Kiss?

5
0
Deskripsi

"Jadi, kemarin Sakura cerita kalau dia ciuman sama Naruto, di kamar Naruto waktu Bibi Kushina lagi ke pasar." Hinata memberanikan diri untuk melanjutkan ceritanya dengan nada pelan. Semburat merah tidak terlewat dari pipinya yang gembil. "Sakura tuh cerita yang ekspresi mukanya mupeng gitu lho. Blushing salting gemesin. Terus katanya bibir Naruto bikin nagih." 

"Jadi?" 

Hinata mendesah malas, kemudian mencubit paha Sasuke membuat pemuda itu mengaduh. 

"Ya aku kan juga mau!" 

*****

Anime Naruto © All characters belong to Masashi Kishimoto.

Hinata melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang sudah sangat akrab dengannya selama enam belas tahun hidup di dunia. Gadis cantik bermata rembulan itu mengedarkan netranya ke sekeliling ruangan dan menemukan harum masakan terendus di hidungnya. Dengan senyum cantik, kakinya melangkah mengikuti bau masakan tersebut dan menemukan wanita cantik berambut hitam tengah memasak membelakanginya. 

Hinata tersenyum senang, menghampiri wanita tersebut dan mengecup pipinya tiba-tiba, membuat si wanita kaget dan tidak lama tersenyum cerah. 

"Siang, Bibi." Hinata berujar ceria, yang dibalas dengan usapan lembut di kepalanya. "Sasuke ada?" Lanjutnya seraya mencomot tempura yang baru dimasak oleh Bibi Mikoto. 

Bibi Mikoto adalah wanita favorit kedua di hidupnya selain Mama Hitomi. Wanita beranak dua itu adalah orang yang paling memanjakannya selain Papa Hiashi. Maklum saja, kedua anak Bibi Mikoto adalah laki-laki dan Bibi Mikoto selalu mengeluh tidak bisa mendandani kedua putranya selayaknya putri.

Bibi Mikoto mengidik ke arah tangga. "Ada di kamar tuh, baru pulang. Hinata sudah makan?" Tanyanya ketika melihat Hinata lagi-lagi mencomot tempura yang dimasaknya. Hinata mengangguk, dia memang sudah makan eskrim dengan Ino sepulang sekolah tadi sebelum memutuskan mampir ke rumah sahabatnya. Bibi Mikoto mengangguk pelan mendapati respon dari gadis cantik yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri. "Langsung naik aja sana." 

Hinata mengecup pelan pipi Bibi Mikoto sebelum melangkahkan kakinya untuk menuju lantai dua tempat kamar Sasuke berada.

*****

Tanpa perlu repot mengetuk pintu, Hinata membuka pintu kamar Sasuke seolah kamarnya sendiri. Di detik selanjutnya, gadis itu melemparkan badan mungilnya ke ranjang besar Sasuke setelah meninggalkan tasnya entah ke sisi mana. 

Sasuke berdecak karena kasur nyamannya sempat bergerak. 

"Sas." 

Hinata yang sedang terkurap memiringkan kepalanya ke samping untuk menatap Sasuke yang masih asik membaca komiknya.  

"Hn." 

Hinata menarik-narik kaos Sasuke meminta atensi yang tentu saja dihiraukan oleh si pemuda. "Sas, aku mau ngomong." 

"Hn."

"Sas, elah!" 

Hinata gregetan, dengan nada sedikit membentak dia mendudukan tubuhnya dan menatap Sasuke tajam.

Sasuke menghela napas, menutup komik yang tengah dia nikmati dan menatap Hinata malas, dia masih terbaring dengan posisi terlentang. "Apa, Nat?" 

Hinata merebahkan tubuhnya dan menggunakan paha Sasuke sebagai bantalan kepala. Jemari panjang Sasuke terasa membelai lembut rambutnya. Kalau sudah begini tandanya Hinata sedang meminta full atensinya, mau tidak mau Sasuke harus membuang komiknya untuk memanjakan Hinata atau gadis itu akan meraung berisik seharian.

"Sas, aku pengen punya pacar." Hinata memulai percakapan, kali ini elusan di rambutnya terhenti. Sasuke mengernyitkan alisnya dengan ekspresi tidak terbaca, pemuda itu menunggu kalimat Hinata selanjutnya. Hinata membalikan tubuhnya menjadi posisi tengkurap, dengan dagu yang bertumpu pada paha Sasuke yang tidak terlapis boxer, membuat gelenyar aneh merasuk ke pangkal paha si pemuda. "Kamu mau jodohin aku ke temen-temen kamu nggak? Temen-temen kamu kan banyak yang ganteng tuh. Ada siapa tuh yang rambutnya merah? atau yang rambutnya kayak nanas? atau—" 

"Bentar, Nat." Sasuke memotong ucapan Hinata dan merubah posisinya menjadi duduk, dengan sigap menahan kepala Hinata agak tidak merosot dan menyamankan kepala sahabat sejak janinnya itu kembali di pahanya. "Aku nggak salah denger?" Sasuke memastikan, dari bawah Hinata dapat melihat ekspresi keheranan Sasuke. "Kamu mau punya pacar?" 

Hinata mengangguk yakin. "Iya, Sas!" 

Sasuke memicingkan matanya menatap Hinata yang tepat berada di bawahnya. 

Sasuke menghela napas. 

Dia sudah mengenal Hinata sejak masih di dalam kandungan Tante Hitomi, bahkan ketika Hinata lahir—meskipun Sasuke tidak mengingatnya—dia yakin kalau dia sudah menemani gadis kecil itu sejak bayi, mengingat bulan kelahiran mereka yang tidak terlalu jauh. 

Selama menjadi sahabat Hinata—terhitung sudah 16 tahun mereka bersama, demi dewa Jashin yang dianut oleh teman kakaknya, kalau Hinata sedikitpun tidak tertarik berhubungan dengan pria. Berbeda dari teman-temannya yang lain seperti Shion ataupun Hotaru yang ganjen menggoda sana-sini, Hinata terlalu murni? 

Pasti ada sebabnya tiba-tiba Hinata berubah jadi centil!

Sasuke mengambil sejumput helaian indigo di kepala Hinata dan memainkannya. "Kamu aja sering banget ngedumel kalo ada stranger yang nge-chat ngajak kenalan. Ini tiba-tiba mau punya pacar?" Tanyanya dengan nada mengintimidasi, membuat Hinata membuang muka. Sasuke masih bertahan dengan memainkan helaian rambut Hinata.

Sasuke sudah diamanahi oleh Om Hiashi untuk menjaga Hinata lebih intens, apalagi semenjak Neji meneruskan perkuliahannya di Universitas Tokyo dan membuat intensitas mengantar dan menjemput Hinata menjadi sangat berkurang. Om Hiashi sepertinya sudah tahu kalau putrinya memiliki potensi untuk menggaet banyak pemuda, jadi mau tidak mau menugaskan Sasuke untuk menjaga Hinata.

"A-abisnya ..." Hinata mencicit, tidak berani menjawab.

"Apa?" 

Sasuke semakin penasaran. 

Masalahnya, Hinata itu tipe yang nggak mau kalah, jadi kalau tiba-tiba Hinata sudah ragu-ragu tidak berani membalas tatapannya seperti ini Sasuke jelas curiga. 

"Itu loh, Sas ..." Hinata menggigit bibir bawahnya, tidak berani menatap Sasuke yang menyorotnya dengan tatapan intimidasi. "Ih, pokoknya itu!" Hinata menaikan nada suaranya sambil merubah posisinya menjadi telungkup. Menyembunyikan wajahnya di paha Sasuke. 

Sasuke mendengus geli, terlebih dirasakan hidung dan bibir Hinata menempel di pahanya.  

"Iya, itu tuh apa Nat?" 

Hinata berdecak dan kembali merubah posisinya menjadi duduk berhadapan dengan Sasuke. "Ah, kamu mah nggak akan ngerti! Udah kenalin aku aja ke temenmu sih, Sas." balasnya sewot. Dengan jarak sedekat ini Hinata yakin wajah memerah gelisahnya sudah terendus oleh sahabat lelakinya itu.

Sasuke menaikan sebelah alisnya, di depannya Hinata mulai tersulut, Sasuke semakin menaruh curiga. "Nggak mau. Aku aja nggak tahu alasan kamu mendadak pengen punya pacar. Cari aja sendiri." 

"Sas!" 

Hinata yang berani menaikan nada suaranya dan menatap Sasuke dengan nyalang jelas membuat Sasuke semakin terheran. Sasuke melipat tangannya di depan dada, menunjukan gestur tidak terintimidasi dengan tatapan yang dilayangkan teman sejak kecilnya itu. Mata oniks pemuda itu memicing. "Cerita dulu. Nanti aku pikirin lagi." 

"Jadi gini ..." Hinata menghembuskan nafasnya, kemudian menatap Sasuke lagi dengan tatapan mencoba meluluhkan pemuda dingin itu. "Seminggu ini aku tuh baru sadar, kalo di antara Sakura, Ino, sama Karin cuma aku yang nggak punya pacar." Sasuke hendak memprotes, Hinata cepat-cepat menyergah. "Dengerin dulu, oke?! Muka kamu jangan nge-judge aku gitu!" 

"Fine, Nat." Sasuke menyandarkan punggungnya di sandaran divan belakang, masih tetap bersidekap dan memandang Hinata yang di depannya terlihat gelisah.

Wajah Hinata memerah, dia gugup mendapatkan tatapan intens dari Sasuke. Oh ayolah, meskipun mereka sudah bersama sejak kecil tetap saja ditatap intens oleh mata jelaga hitam dan wajah rupawan pemuda itu tetap membuat Hinata salah tingkah. Sebagai sahabat yang menemani Sasuke sejak bayi dan melihat ketampanan Sasuke sedari dulu, Hinata masih salting kalau ditatap seperti ini.

"Terus mereka tuh mulai cerita mereka sama pacarnya ngapain aja. Kan aku juga jadi kepo ya, Sas." Hinata melanjutkan dengan suara mencicit.

"Ngapain emang?" 

"Yaaaa, gitu deh. Kamu nggak usah tahu!" Hinata membuang muka, wajahnya semakin memerah.

Sasuke mendengus, menatap Hinata tidak mau kalah. "Ya udah, kamu juga jangan minta dikenalin ke temenku." 

"Ih, Sasuke jahat!" Hinata berteriak sambil memukul bahu Sasuke pelan, wajah cantiknya yang cemberut membuat jari jahil Sasuke bertengger mencubitnya gemas. 

"Makanya ceritanya yang lengkap dong. Cerita setengah-setengah gitu nyebelin tahu." 

Sasuke tertawa pelan, jemarinya menarik pinggang Hinata dan membawanya ke dalam dekapannya. Pemuda itu memposisikan tubuh Hinata berada di antara kedua pahanya dan Hinata yang membelakanginya. Jemari panjang Sasuke memeluk perut Hinata dari belakang dan menaruh kepalanya di bahu gadis itu, membuat Hinata turut menyandarkan badannya pada tubuh besar Sasuke. 

Hinata menggigit bibir dalamnya. Kalau sudah posisi nyaman seperti ini, mana bisa Hinata cerita setengah-setengah—Sasuke memang selalu bisa untuk membuatnya mengungkapkan semua hal, dengusnya dalam hati. Hinata menghela nafas. "Jadi, kemarin Sakura cerita kalau dia ciuman sama Naruto, di kamar Naruto waktu Bibi Kushina lagi ke pasar." Hinata memberanikan diri untuk melanjutkan ceritanya dengan nada pelan. Semburat merah tidak terlewat dari pipinya yang gembil. "Sakura tuh cerita yang ekspresi mukanya mupeng gitu lho. Blushing salting gemesin. Terus katanya bibir Naruto bikin nagih." 

"Jadi?" 

Hinata mendesah malas, kemudian mencubit paha Sasuke membuat pemuda itu mengaduh. 

"Ya aku kan juga mau!" 

"Kita juga udah sering ciuman, Nat." 

"Beda, Sas!" Hinata berseru sambil membalikan tubuhnya menghadap Sasuke. Mata bulatnya melotot. "Sakura tuh yang ciumannya sambil masuk-masukin lidah gitu loh. Kamu sama aku kan cuma cium-cium biasa kayak Neji cium aku." 

"Jadi, kamu pengen punya pacar buat diajak ciuman?"

"Huum!" 

Hinata di hadapannya mengangguk semangat, Sasuke membuang napasnya lelah. Gadis di depannya ini sering kali membuatnya tiba-tiba tersulut emosi. Sudah dibilang kalau Sasuke tidak pernah berpikir kalau Hinata akan memiliki kekasih, ada chat stranger saja langsung di blokir kok. Ini pula, tiba-tiba meminta pacar untuk diajak ciuman? Bagaimana Sasuke menjelaskan kepada Hinata yang polos di depannya kalau ciuman yang Sakura lakukan tidak hanya sekedar ciuman? Belum lagi terbayang apa yang akan dilakukan Neji si overprotective dan Hiashi yang memiliki sifat intervensif berlebih. Mana mau Sasuke terlibat pertempuran berdarah-darah hanya karena rasa penasaran Hinata?

Sasuke menangkupkan tangannya di pipi gembil Hinata, membuat gadis itu mem-poutkan bibirnya lucu, pemuda itu mencoba untuk mempengaruhi Hinata dan membuat gadis itu meralat rasa penasarannya. 

"Kamu mau ciuman sama orang yang baru kamu kenal?" Hinata menggelengkan kepalanya. "Kamu mau ciuman sama orang yang kamu aja nggak tau kamu suka dia atau engga?" Hinata kembali menggelengkan kepalanya.  Sasuke memberikan senyum tipisnya, dia melepaskan pipi Hinata dari jemarinya. "Nah, kamu aja nggak mau tapi kenapa pengen punya pacar. Jangan aneh-aneh deh." 

Hinata mendesah lelah, gadis itu kembali menyandarkan kepalanya di dada Sasuke dengan posisi miring, membuat kakinya menjulur di atas paha Sasuke. Pemuda itu dengan sigap merentangkan tangannya menahan punggung Hinata yang menyamping, sementara sebelah tangannya membawa sejumput rambut indigo gadis itu ke belakang telinga.  

"Tapi aku pengen ciuman doang, Sas." Hinata kembali mengeluarkan tuntutannya, kali ini bernada lirih. "Nggak susah kok." Lanjutnya dengan semakin pelan. 

Sasuke menghela nafas, kalau sudah begini mana bisa dia menolaknya. Asal tahu, Sasuke paling tidak bisa kalau Hinata sudah seperti ini. Mendaki mount Everest dan pergi ke Kilimanjaro juga Sasuke turuti kalau Hinata sudah merengek seperti ini. 

"Kalo cuma ciuman, aku juga bisa." 

Hinata mengangkat kepalanya memandang Sasuke dengan tatapan hati-hati, jarak antara wajahnya hanya berbeda beberapa senti saja, membuatnya dapat melihat ekspresi datar yang terpampang di wajah sahabatnya itu. "Kamu nggak apa-apa kalo ciuman sama aku?" 

"Ciuman doang, kan?" Sasuke membalasnya dengan mengacak poni gadis itu, menandakan dirinya tidak keberatan dengan hal yang barusan diutarakan. "Aku tuh worry kalo kamu mendadak punya pacar. Apa lagi sama orang yang aku atau Neji nggak kenal. Kalo kamu mau Gaara atau Shikamaru, kamu buang jauh-jauh deh, mereka tuh bangsat." 

Helaan napas Sasuke setelah kalimat panjang yang diucapkannya membuat Hinata tertawa kecil. "Tapi kan mereka temen kamu. Masa kamu temenan sama yang bangsat?" 

"Kamu juga polos, tapi kok kamu temenan sama Sakura yang cium-ciuman segala sama Naruto pas ditinggal Bibi Kushina?" Sasuke menjawab seraya menyentil pelan hidung bangir gadis di rengkuhannya, membuat Hinata mengaduh pelan. 

"Beda, Sas." 

"Kamu nggak usah segala nyari pacar. Kamu kalo mau ciuman ke aku aja. Kamu udah kenal aku lama, kenal keluargaku, kita bahkan sering mandi berdua waktu kecil." 

Sasuke mengatakannya seraya mengecup dahi Hinata yang tertutup poni. Biarlah setelah ini dia mati di tangan Neji atau Om Hiashi karena berani mencium Hinata, itupun kalau ketahuan kan? Dari pada Sasuke membunuh pacar Hinata yang berani melakukan perbuatan tidak senonoh dengan sahabatnya. 

Jadi, lebih baik melakukan itu dengan dirinya kan? Iya kan

"kamu emang tahu cara ciuman gimana?"

Hinata menatap Sasuke dengan tatapan polos seolah akan diberi permen, membuat Sasuke terkekeh gemas. Jemari besar pemuda itu membawa dagu Hinata mendekat ke wajahnya. Dalam waktu singkat Sasuke menempelkan bibirnya dan bibir Hinata pelan, menekannya perlahan sebelum membawa wajahnya menjauh. 

Hinata terdiam dengan rona merah tipis yang mampir di wajahnya. Matanya mengerjap perlahan dan menatap Sasuke.  

Hinata akui Sasuke dan dirinya sering kali melakukan kecupan-kecupan sederhana, mulai dari dahi, hidung, pipi, hingga bibir, tapi kalau dengan posisi intim seperti ini Hinata juga mengakui kalau dia deg-degan, apalagi sebelah tangan pria itu yang beraha di balik punggungnya dan memegang bahunya juga memberikan gelenyar aneh berdesir di perut. 

Hinata menggigit bibir dalamnya, kalau kecupan sih sudah sering, yang dia mau kali ini kan ciuman seperti Sakura. 

Hinata jadi sebal sendiri, apakah Sasuke membodohinya? Katanya tadi dia mau memberikan Hinata ciuman yang sama seperti yang Sakura lakukan dengan Naruto? Kalau ciuman seperti ini sih Hinata juga dari dulu sering melakukannya dengan Sasuke. 

Wajah gadis itu cemberut, dia kembali mencubit paha Sasuke membuat pemuda itu mengaduh. "Ciuman, Sas. Bukan cium. Sakura bilang main lidah gitu." 

Tidak dalam waktu lama, Sasuke mendekatkan wajahnya kembali ke wajah Hinata, memposisikan bibirnya dengan lembut melahap bibir pink yang dimiliki sahabatnya itu. Dengan perlahan, Sasuke menyesap bibir bawah Hinata dan sesekali membiarkan lidahnya turut serta menjilat bibir atas gadis itu. Sebelah tangannya yang menahan punggung Hinata, bergerilya dengan mengelus perlahan bahu Hinata yang tertutupi seragam sekolah. 

Sasuke merasakan tubuh gadis itu yang mulai melemas, juga dengan kedua tangan Hinata yang berada di dadanya dan menarik kaos Sasuke pelan seolah tidak ingin menjauhkan dirinya dari aksi keduanya. 

Sasuke membawa wajahnya menjauh untuk menghentikan ciumannya. Netra oniksnya dapat melihat rona merah yang menjalar di wajah Hinata dan membuatnya memerah. Napas terengah-engah Hinata membuat dadanya naik turun, Sasuke menatap dada yang masih terbungkus seragam sekolah itu yang kini terlihat seksi. 

Sialan! 

"Sas—"

Sasuke memotong ucapan Hinata dengan melahap gumpalan daging lembut dan menghisapnya dengan agak kasar, berbeda dari sebelumnya dimana dia berhati-hati karena merupakan pengalaman pertama Hinata. Jemarinya menggenggam lembut tangan Hinata, membimbingnya hingga melingkar di leher Sasuke yang kokoh

Sasuke memainkan bibir atas dan bawah Hinata, sesekali memasukan lidahnya menelusuri rongga mulut gadis itu, membuat Hinata mendesah pelan karena ada perasaan aneh yang kembali menggelitik perutnya. Perasaan itu membuat rasa panas menjalar hingga ke dada. Hinata membalas lumatan Sasuke dengan menghisap bibir atas dan bawah pemuda itu dan juga memainkan lidahnya untuk bergelung manja dengan lidah Sasuke. 

Decakan ciuman membuat suasana terdengar erotis, apalagi Sasuke kini merebahkan tubuh Hinata di atas ranjangnya dan menindihnya, hingga posisi dirinya berada di atas tubuh Hinata. Tidak dipungkiri bahwa melihat Hinata yang sesekali mendesah karena kelakuannya membuat sesuatu di bawah sana terbangun. 

Sebelah tangan Sasuke menyingkap seragam sekolah gadis itu dan membuat jemarinya bergerilya di atas perut rata Hinata, dielusnya pelan kulit halus tersebut membuat gadis itu sesekali mengeluarkan suara halus yang mendorong hasratnya untuk dipuaskan. Sasuke membawa jemarinya bermain di sana dengan gerakan memutar. Pemuda itu mendesis tipis merasakan miliknya di bawah sana mulai terasa sesak, boxer yang dipakainya meminta untuk dilepas. 

Sasuke melepaskan ciumannya, dia menempelkan dahinya di dahi Hinata yang tertutup poni. Napasnya memburu, onyxnya dapat melihat amethyst di bawahnya yang menatapnya dengan tatapan sayu, dengan jarak yang begitu intim, Sasuke dapat merasakan naik turun dada Hinata yang menempel di dadanya. Kedua tangan gadis itu masih melingkari leher Sasuke, dielusnya pelan tengkuk pemuda itu, membuat Sasuke merasakan romanya meremang. 

Sasuke membiarkan jemarinya mengelus pelan pipi gembil sahabatnya. "Jadi gimana rasanya?" 

"Bikin deg-degan, Sas. Muka aku panas banget. Kamu denger detak jantung aku nggak? Kenceng banget." 

Sasuke terkekeh pelan dan mengecupi dahi, pipi, dan hidung Hinata bergantian, sebelum membawa tubuhnya menjauh dari Hinata dan merubah posisinya menjadi duduk. 

Meskipun Sasuke tidak mau mengakui, tapi sensasi yang dirasakannya dengan ciuman dengan Hinata membuat jantungnya berdebar juga. Apalagi litter junior saskey di bawah sana mulai memberontak. Sasuke harus pintar-pintar mengendalikan diri sebelum lebih jauh menggerayangi sahabatnya, dan membuatnya harus mendekam di peti mati karena dihabisi Neji atau Hiashi. 

"Nah, udah kan?" Suara Sasuke kembali terdengar. Hinata masih dengan posisi terlentangnya dan menatap langit-langit kamar Sasuke. Jantungnya berdegup dengan kencang seolah bersiap melompat dari posisinya. Seluruh badannya memanas dan jangan lupakan rasa geli yang sempat hinggap di perut hingga dadanya. "Sana balik ke rumahmu." 

Hinata turut mendudukan dirinya di depan Sasuke, setelah itu merapikan seragamnya yang tadi sempat disingkap oleh pemuda itu. 

"Sas ..." 

Hinata menatap onyx di depannya dengan tatapan tanpa kedip, membuat Sasuke menaikan sebelah alisnya penasaran, lebih-lebih Hinata yang kini menatapnya dengan serius. Sasuke deg-degan juga kalau tiba-tiba Hinata merasa dilecehkan dan melaporkan perbuatannya ke Hiashi, selain persahabatan yang berakhir, berakhir juga hidupnya. 

"Hn."

"Mau lagi." 

Bangsat!

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Hook Up?
4
0
Karin bilang selama mereka sekamar, Suigetsu tiap tidur peluk Karin. So sweet banget deh, aku kan jadi iri. Bentar, gimana katanya?Nah, terus di malam terakhir ternyata Suigetsu ga cuma peluk Karin. Karin bilang dia foreplay sampe keluar. Aku tuh kepo kan foreplay tuh apa? Keluar tuh maksudnya apa sih yang keluar? Nah, Karin cuma ketawa pas aku tanya, dia bilang foreplay sama keluar itu cuma bisa aku lakuin sama pacarku aja. Aku juga kan tadi tanya, bisa ngga aku sama Sasuke, eh Karin cuma ketawa. Karin bangsat! Kenapa Hinata yang polos bin unyu ini bisa-bisanya berteman dengan sundal macam Sakura dan Karin sampai membuat Hinata jadi tercemar dengan pertanyaan yang aneh-aneh begini sih?! Apa tadi katanya? Foreplay? Foreplay yang itu?! Peduli bangsat mau Karin foreplay atau having sex sekalian, tapi kenapa harus cerita ke Hinata?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan