
"Bagaimana kalau kau membersihkan diri dulu sebelum mulai menghangatkan ranjangku?"
Alkian sangat marah.
Dari mana datangnya gadis sok berani ini?
Sejak melihat wajahnya di depan lift, Alkian langsung terpancing. Wajah itu cukup mirip dengan mantan istrinya. Meski rambutnya yang hitam lurus berbeda dengan rambut cokelat bergelombang milik Kristina, tapi gadis itu sungguh memicu kenangan buruk di masa lalu.
Freya. Alkian bertanya-tanya sejak kapan gadis remaja yang sangat tertutup dan antisosial ini begitu berani dan nekat. Wajah dinginnya yang dulu tidak pernah tersenyum sekarang terlihat polos dengan rona kemerahan di pipi.
Sorot mata yang dulu selalu menghindar kini menatapnya sayu sambil memohon. Ada tekad yang besar dari manik hitamnya.
"Saya akan membayarnya. Tolong bantu kakak saya."
Kalimat yang diucapkan dengan naif itu semakin mengguncang kemarahan Alkian. Ia memang ingin melakukannya sejak pertama kali melihat Freya. Membalas perbuatan Kristina dengan menggunakan adiknya.
Alkian sempat ragu dan bingung dengan cara apa dia melakukannya. Namun, saat ia melihat wajah yang persis dengan milik Kristina, otaknya langsung bekerja. Dia menemukan cara untuk membalas perempuan sialan itu.
"Kau mau membayar semuanya walau dengan menjadi simpananku?"
Alkian mengamati bagaimana ekspresi Freya langsung berubah. Ia terlihat kaget dan tidak menyangka.
"Itu bayaran yang kuminta, Freya. Kalau kau tidak sanggup, maka keluar dari sini."
Sejujurnya Alkian tidak punya ketertarikan apa pun pada gadis ini. Ia malah merasa muak setiap kali melihat wajah yang mirip dengan Kristina itu. Dia juga tidak berharap Freya akan terus maju dan menerima tawarannya.
Mata sayu gadis di hadapannya berpendar risau. Alkian sama sekali tak mendengar deru napasnya. Wajahnya semakin pucat dan menerbitkan setitik rasa iba di hati Alkian.
Lalu dengan cepat ditepisnya perasaan itu. Meski gadis ini tidak punya kesalahan apa pun, tapi kakaknya punya.
Kristina harus membayar dengan melihat adiknya sengsara. Dia harus tetap hidup untuk melihat adiknya hancur di depan matanya.
Alkian menunggu sekian lama sampai akhirnya Freya mengangkat wajah dan menatapnya murung. Gadis itu menjilat lidah gugup. "Akan saya lakukan … menjadi simpanan Anda."
Saat itu Alkian terdiam. Dia tidak menyangka gadis ini akan menerima tawarannya yang tidak serius. Meski Freya menolak, Alkian akan tetap membuat Kristina hidup dan membalas perbuatannya secara langsung.
Alkian tak peduli meski Freya terlihat sangat tertekan. Ia menepis semua nuraninya.
"Apa kau tahu apa saja yang dilakukan seorang simpanan, Freya?"
Freya sedikit terkesiap, padahal suara Alkian sangat rendah. Dia tampak tidak tahu harus menjawab apa.
"Biar kujelaskan. Melakukan hubungan intim dan mengiyakan kapan saja aku menginginkanmu. Kau harus melayaniku kapan pun aku mau. Melakukan apa pun yang kuperintahkan, lalu tugasku adalah menjamin semua kebutuhanmu dan keluargamu."
Freya sudah syok sejak kata hubungan intim keluar dari mulut Alkian, seolah dia belum pernah melakukannya sama sekali.
Alkian ingin tahu sampai kapan gadis tertutup ini menampakkan keberaniannya. "Dalam bahasa singkatnya, kau harus menghangatkan ranjangku dan aku akan menuruti semua keinginanmu."
Itu tindakan yang amoral. Terlebih Alkian adalah mantan suami kakaknya. Umur mereka terpaut cukup jauh dan Freya tidak bisa membayangkan dirinya akan bertingkah seperti pel*cur di depan laki-laki ini, melayaninya di ranjang dan dibayar setelah itu.
Sungguh penghinaan yang sangat besar. Freya menunduk untuk melirik arloji di pergelangan tangan Alkian. Waktunya kurang dari satu jam.
Sedang Alkian menunggu jawabannya. Entah perasaannya saja atau tubuh Alkian semakin memepetnya ke pintu. Freya tak lagi menemukan sekat di antara mereka.
Rasanya panas. Freya butuh bernapas. Alkian seolah sengaja memberinya tekanan yang besar.
"Bagaimana, Freya? Kalau kau membuang waktuku sebanyak ini, maka aku akan membatalkan tawaranku."
Ingin rasanya Freya melarikan dari situasi tidak mengenakkan ini. Dia enyahkan semua pikiran buruk yang memberondong kepalanya lalu mengambil keputusan yang paling nekat.
"Ya, saya akan menerimanya."
Alkian tertawa saat itu juga, tawa puas sekaligus meremehkan. "Hari sudah hampir sore. Bagaimana kalau kau membersihkan diri dulu sebelum mulai menghangatkan ranjangku?"
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
