Cerita Spesial 17 Agustus

29
0
Deskripsi

Cerita Gratis, gas ae baca

Warning… cerita ini hanyalah fiksi belaka. Berdiri dari peristiwa kemerdekaan rakyat Indonesia ditahun 1945, author terinspirasi untuk membuat karya ini. Semua unsur yang ada di dalam cerita ini adalah hasil imajinasi Author. Jika di dapati ada hal yang janggal, mohon dimaklumi saja, author nggak ada waktu jaman itu, apalagi emak bapak author. Jika merasa terganggu atau tidak mendapatkan hal yang menguntungkan dalam cerita ini, silahkan leave. Terima kasih, salam kemerdekaan.







 

“MERDEKA…!!!”
 

Sahut seorang pria dengan pakaian militer khas tahun 45, berteriak dengan gagah dan berani, sambil mengangkat tangan yang terkepal, sehingga menunjukan urat urat di bagian lengannya.
 

“MERDEKA…!!!”
“MERDEKA…!!!”
“MERDEKA…!!!” 
 

Sahut orang-orang yang berbalas-balasan di depannya. Pria bertubuh besar ini tengah berdiri di atas panggung, sembari menggenggam sebuah surat ditangan kirinya. Mikrofon yang terpasang di depannya bahkan tidak mampu untuk memperbesar suara yang berat dan khas maskulin itu.
 

“MERDEKA, MERDEKA… MERDEKA…!!!” sekali lagi ia meneriakan kalimat itu dalam sekali tarikan nafas. Orang-orang yang berkumpul disitu semakin dibuat riuh akibat terbakar semangat dan kegembiraan dikala kata “merdeka” kini menjadi sebuah harapan yang jadi kenyataan.
 

“MERDEKA, MERDEKA… MERDEKA…!!!”
“MERDEKA, MERDEKA… MERDEKA…!!!”
“MERDEKA, MERDEKA… MERDEKA…!!!”
 

Tua, muda, laki-laki dan perempuan, semua bersorak dengan suara yang sangat lantang. Dikala orang-orang mulai tenggelam dalam pesta euphoria kemerdekaan, pria yang semula berdiri di atas panggung, melangkahkan kakinya turun ke bawah hingga berhasil menapaki tanah, membuat debu naik. Dengan langkah yang gagah dan berani, ia berjalan menerobos kerumunan yang tengah bersukaria itu. Senyuman dan tawa yang keluar dari mulut mereka seperti tidak mempengaruhi nya untuk melambatkan langkah kaki dan bersama-sama tenggelam dalam nikmat pesta kemerdekaan itu.
 

Ia berjalan dengan mantap menuju ke arah mobil jeep yang terparkir dekat dengan semak-semak. Anak-anak yang semula bermain-main disitu, menggantungkan diri di tiang-tiang besi, langsung turun sambil memberikan senyum padanya. Ia lantas membuka pintu mobil itu, masuk ke dalam, lalu menutup pintu itu. Putaran kunci membuat mesin itu menyala dan menggetarkan hampir semua badan mobil. injakan pedal gas langsung mendorong mobil itu maju dan meninggalkan keramaian.
 

Di sepanjang jalan, dapat terlihat pemandangan orang-orang yang tengah merayakan kemerdekaan. Perayaan yang begitu meriah dikala beberapa titik dijadikan pusat orang-orang berkumpul. Suasana yang riuh dan tak terkendali itu hanya bisa diperhatikan saja oleh beberapa orang yang memegang senjata.
 

Mobil itu terus melaju, membelah jalan. Menyusuri liuk yang berkelok ke kiri dan ke kanan. Menaiki tanjakan serta menuruni turunan. Beberapa kali berhenti untuk menunggu orang-orang lewat menyeberangi jalan. Mobil itu akhirnya tiba di sebuah rumah khas belanda yang besar dan terlihat megah. Luas tanah yang nampak melebar disepanjang pandangan mata membuat siapapun yang masuk ke tempat ini akan dibuat takjub dengan harta dari pemilik rumah dan lahan ini.
 

Mobil itu berhenti di depan jendela kayu yang terbentuk ukiran di dalamnya. Pria yang mengendarai mobil itu lalu keluar, dan mulai berjalan ke arah pintu masuk. Disaat pintu itu terbuka, nampak beberapa orang sedang berjalan-jalan dalam hamparan koridor yang luas. Tiap orang yang berpapasan dengan pria ini bakal berdiri dengan tegap, lalu memberikan penghormatan lewat tangan kanan yang di tekuk, lalu luruskan hingga mengenai dahi. Tanpa peduli, pria itu terus saja berjalan hingga ia berada di depan sebuah pintu. ia lalu menarik gantungan berisi 2 kunci yang terdapat dalam kantong di dadanya, lalu memasukan kunci itu.
 

Pintu terbuka, menunjukan sebuah ruangan yang terbalut dalam warna putih gading yang nampak elok, serta dihiasi oleh ornament-ornamen dengan unsur warna emas. Benda-benda yang ada seperti mesin tik, beberapa tumpukan kertas, serta pajangan lukisan otentik membuat ruangan ini samar-samar terlihat seperti di desain oleh arsitektur di luar Indonesia. 
 

Pria itu lalu menutup pintu, dan berjalan. Setelah melangkahkan kaki beberapa kali, ia lalu berbelok hingga ia berdiri lagi disebuah pintu. dengan kunci yang masih berada di genggaman tangannya, ia menusukan kunci yang satunya, lalu memutar.
 

*ceklek
 

Bunyi slot yang bergeser memandakan bahwa pintu itu tidak lagi terkunci. Wajah pria yang semula datar itu perlahan-lahan mulai berubah dikala kepalanya menengok sejenak ke arah pintu masuk ruangan itu, meastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya. Pintu itu terbuka, lalu menunjukan sebuah loron gelap yang menjorok ke dalam tanah. Hanya ada beberapa penerangan seperti lampu gantung yang menerangi titik-titik tertentu dalam lorong itu. Pria itu lalu masuk, dan menutup pintu itu dari dalam, lalu mengunci nya. Di depannya, ada tangga yang terlihat turun ke bawah, lalu habis di lorong yang nampak begitu gelap dan menyeramkan.
 

Bahkan dengan kondisi gelap dan bau lembab sekalipun, pria itu nampak tidak peduli. Malahan ia berjalan dengan sangat santai, menapaki tangga itu turun seperti sudah biasa mondari-mandir di tempat itu. Langkah kakinya tidak berhenti dikala ia sudah sampai di anakan tangga terakhir. Ujung lorong yang nampak tidak kelihatan itu bagai pemandangan yang lumrah baginya. Ia berjalan terus, menyusuri lorong itu hingga samar-samar telingany mendengar sebuah teriakan kecil.
 

“ahh…!!!”
 

Sebuah senyum kembali merekah dibibirnya dikala ia mendengarkan suara itu. Langkah kakinya terus membawa ia sampai ia tiba di ujung lorong yang terlihat buntu dengan dinding sebagai pembatasnya. Ia memutar tubuhnya 90 derajat, lalu melihat ada sebuah pintu besi yang nampak sedikit berkarat. Kembali terdengar suara erangan yang samar-samar di telinganya, namun ia tidak peduli. Ia langsung saja menggenggam gagang besi yang dingin itu lalu mendorong ke bawah, sehingga pintu itu terbuka.
 

*KREEENG…!!!
 

Bunyi decitan besi yang terdengar kasar tidak membuat pria itu bergeming sama sekali. Ia lalu berjalan menyusuri sebuah ruangan yang nampak besar dengan pencahayaan yang lebih baik ketimbang di lorong. Di depannya saat ini, terdapat puluhan bilik yang tertutup dalam jeruji besi. Ada orang-orang yang lalu lalang dalam tempat itu. Ada yang membawakan baki berisi beberapa gelas dan piring, ada juga yang membawakan pakaian yang nampak sudah kotor dan basah, ada juga yang tengah mengangkut alat-alat yang tertutup dalam kardus. Nampak ada aktivitas tertentu yang terjadi dalam ruangan ini.
 

Orang-orang yang melihat pria ini sontak langsung berdiri dengan tegap sambil memberikan penghormatan padanya. Ia berjalan terus sambil menyuruh agar siapapun yang memberikan penghormatan padanya agar berhenti dan melanjutkan tugasnya masing-masing. Ia berjalan hingga ia menghampiri sebuah bilik. 
 

Dalam bilik itu, terdapat seorang pria berkulit putih susu. Perawakannya seperti orang-orang eropa, tengah terikat di sebuah kursi, dalam keadaan telanjang. Di hadapan pria itu, terdapat seorang prajurit yang tengah berjongkok di selangkangannya. Pria berkulit putih itu nampak kesakitan dikala ia berteriak-teriak dalam bahasa yang tidak dimengerti.
 

Pria itu lalu mendorong jeruji besi yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar, lalu menghampiri kedua pria itu. Saat pria itu sampai, ia menyentuh pundak prajurit itu. Prajurit itu terkejut dan akan berdiri namun ditahan oleh pria itu. Ia menggelengkan kepalanya lalu mengangkat keningnya pada pria itu, menyuruh agar prajurit itu terus melakukan apa yang ia tengah lakukan.
 

Tanpa disangka-sangka, prajurit itu lalu memegang penis pria berkulit putih itu dan mulai mengurutnya. Pijatan yang lama kelamaan makin cepat itu terlihat sangat menjijikan bagi yang tidak suka, dan sangat sensual bagi siapapun yang suka. Pijatan itu berubah menjadi kocokan, membuat tubuh pria berkulit putih itu bergelinjang tak karuan.
 

“AAHHH… AAAAHHHH… AHHHHH…!!!” teriak pria itu tak terkontrol. Tubuh besarnya yang dipenuhi dengan otot itu nampak keras dan berurat. Kepalanya bergeleng kesana kemari sambil mulutnya terus saja menuturkan kalimat yang tidak bisa dipahami dari segi bahasa Indonesia.
 

“sudah berapa banyak?” tanya pria itu pada prajurit yang tengah melakukan kegiatan handjob.
 

“sudah 2 gelas pak” jawab prajurit itu dengan nada yang tegas. Ia terus saja mengocok penis itu tanpa mempedulikan getaran dari tubuhnya.
 

“hmm… berapa kali dia diperah dalam seminggu” tanya pria itu.
 

“3 kali dalam seminggu pak” jawab prajurit itu.
 

“ouw… ok, minggu depan, ubah jadwalnya. Seminggu sekali saja, tapi perah sampai 5 kali”
 

“siap pak, laksanakan…!!!” jawab prajurit itu tegas.
 

Pria itu melepaskan genggamannya di bahu prajurit itu, lalu melihat-lihat ke sekitar. Benar saja, terdapat 2 gelas berisi cairan kental berwarna putih agak kekuningan. Terdapat sebuah senyum di balik bibirnya, tanda ia memikirkan sesuatu. 
 

Ia lalu menempuk bahu prajurit itu 2 kali, lalu menyuruhnya agar pindah ke samping. Setelah prajurit itu pindah, kini giliran pria itu yang berada di selangkangan pria eropa itu. Tanpa memberitahukan sesuatu, ia langsung saja menggenggam penis itu dan mengocok cepat, membuat, sang pemilik penis itu berteriak bagai orang gila.
 

“perhatikan yah” ujar pria itu pada prajurit yang berdiri di sampingnya. Ia lalu memasukan jari telunjuk serta jari manis ke dalam anus pria itu, lalu mulai mengobok-obok hingga pria eropa itu berontak tak terkendali. Sambil terus mengocok penis pria eropa itu, ia berusaha mencari tonjolan yang menjadi saraf dalam anusnya. Tekanan jarinya berhasil membuat tubuh pria eropa itu menegang hingga sedikit membusur ke depan. 
 

“OOHH... OHHH… OHHH” teriaknya tidak jelas, membuat prajurit itu bingung dengan apa yang terjadi padanya.
 

Pria itu kembali menekan jarinya hingga tubuh itu bergerak dengan sendirinya. Erangan kesakitan kini mulai berubah menjadi erangan yang berat dan sensual. Urat-urat di lehernya mulai muncul, tangannya yang terikat di pegangan kursi juga mulai mengepal hingga memutih.
 

Dalam beberapa detik, tiba-tiba semburan sperma meledak tepat diwajahnya. Prajurit itu sampai kaget karena melihat wajah pria yang ia berikan hormat itu jadi basah dengan pancaran sperma kental.
 

Dikala tembakan sperma itu berhenti, pria itu berdiri lalu menghadap ke arah prajurit itu. “seperti itu salah satu cara efektif buat memerah sperma, silahkan kamu coba hingga berhasil.” Ujarnya yang langsung membalikan tubuh dan pergi meninggalkan prajurit itu.
 

Berpindah dari bilik yang satu, ia kembali berjalan dengan tangan yang berada dipinggul belakangnya, memperhatikan setiap bilik yang ternyata diisi oleh orang-orang. Kebanyakan disitu adalah orang-orang asli pribumi yang tengah menggunakan pakaian prajurit militer, hanya ada beberapa saja orang-orang dari ras asing. Satu hal yang menarik adalah dalam bilik itu adalah semuanya dari jenis kelamin laki-laki, ada sekitar 2-3 orang asli pribumi yang tengah mengerubungi 1 orang dari ras asing. Mereka nampak tengah menyentuh tubuh pria ras asing itu, ada yang menyentuh daerah organ intimnya, ada juga yang melakukan penetrasi dalam anusnya. Pria itu bahkan menatap dengan senyum serta tatapan yang antusias setiap kali matanya menangkap pemandangan yang tidak biasa ini.
 

Ia sudah sampai di bilik yang terakhir dimana ada 2 prajurit yang tengah memegang seorang pria di sebuah kasur. Ia lalu masuk ke dalam bilik itu, lalu berdiri tepat di hadapan pria itu. 2 prajurit itu kemudian mengikatkan tangan ke samping, diikuti dengan kaki. Mereka sedikit terkejut melihat ada pria itu di depan mereka, sehingga mereka memberikan hormat padanya. Ia mengangkat tangan, menyuruh agar mereka tidak usah menggunakan gerakan itu.
 

Di depannya, terdapat seorang pria yang berperawakan atletis, mata sipit, serta kulit yang cerah. Tak seputih pria eropa yang tadi, tapi tetap saja elok dipandang. Tubuhnya kekar dan besar, agak hampir memenuhi kasur tempat ia terikat. 
 

Dengan geraman dan gertakan gigi, ia menatap nyalang ke arah pria itu. Bukannya takut, pria itu justru mendekati tubuhnya hingga ia menaikinya. “kenapa hmm?… jendral, tidak suka jadi budak?” tanya pria itu, membuat pria yang dipanggil jendral bermata sipit itu semakin emosi.
 

“hmm… awas kau yah, sampai aku terlepas dari ikatan ini, kau yang akan ku bunuh dengan bambu runcing mu” ucanya dengan nada yang sangat mengintimidasi.
 

“hahaha… hahaha, apa katamu? Membunuh ku dengan bambu runcing? Oh jendral, justru kau yang akan ku buat setengah mati dengan bambu runcingku” ujarnya yang lansung melepaskan baju dan celananya. Kedua prajurit itu saling tatap-tatapan saat melihat pria itu sudah telanjang, menunjukan tubuhnya yang tak kalah atletis. Penisnya yang tegak menjulang seketika membuat jendral bernata sipit itu tercekat. “e-eh… heh… mau apa kau hah, ahhh” ujarnya mulai panik disaat pria itu sudah turun hingga ke selangkangannya yang terbuka lebar. Tubuhnya berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan itu, namun mapaknya mustahil.




 

Ilustrasi gambar


 

 

Pria itu sudah berada tepat di antara selangkangannya. Ujung penisnya bahkan sudah menyentuh anus pink jendral bermata sipit itu, membuatnya bergidik ngeri. “heh… eh, jangan kau berani-AAAAAKHHH…!!!” belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, penis itu langsung saja merojok dalam anusnya, membuat ia berteriak mengerang dengan sangat kencang.
 

“hahaha… rasakan bambu runcing pembawa kemerdekaan ini, hah… hah” dengan sangat kasar, ia merojok penisnya dalam-dalam, lalu menarik keluar, dan kembali menghentakannya. Tubuh besar pria itu dibuat bergoyang-goyang akibat hentakan yang dahsyat itu. “EAH… AHHH… AHHH… HAHA… HAH, AHHHHH… AISHHH” 
 

“ha… ha… ha, uh, sempit juga lubang mu, enak” ujar nya sedikit memuji anus jendral bermata sipit itu. Sesekali ia menengok ke arah kedua prajurit itu sambil mengedipkan matanya, membuat mereka berdua terdiam, tak tahu harus berbuat apa.
 

Hentakan kasar yang semakin lama semakin cepat itu akhirnya membuat pertahanan jendral bermata sipit runtuh. Erangannya berubah meliuk, sehingga berbunyi seperti desahan nikmat yang bercampur sedikit dengan kesakitan, dan tentunya bersifat adiktif. Tonjolan dada bidangnya yang dihiasi puting pink itu menarik perhatian, sehingga membuat pria itu menghisap kuat pentil itu kiri ke kanan, lalu sebaliknya.
 

Bilik itu langsung dipenuhi dengan aroma-aroma yang membingungkan. Suara desahan, decitan besi, serta bantingan di kasur bergema hingga ke ujung ruangan. Pantat putih pria itu semakin giat mendorong penisnya ke dalam anus, tak peduli jika jendral bermata sipit itu sudah ejakulasi duluan. Ia juga baru sadar ketika ia melihat ke bagian perut dan mendapati ada cairan putih kental kekuningan yang membentuk genangan kecil disekitar pusarnya.
 

“ah… ah… belum jug-ahhh… ahh… ini, makan lagi… ahhh” ucapnya kembali mengenjot anus itu. 
 

Wajah jendral bermata sipit itu sudah merah padan, dikala kerutan muncul hampir diseluruh bagian kulitnya. Ia terlihat begitu sulit untuk bernafas karena anusnya yang tak kunjung berhenti menerima sodokan penis itu. 
 

“UH UH… OHH… OHHH… AAAAAAAHHHH!!!” Teriaknya kencang sembari kedua jari-jari kakinya menggulung. Baru saja pria itu menggnejot beberapa kali, tiba-tiba ia merasakan ada jepitan yang kuat, sedang menyedot penisnya. Saat ia menunduk ke bawah, ia melihat penis jendral itu tengah mengeluarkan air seni. Rupanya pria itu berhasil membuat jendral bermata sipit ini terkencing-kencing akibat terlalu banyak kena sodok di bagian prostatnya. 
 

Dengan senyum yang tertarik ke samping bibirnya, ia terus menggenjot anus itu. Hingga akhirya setengah jam berlalu, ia ejakulasi dengan menembakan spermanya ke dalam anus jendral itu.
 

“huuhh… hah… hah…” desahnya berat dikala keringat sudah membuatnya seperti orang yang sedang mandi. Tanpa mau mencabut penisnya, ia menampari pipi jendral itu, mencoba membangunkannya karena nampak ia dalam kondisi mau tertidur. “heh… heh bangun, perjuangan mu belum selesai” ujarnya kembali menampar pipi jendral itu.
 

“masih ada 2 prajurit lagi loh- hhh… tahan-nhh sampai nanti, baru kamu boleh tidur” ujarnya masih mendesah. Ia lalu menarik penisnya, lalu mengenakan kembali pakaian serta celananya. Menyuruh kedua prajurit itu untuk menyodomi jendral bermata sipit itu, sambil ia duduk dan memperhatikan mereka bertiga.
 

“hahaha… merdeka, merdeka” ujarnya pelan.


 

THE END.












 

HALO GUYS, GIMANA 17-AN NYA? RAME? 
HEHE, AUTHOR MAH DIRUMAH AJA, MIKIRIN CERITA APA YANG BAGUS BUAT DI SHARE KE KLEAN. EHH, NEMU WANGSIT, NGETIK DEH.

BTW GIMANA CERITA GRATISNYA? KASIH TANGGAPAN DONG 🥺

AWALNYA SIH MAU KASIH DI KARYAKARSA BUAT NAMBAH-NAMBAH JAJAN, TAPI NI WATTPAD DARI POSTINGAN TERAKHIR MUNCUL NOTIF MULU, KAN JADI TERHURA AUHTORNYA HIKS… 🥺

ENJOY

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bryan
1
0
Bruan, seorang pria yang secara usia, sudah sangat matang. Tapi secara kejiwaan, masih kanak-kanak. Ia tidak bekerja, dan hanya hidup berfoya-foya menikmati harta dan segala fasilitas yang diberikan oleh ayahnya.  Hingga suatu waktu, ayahnya memberikan sebuah ultimatum kepada Bryan yang mengharuskan dia untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Jika ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan diakhir bulan maka ayahnya harus menyita seluruh fasilitas yang telah dititipkan padanya  Tenggang waktu yg singkat, ditambah pengalaman nya yang minim, membuat ia kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.  Disaat saat genting, akhirnya ia menemukan sebuah pekerjaan, pekerjaan yang cukup mudah baginya. Namun saat ia sudah melakukan pendaftaran, ia ditolak karena satu dan lain hal. Karena terpaksa, ia melakukan sebuah tindakan yang nekat, tindakan yang meliputi tubuhnya sebagai taruhan.  Penasaran? Silahkan membeli untuk mencari tahu. :)
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan