Blurb:
Leonard adalah seorang penerus dari keluarga bangsawan yang memiliki segalanya. Dimulai ketampanan, kecerdasan, kekayaan hingga kekuasaan. Leonard tidak tertarik dengan hal lain, selain fokus mewarisi gelar bangsawan dan pemimpin keluarga. Namun, saat dirinya kembali ke kediamannya setelah menempuh pendidikan di luar negeri, ia pun mulai tertarik untuk bermain dengan seorang gadis pelayan bernama Erin. Dengan memanfaatkan kekuasaan yang ia miliki, serta kelemahan Erin, Leonard pun dengan...
BAB 1 Sang Tuan Muda
“Tuan Muda, kita sudah sampai,” ucap sang pengemudi sembari menghentikan laju mobil mewah yang memang ia kemudikan.
Sosok tuan muda yang duduk di kursi penumpang belakang pun secara perlahan membuka matanya yang memang terpejam sepanjang perjalanan. Sang tuan muda yang bernama Leonard Mitch Lucien. Leonard pun segera turun dari mobil begitu pintu mobil dibukakan. Seketika terlihatlah sosok tuan muda yang terlihat memiliki tubuh tinggi dan wajah yang sangat rupawan. Namun, sorot matanya terlihat dingin. Seakan-akan tidak membiarkan orang-orang dengan mudah mendekat padanya.
Seorang kepala pelayan yang bernama Gilbert segera menyambut kedatangan Leonard. Ia pun memberikan hormat dan berkata, “Selamat datang, Tuan Muda.”
Leonard pun mengangguk sekilas dan mengamati kediaman yang sudah lama tidak ia lihat. Kediaman mewah tersebut memang sudah Leonard tinggalkan. Tepatnya selama dirinya mulai menempuh pendidikan dari sekolah menengah atas hingga jenjang S2-nya selesai. Semua jenjang pendidikan itu memang ia tempuh di luar negeri. Baru kali ini dirinya kembali ke rumahnya setelah sekian lama.
Leonard melangkah masuk ke dalam kediaman mewah tersebut dan melihat deretan pelayan yang berbaris rapi menyambutnya. Namun, Leonard segera memberikan isyarat pada Gilbert. Lalu para pelayan pun segera membubarkan diri setelah memberikan hormat pada Leonard. Setelah itu Leonard pun bertanya pada Gilbert, “Di mana yang lain?”
“Tuan Besar, Nyonya Besar, dan Tuan Muda Jared tengah tidak berada di tempat. Mereka masing-masing tengah memiliki pekerjaan. Karena Tuan Muda pulang tanpa memberikan kabar, ketiganya tidak bisa membatalkan jadwal dan tidak tahu kepulangan Tuan,” ucap Gilbert.
“Toh, aku memang tidak ingin sambutan apa pun. Terlebih dari mereka. Itu memuakkan,” gumam Leonar tidak peduli.
Leonard lalu melangkah menuju arah di mana kamarnya berada. Meskipun Gilbert mendengar gumaman Leonard tersebut, ia sama sekali tidak terkejut. Sebab ia tahu, jika hubungan Leonard sama sekali tidak baik dengan keluarganya. Hal itu terjadi semenjak ayah Leonard menikah dan memiliki istri baru tak lama setelah ibu Leonard meninggal. Karena itulah, Gilbert memilih untuk tetap diam.
Begitu Leonard tiba di kamarnya ia bisa melihat jejak upaya Gilbert menjaga kerapian dan kebersihan kamarnya itu. Leonard pun duduk di sofa dengan nyaman, sementara Gilbert segera memberikan arahan pada pelayan pria yang memang membawakan barang milik Leonard yang terlihat tidak terlalu banyak. Hanya ada satu tas berukuran sedang dan satu koper. Leonard masih terlihat memejamkan matanya di sofa, saat para pelayan terlihat merapikan barang-barangnya dengan cepat serta rapi.
Tak lama, mereka pun menyelesaikan tugas mereka di bawah pengawasan Gilbert. Setelah itu Gilbert pun bertanya, “Apa Tuan Muda memerlukan seseorang untuk menyiapkan dan membantu Anda membersihkan diri?”
Gilbert pun membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya yang tampak tinggi dan terlihat bersih. “Tidak. Aku akan mandi sendiri. Tapi aku sekarang membutuhkan sedikit minuman keras dan camilan. Bukankah ada minuman keras berkualitas yang tersimpan di gudang?” tanya balik Leonard.
Gilbert mengangguk. “Saya akan menyiapkan minuman yang cocok untuk Anda nikmati di situasi ini,” ucap Gilbert.
“Perintahkan saja pelayan untuk melakukan hal itu. Untukmu, pergilah dan rapikan ruang belajarku. Sebab aku akan segera menggunakannya,” tambah Leonard yang segera disanggupi oleh Gilbert. Tentu saja Gilbert segera undur diri dengan para pelayan.
Sementara Leonard pun melepaskan kancing kemeja yang ia kenakan untuk membuat dirinya bisa bernapas lebih lega. Hal itu membuat dada bidangnya mengintip dan menggoda siapa pun yang melihatnya. Leonard pun kembali memejamkan matanya. Tampak begitu lelah karena dirinya sudah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan demi tiba di rumah yang terasa sangat asing ini.
“Permisi, Tuan Muda. Saya datang untuk menyajikan minuman dan camilan untuk Anda.”
Leonard agak mengernyit dan terjaga saat dirinya mendengar suara manis yang samar-samar di balik pintu kamarnya. Masih dengan mata terpejam, dirinya bisa mendengar jika sosok yang ia yakini sebagai pelayan yang ditugaskan oleh Gilbert sudah memasuki kamar dengan langkah yang penuh dengan kehati-hatian. Lalu pelayan itu berhenti di dekat meja yang memang berada di dekat Leonard dan meletakkan nampan dengan hati-hati di atas meja tersebut.
Biasanya Leonard tidak akan memiliki ketertarikan mengenai hal seperti ingin melihat wajah pelayan yang melayaninya. Namun, suara manis yang ia dengar sebelumnya, memunculkan rasa penasaran. Menggelitik dirinya untuk melihat wajah pelayan yang membuatnya tergugah tersebut. Pada akhirnya Leonard membuka matanya dan ia pun melihat seorang pelayan yang memang baru saja akan berdiri dengan tegap.
Saat itulah Leonard bertanya, “Siapa namamu?”
Pelayan itu tampak terkejut dan menatap Leonard. Tersadar dengan kelancangannya, pelayan yang memiliki paras yang manis itu pun menunduk dan berkata, “Saya Erin, Tuan.”
Leonard mengamati gadis muda yang mengenakan seragam pelayan yang sangat khas tersebut. Lalu Leonard pun semakin yakin, jika gadis pelayan tersebut memanglah memiliki wajah yang manis. Leonard pun menyeringai tipis. Sadar jika saat ini dirinya merasakan ketertarikan yang besar terhadap gadis yang berada di hadapannya ini. Tanpa banyak kata, Leonard pun menarik tangan pelayan itu hingga jatuh berbaring di atas sofa.
Leonard pun mengurung gadis manis itu di bawah tindihan tubuhnya. Tentu saja hal tersebut membuat Erin merasa terkejut sekaligus panik dibuatnya. Ia pun berseru, “A, Apa yang terjadi? Kenapa Tuan Muda melakukan hal ini pada saya?!”
Leonard yang mendengar pertanyaan tersebut pun mendekatkan wajahnya pada wajah manis Erin yang tampak begitu pucat karena kepanikan yang ia rasakan. Leonard pun terkekeh pelan. “Kenapa kau terlihat panik seperti itu? Biasanya para wanita malah berlomba untuk menempel padaku. Tapi, kau malah terlihat sangat tidak ingin berada di dekatku, itu membuatmu semakin menarik saja,” bisik Leonard membuat Erin semakin panik.
Erin pun menggeleng dan mencoba untuk mendorong Leonard menjauh. “Tu, Tuan Muda, saya mohon menjauhlah. Saya harus segera kembali untuk mengerjakan tugas saya yang lain,” ucap Erin terdengar putus asa.
Tentu saja Erin masih berusaha untuk menjauhkan Leonard darinya. Namun, hal itu sangat sulit untuk ia lakukan. Sebab sesaat kemudian Leonard mencium bibirnya. Lalu mendesak untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Erin. Itu adalah pengalam pertama baginya, dan itu terasa sangat mengejutkan untuk ia terima. Saking mengejutkannya, ia bahkan hanya bisa terdiam kaku.
Leonard pun menghentikan usaha ciumannya dan menatap Erin yang terlihat berlinang air mata. Dengan kelembutan yang juga mengejutkan bagi dirinya, Leonard menyeka air mata yang hampir menetes di ujung mata Erin. Sungguh, ini terasa sangat menghibur. Leonard sendiri bingung karena dirinya belum pernah berada dalam situasi seperti ini.
“Tidak perlu takut, Erin. Aku sama sekali tidak akan melukai dirimu. Aku malah berniat baik, dan ingin mengajakmu bersenang-senang dan bermain denganku. Aku yakin, kau benar-benar akan merasa senang dengan acara bermain ini,” ucap Leonard lalu menunduk dan mengecup rahang Erin dengan lembut. Membuat wajah Erin seketika memerah dan detak jantungnya melonjak naik karena kontak fisik yang sangat tidak terduga tersebut.
___________***____________
BAB 2 Pelayan Pribadi
Erin terkejut saat dirinya mengerang karena Leonard mengecup dan menggigit pelan lehernya. Leonard tampaknya merasa sangat senang dengan respons yang ditunjukkan oleh tubuh Erin. Dengan mudah Leonard pun bisa menyimpulkan jika Erin adalah gadis yang polos. Ia belum tersentuh dan memiliki pengalaman apa pun mengenai hal ini. Hal itu semakin membuat Leonard bersemangat untuk memberikan pengalam menarik dari sebuah permainan yang disebut dengan gairah.
“Sepertinya kita cukup cocok,” bisik Leonard lalu meniup daun teliga Erin yang ternyata cukup sensitif.
Sayangnya saat Leonard akan melanjutkan kegiatan yang menyenangkan tersebut, sebab sebuah ketukan pintu membuat gerakan Leonard tertahan. Meskipun begitu, Leonard sama sekali tidak bergerak dari posisinya. Ia menoleh melihat pintu kamarnya yang tertutup dan bertanya dengan nada jengkel, “Apa?!”
“Maafkan saya karena mengganggu waktu istirahat Anda, Tuan Muda. Tapi saya datang untuk memberi kabar bahwa Tuan Besar dan Nyonya Besar sudah kembali. Secara khusus Tuan Besar meminta Anda untuk menemuinya di ruang kerja,” sahut Gilbert membuat Leonad mendengkus.
“Aku akan pergi sendiri. Kau bisa pergi lebih dulu,” balas Leonard dengan nada biasa. Tentu saja Gilbert segera pergi sesuai dengan apa yang diminta oleh Leonard tersebut.
Seketika Leonard pun mengubah posisinya menjadi duduk dan melepaskan Erin. Tentu saja Erin segera merapikan pakaian dan rambutnya lalu berkata, “Tu, Tuan Muda, saya mohon undur diri.”
Leonard tidak mengatakan apa pun, tetapi Erin sudah lebih dulu pergi berlari dengan tubuh yang sedikit bergetar. Hal itu membuat Leonard yang melihatnya tersenyum tipis. Sungguh, meskipun baru sejenak berinteraksi dengan Erin, tetapi dirinya sudah cukup terhibur. Sepertinya untuk kemudian hari, Leonard akan mencari gadis pelayan itu untuk kembali bermain dan bersenang-senang. Tentu saja kali itu tidak akan berhenti seperti ini, Leonard akan memastikan bahwa acara bersenang-senang tersebut berakhir dengan benar.
Leonard melepaskan pakaian yang ia kenakan dan menggantinya dengan kaos yang lebih nyaman. Lalu tanpa banyak kata, dirinya pun melangkah menuju ruang kerja sang ayah sembari bersiul. Meskipun bertemu dengan sang ayah tidak pernah terasa menyenangkan, suasana hati Leonard saat ini agaknya cukup baik. Hingga Leonard yang menyadari hal itu pun bergumam, “Gadis itu benar-benar menarik.”
Sementara itu, gadis yang tengah dibicarakan dan pikirkan oleh Leonard saat ini tampak kembali ke dapur. Tentu saja kedatangan Erin disambut oleh para pelayan senior. Mereka yang kebanyakan adalah wanita muda yang belum bersuami, terlihat bersemangat. Mereka terlihat berebut untuk bertanya mengenai Leonard, dan apa yang terjadi hingga Erin tidak kembali dengna cepat.
Erin tampak gelisah dan dirinya pun hanya bisa menjawab dengan suara bergetar, “Ti, Tidak ada yang terjadi. Tuan Muda hanya meminta bantuan sedikit mengenai tata letak barang di dalam kamarnya.”
Para pelayan yang mendengar hal itu pun terlihat percaya dengan apa yang sudah dikatakan oleh Erin. Lalu melanjutkan aksinya untuk mengorek informasi mengenai Leonard, sang tuan muda yang baru saja kembali dan dilayani oleh Erin beberapa saat yang lalu. Erin hanya menjawab sekenanya, karena ia sendiri memang tidak mengenal Leonard dengan baik. Bahkan kesan pertama Erin terhadapnya benar-benar buruk.
Mungkin, para pelayan yang lain tidak menyadari ada yang salah dengan tingkah Erin. Namun hal itu berbeda dengan Julia, yang sebenarnya agak tidak suka dengan Erin. Julia tidak suka dengan Erin yang memang menjadi primadona di antara para pelayan pria karena parasnya yang manis dan tubuhnya yang molek. Karena terlalu sering mengamatinya, Julia pun terbilang mengenal betul bagaimana Erin.
Sekilas, Julia juga melihat bercak kemerahan pada leher Erin yang terlihat ketika kerah seragam pelayannya berpindah posisi karena gerakannya. Bercak kemerahan itu sangat Julia kenali. Sebab itu adalah tanda yang selalu Julia dapatkan setelah bersenang-senang dengan seorang pria selama satu malam. Julia pun menyeringai. Kini, Julia memiliki seorang target baru untuk ia goda.
Julia pun berbalik pergi sembari bergumam, “Pakaian dalam seperti apa yang harus kukenakan nanti malam ya?”
***
Leonard menghela napas kesal. Ia sebenarnya merasa sangat lelah dan ingin tidur. Namun, perjalanan panjang yang ia tempuh menggunakan pesawat, memberikan efek samping yang cukup mengganggu, hingga dirinya tidak bisa beristirahat sesuai dengan keinginannya. Hal itu diperparah dengan bayangan wajah manis dan polos milik Erin. Situasi itu sedikit banyak membuat Leonard merasa frustasi sendiri. Mengingat dirinya memang belum pernah merasakan hal tersebut.
“Apa aku panggil saja?” tanya Leonard sembari mengubah posisinya menjadi duduk di tengah ranjang. Terlihat jika Leonard hanya mengenakan celana tidurnya, sementara bagian atasnya bebas tanpa sehelai benang pun.
Di tengah usaha Leonard untuk mempertimbangkan memanggil Erin ke kamarnya atau tidak, Leonard pun mendengar suara ketukan pintu. Jelas ia mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Siapa.”
Hening sesaat sebelum sebuah suara menyahut, “Saya Julia. Saya datang untuk memberikan pelayanan malam untuk Tuan Muda.”
Leonard mendengkus. Ia pun meraih jubah tidurnya. Lalu mengikat talinya dengan longgar, membuat dada dan perut bidangnya masih terlihat dengan menggoda. Leonard bergegas menuju pintu kamarnya dan membukanya dengan kasar. Terlihatlah Julia yang mengenakan gaun tidur yang cukup tipis menerawang dan sebuah kain yang turun dari bahunya. Tampak menggoda bagi seorang pria, kecuali Leonard tentunya.
Julia tampak tersenyum malu-malu ketika dirinya merasa tengah diperhatikan oleh Leonard, tetapi Leonard malah berkata, “Betapa menjijikannya.”
Sontak saja Julia memasang ekspresi yang sangat terkejut. Sebenarnya Julia datang ke sini setelah dirinya membaca perlakuan Leonard pada Erin yang hingga meninggalkan jejak merah pada leher Erin. Julia berpikir jika Leonard senang bermain dengan wanita. Karena itulah, ia yang memiliki pengalaman dalam hal ini berencana untuk menggodanya. Tentu saja Julia berniat untuk memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Leonard pun menarik tangan Julia dengan kasar lalu berteriak, “Gilbert! Gilbert! Kumpulkan semua pelayan!”
Tentu saja Gilbert yang mendengar teriakan Leonard yang menggelegar di dalam kediaman mewah yang hening tersebut segera bangun dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Leonar. Mereka semua dikumpulkan di depan pintu masuk mansion yang memang berupa aula. Leonard berdiri di anak tangga yang menuju lantai dua lalu menghempaskan Julia dengan kasar. Leonard menatapnya dengan dingin.
“Semuanya lihat baik-baik. Aku sama sekali tidak senang dengan tingkah menjijikan seperti ini. Jadi, jangan berpikir untuk bertingkah di luar perintahku,” ucap Leonard lalu memberikan isyarat pada Gilbert.
Tentu saja Gilbert segera memberikan perintah pada penjaga keamanan untuk membawa pergi Julia yang segera menangis dan memohon untuk dimaafkan. Sayangnya permohonan Julia tersebut percuma. Sebab riwayatnya benar-benar habis. Sungguh, Gilbert merasa sangat bersyukur karena situasi ini terjadi saat tuan besarnya tidak ada di sini. Sebab sang tuan besar kembali pergi setelah singgah beberapa saat.
Jika tuan besarnya ada, jelas situasi tidak akan berhenti di sini saja. Leonard bisa dianggap cukup bijak dalam mengambil tindakan. Kini, Gilbert hanya perlu mengurus Julia nanti, sebab sekarang sepertinya Leonard akan memberikan perintah lanjutan. Leonard saat ini memang mengedarkan pandangannya dan menatap para pelayan yang tampaknya terbangun dengan tiba-tiba.
Mereka bahkan berkumpul masih mengenakan pakaian tidur yang bermacam-macam. Di tengah mereka semua, Leonard bisa dengan mudah menemukan keberadaan Erin yang mungil. Erin tampak mengenakan gaun tidur manis yang membuatnya terlihat seperti remaja yang baru saja beranjak dewasa. Leonard pun mengalihkan pandangannya pada Gilbert dan berkata, “Aku tidak senang ada pelayan yang mendekat secara sembarangan padaku.”
“Apa Tuan Muda membutuhkan pelayan pribadi? Jika iya, esok saya akan membawa beberapa pelayan terbaik untuk Anda pilih,” ucap Gilbert.
Leonard menggeleng. “Tidak perlu. Aku sudah memikirkan seseorang yang akan kujadikan pelayan sekaligus orang kepercayaanku,” balas Leonard lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Erin yang masih menunduk.
Leonard menyeringai lalu berkata, “Erin, angkat wajahmu. Mulai malam ini, kau akan menjadi pelayan pribadiku.”
__________***__________
BAB 3 Penyelamat
Erin tampak gelisah saat dirinya menata rambutnya menjadi dicepol rapi lalu ia tahan dengan sebuah jepit yang memang menjadi set seragam pelayan wanita. Saat ini memang sudah tengah malam, dan sudah waktunya untuk istirahat. Namun, kini Erin sudah ditunjuk sebagai pelayan pribadi. Itu artinya Erin memang harus siap siap untuk melayani Leonard kapan pun. Kebetulan Leonard sudah meminta es batu dan minuman keras, karena itulah Erin harus bergegas berganti pakaian dan mengantarkannya ke kamar Leonard.
Erin pun bergegas untuk meninggalkan kamarnya dan beranjak menuju dapur terlebih dahulu untuk membawa nampan berisi es batu, gelas kristal, dan minuman keras. Untungnya Gilbert sudah lebih dulu menyiapkannya, hingga Erin tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama untuk segera menuju kamar sang tuan muda. Erin tentu saja pergi dengan diikuti oleh Gilbert, sebab Gilbert paham betul jika Erin akan membutuhkan bantuan untuk mengetuk pintu dan membukakannya.
Saat mereka tiba di depan pintu, Gilbert segera mengetuk pintu dan berkata, “Tuan, kami membawa apa yang Anda minta.”
“Aku hanya memerlukan Erin. Kau bisa kembali, Gilbert,” sahut Leonard membuat Erin seketika memasang ekspresi yang sangat gugup dan tegang.
Sementara Gilbert yang mendengar hal itu pun menatap Erin pun menghela napas dan berkata, “Kerjakan tugasmu dengan baik. Sebisa mungkin hindari melakukan kesalahan yang bisa membuat Tuan Muda bertambah kesal. Hati-hati, saat ini ia sangat sensitif.”
“Baik, Kepala Pelayan,” ucap Erin lalu masuk ke dalam kamar Leonard saat Gilbert membukakan pintu. Gilbert tentu saja segera menutup pintu begitu Erin sudah sepenuhnya masuk ke dalam kamar.
Erin tentu saja segera melangkah menuju meja di mana Leonard sudah duduk menunggu kedatangannya. Leonard tampak sangat kesal saat dirinya menyadari bahwa Erin datang dengan seragam pelayannya, alih-alih mengenakan gaun tidur manisnya. Padahal, Leonard ingin melihat Erin lebih lama mengenakan gaun tidur itu. Erin tidak menyadari kekesalan tersebut dan bertanya, “Ada yang perlu saya lakukan lagi, Tuan?”
“Siapkan minumannya,” jawab Leonard lalu mengalihkan pandangannya sesaat untuk memeriksa ponselnya.
Erin dengan hati-hati mengisi gelas kristal dengan beberapa balok es dan menuangkan cairan keemasan untuk mengisinya. Saat itulah Leonard berkata, “Untuk selanjutnya, ketika malam tiba, kau tidak perlu menggunakan seragam pelayanmu lagi. Aku ingin melihatmu mengenakan gaun tidur ketika malam hari.”
Mendengar hal itu, Erin pun segera menjawab, “Saya akan mengingatnya, Tuan.”
Leonard mengernyitkan keningnya. Ia pikir, sauna hatinya akan membaik ketika dirinya berinteraksi dengan pelayan satu ini lagi. Namun, ternyata Leonard malah semakin kesal. Sebab dirinya merasa jika Erin sangat menjaga batasan dengannya. Berbeda dengan pelayan sebelumnya yang dengan tidak tahu diri berusaha untuk merayunya.
Pada akhirnya Leonard mengambil gelas kristalnya dan berkata, “Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu.”
Erin tentu saja tidak merasa keberatan saat diperintahkan untuk pergi dari sana. Ia malah segera memberikan hormat dan berkata, “Kalau begitu saja akan undur diri, Tuan. Anda bisa memanggil saya lagi, jika sewaktu-waktu membutuhkan bantuan saya.”
Namun, Leonard segera menegaskan, “Tidak. Kau bisa berganti pakaian dan tidur. Kau hanya perlu datang di pagi hari.”
***
Setelah sarapan, kini Leonard berada di ruang kerja yang sebelumnya ia gunakan sebagai ruang belajarnya. Tidak terlihat Erin di sana, karena Leonard memerintahkan Erin untuk membuat sebuah camilan. Sementara Leonard yang memang sudah menyelesaikan pendidikan S2-nya itu berniat untuk mengulas beberapa laporan keuangan perusahaan sebelum secara resmi untuk mengambil alihnya. Namun, sepertinya ada yang lebih menarik untuk diperhatikan oleh Leonard. Hal itu membuatnya menatap Gilbert yang memang berada di ruangan kerja tersebut.
Sebenarnya selain kepala pelayan, Gilbert adalah seorang keturunan ajudan yang melayani kepala keluarga Lucien ini. Namun, semenjak Otto, ayah Leonard menjadi kepala keluarga, Gilbert tidak pernah dilibatkan dalam urusan perusahaan atau semacamnya. Hingga dirinya secara alami hanya memegang tugas dan status sebagai seorang kepala pelayan di kediaman mereka. Namun, Leonard tahu jika kemampuan Gilbert sama sekali tidak berkurang.
“Aku ingin meminta bantuanmu,” ucap Leonard.
“Saya siap melayani, Tuan Muda,” jawab Gilbert dengan sopan.
“Bawakan aku data mengenai Erin.” Leonard bisa melihat jika Gilbert bisa mengendalikan ekspresinya dengan baik. Walaupun Leonard tahu betul jika apa yang ia minta ini terlalu mengejutkan untuk bisa ditanggapi dengan sangat tenang seperti itu.
“Saya akan kembali dalam lima menit dengan membawa apa yang Anda minta tersebut,” ucap Gilbert pada akhirnya memilih untuk melaksanakan perintah Leonard tersebut tanpa bertanya apa pun. Sebab secara garis besar itu memang sudah menjadi peraturan bagi seorang pelayan untuk tidak mempertanyakan apa yang diperintahkan oleh sang tuan.
Tentu saja Leonard membiarkan Gilbert pergi, dan dirinya pun mengisi waktu menunggunya tersebut dengan mengerjakan pekerjaannya dengan begitu fokus. Hingga saat Gilbert kembali dengan data diri Erin, Leonard pun sudah menyelesaikan beberapa pekerjaannya dengan begitu terampil. Leonard menerima data Erin tersebut sembari berkata, “Kau tau bukan, hal ini tidak boleh sampai diketahui oleh ayahku.”
“Saya tidak akan melaporkan apa pun, Tuan. Termasuk kejadian tadi malam,” jawab Gilbert tegas membuat Leonard tersenyum tipis.
“Ternyata sekarang kau sudah menetapkan kepada siapa kau berpihak,” ucap Leonard saat menyadari sikap Gilbert tersebut.
Gilbert sendiri tidak mengatakan apa pun. Sebab ia tahu, bahwa tuan muda yang ia layani ini sangat cerdas dan tidak perlu mendapatkan jawaban apa pun darinya. Di tengah itu, Leonard pun segera membaca data diri dari Erin. Ia pun bergumam, “Erin Marcia? Nama yang manis, cocok untuknya.”
Lalu Leonard melanjutkan membaca data diri Erin dari dan menemukan banyak hal yang mengejutkan dan sungguh menarik. “Dia ternyata anak dari salah satu pengasuhku?” tanya Leonard.
“Benar, Tuan Muda. Dia adalah putri dari Emilia. Salah satu pengasuh yang pernah mengasuh Tuan Muda ketika masih muda kala itu,” jawab Gilbert membenarkan.
Leonard pun meletakkan data itu di atas meja kerjanya dan mengetuk-ngetuknya dengan pelan. “Sungguh mengejutkan. Hal yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa ia ternyata masih belum memiliki identitas yang diakui oleh negara, karena ternyata ayahnya adalah imigran gelap?” tanya Leonard lagi.
“Benar, Tuan. Karena itulah, ia masih tinggal di mansion ini sebagai seorang pelayan,” jawab Gilbert membuat Leonard mengernyitkan keningnya.
Leonard pun bergegas untuk membuka lembar kertas tersebut untuk menemukan kertas lain yang ternyata menunjukkan info tambahan. Hal tersebut tak lain adalah perjanjian yang dibuat oleh pihak ibu Erin yang sudah meninggal, dengan Otto—ayah Leonard. “Wah, ternyata rubah tua itu sangat licik. Dia juga memanfaatkannya?” gumam Leonard tampak memasang ekspresi tidak senang.
Namun, sedetik kemudian ekspresi tersebut berubah. Leonard menyeringai dan bersiul. Leonard memejamkan matanya dan bergumam, “Kalau begitu, aku pun akan memanfaatkan situasi ini. Aku akan datang menjadi penyelamat bagi gadis manis itu.”
__________***__________
BAB 4 Tawaran Menggiurkan
Leonard tampak begitu santai mengisi waktu luangnya dengan membaca sebuah buku filsafat. Saat ini Leonard memang tengah menikmati waktu bebasnya sebelum dirinya terlibat dengan pekerjaan resmi di perusahaan milik keluarga. Karena itulah, Leonard memilih untuk menghabiskan waktunya dengan bersantai di rumah. Toh mustahil baginya untuk ke luar. Sebab dirinya tidak memiliki kenalan yang bisa ia ajak bersenang-senang.
Wajar saja, mengingat dirinya tumbuh besar di luar negeri. Ia menghabiskan hampir separuh hidupnya di luar negeri, dan tentu saja hanya sedikit kenalah yang masih menjalin komunikasi dengannya. Jadi, sudah menjadi keputusan yang paling tepat bagi Leonard untuk bersenang-senang dengan caranya sendiri. Salah satunya adalah membaca beberapa buku yang memang belum sempat i abaca.
Leonard masih membaca bukunya saat dirinya bertanya, “Erin, berapa usiamu?”
Erin yang tengah menyiapkan teh untuk Leonard tentu saja terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba tersebut. Padahal sejak tadi tuan muda itu tampak tenang dengan bukunya, tetapi sekarang secara tiba-tiba menanyakan hal yang tidak terduga. Erin pun segera mengendalikan diri dan menjawab, “Dua puluh dua tahun, Tuan.”
Sebenarnya Leonard sudah tahu usinya. Bahkan bisa dibilang ia tahu semua hal mengenai Erin. Hanya saja, Leonard tertarik untuk membicarakan banyak hal dengan Erin. Atau lebih tepatnya membicarakan hal mengenai Erin langsung dengan orangnya. Leonard masih sibuk dengan bukunya dan bertanya, “Lalu, apakah kau sudah memiliki kartu identitas?”
Erin yang masih tengah menuangkan teh untuk mengisi cangkir, tentu saja terkejut bukan main dengan pertanyaan tersebut. Hingga dirinya tanpa sengaja tersiram air panas. Melihat hal itu Leonard pun menutup bukunya, dan menatap Erin yang tengah menyeka tangannya dengan terburu-buru. Ekspresi Erin terlihat sangat bingung saat ini, membuat Leonard yang melihatnya menghela napas. Erin sendiri kini terlihat meundukkan kepalanya.
Erin saat ini menyadari fakta bahwa Leonard sudah mengetahui bahwa dirinya adalah anak yang kelahirannya tidak diakui oleh negara. Hal itu terjadi karena Erin memiliki orang tua yang seorang imigran gelap. Ibunya bahkan tidak bisa menikah secara resmi dengan imigran gelap yang ia temui. Namun, saat hampir melahirkan Erin, pria itu sudah lebih dulu meninggal. Membuat Erin terlahir tanpa mengenal ayahnya. Lalu Erin juga kehilangan ibunya saat dirinya masih kecil.
Hal yang paling penting adalah, hingga saat ini Erin tidak memiliki kartu identitas karena kelahirannya yang tidak diakui. Sebab itulah, Erin harus tetap tinggal di kediaman keluarga Lucien yang memiliki darah bangsawan ini. Suka atau tidak, Erin harus tetap bertahan hingga waktu yang ditentukan. Yaitu saat dirinya menginjak usia dua puluh tiga tahun nantinya.
“Sa, Saya belum memilikinya, Tuan Muda. Tapi saya akan segera mendapatkannya,” ucap Erin sembari menyajikan teh untuk Leonard.
Saat itulah Leonard menutup buku yang ia baca dan menatap lurus pada Erin yang berdiri di hadapannya dengan posisi menundukkan kepalanya. “Angkat wajahmu,” ucap Leonard singkat.
Tentu saja Erin tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti apa yang sudah diperintahkan tersebut. Ia pun mengangkat wajahnya dan seketika bertatapan dengan netra hijau yang terlihat sangat indah. Leonard memang memiliki penampilan yang memukau. Kulit putih, rambut pirang alami, dan warna mata hijau. Wajahnya juga sangat aristrokat. Seakan-akan ingin menegaskan bahwa dirinya memang memiliki darah bangsawan yang mengalir di dalam nadinya.
“Kau percaya dengan janji ayahku yang akan memberimu kartu identitas saat kau sudah berusia dua puluh tiga tahun? Jika iya, maka kau sangat naif. Begitu pula dengan ibumu yang membuat perjanjian tidak masuk akal itu,” ucap Leonard menyerang Erin hingga dirinya tidak bisa mengendalikan ekspresinya.
Erin berusaha untuk menyembunyikan kepalan tangannya. Ia memang tahu, perjanjian yang dibuat oleh mendiang ibunya dengan Otto, sang tuan besar. Semenjak Erin terlahir, ibu Erin sama sekali tidak mendapatkan gaji. Begitu pula Erin yang sudah bekerja semenjak dirinya remaja. Semua itu sebagai ganti biaya mempersiapkan identitas Erin agar diakui oleh negara.
Bekerja sepanjang hidup tanpa digaji, adalah kehidupan yang harus dilalui ibunya. Erin jelas merasa sangat sedih mengetahui fakta itu. Namun, Erin juga tahu seberapa besar keinginan ibunya untuk membuat Erin hidup bebas. Karena itulah, Erin selama ini berusaha untuk bekerja keras. Ia juga mencari pekerjaan lain dengan membuat kerajinan tangan dan membantu pekerjaan pelayan lain, demi mendapatkan uang agar bisa ia tabung demi kehidupan setelah dirinya mendapatkan identitas yang diakui.
“Saya hidup dengan memegang kepercayaan itu, Tuan,” ucap Erin menatap balik Leonard dengan warna mata birunya yang indah. Mata biru yang mewarisi sang ibu, sementara warna rambut hitam pekatnya jelas mewarisi sang ayah yang tak lain adalah seorang imigran gelap.
“Kalau begitu, berhenti melakukan hal bodoh dengan percaya pada ayahku,” ucap Leonard lalu menyangga dagunya dengan salah satu tangannya.
Meskipun terlihat sangat santai dan serampangan, tetapi aura seorang bangsawan sama sekali tidak bisa lepas dari sosok Leonard yang baru ditemuinya ini. Erin terlihat gelisah dan menjawab, “Bagaimana bisa saya tidak percaya pada Tuan Besar, Tuan? Saya hanyalah seorang pelayan yang bergantung pada majikannya.”
“Jika kau ingin bergantung, maka bergantunglah padaku. Keputusanmu untuk bergantung pada ayahku, adalah hal yang salah. Ayahku, adalah seorang pria berkedok bangsawan kotor yang seumur hidupnya hanya mementingkan keuntungannya sendiri,” ucap Leonard tanpa ragu mengkritik ayahnya sendiri.
Sementara Erin terlihat pucat pasi. Ini memang bukanlah zaman dulu lagi. Ini sudah modern, di mana tidak ada hukum cambuk atau pancung. Namun, dalam hubungan yang berkaitan dengan kasta, tetaplah sangat sensitif. Erin yang hanyalah rakyat biasa, tidak akan pernah bisa merasa terbiasa saat mendengar makian yang ditujukan pada seorang bangsawan.
Leonard menyeringai saat melihat wajah Erin yang lagi-lagi membuatnya terhibur. Gadis itu terkadang seperti buku yang terbuka, hingga Leonard bisa membaca kedalaman hatinya. Namun, di lain waktu, ia seperti buku tertutup yang hanya menunjukkan sampul luarnya saja. Membuat Leonard sibuk menerka-nerka, apa sebenarnya yang ia pikirkan.
Leonard mengulurkan tangannya dan meraih cangkir teh untuk menyesapnya perlahan. Menikmati aroma khas dari seduhan daun teh hasil karya tangan mungil Erin. “Dibandingkan dirimu, aku jelas lebih mengenal ayahku. Karena itulah, dengarkan nasihatku ini, Erin. Berhentilah percaya padaku, dan alihkan kepercayaanmu itu padaku. Toh, kau sendiri tahu bukan, bahwa aku akan segera menggantikan ayahku sebagai kepala keluarga. Itu artinya, aku juga akun mewarisi gelar.”
Erin memang mendengar kabar dari rekan-rekannya yang sudah senior. Bahwa kembalinya sang tuan muda yang sebelumnya sibuk menempuh pendidikan di tempat yang jauh, karena terkait masalah pewarisan gelar. Melihat Erin yang sepertinya mengerti dengan apa yang ia maksud, Leonard pun segera berkata, “Bisa saja aku mewarisi gelarku sebelum kau menginjak usia dua puluh tiga tahun. Itu artinya, aku yang akan memegang keputusan untuk memberimu identitas atau tidak.”
Erin bukan anak yang bodoh. Ia tahu, jika saat ini ada hal yang diinginkan oleh Leonard darinya. Erin mengepalkan kedua tangannya. Merasa sangat ragu dan gelisah. Namun, ada hal yang lebih besar yang ia rasakan. Yaitu rasa ingin untuk bebas, dan terlepas dari lingkungan yang terasa menyesakkan ini. Erin ingin bebas.
“Jadi, apa yang harus saya lakukan jika ingin mendapatkan apa yang saya harapkan, Tuan?” tanya Erin membuat Leonard menyeringai karena sikap cepat tanggapnya. Tidak heran jika Erin mendapatkan kesempatan untuk belajar di sekolah yang dikelola oleh yayasan. Walaupun tentu saja ijazahnya tidak bisa ia gunakan untuk melamar pekerjaan di tempat lain, karena terbentur masalah identitasnya.
Leonard terkekeh pelan lalu menjawab, “Mudah saja. Jadilah orangku. Patuhlah padaku, maka aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan.”
_________***__________
BAB 5 Risiko
Pembicaraannya dengan Leonard benar-benar membekas di benak Erin. Hal itu membuat Erin yang kini tengah membantu tugas seniornya untuk menjemur seprai pun, tidak bisa menahan diri untuk mengingat pembicaraan ini. Saat ini, Leonard memang tengah pergi untuk menemui seseorang di luar. Karena itulah, Erin memiliki waktu untuk mencari uang dan memikirkan tawaran yang sudah diberikan oleh Leonard sebelumnya.
Erin sadar, bahwa tawaran Leonard sebenarnya sama sekali tidak buruk. Leonard akan segera mewarisi gelar dan menjadi kepala keluarga. Artinya apa pun yang terjadi dan dilakukan atas nama keluarga Lucien nantinya, akan sepenuhnya terjadi atas keputusan Leonard. Jadi, tidak ada salahnya jika lebih awal menyatakan setia pada Leonard yang sudah dipastikan akan menjadi pewaris sah.
Namun, Erin takut dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Sebab sebelumnya Leonard menekankan bahwa Erin harus patuh padanya. Arti kata patuh terlalu luas dan ambigu bagi Erin. Mungkin nanti Erin harus menanyaan terhadap Leonard, hingga batas mana Erin harus patuh pada Leonard. Erin tidak ingin sampai dirinya salah mengambil langkah dan semakin terjebak dalam situasi yang terasa tidak nyaman.
“Aku akan memikirkannya lagi nanti,” gumam Erin sembari membenarkan letak jemurannya dan memberikan jepitan jemuran agar tidak sampai membuatnya terbang ketika angina berembus.
Saat Erin fokus pada pekerjaannya itu, tiba-tiba wajah seseorang muncul saat seprai yang baru saja ia jemur tersingkap. Secara refleks, Erin berseru, “Astaga!”
Orang yang mengejutkan Erin, terlihat tidak merasa menyesal. Ia malah terkekeh senang dan berkata, “Wah, suasana hatiku selalu saja membaik ketika melihatmu, Erin.”
Seketika saja Erin merasa sangat tidak nyaman. Namun, ia tetap berusaha untuk bersikap sopan. Ia menyatukan kedua tangannya khas gesture seorang pelayan dan berkata, “Selamat datang Tuan Jared.”
Benar, pria yang mengganggunya tersebut tak lain adalah Jared. Putra kedua di kediaman tersebut. Atau lebih tepatnya, saudari tiri dari Leonard. Ia adalah putra yang terlahir dari perselingkuhan Otto dengan Hilde, saat ibu Leonard masih hidup di masa lalu. Karena itulah, Leonard dan Jared masih seusia. Meskipun anak haram terlebih anak hasil perselingkuhan, Jared sama sekali tidak merasa rendah diri. Terlebih setelah ibunya resmi menjadi nyonya rumah kediaman Lucien.
“Kenapa kau masih bersikap kaku padaku seperti ini, Erin? Bukankah kau tau, bahwa aku menyukaimu? Kau bisa bersikap sesukanya, bahkan bertingkah manja padaku,” ucap Jared berniat untuk memeluk Erin.
Namun, saat itu kebetulan seseorang memanggil Erin dari jauh. Saat itulah Erin segera menunduk dan berkata, “Mohon maaf Tuan, saya harus undur diri karena ada pekerjaan lain.”
Erin pun bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari Jared. Untungnya, Jared sendiri tidak mengikuti atau mengejar Erin. Itu sungguh melegakan bagi Erin. Karena sungguh, Erin sama sekali tidak menyukai Jared dan semua godaan yang ia berikan. Erin malah merasa sangat tidak nyaman. Ia tidak pernah menyukai atensi yang diberikan oleh Jared padanya.
Jared memang menggoda Erin tidak hanya sekali atau dua kali saja. Namun semakin hari, semuanya semakin menjijikan bagi Erin dan terasa makin parah. Sepertinya tingkah Jared semakin memburuk semenjak Otto selaku tuan besar sangat sering melakukan perjalanan ke luar kota untuk mengerjakan bisnisnya. Jared pun semakin menjadi, sebab tidak ada orang yang bisa mengendalikannya.
Karena inilah, Erin sudah tidak lagi kerasan untuk tinggal di kediaman ini. Erin ingin segera mendapatkan kartu identitas, agar dirinya bisa meninggalkan kediaman tersebut. Setelah ke luar nanti, Erin jelas akan mencari sebuah rumah tinggal sederhana yang nyaman. Lalu memiliki sebuah pekerjaan yang biasa saja, dan hidup bahagia dalam kesederhanaan yang jauh dari kehidupan para bangsawan yang membuatnya sesak.
Erin menggigit bibirnya dan bergumam, “Kenapa dia kembali sekarang? Kenapa waktunya sangat tidak tepat?”
Erin merasakan firasat buruk, bahwa hari-harinya akan terasa sangat mengerikan semenjak Jared kembali tinggal di kediaman tersebut. Padahal, selama tiga bulan ini, Erin bisa sedikit bernapas lega karena Jared tidak menambah beban hari-harinya. Namun, kini pria itu sudah kembali dan seakan-akan bersiap untuk membuat Erin kesulitan bernapas tiap waktu.
“A, Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Erin terlihat panik hingga kebingungan untuk mengambil langkah selanjutnya.
***
“Erin, sajikan ini untuk Tuan Leonard. Lalu bantu Tuan Leonard jika ia masih belum selesai berganti pakaian,” ucap Gilbert sembari memberikan meja dorong berisi set teh dan camilan untuk Leonard, pada Erin. Karena memang Erin sudah menjadi pelayan pribadi Leonard. Tugas wajibnya adalah melayani Leonard.
Erin pun bergegas menuju kamar Leonard. Erin mengetuk pintu dan Leonard pun mengizinkan Erin masuk. Leonard baru saja kembali dari kegiatannya di luar, dan kini sudah kembali mengenakan pakaian rumahnya yang terlihat santai. Erin menyajikan camilan dan teh dengan begitu cekatan di atas meja dan berkata, “Silakan dinikmati, Tuan.”
Leonard mencicipi teh tersebut dan mengernyitkan keningnya. “Ini bukan teh buatanmu,” ucap Leonard.
Erin terkejut, karena itu memang benar. Erin hanya menyajikannya dan Gilbert yang menyiapkannya terlebih dahulu. Erin terdiam lalu dirinya pun berkata, “Jika tidak sesuai dengan selera Tuan, selanjutnya saya akan menyiapkannya secara pribadi.”
Leonard mengangguk. “Lakukan seperti itu,” ucap Leonard sembari meletakkan cangkir dan menatap Erin.
“Aku dengar saudara tiriku sudah kembali tadi siang, dan menurut Gilbert hubunganmu dengan saudara tiriku itu tidak terlalu baik. Atau lebih tepatnya, kau tidak nyaman dengan godaan yang diberikan oleh bajingan tidak tau diri itu. Apa kau melalui hari yang sulit hari ini?” tanya Leonard sukses membuat Erin terkejut berulang kali.
Pertama, ia terkejut karena ternyata hubungan Leonard dan Jared sangatlah buruk. Sebab Leonard bahkan tidak merasa ragu untuk memakinya. Lalu kedua, Erin terkejut karena Gilbert ternyata memahami perasaannya, bahkan memberitahu hal itu terhadap Leonard. Erin menggigit bibirnya. Sebenarnya masalah ini sangat membuat Erin gelisah, dan mempertimbangkan apakah ia perlu menanyakan apa yang ia pikirkan atau tidak pada Leonard.
Tak lama, Erin pun pada akhirnya bertanya, “Sebelum itu, bisakah saya bertanya terlebih dahulu?”
Leonard mengangguk sama sekali tidak keberatan. “Tanyakan saja. Tidak perlu merasa ragu,” ucap Leonard.
“Apa jika saya menerima tawaran Tuan Muda sebelumnya, apakah saya dijamin untuk mendapatkan apa yang kita sepakati? Termasuk apabila saya meminta perlindungan, agar tidak diganggu oleh Tuan Jared lagi?” tanya Erin membuat Leonard tersenyum tipis.
“Begitu kau setuju menjadi orangku yang patuh, maka kau memang hanya perlu melayaniku dengan patuh. Maka setelah itu, aku akan memastikan untuk melindungimu sebagai orangku, dan aku akan pastikan jika identitasmu diakui oleh negara saat aku menjadi kepala keluarga nantinya. Aku bahkan tidak akan menunggu kau berusia dua puluh tiga tahun, dan aku juga akan memberikan upah yang selama ini tidak pernah kau terima,” jawab Leonard tanpa ragu.
Padahal Erin hanya meminta satu hal, tetapi Leonard memberikannya sepuluh hal. Tentu saja ini adalah hal yang sangat menarik dan terasa menguntungkan bagi Erin. Walaupun sebenarnya ini juga masih terlalu berisiko, tetapi saat ini Erin perlu penjamin. Ia perlu seseorang yang melindunginya dari Jared yang bisa saja melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan.
“Kalau begitu, saya akan melakukannya,” ucap Erin.
Lalu seketika Leonard menarik Erin untuk duduk di atas pangkuannya. Leonard mencium Erin, dan Erin pun seketika meremas ujung rok seragam pelayan yang ia kenakan. Erin tidak memberikan perlawanan apa pun, dan membuat Leonard merasa puas. Leonard pun melepaskan ciuman tersebut dan berkata, “Dengan ini, kesepakatan sudah dibuat, Erin. Daripada menjadi orangku, kau sekarang sudah menjadi wanitaku. Aku akan melindungi wanitaku dengan kekuasaanku ini, Erin.”
Erin merasa jantungnya berdetak dengan gila saat Leonard mengatakan kepemilikannya. Erin juga merasakan sesuatu yang aneh ketika Leonard menekankan bahwa kini ia adalah wanitanya. Erin sadar, inilah risiko yang harus ia tanggung saat sudah menjabat tangan Leonard. Rasanya seperti ke luar dari kandang buaya, dan masuk ke dalam mulut singa. Namun, Erin tidak menyesali keputusannya. Setidaknya, Leonard bisa memberikan apa yang ia butuhkan.
Lalu Leonard berbisik tepat pada telinga Erin, “Malam nanti, datanglah ke kamarku lagi. Tapi jangan gunakan seragam pelayanmu ini, Erin. Gunakan gaun tidurmu yang manis. Berikan aku pelayanan malam. Anggap saja, ini adalah nilai tukar demi keamanan dan kebebasan yang kau mimpikan.”
Untuk kelanjutan versi lengkapnya, silakan klik link di bawah ini :
https://karyakarsa.com/Miafily/terlibat-gairah-tuan-muda-lengkap
Untuk kelanjutan versi ketengan, silakan klik link di bawah ini :
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰