BAB 07 - SHANGHAI LOVE SONATA

0
0
Deskripsi

"Aku tidak tahu apakah saat ini aku harus senang atau tidak, Sandra. Semua pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Felix kepadaku, membuat hatiku telah mati."

SLS.07 HATIKU TELAH MATI

 

 

 

 


EMILY YANG

 


"Emily... Sangat malang nasibmu. Kenapa nasibmu yang begitu baik bisa berubah menjadi buruk hanya dalam waktu sekejap?"


Saat pandanganku begitu gelap, samar-samar aku mendengar suara seorang wanita yang begitu familiar di telingaku. Aku tidak tahu pasti suara siapa yang menyebutkan namaku itu. Sehingga aku yang merasa penasaran menggerakan kelopak mataku dengan paksa yang rasanya sudah cukup lama tertutup. Namun setelah mataku terbuka, kepalaku terasa begitu sakit seperti hendak pecah. Sambil memegang kepala yang terasa sakit di dalam hati aku bertanya, ada apa denganku? Kenapa kepalaku terasa begitu sakit?

 

Aku yang baru saja membuka mata menoleh ke sekitar. Terlihat suasana ruangan di sekitarku berwarna putih dan terasa sepi. Kemudian aku melirik ke samping, terlihat sebuah selang infuse tersambung ke salah satu tanganku yang kini terasa sedikit kaku. Dalam waktu bersamaan aku menyadari bahwa saat ini aku tengah berada di rumah sakit dalam keadaan yang tak berdaya. Dan kejadian buruk kemarin saat seorang wanita paruh baya hendak mencekik dan membunuhku pun kembali muncul dalam ingatanku.


"Akhirnya kamu sadarkan diri, Emily." Aku kembali mendengar suara familiar yang sama dengan saat mataku masih terpejam dari salah satu sudut ruangan.


Spontan aku menoleh ke arah dari mana suara itu berasal, terlihat sahabatku Sandra Zhang tersenyum tipis padaku sambil melangkah ke arahku. Dengan wajah kaget aku bersuara, "San..."


"Ya, ini aku. Kenapa kamu menatapku dengan wajah kaget seperti itu, Emily?"


Aku yang masih merasakan sakit kepala dan tidak menyangka dengan kehadiran Sandra Zhang di ruangan ini, berusaha bangkit dari pembaringanku. Namun Sandra Zhang yang kini telah berdiri di samping tempat tidurku, dengan segera membantuku untuk duduk sembari berkata, "Keadaanmu masih lemah. Kenapa harus dipaksakan untuk duduk?"


"Terlalu lama berbaring membuatku merasa lelah, Sandra. Jadi lebih baik aku duduk agar aku merasa bahwa aku masih hidup."


"Hehehe... Tentu saja kamu masih hidup. Jika tidak, saat ini aku sudah menangis di pemakamanmu."


"Bagaimana bisa kamu ada di sini, Sandra?" Aku kembali bertanya kepada Sandra Zhang setelah duduk dengan baik di atas tempat tidur pasien.


"Kemarin sepulang aku bekerja dan melewati rumahmu, aku melihat ada beberapa orang polisi yang datang dan ingin bertemu dengan orang tuamu. Aku yang tahu bahwa kedua orang tuamu tengah berada di rumah sakit menghampiri mereka, lalu menanyakan tujuan kedatangan mereka. Di situlah aku mengetahui bahwa kamu telah ditangkap oleh polisi karena melakukan tindakan penganiayaan. Karena semalam aku juga harus mengurus ibuku, jadi aku baru sempat datang ke kantor polisi pada pagi tadi."


"Sekarang ini statusku adalah seorang tersangka penganiayaan. Mestinya polisi menjagaku dengan ketat. Bagaimana bisa kamu memasuki ruangan ini, Sandra?"


Sambil bergerak menduduki kursi yang ada di samping tempat tidur pasien ia menjawab, "Beberapa orang polisi sedang berjaga di luar. Aku sudah meminta izin kepada polisi yang bertugas untuk mengunjungimu sebagai perwakilan dari keluarga. Dan mereka mengizinkanku di sini hanya selama 30 menit. Awalnya aku merasa kaget mengetahui bahwa dirimu dicekik dan hampir saja dibunuh oleh wanita paruh baya saat melakukan pemeriksaan. Saat mengetahuinya aku sangat mengkhawatirkanmu. Untungnya setelah beberapa menit berada di sini, akhirnya kamu sadarkan diri. Aku merasa lega bisa bertemu denganmu."


"Sejak kapan kamu di sini, Sandra?"


"Sejak beberapa menit yang lalu, Emily." Sandra Zhang terdiam beberapa saat dan kembali berkata, "Oh iya, Emily. Aku merasa begitu kaget saat aku mendengar berita bahwa kamu ditangkap oleh polisi kemarin. Aku tidak menyangka kamu memiliki nyali begitu besar. Wanita yang selama ini terlihat lembut sepertimu, tenyata juga sangat berani memukuli suamimu sendiri dan atasannya hingga mereka berdua terluka."


Dengan wajah acuh tak acuh aku menjawab, "Apapun akan dilakukan untuk melampiaskan rasa sakit hati, San."


"Ceritakan padaku, bagaimana bisa kamu melakukannya? Apa yang terjadi hingga kamu memukuli Felix dan atasannya? Apa kamu memergoki mereka berselingkuh?" Sandra Zhang bertanya padaku dengan wajah penasaran.


Mendengar pertanyaan Sandra Zhang yang menanyakan tentang pasangan kotor yang sangat aku benci itu, membuat rasa sakit kembali muncul di hatiku. Sehingga aku yang tidak ingin membahas kejadian buruk dua hari yang lalu, mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keadaan kedua orang tuaku. "Sandra, apa kamu tahu keadaan ayahku sekarang? Apa kondisi beliau memburuk hingga kembali masuk rumah sakit?"


"Kondisi ayahmu sudah membaik. Kemarin kondisi beliau sempat melemah, tapi tidak selemah waktu beliau masuk rumah sakit sebelumnya. Aku dengar dari ibumu, beliau akan keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah sore ini."


"Apa kedua orang tuaku tahu bahwa aku saat ini di rumah sakit?"


"Tidak."


"Apa beliau tahu bahwa aku sedang berurusan dengan polisi karena kasus penganiayaan?"


"Untuk hal itu... Ibumu tahu, Emily. Tapi tidak dengan ayahmu. Sebelum pergi ke kantor polisi, aku mendatangi beliau yang masih di rumah sakit dan memberi tahu beliau. Ibumu dengan sengaja tidak memberi tahu ayahmu agar beliau tidak terlalu mengkhawatirkanmu. Ayahmu masih dalam tahap penyembuhan. Jika beliau mengetahui kasusmu, pastinya beliau akan merasa sangat kaget. Ibumu sangat takut jika kondisi ayahmu memburuk jika mengetahui ini semua."


"Lalu bagaimana dengan ibuku? Aku berharap beliau tidak membenciku karena aku telah membuat malu keluargaku."


Sandra Zhang tersenyum tipis padaku sambil meraih salah satu tanganku yang terbebas dari selang infuse. Sambil menggengam tanganku erat ia berkata, "Ibumu sangat mempercayaimu, Emily. Begitu juga denganku. Meski di luar sana orang tengah membicarakan hal buruk tentangmu, namun kami sangat percaya bahwa kamu tidak seburuk yang mereka katakan. Kami percaya bahwa kamu masih sama seperti Emily yang dulu, wanita yang sangat baik dan menyayangi keluarganya."


Aku tersenyum pahit kepada Sandra Zhang yang masih menggenggam tanganku seolah sedang menguatkanku. Namun mengingat apa yang telah aku lakukan kepada Felix Tan dan Yuna Ye selingkuhannya, aku merasa tidak pantas dengan pandangan itu. Dengan suara rendah aku berkata, "Aku tidak seperti yang kamu pikirkan, Sandra. Jika banyak orang yang membicarakan hal buruk tentangku di luar sana, aku rasa itu benar. Aku telah melakukan hal buruk dan sebentar lagi aku akan dipenjara untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah aku lakukan."


"Tidak ada manusia yang sempurna, Emily. Setiap manusia yang ada di bumi ini pasti pernah melakukan hal buruk, termasuk aku. Mungkin di mata orang lain kini kamu terlihat buruk. Itu dikarenakan mereka yang tidak mengenalmu dan tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sebagai salah satu orang terdekatmu dan sangat mengenalmu, bahkan lebih dulu dibanding suamimu, aku yakin kamu memiliki alasan hingga berani melakukan itu semua."


Aku hanya diam tanpa menanggapi ucapan Sandra Zhang. Tanpa perlu menanggapinya, diamku sudah mengisyaratkan bahwa aku membenarkan ucapannya. Ia sangat mengenal diriku, jauh lebih dulu dibanding Felix Tan yang beberapa tahun terakhir menjadi suamiku. Pastinya ia sangat tahu bagaimana sifatku. Selama ini aku bukanlah orang yang menyukai pertengkaran. Bahkan aku selalu mengalah kepada siapa pun untuk menghindari keributan. Namun kejadian dua hari lalu di kantor Felix Tan adalah perwujudan dari kekecewaan dan kemarahanku terhadap suamiku yang telah mengkhianatiku. Karena sebagai wanita yang tulus mencintainya, aku tidak pernah ingin rasa cinta itu dibagi. Dulu ia mengatakan bahwa ia sangat mencintaiku dan tidak akan pernah meninggalkanku apapun yang terjadi. Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang ia katakan. Pengkhianatan cinta yang telah ia lakukan terhadapku, membuat hatiku mati dan tidak percaya lagi dengan cinta.

post-image-669ff0964824b.jpg


Saat aku terdiam sambil menatapnya, Sandra Zhang yang masih mengganggam tanganku menatapku dalam. Kemudian ia kembali bersuara, "Katakan padaku Emily, apa yang sebenarnya telah terjadi?"


"Menurutmu, apa yang membuatku melakukan hal yang sebrutal itu?"


Sandra Zhang terdiam beberapa saat lalu bertanya, "Apakah ia telah mengkhianati cintamu, Emily?"


Dengan senyum pahit aku menjawab, "Ya, ia telah mengkhianatiku. Selama ini aku sangat tulus mencintainya, namun ia malah mengkhianatiku. Selama ini telah membohongiku dengan berbagai alasan hingga ia selalu memiliki banyak waktu di luar. Namun nyatanya ia memiliki wanita lain di luar sana. Bahkan tanpa sepengetahuanku ia telah menikah dengan atasannya Yuna Ye."


"Menikah dengan atasannya? Sejak kapan, Emily?" Sandra Zhang bertanya dengan wajah kaget bercampur penasaran.


"Aku tidak tahu pasti sejak kapan mereka menjadi sepasang suami istri, Sandra. Namun saat aku memergoki mereka yang sedang bercinta di kantor mereka, aku melihat Yuna Ye tengah hamil besar."


"Apa selama ini kamu tidak mencurigai sikap suamimu?"


"Bagaimana bisa aku bisa mencurigainya, Sandra? Setiap ia bersamaku, ia selalu memperlakukanku dengan baik. Bahkan sangat baik seolah aku adalah satu-satunya wanita yang ada di hatinya. Hanya saja akhir-akhir ini ia mengatakan bahwa ia sedang sibuk hingga memiliki sedikit waktu luang untukku. Ditambah lagi selama ini ia selalu bekerja kerasa untuk kariernya, serta statusnya yang merupakan bawahan dari Yuna Ye, membuatku sulit untuk mencurigai mereka. Status mereka membuat mereka dengan leluasa bisa bersama."


Sandra Zhang terdiam beberapa saat lalu berkata, "Sebenarnya aku tidak menyangka Felix akan mengkhianatimu seperti ini, Emily. Karena selama ini yang aku lihat ia sangat mencintaimu. Tapi hati dan pikiran manusia memang sangat mudah berubah, Sekarang mengatakan cinta, tidak tahu bagaimana beberapa saat setelahnya. Setelah mengetahui semua keburukannya, apa kamu akan memaafkan Felix yang telah menkhianatimu, Emily?"


"Aku rasa tidak ada maaf untuknya, Sandra. Setelah ia mengkhianatiku dan menyakiti perasaanku begitu dalam, memaafkannya adalah sebuah kesakalahan dan kebodohan. Semenjak aku mengetahui bahwa hatinya bukanlah untukku, hatiku juga tidak lagi untuknya. Bahkan saat ini aku rasa hatiku telah mati."


TOK! TOK! TOK!
Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba aku dan Sandra Zhang mendengar suara ketukan pintu dari luar ruangan. Spontan kami berdua menoleh ke arah pintu yang kini telah terbuka. Terlihat sekelompok orang yang terdiri dari beberapa orang tenaga medis dan juga polisi berjalan memasuki ruang inapku. Seorang dokter dan beberapa orang perawat melangkah menghampiriku yang tengah duduk di atas tempat tidur pasien. Sedangkan beberapa orang polisi yang masuk bersama mereka melangkah ke salah satu sudut ruangan. Sambil berjalan menghampiriku, sang dokter yang berjalan di depan tenaga medis lainnya berkata, "Permisi, Nyonya. Maaf telah mengganggu waktu istirahatnya. Kami datang kemari untuk melakukan pemeriksaan terhadap Nyonya."


"Baik. Silahkan, Dok." Aku menjawab sambil menganggukan kepala dengan perlahan saat sang dokter telah berdiri di sampingku. Sedangkan Sandra Zhang yang dari tadi bersamaku, bergerak bangkit dari kursi yang ia duduki lalu menjauh dariku untuk memberi ruang pada dokter dan perawat yang akan memeriksa kesehatanku.


Sang dokter memeriksaku beberapa saat. Setelah memeriksa kondisiku yang masih terasa lemah, sambil melepaskan stethoscope dari telinganya ia berkata, "Aku merasa senang karena kondisi Nyonya semakin membaik. Aku juga merasa senang akhirnya Nyonya bangun setelah cukup lama tak sadarkan diri. Meski nantinya Nyonya ditahan di dalam sel, Nyonya harus banyak istirahat. Nyonya juga harus bisa mengatur emosi Nyonya agar tidak mengalami stress. Meski keadaan mental dan suasana hati cukup buruk, Nyonya harus memperhatikan kesehatan janin Nyonya."


Seketika aku merasa kaget mendengar ucapan sang dokter yang terdengar begitu serius. Kata 'janin' yang baru saja ia ucapkan juga membuatku bertanya dalam hati, apa aku tidak salah dengar? Mungkinkah ada janin di dalam rahimku saat ini?


Dengan penuh rasa tak percaya dan dengan wajah penasaran aku bertanya, "Apakah maksud Dokter saat ini aku sedang hamil?"


"Ya. Benar, Nyonya. Dari hasil pemeriksaan, saat ini Nyonya tengah hamil 8 minggu. Masih sangat muda dan belum kuat. Jadi aku minta Nyonya bisa mengatur emosi dan tidak stress agar janin yang ada di dalam tetap sehat. Nanti aku juga akan meminta pihak polisi untuk memberikan makanan yang bernutrisi dan cocok untuk ibu hamil kepada Nyonya. Agar Nyonya dan calon bayi tetap sehat selama menjalani masa tahanan."


Aku tertegun dan duduk dengan tubuh mematung mendengar ucapan sang dokter. Aku tidak tahu apakah saat ini aku harus bahagia atau tidak mendengar berita kehamilanku. Jika keadaan rumah tanggaku masih baik-baik saja seperti dulu, mungkin aku akan merasa sangat bahagia. Karena ini memang hal yang sudah lama aku dan Felix Tan nantikan. Namun saat ini keadaan sudah berbeda. Rumah tanggaku dan Felix Tan tidak hanya hancur karena orang ketiga, tapi saat ini aku juga sedang mendekam di penjara. Mungkinkah aku bisa menjaga calon bayiku dengan baik hingga waktu kelahirannya tiba? Lalu siapa yang akan menjaganya nanti jika aku masih mendekam di penjara?


Saat aku termenung dan larut dalam pemikiranku sendiri, sang dokter yang memeriksaku kembali bersuara, "Nyonya, untuk vitamin dan resep obat, semuanya akan di urus oleh suster atas izin pihak polisi bertugas. Jangan lupa untuk selalu meminum vitamin yang obat yang aku resepkan agar kondisi Nyonya segera membaik."


"Baik, Dok."


Sambil tersenyum tipis padaku sang dokter berkata, "Kalau begitu aku permisi dulu. Semoga kondisi Nyonya segera lebih baik dari yang sekarang."


"Terima kasih, Dok."


Sang dokter hanya menganggukan kepala menanggapi ucapanku. Kemudian ia berlalu pergi keluar ruanganku bersama para perawat dan beberapa orang polisi yang sedang berjaga. Saat salah seorang polisi itu berada di luar ruang dan hendak menutup pintu, ia menoleh ke arah Sandra Zhang yang kini kembali ke sampingku sembari berkata, "Nona, waktumu tinggal 10 menit lagi."


"Baik."


Setelah pintu ruang inapku tertutup, Sandra Zhang pun berkata, "Selamat atas kehamilanmu, Emily."


Aku hanya diam tanpa menanggapi ucapan Sandra Zhang yang terlihat begitu senang. Melihatku yang hanya diam tanpa menanggapi ucapannya, Sandra Zhang kembali bersuara, "Emily, kenapa kamu terlihat murung? Apakah kamu tidak merasa senang?"


"Aku tidak tahu apakah saat ini aku harus senang atau tidak, Sandra. Semua pengkhianatan yang telah dilakukan oleh Felix kepadaku, membuat hatiku telah mati."

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya BAB 08 - SHANGHAI LOVE SONATA
0
0
Sejak awal bertemu kembali dengan Emily Yang  aku yang begitu mencintainya dan sulit untuk melepaskannya tidak sanggup menatap wajahnya. Bahkan setelah ia menandatangani surat perceraian yang aku bawa saat menemuinya, aku masih tidak sanggup menatapnya sebagai tanda perpisahan. Aku memilih untuk tidak banyak bicara dan tidak melakukan kontak mata dengannya, agar tidak ada rasa bersalah di hatiku melihatnya yang mungkin saja terluka. Bahkan aku berharap tidak akan ada air mata dalam perpisahan ini. Namun sayang, air mataku sempat menetes di pipi saat aku melangkah keluar ruang besuk setelah melihat keadaannya yang terlihat tidak baik-baik saja.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan