
Kasus baru, misteri baru dan sesuatu hal tak terduga, perlahan semua mulai terungkap
Book 2
I Am Felicia
Note : sebelum baca ini ada baiknya baca The little detective terlebih dahulu di sambung dengan Action of Panthera biar lebih nyambung jalan ceritanya. Thank you…
The little detektif di noveltoon
Action of panthera di wattpad
Tapi bisa baca terpisah kok
Suara baling-baling helikopter, letusan tembakan, suara mobil polisi semua terdengar jelas dimalam itu.
"Tahanan xxx kabur!" lapor seorang pria berseragam polisi itu.
Pria yang mendapat laporan itu mengepalkan tangannya erat, ia lantas memberi perintah setelahnya.
"Bukankah kau terlalu emosian Cakra?" tanya seorang pria pada pria itu.
"Kau yang terlalu santai Sam, tahan itu, kau tau dia? Dia pembunuh!" seru Cakra kesal.
"Apa salahnya? Kita sudah terbiasa dengan pembunuh bukan?" tanya Sam dengan santai.
"Apa yang kau pikirkan? Aku harap ini bukan ulah kelompokmu," ucap Cakra menatap tajam Sam.
"Percayalah kami tak seperti itu, walau pimpinan kami sadis tapi kami tak akan melakukan sesuatu tanpa alasan," balas Sam dengan santai.
"Jadi menurutmu ini bagaimana? Bukankah kau kini merangkap sebagai detektif swasta bukan?" tanya Cakra sontak membuat Sam tertawa keras.
"Wah aku tak menyangka polisi sepertimu akan percaya pada detektif swasta sepertiku," ucap Sam.
"Apa salahnya?" tanya Cakra datar.
"Ya, ya tapi jika kau yakin kali ini akan menjadi hal yang menyenangkan, aku menunggu sebuah kejutan," ucap Sam sambil berbalik pergi.
Cakra memandang tajam dan dingin Sam berpikir apa kiranya maksud pria misterius yang sering ikut campur masalah banyak orang sepertinya.
****
Suara hiruk piuk heboh terdengar di kantin, gadis berhijab dengan mata emas bercahaya yang indah itu selalu menjadi pusat perhatian, cantik, pintar dan juga bermatabat, dirinya dikenal ramah oleh orang-orang semua kagum dengannya, umurnya masih 17 tahun lebih tapi dia mampu melakukan semuanya.
"Fel, gue suka sama lo," ucap Siswa dengan rambut hitam dan mata hazel yang tampan itu pada gadis itu, Felicia.
Felicia memandang bosan siswa tersebut, seberapa sering ia menolak cowok di depannya ini makin berani dan tak jengah sedikitpun, apa yang sebenarnya cowok itu pikirkan hingga mengunakannya ditengah begini.
"Juanda Putra Sandra harus berapa kali aku tegaskan, aku menolakmu," ucap Felicia.
"Oh, ayolah lo benar-benar terpikat oleh iblis itu? Lo benar-benar ditipu olehnya," ucap Juan dengan kesal.
"Sorry ya, yang kamu bilang iblis itu pacarku, jangan banyak komentar dan urusi hidupmu sendiri," ucap Felicia tajam.
"Lo suka sama dia? Gue gak percaya, pasti lo diancamkan," tuduh Juan.
"Come on Juan, kowe harus nerima kenyataan bahwa Cia calon Kakak Iparmu," ucap Alexa, sahabat Felicia itu dengan jemu.
"Gak bisa! Alan itu iblis, dia dingin kayak es. Bagaimanapun gak mungkin dia suka sama Felicia," ucap Juan.
"Dia Kakak sepupu lo kan? Kenapa lo bersikap kurang ajar dengannya? Lagian lo juga gak bosan apa di tolak mulu," ucap Nayla.
"Kak Ci!" seru gadis bekucir kuda dengan mata biru itu semangat sambil menghampiri Felicia.
"Ada apa Celin? Kamu kayaknya kesal," ucap Felicia membuat gadis itu, Celin cemberut.
"Kakak harus marahin si Ero dia nyebelin banget tau!" seru Celin dengan kesal.
"Yo adik kecil kau mengadukanku pada Cia? Emang dia bisa apa?" tanya siswa dengan mata zamrud itu memandang Celin mengejek.
"Kak Cia," rengek Celin.
"Neron berhentilah," ucap Felicia lelah.
"Ci, please deh, aku cuman mau senang-senang doang," balas Neron sambil duduk.
"Oh, hai Juan, lo di tolak lagi?" tanya Neron pada Juan dengan pandangan mengejek.
"Jangan membuat masalah sialan, gue lagi gak mau debat dengan lo," ucap Juan kesal.
"Oh, ho benarkah? Gue gak percaya," ucap Neron membuat Juan tersulut emosi dan akhirnya mereka berdebat.
"Kak Ci, ngerasain gak? Ada yang memperhatiin gitu deh," bisik Celin.
"Hem, kayaknya memang deh, apa mereka udah mulai ya?" ucap Felicia.
"Ruang osis yuk!" ajak Celin.
Celin dan Felicia berdiri membuat Neron dan Juan berhenti berdebat seketika, kedua gadis itu segera melangkah pergi membuat Neron terdiam.
"Lin! Ci! Tungguin!" seru Neron berteriak lalu segera berlari menyusul kedua gadis.
"Gila ya kalian, ninggalin gitu aja, ada apa sih?" tanya Neron menghempaskan tubuhnya di sofa yang berada di ruang ketua osis.
"Kayaknya udah benar-benar dimulai deh," ucap Felicia sambil memainkan handphonenya.
"Dimulai? Yah sepertinya, jangan terlalu banyak buat ulah Ci, nanti Kak Alan marah lagi," ucap Neron.
"Juan tadi...dia masih belum nyerah ya?" tanya Celin.
"Dia tak akan nyerah, padahal Cia udah bilang kalau Kak Alan pacarnya," ucap Neron sambil menghela napasnya lelah dengan tingkah Juan yang membuatnya bosan.
"Tapikan itu pura-pura, biar mereka ngenjauh lagian kenapa masih banyak yang dekatin Kak Cia sih," ucap Celin kesal dan tak terima.
"Apa aku bilang udah ada pacar masih kurang ya? Harusnya aku bilang tunangan aja," ucap Felicia sambil menatap keluar jendela.
"Ide bagus, tapi aku sarankan jangan dengan Iblis itu lagi," ucap Celin.
"Celin, gak baik ngomong kayak gitu," tegur Felicia sambil memandang Celin.
"T-tapikan, ih Kakak kok selalu belain si Iblis sih! Kan itu kenyataan Celin bisa lihat dari auranya," ucap Celin sebal.
"Cel kamu ngomong gitu kena karma baru tau, lagian udah terlanjur, Cia gak akan bisa lepas," ucap Neron.
"Hah, mending balik ke kelas kalian, udah mau bel," ucap Felicia sambil membuang muka.
"Gini mulu deh kalau kita lagi ngomongin si Iblis, Kakak kok belain dia terus! Kakak cuma menganggap dia sebagai Kakakkan?" tanya Celin membuat Felicia terdiam lama.
Celin membuang muka lalu segera pergi sambil menghentakkan kakinya kesal.
"Ci, mau kamu nolak sekalipun kalau kalian memang selalu ketemu perasaan itu gak bakal hilang, aku ada dipihak netral oke, kamu boleh milih siapa yang kamu suka. Tapi, percaya padaku, jalan akhirnya kamu pasti ketemu Kak Alan, dia gak bakal ngelepasin kamu," ucap Neron membuat Felicia menoleh.
"Dia gak kayak gitu. Kalian sebenarnya kenapa sih? Mas Alan itu Kakak Cia kok, gak mungkin Cia ataupun dia punya perasaan lebih," ucap Felicia.
"Terserah kamu Ci, tapi ingat ucapan aku tadi, sampai jumpa nanti di rumah, aku duluan," ucap Neron sambil berbalik melangkah pergi.
Felicia hanya diam memandang lekat kepergian Neron. Gadis itu kemudian duduk di kursi kebesarannya sambil menghela napas kasar kemudian tersenyum miring dan bersandar pada kursi sambil melihat langit ruangan tersebut.
"Gak mungkin kami cuma sebagai kakak-adik, pada akhirnya hubungan kami berakhir dengan pernikahan, ya itu semua sudah diatur. Lagi pula aku dan Mas Alan benar-benar pacaran. Satu hal bodoh yang pernah aku lakukan, dengan polos jawab mau. Hah, gila kok dia mudah banget mengendalikan aku?"
Felicia menelungkupkan wajahnya mengingat hubungannya dan Alan. Tiba-tiba dia terpikir tentang DE, apa yang akan mereka lakukan sekarang? Lalu Alan...apa yang sedang pria itu lakukan? Ya selain jadi agen, anggota Huriya dan berbisnis.
"Alan Vegar Adijaya, aku penasaran dengan dunia gelap yang sedang di jalaninya, apakah itu menyenangkan?" gumam Felicia sambil terkekeh pelan dan menelungkupkan wajahnya. Gadis itu memandangi layar handphonenya sambil tersenyum. Senyum yang penuh misteri ditambah dengan matanya yang berubah kelabu.
Apa yang sedang dia pikirkan? Dan apa yang dia sembunyikan?
****
"Cia anak pintar, Kakek yakin sama Cia, tapi Kakek minta jangan ikut campur dengan semua ini."
Felicia mengelengkan kepalanya mendengar penuturan itu, ia tak bisa menerima itu pada akhirnya dia di tentang.
"Kau benar-benar Felicia? Gadis yang cantik. Felicia dengarkan permintaanku jangan ikut campur dengan masalah ini. Ini bukan hanya permintaanku tetapi juga Raka," ucapnya memandang pria tadi.
"Ya Dirga benar, jangan ikut campur Cia.'
"Cia...,"
"Nenek," panggil Felicia mengalihkan pandangannya pada wanita yang memanggilnya.
"Felicia, dia sudah besar."
"Ya, itu Felicia cucuku. Cia tolong kabulkan permintaan Nenek jangan ikut campur sayang."
"Nenekmu benar, ini bukanlah tanggung jawabmu. Asumsimu hanya membebanimu, hiduplah bebas seperti biasanya."
"Kenapa? KENAPA?!" tanya Felicia berteriak pada empat orang yang mengelilinginya.
Derai airmata tak dapat ditahannya lagi, semua lepas seketika. Kenapa mereka tak percaya padanya? Mengapa mereka terus menentangnya?
"Karena ini bukanlah tanggung jawabmu."
"Kau tak seharusnya ikut campur."
"Kau seharusnya bahagia, tidak seharusnya kau terbebani."
"Aku ingin kau bahagia, jangan membuat ini menjadi sulit."
"Bahagia? Aku bahkan mempertanyakannya kapan aku bisa bahagia? Aku sudah terlanjur terseret. Aku hanya butuh kepercayaan kini bukan kebebasan. Tapi kenapa? Kenapa kalian tak percaya padaku!" seru Felicia berteriak.
Bunyi letukan pistol terdengar membuat Felicia menoleh, ia melihatnya peluru mengenai Kakeknya perlahan ia menghilang.
Kemudian Felicia mendengar tabrakan membuat ia menoleh pada Dirga dan istrinya yang perlahan ikut menghilang, kini tersisa dia dan Tya, Neneknya.
Tya mendekat pada Felicia, perlahan ia menghapus air mata Felicia, ia mengelengkan kepalanya.
"Kami bukan tidak percaya padamu, namun kami ingin melindungimu," ucap Tya sambil memegangi pipi Felicia
"Dan aku ingin melindungi kalian," balas Felicia memegangi tangan Tya yang memegang pipinya.
"Tapi ini bukan tanggung jawabmu, ikuti benang takdirmu, percayakan semuanya pada benang merahmu," ucap Tya.
"Apa yang kalian maksud dengan adanya benang? Kenapa kalian selalu mengatakannya? Semua terlalu penuh teka-teki," ucap Felicia sambil tersenyum getir.
"Itulah kita sayang, ketujuh keluarga juga yakin akan takdir yang diberikan pada mereka dan setiap keluarga mereka akan percaya dengan pasangan mereka," ucap Tya.
"Pasanganku? Percaya yang seperti apa? Semuanya percuma bukan? Dia juga akan terkena bahaya karena ku," ucap Felicia lirih.
"Tidak ada yang akan terkena bahaya karena mu, yakinlah padanya aku juga yakin pada...,"
Felicia tidak mendengar jelas ucapan terakhir Tya, Neneknya itu menghilang, bersamaan dengan Felicia yang tersentak.
Felicia membuka matanya, ia terduduk dan memegangi pipinya yang basah.
"Hah, hanya mimpi, selalu saja, tapi kali ini apa maksudnya?" monolog Felicia.
Felicia berdiri, ia dengan segera mengeser meja laci yang ada di samping tempat tidurnya.
Felicia menekan sesuatu disamping meja kecil itu lalu sebuah lobang persegi kecil yang muat dilalui olehnya terlihat disana.
Felicia masuk kelobang itu dan dengan perlahan meja kecil itu kembali keposisi semula.
Beda dengan tempat masuknya di dalam itu ada ruangan luas, banyak rak buku yang berada di sana, itu semua buku yang ditemuinya dan beberapa buku miliknya, ini ruangan pribadinya dan hanya lobang tadi tempat kesini, sebenarnya bukan hanya itu saja namun terdapat banyak pintu rahasia menuju kesini dan tentu hanya dia dan Kakeknya Rakalah yang tau tempat ini.
Felicia berjalan menelusuri rak buku, ia berhenti disalah satu rak dan mengambil sebuah buku dengan judul, 'Kisah dibalik kisah,' memang agak sedikit usang namun buku itu berguna baginya.
Felicia nembuka lembaran halamannya, buku itu kira-kira memiliki lebih dari 500 halaman, tebal? Tentu, dan ia heran kenapa ada orang yang membuat buku setebal itu dengan halaman yang setengahnya kosong. Ya kalian tak salah, setengah halaman dari buku itu hanya kertas kosong.
Bagi Felicia buku itu tidak berat, entah mengapa buku itu terasa ringan ditangannya, walau begitu buku itu beberapa kali sering terjatuh didepannya menampilkan sebuah halaman kosong, tak jarang juga yang bertulisan dan itu membantunya menemukan petunjuk untuk mendapatkan buku yang menarik. Seperti kali ini buku itu terjatuh tanpa disengaja membuat suara yang lumayan keras.
Gedebuk
Buku itu terbuka menampilkan sebuah halaman membuat Felicia menyerengit bingung sambil berjongkok.
"Aku yakin halaman ini kemarin kosong," gumamnya, ya Felicia mengingat itu, halaman buku itu kemarin kosong mengapa kini ada tulisan?
Di saat ia tengah berpikir ia tanpa sengaja menjadi membaca tulisan dibuku itu membuat matanya melebar.
Felicia berdiri ia segera menelusuri rak buku tangannya menyentuh buku-buku itu ia menaiki tangga menuju lantai atasnya, rak buku lainnya berada.
"Rak 499, barisan ke 399 dan buku yang berada di tengah warna biru dan hijau," gumam Felicia dengan cepat.
Matanya menyelang kala mendapati buku bewarna merah yang berada diantara buku bewarna hijau dan biru. Felicia mengambil buku itu, cukup aneh karena hanya ada tiga buku dibarisan tersebut, tak lama setelah Felicia mengambil buku itu sebuah suara membuatnya kaget.
Tiba-tiba barisan itu seakan terbelah, buku hijau dan biru seakan menjadi gagang sebuah pintu, Felicia melihatnya sebuah buku yang luyang tebal berada disebuah kotak kaca.
Felicia mendekat ia membuka kotak tersebut, membaca judul buku tersebut.
"Misteri keluarga?" heran Felicia.
Ting tong ting
Felicia tersentak kala mendengar sebuah suara keras dari jam yang ada di sana, ia menoleh mendapati jam yang kini menunjukan pukul lima pagi. Dia harus kembali sekarang jika tidak orang-orang akan curiga.
Felicia mengambil buku itu dari tempatnya lalu meletakkan kotak kaca pada tempatnya semula. Felicia berlari dengan cepat keluar dari ruangan itu sambil memeluk buku tadi, setidaknya buku ini terlihat seperti novel jadi mungkin takkan ada yang curiga padanya. Ia merasakannya buku ini berharga dan akan membawanya pada sebuah petunjuk.
'Abraqy, Ishan, Rafailah, Gantari, Ghazzal, Adijaya dan Zavanna, misteri dibalik tujuh keluarga yang masih rahasia dan tidak bisa hanya sembarang orang yang memecahkan teka-teki misteri itu, kini belum ada namun bagaimana dengan nanti?'
Bersambung....
Sabtu, 4 juli 2020
Rabu, 22 Maret 2023
Jangan lupa kasih komen dan lovenya yaaa…
Kalian juga boleh ngasih tips biar aku tambah semangat hehe
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
