktu sekitar sepuluh menit aku kembali lagi keruangan properti tadi untuk melanjutkan pekerjaanku yang tinggal sedikit lagi, Namun apa yang aku dapati?!

Ruang yang tadinya berantakan dengan sisa properti panggung dan alat lainnya beserta buku catatanku kini tiba-tiba menjadi kosong hanya sisa debu saja.

Tanpa banyak berpikir, aku segera mencari Arga untuk menanyakan kertas nota dan buku catatan yang aku titip tadi.

Kebetulan saat aku melewati kantin, aku langsung mendapati dia sedang berkumpul bersama teman group bandnya didalam sana.

Dan tanpa ragu aku pun menghampiri untuk menanyainya,

"Ga, titipan aku tadi mana?" tanyaku pelan karena masih takut melihat muka dinding nya.

"Aku tinggal sana, tadi si Yoga nih manggil tiba-tiba jadinya aku tinggal disana!" jawabnya agak santai sambil nunjuk Yoga teman bandnya.

"Kamu tinggal disana maksudnya dimana Ga?!" tanyaku lagi sambil takut-takut.

"Ya diruang tadi Dara, diruang properti, memangnya kamu tadi ngerjain dimana?!" Jawabnya lagi tambah menegas,

nyes...! tiba-tiba langsung muncul perasaan curiga didalam hati.

"Kamu jangan becandain aku Ga, mana nota-nota itu?!" tanyaku lagi mulai mendesaknya sambil menadahkan tanganku.

"Aku lagi nggak bercanda Dara.. coba kamu lihat sana!..." Jelasnya tambah menekan merasa benar, sambil menunjuk tangannya kearah ruang properti tadi.

"Arga, plis deh jangan becanda, aku ini loh lagi capek banget hari ini! diruangan itu udah nggak ada barang apa-apa lagi!!" Kataku menjelaskan dengan tatapan panik dan bibir yang mulai bergetar ketakutan.

Ekspresi Arga pun berubah bingung dan bercampur kesal, mungkin karena dia tidak percaya dengan ucapanku barusan. Lalu dia  menarik tanganku berjalan dengan cepat menuju keruangan tadi tanpa ada kata-kata sedikitpun.

Sesampainya disana, yang didapat hanyalah Pak Agus penjaga sekolah sedang menyapu ruangan itu, segera Arga melepas tanganku lalu menghampiri dan bertanya padanya.

"Pakde, barang-barang disini dipindah kemana?" tanyanya sopan.

"Pakde sih kurang tahu juga, tapi palingan  dibawa kegudang belakang sama anggota penari tadi, soalnya ruang ini mau buat tempat istirahat katanya, saya mah cuma disuruh bersihin aja ini.." jelas pakde Agus.

"Waduuuh! yaudah makasih pakde..." ucapnya.

Tanpa banyak tanya lagi Arga segera menuju gudang belakang dengan langkahnya yang sangat cepat meninggalkan aku, lalu aku pun mengikutinya dari belakang.

Begitu sampai digudang belakang, Arga dan aku dengan segera berpencar mencari setupuk kertas nota dan buku tadi itu ruangan yang cukup besar dan juga sangat banyak barang didalamnya ini.

Sampai sudah hampir setengah jam kami berdua mencari tapi tidak menemukannya biar selembarpun, karena sudah agak panik kamipun saling terdiam tidak mengeluarkan satu katapun sama sekali.

.

.

.

#4. MASALAH UTAMA

Tidak lama pak Agus datang sambil membawa alat-alat pembersihnya untuk disimpan didalam sini, kemudian beliau menghampiri kami.

"Belum ketemu? memangnya cari barang apa sih?" tanyanya.

"Cari buku tipis sama kertas nota Pakde, pakde Ada lihat nggak!" Arga pun menjawab sekaligus bertanya lagi dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kertas? Apa kertas-kertas yang beserakkan diruang properti tadi?" tanyanya lagi memastikan.

"Iya yaa bener, pakde ada lihat? dimana sekarang?" tanya Arga antusias.

Aku yang dari tadi sudah kelelahan hanya menyimak percakapan mereka sambil berdiri disamping Arga.

"Tadi pakde tanya sama yang lagi ngangkut-ngangkuti barang, mereka bilang katanya nggak ada yang tau itu kertas apa, jadi pakde campur sama sampah lainnya terus dibuang ke belakang sekolah" jawabnya dengan gugup.

Mendengar pengakuan pakde barusan spontan Arga menepuk keningnnya.

"Ya sudah pakde saya mau cari lagi!" katanya sambil berlari meninggalkan kami, sejenak aku melihat wajah pakde yang merasa bersalah jadi agak ngga tega karena Arga lari begitu saja.

"Maaf ya non, pakde nggak tau kalau itu penting, dan kertas itu..." dia berbicara dengan takut-takut lalu aku memotongnya.

"Iya nggak apa-apa pakde, kan pakde nggak sengaja!" kataku.

Sambil tersenyum aku pergi menyusul Arga dengan berjalan karena sudah tidak sanggup lagi untuk berlari.

Sesampainya ditempat sampah belakang sekolah, dari kejauhan aku melihat Arga sedang berdiri terdiam dibawah terik matahari sore.

Karena sudah lelah aku pun mendatanginya dengan langkah pelan. Dan nggak tau kenapa, semakin jarak ku dekat dengannya, semakin nggak enak perasaanku.

Entah ada apa, aku lihat dari tadi dia menunduk, akupun memperhatikan arah pandangan, dia melihat kebawah tapi tidak ada apa-apa dibawah kakinya, lalu dia bertanya:

"Caranya bagaimana supaya mendapat kan nota-nota itu lagi?" dengan wajah kaku tanpa ekspresi.

Selain karena sikapnya yang diam, aku jadi tambah bingung dengan pertanyaannya barusan.

"Mmm.. Caranya ya harus mendatangi toko-toko itu lagi dan meminta nota yang baru, tapi itu nggak mungkin sempat, soalnya sisa waktu hanya tinggal tiga hari aja, belum lagi harus mencatat dibuku, ngitungnya juga lama!" kataku menjelaskan, namun dia malah memejamkan mata saat mendengarkan penjelasanku.

"Kenapa nggak dicari aja dulu? soalnya tinggal sisa sedikit lagi nyatatnya! aku pengen cepet selesai supaya bisa istirahat!" kataku lagi.

"Kalau gitu, biar aku yang akan mendatangi semua toko-toko itu, aku akan minta nota yang baru dan aku juga akan bantu kamu mencatatnya." ucapnya dengan wajah melas.

"Tapi, nama tokonya ada di kertas catatan itu semuanya terus....." Belum selesai aku menjelaskan tiba-tiba Arga menjambak rambutnya sendiri.

"Aaaagggghhh!!!" teriaknya geram.

Sontak aku jadi semakin binggung dan juga ketakutan, dia bukannya cepat membantu ku mencari tapi dia malah terlihat kesal sendir!

"Kenapa Ga, cari aja dulu yuuk? udah panas nih, aku dari pagi belum ada istirahat!" Kataku dengan suara yang sangat pelan karena sudah merasa kelelahan, kepanasan dan juga kehausan.

Kemudian tangannya menunjuk kearah depan, disana ada tumpukkan plastik hitam yang aku kurang paham apa maksudnya, kemudian tanpa pikir panjang ku datangi kearah yang dia ditunjuk itu, tentu aku berharap menemukan benda yang aku cari, walaupun keadaannya sudah kotor atau basah sekalipun.

Dengan perasaan ngeri bercampur was-was, aku jadi takut sesuatu yang aneh-aneh yang bakalan aku lihat disitu (Yaa maksudku kalau ditempat tumpukan sampah itu kayak gimana, pastinya udah terbayang kan?).

Perlahan aku mendekati, namun hanya ada tumpukan dokumen tebal yang sudah terbakar setengah.

"Apa hubungannya sama dokumen tebal ini?!" Gumamku

Lalu Arga mengambil secarik kertas yang sudah setengah terbakar dari arah lainnya, dan sekalinya kertas itu adalah.....

"INI KAN TULISANKU?!"

alias catatan yang sedang kami cari!

SRIIIINK!!!  Dalam sekejap aku merasa membeku! (bukan karena ada ratu Elsa loh ya!!)

Karena sudah lelah dari tadi mencari, ditambah udara panas diluar sini, aku jadi terdiam, pandanganku kosong, aku sangat tidak mampu lagi berfikir apa-apa.

Sontak Argapun panik saat melihatku, 

"Dara, kamu gak apa-apa kan? Masih kuat jalan?" tanyanya yang aku jawab hanya dengan sedikit anggukkan. Dan segera Arga pun merangkul sambil menuntunku kembali kedalam sekolahan.

Sesampainya disekolah dia langsung membawaku kedalam kantin, suasana disana sudah mulai sepi karena hari sudah sore dan yang lainnya juga sudah banyak yang pulangan.

Hanya tersisa beberapa murid dan guru, anggota groupnya Arga dan beberapa anggota Osis beserta ketuanya, Amira.

"Loh Dara kenapa Ga?!" tanya Amira yang cepat-cepat menghampiri kami dan langsung menyiapkan kursi untuk ku.

Belum sempat menjawab pertanyaan Amira, Arga malah langsung berlari ke arah kios kantin dan tak lama kemudian terburu-buru berlari lagi mendatangiku sambil membawa dua botol air mineral.

Dengan cepat Amira memerebut botol tersebut dari Arga, lalu membantu membukakan tutupnya untukku.

"Arga..! kalian darimana, Dara kenapa sampe pucet begini!?" Bentak Amira menekan kecowok yang disegani banyak cewek ini.

Tak lama kemudian, teman-teman Arga yang lainnya ikut menghampiri kami, mungkin dikiranya ada sesuatu terjadi sampai ribut.

"Mira, sisa tugasnya Dara biar aku yang selesaikan nanti yaa?!" Ucapnya sambil gugup karena bentakkan Amira barusan.

"Tugas yang mana maksudmu Ga?!" tanya Amira curiga.

"Yang catatan keuangan itu, sama nota-notanya nanti aku yang kumpulin lagi!" Jelasnya.

"iiih kalau yang bagian itu mana bisa kamu Ga? Itu kan sebenarnya tugas bendahara, tapi karena bendaharanya lagi kena musibah, jadinya Dara yang ngelanjutin!" Jawabnya.

"Jangankan kamu, aku aja kurang paham kalau harus menyelesaikan tugas yang itu, soalnya cuma bendahara sama sekretaris aja yang paham, kalau aku cuma mencocokan aja dari proposalnya, tahu sendiri kami kan baru aja beberapa minggu di OSIS, jadi masih tahap belajar juga!" lanjutnya menjelaskan.

Mendengar penjelasannya Amira, aku jadi tambah sakit kepala, karena sudah nyata tugas ku yang sudah ditahap akhir, kini semuanya sudah terbakar, rasanya sampai mau pingsan!

Lalu, tanganku yang masih memegangi kertas yang sudah setengah terbakar tadi, langsung ku serahkan kepada Amira untuk dilihatnya.

"Apa ini Dara??!" tanya Amira keheranan. Belum sempat aku berpikir, Arga sudah menjawabnya.

"Itu... itu kertas catatan yang Dara lagi kerjakan..." jawab Arga takut-takut. Amira pun langsung berdiri dan melotot melihat kertas tersebut!

"Jadi maksudnya hasil catatan Dara sudah terbakar? kok bisa? terus nota dari tokonya mana?!" tanya Amira mulai panik.

"Sama!" jawab Arga singkat.

"Terus, laporan yang mau diserahin ke ketua panitia gimana dong? Habislah kita!" Amira bertanya kepada ku, tapi aku pun nggak bisa menjawab apa-apa, karena rasa lelah bercampur bingung jadi otak ku belum mampu berfikir banyak.

"Ini salahku Mira, aku yang bakal tanggung jawab!" sahut Arga dengan percaya diri, atau mungkin dia hanya ingin menenangkan kami, karena pastinya tetap saja dia sendiri lagi bingung gimana caranya, masalahnya buku catatan itu punya bendahara dan belum sempat dibuat rekapannya. Masalahnya ini menyangkut keuangan, semua catatan itu setelah disusun rapi, dan tinggal diPrint! Tapi sekarang...?

Melihat Aku, Arga dan Amira sedang kebingungan, salah satu teman band Arga melangkah mendekati Arga.

"Tenang aja Ga, kita pasti bantuin kok!" kata Yoga sambil menepuk bahu Arga, disusul anggota lainnya juga ikut menyemangati dia.

"Tapi waktunya kan cuma tinggal tiga hari, apa masih sempat?" tanyaku.

"Mudah-mudahan sempat, biarin Arga dan yang lainnya ikut bantuin kamu, kalau sisa kerjaan mu yang lain biar aku sama Donita yang selesaikan, kan masih ada seksi yang lain juga, tapi kalau masalah keuangan aku serahin sama kamu ya?" Jawaban Amira membuat aku sedikit jadi lega.

"Makasih ya Amira!" Ucapku merasa bersyukur.

"Iyaa, aku tahu kok pasti bukan kamu pelakunya" katanya sambil melirik ke Arga.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, besok baru aku kerjain lagi." pamitku pada Amira tanpa melihat kesiapa-siapa lagi.

"Iya hati-hati ya!" pesannya sambil tersenyum yang tersirat kekhawariran diraut wajahnya.

Akupun mengangguk menyahutinya, lalu beranjak dari duduk dan segera meninggalkan kantin. Karena lemas, kakiku hanya melangkah pelan-pelan.

TAP TAP TAP!

Samar-samar dari kejauhan terdengar suara langkah kaki mendekati ku.

"Wooii pesananmu gimana nih!?" teriak seseorang dari dalam kantin mengalah kepadaku.

Karena kaget, aku segera menoleh kesumber suara, lalu....

"Buat kamu aja, udah dibayar kok!" balasnya teriak didekatku, yang sekalinya suara kangkah itu adalah Arga, tiba-tiba dia sudah ada dibelakang ku.

Aku hanya menoleh kearahnya tanpa bertanya atau bicara sama sekali, mungkin dia mau pulang atau mau kemana pikirku. Lalu aku melanjutkan berjalan menuju keruangan osis untuk mengambil tas.

"Tas mu dimana Ra?" tiba-tiba dia bertanya disamping ku.

"Diruang Osis" jawab singkatku sambil terus berjalan.

"Ooh, kalau gitu kamu tunggu disini aja, tas mu biar aku yang sekalian ambilin!" 

"Eng..." belum sempat aku menjawab iya atau nggak, dia pun langsung berlari.

"Aaaah nggak apa - apa deh aku juga lagi capek, palingan dia sekalian mau ambil barang-barangnya!" pikirku, lalu akupun duduk dibangku guru pengawas yang kebetulan tidak jauh dariku.

Sekitar lima menit aku menunggu, diapun datang dengan sudah memakai almamater juga membawa serta tas ku dibahunya, dia setiap pulang sekolah memang memakai almamater tersebut, mungkin sebagai pengganti jaket baginya.

"Ayoooo..!!" katanya, sambil mulai berjalan menuju kedepan sekolah

"Ayo kemana?!" tanyaku heran sambil berdiri dari dudukku

"Yaaa Ayooo, ku antar kamu pulang.!!" jawabnya enteng

"Apa? nggak usah makasih!" jawabku kaget, kenapa tiba - tiba kok mau nganter pulang, pikirku

"Kamu masih marah yaa Ra?! aku bener - bener minta maaf, aku nggak tahu kalau tadi bakal terjadi sampe begitu..!" katanya sambil pasang wajah merasa bersalah, 'cowok sedingin dia ternyata bisa juga bilang maaf?' gumamku dalam hati.

"Nggak Ga, aku nggak marah kok, lagian kamu kan mau bantuin juga besok, kalau gitu sampai ketemu besok aja yaa?!" kataku sambil meminta tasku yang masih dipegangnya.

"Kalau kamu nggak mau ku antar berarti kamu masih marah sama aku!" katanya menekan.

"Terserahmu aja deh, aku sudah capek Ga, malas berdebat!" Jawabku terpaksa.

Yaa memang terpaksa! karena sebenarnya ya tidak mungkin kalau aku nggak ada rasa jengkel sama dia, tetapi semua sudah terlanjur juga yaa mau diapain lagi, sekarang ini aku cuma pengen cepat sampai dirumah, jadi aku terima aja tawarannya dia barusan.

Selama perjalananpun aku tidak banyak bicara, hanya sekedar menunjukkan arah jalan kerumah saja.

'hmmp, Pasti dia kapok! soalnya jauh banget kan jarak kerumahku?! siapa suruh maksa, heheeee!!' pikirku sambil nyengir sendiri (pake emote licik!)

Sesampainya didepan rumah, diapun langsung pamit langsung pulang karena sudah hampir senja, akupun mengangguk dan mengucapkan Terimakasih.

Dan selama tiga hari berturut - turut, Arga  dan teman-temannya beneran membantu dengan sangat giat. Arga tanpa mengeluh sama sekali menemaniku berkeliling mencari barang yang belum dibeli dan mendatangi satu persatu toko yang mau diminta notanya yang sudah terbakar kemaren, begitu juga dengan teman-teman Arga yang lainnya, sebagian berpencar.

Karena pulangnya sering sampai malam, Arga pun selalu mengantarku sampai rumah setiap hari, setelah mengantarku dia berkumpul lagi bersama teman lainnya untuk latihan band secukup waktunya.

Namun, selama tiga hari itupun aku masih sedikit bicara kepadanya, ya berbicara sepentingnya aja. Bukan hanya karena aku masih agak kesal, tapi juga karena seluruh badanku sangat terasa pegal kecapean.

.

.

.

#5. SUASANA MENEGANGKAN

Kendati sikapku seperti itu, namun Arga tidak tersinggung apalagi menjauhiku, malahan dia seperti sedang tidak merasakan ke cuekan ku. "Yaa mungkin dia memang kurang peka!" pikirku. Habisnya tidak ada satu kata pun menanyakan sebab sikap dinginku itu, melainkan dia malah tambah ramah terhadapku!

Saking ramahnya, sampai-sampai banyak yang tidak percaya kalau sesosok Arga yang dari dulu terkenal dengan gaya elegan nya, ini pertama kalinya bersikap manis kepada cewek. Dan yang tambah bikin gegernya lagi, cewek nya itu adalah aku!

Ya mungkin karena aku hanya gadis dari kalangan menengah biasa.

'Aah... palingan karena dia sadar dan merasa bersalah atas kesalahannya!'

gumam ku dalam hati.

Akhirnya, hari H yang sudah ditunggu - tunggupun tiba, dimana semua kakak kelas beserta beberapa wali ikut hadir disana, dan syukurnya pestapun berjalan dengan lancar hingga dipengujung acara.

Bandnya Arga yang tadi sudah tampil sebagai pembukaan, kini mereka akan kembali tampil yang kedua sebagai penutupan.

Dari awal, aku memang tidak terlalu memperhatikan semua pentas yang ditampilkan diatas panggung, karena aku sudah hampir setiap hari melihat mereka saat latihan, dan sekarang ini akupun sedang fokus chatingan sama Papa yang bilang akan pulang malam ini.

Tidak lama terdengar sorak-sorak yang sangat ricuh sampai-sampai aku sempat salah ketik chatingan buat papa,

Ditambah lagi suara Kiki yang dari tadi duduk disampingku tiba-tiba langsung mengolokki nyaring-nyaring!!

"Cieee-cieeee!!!" ejeknya

"Apaan siih cie - cie?!" tanyaku bingung karena merasa terganggu dengan teriakan Kiki didekat telingaku, lalu aku baru tersadar kalau orang - orang disekitarku pun sekalinya juga sedang menyorakiku.

"Ada apa sih, kok pada ketawain aku?!" tanyaku sambil nengok kebadanku yang takutnya ada sesuatu yang nggak beres.

Aku yang dari tadi sibuk sama handphone,  sama sekali tidak memperhatikan apapun yang ditampilkan diatas panggung.

Samar - samar aku mendengar lagu yang sedang bawakan oleh Arga dan teman - temannya, seperti ada yang berbeda dari sebelumnya pas saat latihan.

"Coba lihat!!" kata Kiki sambil menunjuk kearah panggung, Sontak mataku langsung terbelalak melihatnya.

TERKEJUT? yaa sudah pastii

MALU? iya lah kan diliatin banyak orang,

yang jelas pastinya mukaku ini sudah merah dalam waktu sekejap!!

Bagaimana tidak, Arga dengan pe-de nya memakai kaos hitam bertulisan

'I LOVE U DARA'

"Dara yang dimaksud itu siapa yaa??" tanyaku polos kepada Kiki.

"Memang ada nama Dara lain di sekolah ini?!" jawaban Kiki menekankan

Dan bukan hanya karena kaos yang sedang dia pakai, tetapi dia juga sudah merubah lirik lagunya:

"~Dari pertikaian yang terjadi

kau hancurkan diriku bila kau tinggalkan aku,

kau DARA ku~"

Melihat suasana dan yang dilakukan Arga untuk ku, tentu saja saat itu juga aku jadi.....

KLEPEK - KLEPEK DEH!!

Tetapi kini,

kesan awal pertemuan yang sudah lewat dari setahun itupun kini hancur, padahal selama ini hubungan kami tidak ada masalah bahkan kami sudah saling memperkenalkan diri kepada orangtua masing-masing.

Dan Amira, walau pun kami sudah tidak sedekat lagi seperti dulu, tetapi selama ini kan kami masih baik - baik saja, tetapi sekarang kok!? Aku benar - benar masih tidak menyangka dia menusuk dari belakang, Hiks!

Entah mengapa didalam hati kecilku, sampai saat ini aku masih tidak percaya dengan apa yang sudah mereka dilakukan dibelakangku seperti tadi.

Kronologi,

Tadi sekitar jam setengah dua siang, saat semua murid kelas satu dan dua beserta guru - guru sudah pulang, hanya tinggal beberapa murid kelas 3 yang akan mengikuti kelas tambahan atau bimbel untuk persiapan UAN termasuk aku, Sebagian ada yang pulang kerumahnya dulu, karena bimbelnya juga baru akan dimulai jam setengah 3 sore.

Karena rumahku jauh jadinya akupun tidak pulang, biasanya sih nunggunya dirumah Kiki, tetapi hari ini aku lagi mau menunggu di kelas dan makan siang di kantin aja.

Saat aku sedang berjalan sendirian menuju kantin, tidak Sengaja aku memergoki mereka berduaan (Arga dan Amira) saling berhadapan dipojokan samping kelas yang lagi kosong.

Aku pun langsung selangkah mundur dan bersembunyi dibalik tembok sebelahnya, dan sepertinya mereka tidak menyadari kehadiranku karena tinggi badannya Arga menghalangi pandangan Mira.

Awalnya aku berusaha berpikiran positif karena mereka memang sering ngobrol dari dulu, tetapi....

"kenapa harus dipojokan dan ditempat sepi begitu?" akupun jadi agak penasaran apa yang mereka mau bahas.

Aku mendengar jelas obrolan mereka, karena posisinya hanya bersampingang dinding denganku.

"kayanya hubungan kalian biasa aja gak ada yang seru atau menarik selama pacaran, kamu nggak bosen begitu sama dia? gak mau coba sama yang lain? contohnya sama aku!" ucap Amira sambil menggoda dengan suara manja lalu tertawa.

Sontak aku terkejut mendengarnya, lalu

"Maksudnya seru itu yang gimana sih Mira? memangnya ada pacaran pake seru-seruan apa?" tanya Arga  penasaran.

"Lah, emangnya kamu beneran belum pernah sama Dara?" tanya balik Amira

"Nggak pernah, pacaran ya biasa - biasa aja, jalan bareng, makan bareng, nonton?!" jawab Arga

"yaaa Ampun Ga, beneran? aah bohong kamu, coba jujur aja kaya aku nii siapanya kamu aja siih!!?" desak Amira

kata - kata Amira membuat aku kaku dan penasaran, sebenarnya sudah sejauh mana hubungan mereka selama ini?

"Nggak, nggak pernah... Aku nggak berani yang begituan sama Dara!" jawab Arga

"Alaaah kamunya aja kalee yang nggak ngerti, kita nii kan sudah mau kuliah Ga, masa pacarannya kayak anak SD? kalau nggak Ngerti sini ku kasih tahu caranya!" kata Amira

Aku yang terkejut mendengarnya seketika menutup mulutku dengan telapak tangan, tidak menyangka mendengar ucapan langsung dari Amira yang terang-terangan terhadap Arga.

"Yang gimana, mana sih? gimana coba lihat lagi!?" tantang Arga

DEG! DEG! DEG!

"Merek ini pada ngapain sih?!" tanyaku dalam hati. Jantungku mulai berdegub kencang hingga membuat dadaku terasa sakit karena mendengar pertanyaan Arga malah menantang yang bukannya menghindar dari perlakuan seperti itu.

"Naah Beneran kan Ga kamu gak tahu sekalinya? tunggu sebentar!" mendengarnya membuat aku sangat emosi nggak mampu mengendalikan diri ingin melabraknya.

Arga yang selama ini benar-benar aku percaya kesetiaannya tidak disangka dibelakangku dia sangat mudah dirayu.

Dengan telingaku yang memanas dan hati yang mulai terbakar cemburu, Aku pun mengepalkan tangan dan rasanya ingin segera menghampirinya.

GREEP!!

Tiba-tiba ada yang menahan dan menarik lenganku, lalu akupun langsung menoleh kearahnya yang sekalinya Kiki, entah sejak kapan dia sudah berdiri dibelakangku. Kiki menggelengkan kepalanya mengisyaratkan bahwa 'aku tidak perlu menghampiri mereka'.

Tiba-tiba  terdengar suara

"Eeeehh liat tuuh!!" teriak Amira

~"Eeempp!"~

"Mira, Jangan Mira! aduh, iiih kamu jorok!" kata Arga.

#6. SUASANA MENJADI BERUBAH

JLEB!!

Seketika itu aku jadi kaku mendengarnya.

Mataku yang masih menatap Kiki langsung berkaca-kaca, perbuatan mereka membuat aku sangat tidak menyangka dan merasa jijik! Tidak tahan mendengarnya lama-lama, apalagi membayangkan yang bukan-bukan akupun langsung segera berlari menuju ruang kelas.

Sesampainya di kelas, aku terduduk dengan kaki yang melemas, aku berusaha kuat menahan tangisku agar tidak pecah kukencangkan gigi atas dan bawah, mengepalkan kedua tanganku, dan ku pejamkan mataku.

Pikiranku sangat kacau hingga tidak bisa berpikir apa-apa lagi, aku berusaha menepis bayangan apa yang mereka lakukan barusan, namun bayangan itu justru menerobos masuk menembus otak hingga kehati.

Tangan dan kakiku gemetaran, jantungku bedegub cepat sampai dadapun sangat sesak hingga sulit untuk bernapas, seperti tidak ada udara diruangan ini.

Tubuhku terasa tak bertulang, pikiranku saat ini hanya ingin sendirian berlari sejauh mungkin ketempat sepi agar tidak satu orang pun menemukan aku dalam keadaan seperti ini. Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, ingin menghindari kenyataan dan berharap ini semua hanya mimpi buruk.

Tapi setelah Kiki menemaniku dari tadi, dari selesai mencuci muka hingga kelas bimbelpun selesai, yaa walaupun tidak sedikitpun pelajaran yang menyangkut diotakku, tetapi setidaknya aku bisa memasang ekspresi tenang dihadapan yang lainnya.

Aku tahu, mungkin saat ini aku memang mampu menutupi kekacauan dalam diriku yang yang sebenarnya, tapi entah bagai mana jadinya kalau aku nanti sendirian? bisa-bisa aku....?

Sepulangnya dari bimbel seperti biasa Arga yang berbeda kelas menghampiri dan tetap memawarkan akan mengantarku pulang,

yaaa karna kebetulan rumah kami memang searah, tetapi jarak kerumahku tetap yang lebih jauh darinya.

"Ayoo beib pulang, hari ini aku mau temani mama kerumah tanteku ditenggarong jadi nggak bisa lama-lama!" katanya, dia berbicara sambil sibuk dengan handpone nya.

'Apa - apaan cowok ini? dia masih bersikap seperti biasa dan seolah - olah tidak ada terjadi apa-apa. Atau jangan jangan selama ini dia memang selalu membodohiku karena dia pikir aku tidak tau? baiklah kalau begitu teruskan lah!' gumam dalam hatiku.

Aku ingin mengikuti kepura - puraannya, aku tidak ingin mencari ribut duluan karena aku juga nggak punya bukti nyata ditanganku sekarang, tapi karena masih mengingat kejadian tadi siang jadinya belum sanggup dekat dan siap melihat wajahnya saat ini, jadi sambil memberesi isi tas akupun menjawab tawarannya barusan:

"Hmm.. Nggak usah Ga, aku mau kerumah Kiki dulu! nanti aku bisa pulang sendiri" jawabku  karena bingung harus berkata apa, aku berusaha menghidar darinya yang masih berdiri sambil sibuk dengan hpnya.

'Mumpung dia tidak memperhatikan ku, lebih baik sekarang aku kabur dari sini!!'

Setelah mengatur rencana untuk kabur, lagi - lagi saat teringat kejadian tadi, hampir saja membuat mataku mulai berair.

'Duh, Tidak! aku tidak boleh nangis lagi, apalagi untuk dirinya! semua itu menang kenyataan pahit dan menyakitkan yang aku alami, walau pun aku tidak melihat dengan jelas yang mereka lakukan, namun bayangan dan suara itu masih sangat jelas terngiang-ngiang di telinga dan dipikiranku'

"Daraa! jadi kerumah nggak?" Panggil Kiki yang tiba - tiba sudah menunggu didepan pintu kelas.

"aah Iya jadi Ki!!" sahutku,

Aku pun berusaha setenang, mungkin mengikutinya berpura - pura tidak tahu apa - apa itu akan lebih baik daripada menuduh tanpa bukti menjadikan aku salah, otakku masih memyuruh untuk memanggilnya dengan sebutan BEIB seperti biasa, namun bibir sangat berat rasanya hingga akhirnya terlontar panggilan nama dari mulutku,

"Arga, aku duluan yaaa.!" kataku sambil melewatinya yang masih berdiri di samping mejaku, namun sepertinya dia tidak begitu mendengarkan ucapanku barusan karena terlihat sedang sangat fokus dengan handphone ditangannya.

Segera aku berlari kecil menghampiri Kiki, kuperhatikanl Kiki dengan sinis melirik kearah Arga, lalu aku berbisik:

"ayoo Ki cepetan! nanti disamperin lagi sama dia aku malas..!" kataku, sambil menarik tangan Kiki agar berjalan lebih cepat

"Kok dia masih aja yaa nyamperin kamu, berarti selama ini dia...."

"Sudah, kita ikutin aja dulu maunya, kita liat bisa sejauh mana bajing melompat!" kataku

Rasa marah dan sayangku yang bercampur aduk jadi satu, membuat aku binggung seharus berbuat dan bersikap bagaimana terhadap dia sekarang?

Sambil kaki terus melangkah, tiba-tiba Kiki melihat kearahku sambil tersenyum-senyum sendiri, lalu mengajukan jempolnya untuk ku.

"Jempolnya kenapa Ki?" tanyaku polos karena memang tidak paham.

"Naah gitu, baru Dara yang aku kenal nggak cengeng!" jelasnya

"Jangan banyak teka-teki dong Ki, aku kan lagi ngblank plus pusing kepalaku, gak sanggup kalau harus memikirkan semua maksud dari ucapan dan gerakanmu yang selalu tiba-tiba!!" kataku

"Iya-iya maaf!!" sahutnya sambil tersenyum-senyum.

Aku yang sedang terhanyut dalam pikiran ku sendiri, benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan keadaan disekelilingku saat ini.

"Ki, makasih yah sudah nyemangatin aku dari tadi. Kalau bukan karena pertolongan mu aku nggak ngerti deh harus berbuat apa sekarang!" Ucapku memelas sambil menggelayut manja dilengannya dengan wajah memelas.

"Iya Dara, sama-sama. Yang semangat dong, kan laki-laki bukan cuma dia aja..." katanya

"Aku masih nggak nyangka deh Ki, kalau yang kamu ceritakan dulu tentang Arga memang benar dia ....AAAAGGHH!!!" ucapanku belum selesai, namum tiba-tiba tanganku ada yang menarik kearah belakang yang membuatnya jadi terputar.

"CERITA APA?!!" Bentaknya

Ternyata Arga yang  menarik tanganku, entah sejak kapan dia tahu-tahu sudah ada dibelakang kami!

"Apa-apain sih kamu Ga?! Lepasiin tangan ku Ga!!... Sakit!!" Pinta ku sambil berontak berusaha melepaskan pergelangan tanganku  dari genggamannya.

"APA KAMU BILANG?! kamu panggil aku apa barusan? coba sekali lagi aku mau dengar?!" tanyanya dengan emosi dan malah tambah memutar tanganku hingga semakin terasa tekilir.

Dengan kuat Kikipun berusaha membantuku melepaskan lenganku dari tangan Arga,

namun bukannya dilepas, Arga malah semakin kuat menggenggam sampai nyerinya terasa dari lengan hingga kebahuku.

"Arga lepasin tanganmu Ga, Dara sampai kesakitan!!" kata Kiki dengan panik sambil terus berusaha menarik

"DIAM!! Jangan ikut campur kamu!" bentak Arga ke Kiki

kemudian Kiki yang terkejut pun langsung melepaskan tangannya dari tangan kami, dia melihatku meringis dengan matanya mulai berkaca-kaca tidak tega.

"Kamu Ga, nggak mikir ya kalau posisil kita ini sekarang ditempat umum, nggak malu kamu dilihatin orang banyak?!!" Kata Kiki mengingatkan Arga,

Lalu Arga melihat ke arah orang-orang yang berada di sekitar kami dengan tatapan mata dinginnya, ada beberapa orang yang memperhatikan kami bertiga, namun ada juga yang lewat begitu saja pura-pura tidak melihat.

"Apa yang kalian lihat? Aku nggak peduli sama kalian!! Kamu juga Kiki, pergi kamu dari sini sekarang, jangan campuri urusanku dengan Dara!!" Usir Arga kesemua orang yang memperhatikan kami lalu dia mengusir Kiki juga

'Arga bisa marah? apa dia memang sudah mulai berubah?!' tanyaku dalam hati karena selama ini tidak pernah melihatnya kasar.

Kemudian mata tajam itu kembali menatap ke arahku dengan tangannya yang kuat semakin gregetan menggenggam lenganku.

"Aaaghh!" teriakku merintih, rasanya sudah mulai remuk tangan kecilku diremasnya, dan aku benar-benar sudah hampir tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi

"Panggil apa kamu tadi?!!" bentaknya dengan penuh geram, dan akupun mengumpulkan kekuatan untuk menjawabnya.

"Kenapa?! Ugh (sambil meringis) Pendengaranmu kurang jelas kah dengan panggilanku tadi? aku panggil kamu ARGA! PUAS!!" Jawabku menahan sakit berpura - pura kuat.

Kemudian dia langsung melepaskan genggamannya lalu mengerutkan dahi seolah tidak percaya dengan pernyataanku barusan.

Ku pegangi tanganku yang terasa sudah sampai mati rasa kudian dia kembali memegang kedua bahu kanan dan kiri ku, wajahnya didekatkan kewajahku, lalu mulai berbicara lagi dengan suara pelan namun menekan.

"Apa maksudmu memanggil ku seperti itu? tolong jelaskan? soalnya aku kira pas didalam kelas tadi aku cuma salah dengar, ternyata memang kamu sudah berubah seperti itu ya cara memanggil ku??" tanyanya

Dengan kedua mata tajamnya menatap kemataku ditambah ekspresi dinginnya tersenyum sinis mengerikan, hingga membuat bibirku bergetar ketakutan karena takut tangan kuatnya memukulku.

"KENAPA TANPA SEBAB KAMU BERUBAH!?" Bentaknya, dengan kedua tangannya yang masih menggengam bahuku. Bukan hanya itu saja, dia juga mengguncang-guncang tubuhku hingga membuat aku benar - benar terkejut dan semakin takut.

"Sini Dara!" Kata Kiki sembari meraih tanganku dari samping lalu menarikku mundur dua langkah dari hadapan Arga. Mungkin Kiki khawatir kalau Arga akan memukulku.

Mataku terpaku menatap Arga, tubuhku yang jauh lebih kecil darinya ini juga jadi terdiam melihat dirinya yang sedang marahi ku. Meman dia memintaku agar selalu memanggil dia dengan sebutan BEIB semenjak kami baru mulai berpacaran, tapi apakah harus sampai semarah ini hanya karena aku memanggil dengan menyebut namanya?

Sungguh mengerikan, laki-laki yang biasanya romantis dan puitis ini ternyata mengamuk seperti monster yang sedang siap memangsa!

Dari semenjak kami pacaran, baru kali ini kulihat bagaimana dia begitu emosi dan marah, parahnya lagi orang yang dia marahi adalah aku sendiri.

'Oooh iya, apa mungkin karena sudah ada pengganti ku?' pikir ku.

"Kenapa? kamu tanya aku kenapa memanggil namamu? iya begitu?!" pertanyaan balikku barusan membuat mata dinginnya semakin sinis. Ya tentu karena dia merasa aku mrngolok ketidak sabaran dia yang sedang menunggu penjelasannku.

Akhirnya ku kumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak mau kalah galak apalagi terlihat lah lembek! karena bagiku memang dia yang salah, dia yang sudah menjadi penghianat dan aku juga sudah tidak tahan kalau terus-terusan melihat sikap dia yang sok suci. Ya aku gak akan menutupi lagi masalah utama yang dari tadi sudah sangat mengganjal dibenakku!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya CTSD 7-10
0
0
CINTA TERLARANG SANG DARAEPISODE 7-10KARENA SUDAH HASIL REVISI, MAKA ALUR CERITA DISINI JADI SEDIKIT BERBEDA DENGAN YANG ADA DI PLATFORM LAINNYA.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan