Sebuah Kisah Tak Berujung - Perihal Parasmu yang Menghantui Pikiranku

0
0
Deskripsi

“HIDUP TIDAK SEKERAS APA YANG KITA KIRA. KITA AKAN MENYADARI INDAHNYA KETIKA KITA SUDAH MENEMUKAN CINTA PERTAMA KITA.”

 

       Semenjak perkenalan kita pada hari itu, parasmu selalu menghantui pikiranku. Tanpa kuminta, kau bagai hantu yang merasuk ke jiwaku. Menciptakan sebuah rindu kala kita sudah lama tidak bertemu. Dan setelah kita dipertemukan kembali oleh sang waktu, aku selalu merasa malu-malu. Heh, aku bahkan tak pernah berani untuk memandang lama wajahmu. Aku masih terlalu pengecut kalau harus bertatapan langsung dengan sang ratu.

       Diam-diam aku sering memotretmu. Menyimpannya di galeri ponselku dan membuatnya abadi di situ. Aku tidak punya maksud yang buruk akan hal itu. Aku hanya menjadikannya pengobat rindu. Kala jarak dan waktu memisahkan kita kembali, setidaknya rinduku bisa terobati dengan melihat fotomu. Ya meskipun yang paling kubutuhkan adalah kita bisa bertemu.

       Seringkali aku menyalahkan sang waktu. Setiap kali kita bertemu, detik demi detiknya terasa sangat cepat berlalu. Aku yang belum puas memandang indahmu, harus rela membiarkanmu pergi untuk ke-sekian kali lagi dan lagi.

       Pertemuan kita selalu bisa meninggalkan kesan yang istimewa. Ya walaupun kelihatannya hanya biasa saja, tapi bagiku itu luar biasa. Entah bagimu. Mungkin sama, tapi bila tidak pun juga tidak apa-apa. Dan aku sadar tentang cantiknya paras yang kau punya. Mungkin sebelum aku, sudah ada banyak insan yang mengakuinya, atau mungkin juga ada yang sempat menjadi pemiliknya. Ah, sial! Aku selalu terlambat dalam segala hal yang aku suka.

       Sudahlah, biarkan aku sejenak melepas penat dari dunia yang penuh dengan tipu-tipu. Aku tidak mau terus-terusan memikirkanmu. Aku tidak mau bayangmu selalu menghantuiku. Dan aku juga tidak mau jika kau hanya ada di dalam khayalku. Yang aku mau, kau ada di sisiku. Duduk berdua bersamaku sembari menceritakan segala hal yang kita mau.
Hah, tapi mana mungkin itu terjadi. Aku, si lelaki cupu yang tak mampu mengungkapkan isi hatiku, mana mungkin aku bisa bersanding denganmu. Aku, yang selalu gemetaran ketika bertatapan terlalu lama denganmu, bagaimana bisa aku mendapatkan hatimu? Dan aku, yang tidak percaya diri dengan tampangku, apa bisa aku mengimbangi cantik parasmu?

       Akhirnya aku sadar, bahwa aku hanya bisa mencintaimu dalam diam, memikirkanmu dalam gelap malam, serta menyebutkan namamu dalam doa yang aku panjatkan. Kuharap kau mengerti perihal rasaku yang tak tersampaikan. Cukup mengerti saja, tak perlu memberikan jawaban.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya BAB 2 - Hujan dan Dinginnya Malam Itu
0
0
Lanjutan dari bab 1. Joni dan Bu Mira yang kehujanan, akhirnya terpaksa harus berteduh di pos ronda. Hanya berdua. Ya, tidak ada siapapun lagi selain mereka. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Ikuti terus lanjutannya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan