Hook Up?

4
0
Deskripsi

"Karin bilang selama mereka sekamar, Suigetsu tiap tidur peluk Karin. So sweet banget deh, aku kan jadi iri." 

Bentar, gimana katanya?

"Nah, terus di malam terakhir ternyata Suigetsu ga cuma peluk Karin. Karin bilang dia foreplay sampe keluar. Aku tuh kepo kan foreplay tuh apa? Keluar tuh maksudnya apa sih yang keluar? Nah, Karin cuma ketawa pas aku tanya, dia bilang foreplay sama keluar itu cuma bisa aku lakuin sama pacarku aja. Aku juga kan tadi tanya, bisa ngga aku sama Sasuke, eh Karin cuma ketawa." ...

Bel sudah berbunyi sepuluh menit lalu dan Hinata and the genk masih sibuk tertawa dengan celotehan dari Karin. Teman-teman mereka yang lain sudah meninggalkan kelas, dan Hinata sadar untuk beranjak saat melihat jam sudah menunjuk pukul setengah lima sore, di mana sebentar lagi Sasuke akan selesai ekskulikuler basket yang diikutinya. 

Hinata sedang memasukan buku-bukunya saat bahunya ditepuk-tepuk gemas oleh Karin, gadis berambut merah keturunan Uzumaki yang merupakan salah satu teman baik Hinata selain Sakura. Hinata memberikan respon dengan mengangkat sebelah alisnya menatap Karin. 

"Nat, kamu udah ditungguin Sasuke tuh." Karin mengidikan kepalanya ke ambang pintu, Ada Sasuke di sana yang tengah bersidekap sambil memandang Hinata dengan tatapan datar. Sepertinya melihat Karin yang sampai notice Sasuke di sana, Sasuke sudah lama berdiri dan menunggunya tanpa mengatakan apapun.

Hinata memberikan senyumannya pada Karin. "Okay, makasih Karin." Dia juga melambai pada Sasuke dan setelah itu melambai pada Sakura, Ino, dan Karin yang masih ada di kelas sedang membereskan buku ke tas. "Aku pulang duluan ya. Bye!" 

Hinata pulang dengan menaiki motor besar Sasuke yang membelah jalanan Tokyo. Gadis itu mendekatkan wajahnya mendekati telinga Sasuke yang tertutup helm, "Sas, boleh mampir jajan mochi nggak?" Katanya dengan suara yang lebih mirip teriakan agar tidak teredam deru motor dan angin.

"Toko biasa?" 

Sasuke merasakan anggukan pelan di punggungnya, Hinata telah menyandarkan kepalanya ke punggung Sasuke yang lebar. Menikmati angin malam yang tidak terlalu menusuk karena pemuda di pelukannya dengan suka rela memberikan jaketnya untuk dipakai Hinata, sementara pemuda itu sendiri hanya memakai seragam sekolahnya saja. 

*****

Hinata duduk di karpet kamar Sasuke seraya mengunyah mochi yang dibelinya di toko Paman Asuna. Sejak Hinata suka makanan manis, dia sudah menjelajah banyak toko kue dan menemukan toko Paman Asuna adalah salah satu terbaik di lidahnya, bukan lidah Sasuke karena pemuda itu tidak suka makanan manis. Ngomong-ngomong lidah, Sasuke bilang sepertinya akhir-akhir ini menyukai manis, apalagi manis yang berasal dari mulut Hinata setiap berciuman, seperti tadi. 

Wajah Hinata memerah, Sasuke yang melihatnya mengernyitkan alisnya heran. 

Sasuke menyeka rambutnya yang basah menggunakan handuk sementara seragamnya sudah berganti menjadi kaos hitam dan celana boxer pendek dengan gambar batman. Apa yang akan dikatakan penggemar Sasuke ya kalau tahu Sasuke yang cool ini sangat menggemaskan dengan boxer batman?

Biasanya setelah Sasuke selesai mandi, Hinata akan langsung memakai kamar mandi selepas Sasuke, katanya kalau Sasuke duluan yang mandi kamar mandinya jadi hangat dan lebih wangi. Terlalu seringnya Hinata ada di kediaman Uchiha membuat Ibu Mikoto tercinta menyempilkan beberapa gaun tidur dan piyama Hinata di lemari Sasuke, dan urusan kamar tidur biarlah Hinata tidur berbaringan dengan Sasuke sehingga Ibu Mikoto mengganti ranjang single Sasuke menjadi queen size

Kalau begini katanya, bagaimana Hinata tidak menganggap Bibi Mikoto sebagai wanita kedua favorit Hinata di hidupnya? Kalau sekarang Hinata minta membeli set perhiasan senilai jutaan Yen di Tokyo Mall, Hinata juga yakin Bibi Mikoto hanya akan tertawa singkat dan melambaikan tangannya sambil berkata kalau itu hal kecil, jangan lupa kalau Bibi Mikoto juga diberikan unlimited credit card dari Paman Fugaku.

Hinata meraih tisu di atas nakas dan mengelap tangannya yang habis mencomot mochi, kemudian beralih duduk di atas kasur ketika Sasuke sudah duduk di sana duluan. Hinata tanpa ragu mengambil hair dryer yang ada di laci nakas dan membiarkan angin hangat menerpa kepala Sasuke yang masih berambut lembab. 

"Sas, kayaknya aku pengen punya pacar aja deh." Hinata membuka percakapan dengan nada ringan.

Sasuke yang mendengarnya mulai siaga. Waduh, apalagi nih? 

"Kenapa lagi?" 

"Aku minggu lalu cerita kan kalo Karin pergi ke Paris. Ternyata yang pergi nggak cuma Karin, tapi pacarnya juga ikut." 

"Terus?" 

"Hmm ... gitu deh. Aku malu bilangnya, Sas. Kamu nggak bisa baca pikiran aku ya?"

"Kamu nggak malu tuh minta pacar ke aku." 

"Ih!" 

Sasuke bisa merasakan cubitan gemas menyarang di pinggangnya membuat Sasuke tertawa kecil.  

Sasuke sebenarnya sedikit was-was teringat minggu lalu di mana akhirnya mereka berciuman panas hingga berkali-kali Sasuke kewalahan dengan hormon masa mudanya yang memberontak minta dipuaskan. Hooo, tentu saja Sasuke menahannya dengan baik meskipun pada akhirnya lagi-lagi akan menyerang bibir Hinata di manapun kegemasan Hinata terpantau olehnya. Meskipun Abang Neji tercinta sempat notice kalau bibir Hinata bengkak, nampaknya Sasuke masih belum mau menyudahi hobi barunya itu. 

Hening terdengar cukup lama, hanya suara bising hair dryer di antara mereka sampai Hinata mematikan alat itu dan kembali menaruhnya di laci nakas. 

Sasuke langsung merebahkan kepalanya dengan berbantal paha Hinata yang masih terbalut rok seragam. Matanya terpejam merasakan elusan lembut di surai gelapnya meskipun sudah tidak lagi dikeringkan. Begitu menenangkan. Sasuke sebenarnya tidak mau berburuk sangka, tapi firasatnya selalu tepat. Biasanya kalau menenangkan begini, suka ada badai mendekat.

"Sas, tadi tuh Karin cerita. Selama di Paris, dia sekamar sama pacarnya. Kan aku ngerasa kayak, orang tuanya open minded banget."

Tuh kan!

"Kamu juga setiap trip sekamar sama aku kok." 

"Beda, ih!"

Sasuke menghela napas lelah kemudian membuka kelopak matanya menatap wajah Hinata dari posisi yang masih terlentang. "Apa bedanya, Nat? Karin sama kamu sama-sama cewek, aku sama pacarnya Karin juga sama-sama cowok. Pacarnya Karin emang cewek?" 

Hinata menggeleng cepat. "Cowok kok!"

"Nah, apa bedanya?" 

"Karin sama pacarnya, aku sama kamu." 

"Hn." 

"Karin bilang selama mereka sekamar, Suigetsu tiap tidur peluk Karin. So sweet banget deh, aku kan jadi iri." 

Bentar, gimana katanya?

"Kamu tiap tidur juga aku peluk, Nat. Nggak cuma tiap tidur, tiap mati lampu, tiap hujan, tiap kamu kedinginan, kayaknya lebih banyak kamu dipelukin aku tapi kamu nggak pernah bilang aku so sweet." 

"Ih, beda Sas!" 

Sasuke mendesah lelah dan berganti posisi menjadi duduk berhadapan dengan Hinata, kini mata sepekat malam itu memicing menatap gadis di depannya yang lagi-lagi gugup seolah diintimidasi. "Oke, lanjut?" 

"Nah, terus di malam terakhir ternyata Suigetsu ga cuma peluk Karin. Karin bilang dia foreplay sampe keluar. Aku tuh kepo kan foreplay tuh apa? Keluar tuh maksudnya apa sih yang keluar? Nah, Karin cuma ketawa pas aku tanya, dia bilang foreplay sama keluar itu cuma bisa aku lakuin sama pacarku aja. Aku juga kan tadi tanya, bisa ngga aku sama Sasuke, eh Karin cuma ketawa." 

Karin bangsat! 

Kenapa Hinata yang polos bin unyu ini bisa-bisanya berteman dengan sundal macam Sakura dan Karin sampai membuat Hinata jadi tercemar dengan pertanyaan yang aneh-aneh begini sih?! Apa tadi katanya? Foreplay? Foreplay yang itu?! Peduli bangsat mau Karin foreplay atau having sex sekalian, tapi kenapa harus cerita ke Hinata? 

Sasuke kalau sudah begini deg-degan juga, apalagi di depannya Hinata sudah menatapnya dengan penuh harap seolah bisa melakukan seperti permintaan terakhir Hinata tentang ciuman. Tapi masalahnya tidak se-simpel ciuman yang cup cup selesai, ini foreplay dan Sasuke harus meraba-raba badan Hinata sampai keluar dong?! 

Sasuke berteriak dalam hati. Kalau sudah sampai ke situ, jangan harap Hiashi dan Neji tidak akan memotong batangnya, kalau Ibu Mikoto pastinya senang-senang saja karena sudah lama mengharapkan Hinata jadi menantu Uchiha. Mau Itachi atau Sasuke, selama itu Hinata, Mikoto sih lapang dada. 

"Sas!" Hinata melambaikan tangannya di depan wajah Sasuke. "Aku cerita kok malah bengong!" 

Sasuke kembali mendesah, kemudian membenamkan wajahnya di paha Hinata dengan frustasi.

Sebenarnya Sasuke juga happy kok kalau sampai beneran nganu dengan Hinata, beneran! Mana mungkin dia sok alim menolak gadis Hyuuga kelewat montok yang ada di depannya. Sasuke mungkin tidak puber terang-terangan seperti Suigetsu atau Sai yang sudah nananinu dengan pasangannya, tapi dia kalau lagi pingin juga suka menonton video porno yang ada di laptop Abang Itachi kok! 

Hinata menarik bahu Sasuke menjauh dari pahanya dan menatap langsung mata Sasuke dengan tatapan serius. "Aku diketawain Karin, Sas! Aku juga kepo foreplay sama keluar tuh apa maksudnya? Kamu ngerti nggak perasaan aku sekarang ini?!" 

"Nat, denger." Sasuke melepaskan tangan Hinata yang ada di bahunya, kemudian menggenggam jemari Hinata lembut. Demi Dewa Jashin yang disembah teman Itachi, Sasuke merasa mulutnya tergelitik karena mengatakan ini seolah membeberkan rahasia porno yang dia miliki. "Foreplay sama 'keluar' yang dimaksud Karin itu nggak bisa sembarangan dilakuin. Kamu belum mateng?"

"Tapi kamu tahu foreplay sama keluar yang dimaksud Karin itu apa?" Hinata menatap Sasuke dengan tatapan tidak percaya saat Sasuke mengangguk, seolah dia merasa dibodohi satu dunia. "Kamu tahu, Sakura sama Ino juga tahu, kok cuma aku yang nggak tahu Sas?! Emang aku nggak boleh tahu ya? Cuma kalian aja yang boleh tahu?" 

"Bukan gitu, Nat. Aku bingung gimana cara jelasinnya." Sasuke mengacak surainya frustasi. Karin bangsat, awas saja besok! "Gini, kamu belajar biologi kan di kelas satu? Nah, kamu inget bab orgasme nggak?"

"Sas, kamu tuh jangan ajarin aku teori ya. Aku tuh peringkat dua pararel, cuma satu peringkat di bawah kamu. Nilai kita juga ga beda jauh. Aku tuh mau ngerasain feelnya, bukan teorinya." 

Kalau Sasuke bisa berteriak sekencang mungkin tanpa menimbulkan lemparan wajan dari Ibu Mikoto tercinta rasanya akan Sasuke lakukan. Jujur saja, Sasuke ingin menangis dengan yang baru saja dia dengar. 

Baik, kalau cuma sekedar ciuman, Sasuke masih sukarela memastikan Hinata untuk mendapatkan pengalaman pertamanya dengan baik tanpa menjamah lebih jauh. Hinata adalah gadis polos yang Sasuke dan Neji jaga sepenuh hati, bagaimana bisa tiba-tiba Sasuke mengatakan; 'Iya, ayo kita foreplay sampai kamu keluar.' 

Sudut mata Sasuke berkedut, mencari opsi lain atau bagaimana cara menyingkirkan ingin foreplay foreplay itu dari pikiran Hinatanya yang unyu.  

"Nat, aku nggak bisa bantu. Sorry banget." 

Hinata cemberut. "Ya udah kalo gitu cariin aku pacar!" 

"Nggak bisa, Nat. Pacarmu nanti dibunuh Neji, kalo tahu dia ngapa-ngapain kamu!" 

"Ya kamu jangan bilang Neji dong!" 

"Oke aku ralat! Pacarmu nanti dibunuh aku kalo kamu diapa-apain sama dia." 

"Kamu jahat banget deh." Hinata hampir terisak, tapi Sasuke keburu mengabur menarik Hinata dalam rengkuhannya yang hangat seraya mengecupi lembut puncak rambut gadis itu yang harum. "Padahal kan aku cuma pengen tahu yang dirasain Karin." tambahnya dengan lirih. 

Sasuke masih mengecupi Hinata dengan tangan yang mengelus punggung gadis itu yang bergetar. Hinata dan rasa penasarannya memang tidak bisa dianggap sepele, itulah yang membuat Hinata berhasil mendapatkan juara pararel setiap tahun di bawah namanya. Tapi bukan penasaran semacam ini juga dong!

Hinata mendorong dada Sasuke yang masih memeluknya. Kemudian beranjak cepat dari kasur dan mengambil tasnya dengan berjingkat melangkah keluar kamar. 

"Aku mau pulang!" 

"Nat!" 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Do?
7
0
Tapi nggak dengan Akasuna Sasori, Nat. Aku bisa kasih kamu cowok yang lebih baik dari dia, aku harus seleksi dulu cowok yang deketin kamu. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Hinata mengadahkan kepalanya, menatap Sasuke dalam-dalam. Melihat pancaran oniks yang menatapnya dengan lembut. Kenapa nggak kamu aja sih, Sas? Hinata dapat melihat bola mata Sasuke yang membulat, sepertinya dia terkejut. Dia juga sejujurnya terkejut, tapi kepalang basah. Jadi, Hinata menelan ludahnya sebelum melanjutkan ucapannya dengan nada lirih. Kepalang basah. Kamu nggak mau aku sama Sasori, kamu nggak mau aku diapa-apain cowok lain, calon pacarku bahkan harus diseleksi dulu sama kamu. Kenapa nggak kamu aja?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan