
2 minggu berlalu tanpa hadirnya Riko, Surya seperti gelisah dalam dirinya.
Terasa sangat panas, Surya terbangun dengan posisi terbaring di atas sofa. Langit-langit rumah yang terlihat familiar saat matanya terbuka menjadi pemandangan pertama yang muncul. Samar-samar lampu gantung menyinari rona hitam kornea matanya. Beberapa kedipan sebelum ia bangkit dari tidurnya dalam keadaan yang bingung. Rumah tidak berubah, namun perasaannya berkata lain. Mungkin ini dipengaruhi oleh apa yang masuk melalui hidungnya perkara Riko membius secara paksa.
Bicara soal Riko, benak Surya jadi tergerak untuk melihat sekitar kalau-kalau ada keberadaan anak itu. Kepalanya celingak celinguk melihat keadaan ruang tamu yang kosong. Tidak menemukan keberadaan Riko, ia malah melihat ada sebuah gelas yang terletak bersebelahan dengan hpnya. Kondisi tubuh Surya masih belum sadar sepenuhnya, sehingga matanya beberapa kali berkedip. Surya tidak terlalu peduli dengan isi gelas itu sehingga ia lebih memilih untuk mengambil hpnya. Kembali terdapat beberapa notifikasi dari kontak yang ia simpan. Ada nama Riko sehingga ia cepat-cepat memeriksa isi pesan itu.
“papah karena nggak nurut waktu ditempat shaving, jadinya harus dihukum. Ingatkan konsekuensinya kalo nggak nurut apa?” baca Surya berbisik.
“itu ada minuman, nanti kalo udah baca pesan ini, langsung diminum aja sampai habis.” Mata Surya berpindah ke gelas wine berisi air yang sedikit keruh di bagian permukaannya. Matanya kembali ke layar hp sambil terus membaca pesan yang nampaknya panjang.
“sebelum minum, panggil bang Beni biar dia liatin papa minum ato enggak. Jangan dibuang, jangan macem-macem.” Bibirnya berhenti berbisik ketika pesan itu habis dibaca. Sempat terdiam sejenak, akhirnya Surya mengambil gels itu dan pergi keluar. Saat membuka pintu, nampak langit yang sudah gelap. Lampu taman sudah menyala, begitu juga dengan lampu yang menghadap ke jalan raya di luar pagar. Ia berjalan sedikit cepat ke arah pos, hingga akhirnya berdiri tepat di depan pintu. ia mengetuk beberapa kali sebelum pintu itu akhirnya dibukakan oleh Beni dari dalam.
“oh, halo bos” sapanya basa-basi. Surya bahkan tidak mengeluarkan kata-kata, ia langsung meneguk minuman itu hingga habis. Beberapa keluar di sisi mulutnya hingga sedikit membasahi pakaiannya.
“ahh…” desahnya pelan setelah menahan nafas selama meneguk minuman itu. “… udah yah” ujarnya yang langsung berbalik arah dan pergi meninggalkan Beni. Beni juga kembali ke dalam lalu mengambil hpnya dan mengetikkan sesuatu.
Surya kembali ke dalam ruangan tamu, dan tepat setelah ia masuk, hpnya menyala, menunjukan notifikasi pesan masuk dari Riko. Cepat-cepat Surya ambil hpnya.
“bagus. Jangan dimuntahin, jangan dikeluarin. Ohya, Riko bakal enggak dirumah sampe 2 minggu depan. Jadi hukumannya adalah papa harus sabar selama 2 minggu ini.” Tarikan nafas yang panjang menjadi tanda bahwa Surya sudah sangat lelah dengan permainan Riko, namun apa boleh buat?.
Dari belakang, terdengar suara Beni memanggil Surya. “bos, ini ada paket. Katanya buat bu Meylani” Surya lalu mengambil benda yang terbungkus plastik itu dari genggaman tangan Beni dan masuk tanpa berterimakasih. Surya berjalan terus hingga ia masuk ke dalam kamarnya. Tidak ada keberadaan dari Meylani sehingga ia hanya meletakkan kantong plastik itu di dekat meja. namun rasa penasarannya terlalu besar untuk sekedar melewatkan benda misterius itu.
Surya kemudian mengeluarkan sebuah kotak yang ternyata cukup besar, terbungkus beberapa lapisan lakban transparan. Sedikit lama, Surya akhirnya berhasil melepaskan plastik itu. Kotak berwarna hitam dengan bahan yang kuat namun ringan menjadi penutup dari isi paket itu. Ini semakin menambah rasa penasaran dari Surya sehingga ia ingin melihat isi dari kotak itu. Ada segel namun Surya tidak peduli sehingga ia membuka secara perlahan segel itu. Bobot yang berat ternyata diikuti dengan isi yang mengejutkan juga. Saat tutup kotak itu terbuka, Surya hanya bisa diam dalam kekagetannya. Ada penis buatan yang terlihat besar dan gemuk. Beberapa alat seperti vibrator prostat juga terpampang dalam busa yang terukir pas dengan ukuran benda-benda itu. Benak Surya jadi bertanya-tanya dengan paket yang Meylani pesan ini.
Tangannya tidak bisa ia tahan untuk tidak memegang penis buatan itu. Surya semakin kaget dengan ukurannya yang lumayan besar. Diameternya hampir segenggam telapak tangan kanannya. Ukuran yang benar-benar fantastis, mirip seperti penisnya Riko. Tiba-tiba sekelibat ingatannya tentang penis anak itu menyambar pikirannya. Entah kenapa arahnya jadi kesitu juga Surya tidak tahu. Dadanya terasa panas, ada segelintir aliran yang menyengat tubuhnya seperti ia sedang sange saja. Karena terasa panas, jadinya Surya memutuskan untuk mandi saja. Ia meninggalkan penis itu di atas meja rias milik Meylani dan mulai membuka seluruh pakaiannya. Dalam keadaan telanjang, ia melenggak masuk ke dalam kamar mandi, tentu perasaan gerah dapat hilang dengan guyuran air dingin.
Bermenit-menit dalam guyuran air rasanya sangat nikmat. Surya bahkan belum menyentuh botol sabunnya, tangannya masih sibuk menggosok-gosok seluruh badannya. Guyuran air kali ini terasa berbeda, tetesan tetesan kecil itu seperti tengah memijat seluruh badannya dalam gerakan yang sangat nikmat. Rasanya sangat nikmat merasakan rintik rintik air yang jatuh ke permukaan kulit bahunya, lalu turun membentuk aliran kecil yang terus hingga ke area selangkangannya. Air yang mengalir itu entah kenapa terasa sangat... “sensual”. Rasanya menggelikan dan juga nikmat. Mata Surya sampai tertutup, menikmati guyuran air ini. Tangannya berpindah-pindah dari dada ke bagian selangkangannya. Rasa panas pun tidak kunjung hilang walau telah diguyur air dingin. Malahan rasa itu makin besar disetiap menit berlalu, memberikan dorongan seksual yang lama kelamaan semakin kuat. Surya akhirnya sadar bahwa telah lebih dari 10 menit shower itu menyala, air jadi banyak terbuang ditubuhnya. Rasanya tubuh Surya seperti terbakar sesuatu dari dalam. dari ciri-cirinya sih Surya seperti tengah dipengaruhi sesuatu, entah mungkin obat-obatan. Rasanya aneh, namun didominasi oleh rasa yang nikmat. Titik-titik tertentu di badannya seperti sangat sensitif dan geli jika tersentuh, tapi akan terasa gatal setelah tidak tersentuh lagi.
Gejolak itu kini berpindah ke area selangkangannya, lebih tepanya ke penisnya. benda yang menggantung itu terkurung dalam kungkungan besi yang basah. Tiba-tiba saja Surya merasa ingin sekali memuaskan dirinya, lebih tepatnya penisnya. kedua tanganya ia satukan di dalam kerangkeng itu, mencoba mencari titik nikmat yang bisa ia rasakan. Rasanya panas, tapi hambar, namun juga menuntut. Sangat sulit untuk mendeskripsikan apa yang Surya alami sehingga ia jadi stress sendiri. Apakah ini ada kaitannya dengan yang Surya minum tadi?. Otaknya tidak bisa berpikir jernih saat rasa keputusasaan mulai menghampiri dirinya. Tidak bisa ia memuaskan dirinya jika dalam keadaan begini, apalagi dengan rasa sange yang sangat kuat.
Matanya menangkap penis buatan yang tadi ia dapatkan. Mungkin karena naluir atau karena kepepet, Surya keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang masih basah kuyup. Ia mengambil penis itu, lalu mengarahkan benda itu ke anusnya. Sulit untuk menggunakan benda tumpul itu karena Surya sendiri tidak tahu cara menggunakannya. Ada karet yang bagian pangkal batas penis buatannya yang berbentuk seperti piring. “Apakah mungkin bagian itu dapat membuat benda ini menempel ditempat tertentu?” batin Surya. Ia tidak bisa menahan lebih lama lagi, sehingga ia langsung saja menaruh batangan karet itu di atas lantai. Benar saja, benda itu berdiri tegak setelah karetnya menempel di lantai. Ini tentu memudahkan Surya sehingga ia langsung saja menaiki benda itu dengan cara mengarahkan anusnya ke atas pangkal.
Ia berusaha sebisa mungkin agar benda itu bisa masuk. Meski ragu, akhirnya ia lakukan juga dengan mulai menduduki benda itu. Rasa perih dibagian bibir anusnya tidak berpengaruh banyak karena yang saat ini Surya inginkan adalah kenikmatan.
“ak, akhh…” Surya masih berusaha memasukan batang itu ke dalam anusnya. Sudah setengah yang masuk, rasanya menggelikan juga meski sedikit perih. Surya meneruskan usahanya hingga akhirnya anus pinknya bisa memakan hampir semua batang besar itu. Rasanya penuh, geli, perih. Semuanya berputar-putar dikepala Surya, namun saat ini naulirnya yang mengambil alih sehingga pinggul besarnya mulai naik ke atas. Nampak bibir anus pinknya seperti keluar bagian dalamnya saat tubuh kekarnya naik ke atas. “wuoohhh…” kali ini ia mengerang karena benda yang berada dalam anusnya menggesek bagian-bagian tertentu. Posisi Surya seperti seekor katak, namun tidak sedang mau melompat.
Rasa gelisah membuat tubuh Surya menuntut agar ia mendapatkan kepuasan lewat alat itu. Kembali ia mencoba merasakan bagaimana padatnya batang penis buatan itu mereingsek masuk ke dalam anusnya. Sensasinya sangat menggelikan, menggetarkan tubuh saat penis itu menggesek bagian prostat dalam perutnya. Setelah hampir mau keluar, Surya kembali menurunkan badannya ke bawah. Terasa makin nikmat saat anusnya mulai terbiasa. Ekspresi wajah Surya seperti kesakitan, namun anehnya ia mendesah seperti keenakan. Ini diikuti dengan munculnya cairan bening dikurungan penisnya.
“pahh…!!!” suara Meylani yang menggelegar di luar kamar menyentak Surya. Tubuhnya bahkan kaget hingga terperanjat. Ia melihat ke arah pintu, lalu bergegas berdiri. Satu tarikan akibat penik membuat penis itu terasa menggesek bagian prostatnya, sehingga terasa ia mau ejakulasi. Rasanya benar-benar lain, rasa takut akibat ketahuan bercampur sangat baik dengan ejakulasi tanpa kocokan sehingga ia mengeluarkan cairan bening lebih banyak lagi, sampai-sampai menetes di lantai. Tubuhnya sedikit gemetaran karena mengalami precum.
Surya cepat-cepat membereskan apa yang ada di sekitarnya. Ia masukan sembarangan penis yang ia cabut dari lantai ke dalam kotaknya, lalu berpikir sejenak mau di sembunyikan dimana. Karena tidak banyak waktu yang tersisa, maka Surya menyisipkan kotak besar itu ke bawah kolong kasur. Ia kalang kabut kesana kemari lalu masuk ke dalam kamar mandi, berusaha bersikap normal sambil terus menutupi kandang besi itu.
“pah…” teriak Meylani saat pintu terbuka. Mendengar ada bunyi keran air yang terbuka, Meylani melangkah ke arah kamar mandi, dan menemukan Surya yang tengah telanjang, dalam keadaan basah diguyur oleh air. Melyani tersenyum hangat, mencoba menyambut suaminya dengan ramah. “pah, aku beliin makanan, udah ada di meja… ohya, aku keluar lagi yah pah… bye” ujarnya dalam satu buangan nafas. Meylani hendak berjalan hingga ia menginjak genangan cairan kental yang nampak tercecer dilantai.
“loh ini apa pah?” tanya Meylani bingung. Surya gelapan karena tidak sempat membersihkan cairan precumnya sendiri. “o-oh… itu, itu tadi papah”
“ah… pah, aku pergi yah udah telat… bye!” Meylani bergegas pergi, menghantam ujung sepatu hak nya ke lantai sehingga berbunyi ketukan yang nyaring disepanjang jalan hingga akhirnya tidak kedengaran lagi.
Surya masih berdiri dalam posisinya yang terguyur air. Rasanya aneh. Saat hampir ketahuan oleh Meylani, Surya bagai mau ejakulasi. Ejakulasinya sangat intens, rasanya seperti ejakulasi pertama yang sangat kuat. Rasa panas dalam dirinya belum kunjung reda sehingga kembali Surya mengikuti naluri manusianya. Dalam posisi yang masih basah, ia keluar dari kamar mandi dan kembali meneruskan aksi memuaskan dirinya. Kali ini, penis itu masuk tanpa ada halangan. Rasa perih bagai hanya sekilas saja, lama kelamaan meredup dalam sensasi yang nikmat saat prostatnya menjadi yang utama untuk dipuaskan. Pantatnya naik turun, merasakan bagaimana sensasi itu terus menjalar. Surya benar-benar kenikmatan dengan alat ini.
Kotak yang tergeletak dilantai, melepaskan alat berbentuk huruf J. Surya pun termenung dengan alat itu. Nampak asing, aneh. Lama kelamaan pinggul Surya capek juga harus naik turun. Ia menyudahi kegiatan mengebor anusnya sendiri. Ia berdiri, meninggalkan batang penis itu, lalu mengambil benda asing yang tergeletak di lantai.
“mungkin fungsinya sama” gumam Surya memperhatikan benda itu. Diputar ke kiri dan ke kanan, Surya mencoba mengobservasi bagian yang ia lihat. “hmm… mungkin langsung ditaroh di pantat kali” ujarnya. Ia memasukan ujung benda itu ke anusnya secara perlahan. Tidak begitu sulit karena sudah cukup renggang akibat penis buatan tadi.
“ouwh” Surya kaget saat ujung benda itu menyentuh bagian prostatnya. Ia mencoba menarik lagi benda itu, melakukan prinsip yang sama pada penis buatan tadi. Rasanya aneh, tidak ada kenikmatan seperti saat ia menaiki penis buatan. Lalu bagaimana cara kerja benda ini? Batin Surya. Dilihatnya lagi ke dalam kotak, dan ia mendapatkan ada sebuah benda berbentuk remot dengan beberapa tombol. Simbol on ia yakini sebagai pemicu alat sehingga ia menekan tombol itu.
*Drrrr
“ah ahhh…” seketika tubuh besarnya terperanjat hingga berlutut. Getaran kuat ia rasakan dibagian dalam anusnya saat tombol itu ditekan. Getarannya pun berhenti saat jempol Surya kembali menekan tombol itu. Surya bernafas terengah-engah akibat getaran tiba-tiba itu. Lagian, rasanya sangat berbeda dibanding dengan penis buatan tadi. Kembali ia menekan lagi tombol on itu, dan merasakan prostatnya yang tergelitik karena getaran yang dihasilkan benda itu. Ia mematikan lagi vibratornya lalu memperhatikan apakah ada lagi fungsi lain dari remot yang ia genggam.
Surya menekan asal beberapa tombol, tidak membaca tulisan-tulisan yang muncul dalam layar remot itu. Ia kembali menekan tombol on, dan betapa terkejutnya ia saat getaran yang ia rasakan meningkat drastis. “KKHHAAHHH” teriaknya mendesah. Remot yang semula ia pegang, terlempar ke lantai dan berguling beberapa meter hingga masuk ke dalam kolong kasur.
“AHHH AHHH…!!!”
Otomatis pantat Surya menjepit hingga membulat ke belakang karena reaksi yang muncul akibat getaran itu. Surya tidak bisa menggapai remot yang terjatuh itu sehingga tubuhnya ikut bergetar.
*BUKKK
Ia jatuh terbaring, berguling-guling karena rasanya ia seperti dihancurkan dari dalam. “khhh… ahhhh” berkali-kali tangan Surya ingin mencabut benda itu, namun tidak bisa. Getaran itu seperti menghasilkan energi listrik yang menyengat hingga ke tulang. Punggung dan pantatnya bergantian mengusap lantai karena ia terus saja berguling-guling. Bahkan, karena rasa yang tak tertahankan ini, Surya jadi terkencing. Iya, Surya terkencing di tempat dimana ia berbaring. Air seninya meleber kemana-mana karena tubuhnya masih saja terguncang.
Surya berkonsentrasi penuh pada tangannya untuk bisa meraih remot itu. 7 menit merupakan waktu yang sangat lama baginya untuk bisa menggapai remot di bawah kasur. Dengan tenaga yang ia kerahkan melalui jempolnya, benda itu berhasil mati.
Nafasnya masih terengah-engah akibat pengalaman yang sangat gila tadi. Bau pesing menyeruak ke seluruh kamarnya, namun Surya bahkan tidak berdiri. Ia juga tidak segera mencabut benda itu dari anusnya. Ia terkapar bagai ikan yang kehilangan oksigen di daratan.
*tit.
Dari balik pintu, bunyi rekaman yang telah usai merekam terdengar samar-samar. Nampak Beni baru saja selesai merekam apa yang terjadi tadi. Ia mengetikkan sesuatu dilayar hpnya, lalu bergegas pergi.
2 minggu kemudian
Seusai perjanjian antara Riko dengan Surya, akhirnya Surya menyetujui keinginan daripada Riko untuk membawanya ke sebuah tempat. Kata Riko, kunci kurungan penis Surya bakal dilepas ketika Surya setuju untuk ikut Riko. Tentu hal ini langsung disetujui oleh Surya. Sudah 2 minggu ia tidak merasakan ejakulasi. Bahkan untuk menyentuh saja sangat sulit. Kantong zakarnya pasti sudah menampung banyak sperma. Meskipun awalnya menolak, namun akhirnya Surya ikut dengan Riko.
Mereka janjian untuk berangkat sekitar pkl 9 pagi. Setelah pamit pada Meylani, mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Riko yang mengemudi. Nafas Surya memburu akibat kecemasan yang lagi-lagi menghampiri dia. Surya jadi curigaan hampir setiap harinya akibat ulah usil anaknya Riko. Dan setelah kejadian di tempat shaving itu, Riko seperti menghilang dari hadapan Surya. Ia selalu berangkat lebih awal sehingga melewatkan sarapan bersama, dan pulang larut sehingga melewatkan makan malam bersama. Awalnya lega, namun lama kelamaan Surya menjadi was-was. Prilaku anak ini menjadi sulit untuk ditebak selama hampir 2 minggu. Hingga akhirnya ia pulang ke rumah, langsung duduk di meja makan, lalu menyantap makan bersama saat ada Surya dan Meylani disitu. Riko memberikan kabar bahwa ada yang penting yang harus ia kerjakan, dan ia butuh bantuan dari Surya. Meylani tidak masalah dengan itu, sementara Surya diam menyimak apa yang dikatakan oleh Riko.
“yaudah, nanti papamu bantuin” kata Meylani menggenggam pundak tangan Surya. Tentu Surya mengelak akan hal ini, maksud terselubung pasti ada. “wah mah, kayaknya papa nggak bisa deh. Soalnya urusan kantor masih banyak”
Mendengar alasan dari Surya, Meylani langsung melepaskan genggaman tangannya “kamu tuh yah, urusan sama anak aja dibiarin, kantor mulu… anak ampe keluyuran malem malem kamu nggak tau. Gimana sih” celoteh Meylani.
“ahh mama papa nggak usah berantem ih. Kalo emang nggak bisa, yaudah” ujar Riko. Ia bangkit dari dudukannya, ada nampak sedikit gurat wajah sedih yang tertangkap oleh mata Meylani diwajah Riko. “eh eh Rik, Rik… kamu mau kemana? Rik?” panggil Meylani, mencoba menahan Riko. “nggak apa-apa mah. Riko pergi yah”
“aduh nak… sini… itu sih kamu pah, kalo sampe dia kenapa-kenapa. Kamu yang ku maki maki ya” kini Meylani memarahi Surya, tangannya yang semula menggenggam pundak tangan milik Surya, kini memukul pundaknya 2 kali. Surya jadi bingung dengan situasi yang terjadi. Tak bisa berbuat apa-apa, akhirnya Surya memanggil Riko.
“ahh… iya iya iya, papa ikut. Kapan?”
Riko sudah sampai di depan pintu dengan tangan yang memegang gagang pintu itu. Ia berhenti sejenak. Ada sekitar 3-4 detik lalu Riko menjawab. “yakin bisa? Kayak terpaksa gitu, Riko nggak mau kalo papa terpaksa, nanti nggak ikhlas bantunya” katanya tanpa mau menghadap ke arah mereka berdua.
“udah iya iya tuh papahmu mau… awas aja yah mas, awas” ancam Meylani berbisik setelah ia berteriak menyahuti Riko. Akhirnya Surya pun menjawab, meski dengan nada yang terpaksa “i-iya bisa. Kapan?”
Mendengar jawaban yang ia ingingkan, Riko berbalik dengan sebuah senyumaan di bibirnya. “besok?” tanyanya. Tentu Surya harus mengiyakan hal ini, apalagi masih ada hutang yang harus dilunasi antara dirinya dengan Riko. Surya mengangguk pasrah tanda mengiyakan.
Keesokan harinya, Surya dan Riko sudah pergi dari rumah. Sembari Surya melihat keadaan jalan, ia memperhatikan lokasi-lokasi yang ia lewati bersama dengan Riko. Tidak ada yang familiar dimatanya, seolah ia sedang diculik dan dibawa ke sebuah tempat penyekapan yang jauh dari keramaian.
Pemandangan mulai berubah saat pepohonan mulai terlihat lebih banyak ketimbang gedung. Jalan tempat mereka melaju pun mulai menyempit hingga menjadi jalur 2 arah yang tergabung. Tak ada tanda-tanda mobil berhenti sehingga kepanikan mulai membuat Surya menegakkan dudukannya. “kita mau kemana?”.
Riko malah tersenyum saat melihat Surya bertanya, ia menengok sejenak ke samping, lalu kembali ke jalan raya. Pertanyaan yang sama terus terulang dimulut Surya, namun tidak dijawab oleh Riko. Surya yang kesalpun akhirnya hanya bisa diam.
Sekitar 30 menit, mereka akhirnya sampai di sebuah Vila. Pemandangan yang asri tidak bisa mengusir rasa cemas Surya saat mesin mobil mati saat mereka ada diparkiran. Rumah Villa ini besar, sangat besar. Terlihat 2 tingkat karena 2 jendela yang menempel dalam posisi yang tidak simetris. Ada beberapa mobil yang juga terparkir disitu, dan saat Surya melewati mobil-mobil itu, ia memperhatikan plat nomor masing-masing. Tidak ada yang ia kenali sehingga ia Ronar-Ronar bingung dengan apa yang terjadi.
Mereka berdua menaik beberapa anak tangga lalu berhenti di depan pintu. Riko menyuruh Surya untuk maju duluan sehingga ia yang membuka pintu dan bukan teman Riko. Pintu kayu itupun Surya doJokog hingga terbuka. Mata Surya langsung menangkap desain futuristic dengan dominasi warna putih gading melekat pada dinding. Beberapa lukisan aneh berRontuk pria bertelanjang dada yang tengah memamerkan otot. Matanya tidak melihat banyak perabotan di dalam ruangan tamu sehingga terlihat luas dan lapang.
Surya berdiri di dekat sofa, sementara Riko bergerak menuju ke sebuah pintu. saat pintu itu terbuka, nampak ada beberapa perabotan dapur seperti kulkas. Riko pergi ke kulkas itu, dan mengambil sebuah minuman dalam botol. Ia kembali tanpa menutup pintu.
“nih minum”
Surya hanya memperhatikan botol itu dengan curiga. “minum ah!” perintah Riko sekali lagi. Meski tak mau, akhirnya Surya mengambil botol itu, membuka tutup botolnya yang ternyata sudah terlepas dari segel plastik yang melindungi sekeliling penutup botol itu. Pertama-tama ia mencium aroma dari minuman itu. Tidak tercium bau apapun sehingga ia memberanikan diri untuk meminumnya. Rasanya aneh, lidahnya menangkap rasa air yang dingin dengan sedikit rasa asam seperti besi.
“habisin yah” perintah Riko sambil terus memperhatikan bagaimana jakun Surya naik turun saat air itu masuk ke dalam tenggorokannya. Beberapa mengalir keluar dari sela-sela mulut Surya, namun tidak sampai tumpah.
“oke” Riko tiba-tiba merebut botol yang sudah habis isinya itu. Ia membuang ke sembarang arah, sambil melihat-lihat sekitar. Surya yang penasaran juga ikut-ikutan melihat apa yang dicari oleh Riko.
“Papah tunggu Rontar ya. Aku cari yang lain” kata Riko yang berjalan ke arah samping. Surya jadi kaget saat megnetahui bahwa ada yang lain di villa ini. Dalam kebingungannya, Surya mengangguk. Ia hanya bisa berharap untuk tidak mendapatkan perlakuan yang aneh dari Riko dan orang-orang lain yang ia maksud. Mata Surya melihat Riko yang berjalan ke arah pintu kaca geser. Ternyata ada kolam yang nampak memantulkan warna biru.
Riko terlihat berdiri di ambang pintu sambil memegang gagangnya yang berwarna hitam mengkilap. Tidak sampai 5 detik, Riko berbalik, lalu memanggil Surya dengan ayunan tangan kanannya yang melambai. Perasaan Surya jadi kalang kabut karena situasi ini. Masuk ke dalam villa saja sudah membuat dadanya berdebar, apalagi saat mengetahui ternyata ia harus bertemu dengan orang lain. langkah kakinya membawa ia semakin dekat ke arah kolam. Begitu ia keluar dari pintu itu, ia mendapati ada 2 orang lagi di luar. Matanya langsung menangkap sosok yang tidak asing. Orang itu juga menatap Surya dengan menurunkan kacamata hitamnya.
“wehh… dateng nih bokap lu” ujar pria yang ternyata adalah teman dari Riko. “iya Joko… ” balas Riko pada temannya yang ia panggil Joko. “buka aja kali yah?” ujar Joko yang mulai berdiri dari dudukannya di sebuah kursi berbahan dasar rotan anyam.
“anjir pesange bangsat” celetuk pria yang satunya yang Surya tidak tahu ia siapa. Terhitung totalnya ada 3 orang dan Surya nampak masih curiga dengan keberadaan orang-orang lain yang mungkin belum terlihat. Tubuhnya berputar-putar ke segala arah, mencoba memastikan apakah ada yang lain di villa ini. Saat kepalanya kembali ke titik pandang semula, kini 3 pria muda sudah memandanginya. Baik Riko, Joko dan yang satunya, mereka kompak memperhatikan Surya.
“mantep yah bokap lu… makin tua makin seksi” ujar teman Riko yang satunya. “hahaha, narsistik emang bokap gue gara-gara ganteng sejak lahir Ron, makanya olah badan terus” balas Riko kepada temannya bernama Ron. “sini lo” panggil Ron tiba-tiba. Surya jadi kaget dengan atitut anak yang baru ia lihat ini. Kenal tidak, namun langsung memakai bahasa yang sangat informal cenderung kasar. Tentu Surya tidak langsung mengikuti perintah itu, harga dirinya seperti terbakar hanya dengan dua kalimat itu saja.
“kurang ajar lu, anak kecil merintah gue!. Kenal kagak” bagian telinga Surya mulai nampak memerah, karena tensinya yang mulai naik. Tangannya sedikit mengepal, bahkan beberapa garis yang terbentuk karena kerut di dahinya juga terlihat.
“astagah pah, berani ngebentak lagi?” nimbrung Riko dengan sebuah kunci yang ia pegang. Melihat kunci ditangan Riko sempat menarik perhatian Surya. “nak ayolah, nggak usah main-main. Papa udah nggak tahan nih”
“yaa, kalo mau kunci, intinya nurut aja sama Riko…” ujar Riko sambil memegang dadanya “… Ron” tunjuk Riko ke Ron “… sama Joko”.
“itu sih kalo papa mau… kalo enggak, yaudah. Kuncinya Riko buang” ujar Riko yang lalu melemparkan kunci itu ke kolam. Melihat kunci itu terlepas dari tangan Riko, Surya langsung kaget bercampur siaga. Ini adalah kesempatan sehingga Surya tidak boleh menyia-nyiakan momen ini. Bahkan dengan pakaiannya yang masih membungkus tubuh kekarnya, Surya tidak membuka. Ia melompat masuk ke dalam genangan air kolam tanpa mempedulikan kedalaman dasar kolam. Cipratan air yang terbentuk akibat tubuh kekarnya yang menabrak permukaan air cukup besar, membuat pinggiran kolam yang tadinya kering, menjadi basah. Permukaan air yang tenang dan rata itu berubah menjadi bergelombak acak. Dari arah Riko, Ron, dan Joko, nampak bayang kabur tubuh Surya yang melaju bagai torpedo di dasar air.
6 detik berlalu. Muncul kepala Surya ke atas permukaan air. Ia mengambil nafas sebanyak mungkin dengan membuka mulutnya lebar-lebar saat berhasil menyentuh permukaan. Matanya berkedip beberapa kali untuk melindungi diri dari tetesan air kolam yang masuk. Kepalanya celingak celinguk ke bawah, mencoba mencari keberadaan kunci yang Riko lemparkan ke dalam kolam. Sepertinya Surya kehabisan nafas sebelum sempat menemukan kunci itu sehingga ia harus ke atas permukaan untuk memasok oksigen.
Matanya melihat Ronda yang berkemilauan, memantulkan cahaya dari terik matahari di atas. Itulah kunci yang ia cari, dan tanpa menunda, ia kembali masuk ke dalam air. Geraknya terbatas oleh celana jeans sekaki yang ia pakai, namun akhinya Surya berhasil menggapai dasar dan mengambil kunci itu. Dalam sekali dorong, ia kembali ke permukaan air. Seluruh tenaganya ia gunakan untuk membawa dirinya ke pinggiran kolam. Sesampainya di pinggiran, Surya berusaha untuk naik ke atas. Dua lengannya ia gunakan untuk menopang bobot tubuh plus celananya yang kemasukan air.
Riko sudah tahu tentang keahlian ayahnya dalam berenang, sementara Ron dan Joko mengamati dalam diam dengan sebuah senyum dibibir masing-masing. Surya berhasil naik. Ia tidak mencoba untuk menyeka wajahnya yang masih basah, ataupun mencoba mengeringkan rambutnya yang terus menetetskan air. Ia malah fokus dengan kunci yang ia berhasil pegang. Tanpa mempedulikan keberadaan Riko, Ron, dan Joko, ia langsung melorotkan celana jeansnya itu. Nampak kurungan besi yang mengkilap akibat air yang masuk ke dalam selangkangannya. Celananya hanya turun separuh, sehingga paha putihnya jadi keliatan.
“waw” Ron bergumam, sementara Joko mengamati dengan jarinya yang menutup bibirnya.
Surya nampak bingung dengan kurungan besi di penisnya. ia mencoba mencari dimana lubang untuk ia masukan kunci itu. Dalam posisi berdiri, ia tidak menemukan apa yang ia cari. Surya lalu mendudukan pantatnya di lantai tempat ia lunang kuncinya nampak berbeda dengan kunci yang ia pegang. Ia mendongakkan kepalanya ke arah Riko. Matanya melihat bahwa Ron dan Joko tengah memegang sebuah kunci. Ia kembali menunduk memperhatikan kurungan besi itu, lalu kembali mendongak ke arah mereka.
“i-itu kunci?” tanya Surya kepada mereka bertiga
“iya itu kuncinya salah. Lu harus buka pake kunci ini” jelas Ron singkat sambil mengangkat kunci itu ke arah Surya. “Atau ini juga” timpal Joko sambil menunjukan kunci. Wajah Surya jadi lemas saat itu juga. Sempat ia berpikir untuk segera melepaskan kandang besi itu dan pulang, namun ternyata tidak.
“astagah, mari kuncinya” perintah Surya.
“dih… merintah lu? Gue patahin ni kunci biar kontol lu karatan terus dipotong njing” Rontak Ron makin kasar. Kerutan di dahinya kembali terbentuk. Surya kecewa berat dengan perjuangannya masuk ke dalam kolam yang dingin, dan hanya mendapatkan kunci yang salah.
“mau marah lo?! Hah!” Rontak Ron makin keras. Kalau dilihat-lihat juga, perawakan Ron mirip dengan Riko, namun tidak sekekar Surya. Adu tenaga fisik antara Surya dengan Ron pasti berujung dengan kekalahan Ron. Sempat terpikir oleh Surya untuk berontak, namun tidak jadi. Kurungan besi itu lama kelamaan akan berkarat jika tidak segera dilepaskan.
“eng-enggak” ujar Surya pelan.
“APA?!” Ron berteriak kencang, sementara Riko dan Joko tidak terpengaruh disebelahnya.
“enggak, enggak marah” balas Surya lebih jelas.
“oh… yaudah sini… ” panggil Ron dengan nada yang mulai menurun. Kini, bertambah lagi orang yang harus Surya turuti. Terpaksa Surya harus mengikuti kemauan Ron sehingga ia menarik celananya yang masih basah itu ke atas. “eh eh… itu celana dilepasin. Terus lu jalannya ngerangkak kayak anjing”.
bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
